No Mercy 2017 Review

 

Simpati enggak melulu berbuah empati loh. Malahan rasa simpati lama-lama dapat berubah menjadi apati. Kalo enggak percaya, tonton deh WWE No Mercy 2017.

 

Lima minggu adalah waktu yang cukup lama untuk membuild up cerita dan menjelang No Mercy udah sukses bikin kita semua excited. Roman Reigns  melawan John Cena boleh saja mereka bangun seperti versi kekinian dari The Rock melawan Stone Cold Steve Austin, kita sudah bersorak, geregetan sendiri mendengar kata demi kata yang nyelekit terlontar baik itu dari mulut Cena ataupun Reigns. Di papan atas, kita melihat Braun Strowman dibangun benar seperti monster di antara manusia kala dia melempar tubuh sang juara dengan begitu tanpa-usahanya. Itu adalah untuk pertama kali kita melihat Brock Lesnar tampak kebingungan menghadapi lawan. Bahkan saat berhadapan dengan Godlberg, Lesnar tidak kelihatan setak-berdaya itu. Sulit untuk membendung antisipasi, lima minggu yang dihabiskan untuk mengestablish cerita perseteruan tak pelak menggiring kita ke konklusi-konklusi yang bukan hanya terlihat plausible, melainkan juga tampak paling logis. Namun, sama seperti Joko Anwar yang suka memasukkan twist ke dalam filmnya hanya karena dia bisa, WWE juga lebih suka membelokkan arah ketimbang menyuguhkan sesuatu yang sudah banyak diprediksi orang. Atau dalam istilah lain, ketimbang nurutin kemauan fans.

 

 

Creative: Ada ide nih, gimana kalo kita bikin Balor enggak bisa mengendalikan kekuatan Demon King
Vince: Terus?
Creative: Bray menantangnya, menyebut Balor curang, dan bilang dia bisa ngalahin Balor tanpa kekuatan.
Vince: Menarik, terusin
Creative: Bray menyerang Balor sebelum pertandingan, menghajarnya sampe babak belur sehingga Balor dibopong ke backstage. Bray mengejek Balor pengecut. Balor angot, lari balik ke ring sementara Bray terkekeh layaknya heel sejati.
Vince: Ide bagus! Kemudian Bray kalah clean!!
Creative: Tapi Pak, kan inti ceritanya…..
Vince: Ya ya aku suka! Kalah tepat di tengah.

 

 

Ini bukan sesepele ekspektasi melawan kenyataan. Aku kesel bukan karena yang aku inginkan enggak kejadian. It’s just that mereka melewatkan begitu banyak kesempatan dalam pertandingan Reigns melawan Cena. Matchnya dibooking dengan cara paling biasa yang bisa dipikirkan oleh tim penulis. Mereka sebenarnya bisa melakukan banyak. Dari cara feud ini terbuild up, dari segmen-segmen promo yang dilakukan di Raw setiap minggu, ada banyak layer yang mestinya bisa diconvey ke dalam narasi pertandingan. But instead, Roman Reigns melawan John Cena hanya berlangsung dengan formula standar “banyak-banyakan kick out dari finisher”. Empat AA (di antaranya ada Super AA), couple of Spears dan Superman Punch tidak benar-benar menceritakan banyak selain adu kekuatan. Which is sangat menyederhanakan muasal feud mereka. Jikapun ada layer, maka WWE berusaha menanamkan ke kita bahwa ini adalah pertandingan terakhir Cena, mereka membuatnya paralel dengan match Reigns melawan Undertaker di Wrestlemania, yang mana kali ini enggak terasa meyakinkan karena masalah Cena pensiun kentara terlalu cepat untuk diperbincangkan sekarang.

Elemen yang paling nyata absen dari pertandingan mereka ini adalah aspek mempermalukan lawan. Padahal di promo mereka building up to this match, aspek humiliating ini kuat sekali. Cena ngatain Reigns wannabe, Reigns ngatain Cena The Rock wannabe. Simpelnya sih, alur saling menggunakan finisher lawan dapat digunakan untuk memfatilitasi aspek ini. Kita sudah melihat saling curi finisher di masa lalu dapat dengan mudah mengangkat pertandingan menjadi semakin seru. I think Reigns melawan Cena butuh aspek ini. Meskipun Reigns bilang dia bukan John Cena nomor dua, tetapi apabila kita melihat dia begitu desperate sampai-sampai harus menggunakan, katakanlah AA, akan membuat konflik yang lebih gede untuk karakternya.

Main event Lesnar melawan Strowman juga berjalan dengan formula yang persis sama dengan match Cena lawan Reigns. Lesnar kick out banyak finisher dari Strowman, dan berbalik memenangkan pertandingan dengan satu F5 pamungkas. Ini udah kayak kebalikan total dari gimana feud mereka dibangun. Aku paham mereka ingin melindungi finisher, tapi matchnya begitu antiklimatik seolah dari Braun looked strong ke dia kalah begitu saja seperti ada bagian yang keskip. In the end, match mereka ini yang terasa paling mengecewakan.

 

Toh ketika ada beneran yang di luar ekspektasi, hal tersebut menjadi high note yang masih bisa disyukuri dari keseluruhan acara. Celana baru Finn Balor bukan satu-satunya yang jadi highlight. Kejuaraan Wanita Raw mempersembahkan usaha-usaha yang luar biasa dari kelima pesertanya. Semuanya, terutama Nia Jax, terlihat kuat. Walaupun personally aku dukung Alexa Bliss nyaaaww, namun aku gak punya masalah sama siapapun yang menang di sini. My only problem adalah kalo mereka membuat Emma jadi korban pin. Dan hal tersebut sama sekali enggak kejadian. Matchnya begitu penuh energi sehingga semua prasangka buruk sirna, dan kita menikmati jalannya pertandingan.

Bukannya ingin kelihatan seperti penonton barbar yang haus darah, namun darah memang terbukti sebagai salah satu device yang penting dalam match-match WWE. Ketika kita melihat seseorang berdarah, apalagi yang enggak sengaja berdarah kayak Cesaro di acara ini, maka kita akan diingatkan bahwa pertandingan WWE adalah koreografi yang punya stake yang serius. Kita terbantu untuk mengingat bahwa superstar yang sedang kita tonton adalah tokoh-tokoh yang punya sesuatu yang mereka pertaruhkan, lebih daripada sabuk emas. Darah membantu kita untuk lebih menghargai superstar. Ada alasannya kenapa superstar-superstar jaman dulu lebih convincing dan punya aura ‘galak’ beneran. Kita sudah melihat Stone Cold Steve Austin bertopeng darah, Triple H mandi paku payung, The Rock dicurangii dengan brutal, Mick Foley jatuh dari kandang – dipukul pake kursi sampe muncrat, Eddie Guerrero’s over bladejob, even John Cena had earned our respect through a bloody match. Braun Strowman selamat dari ambulans maut dan emerging sebagai pahlawan di mata kita semua.

no mercy: no tooth, no cry

 

So yeah, blood helps, WWE shouldn’t shy away from it, dan darah (di luar eskpekasi) jualah yang membuat match yang hebat antara Cesaro dan Sheamus melawan Dean Ambrose dan Seth Rollins menjadi super hebat. Kita hanya bisa membayangkan apa yang bisa dilakukan empat superstar ini jika mereka benar-benar dibebaskan main sehardcore mungkin. Karena dengan limitation begini aja, mereka selalu berhasil menyuguhkan sesuatu yang seru dan menegangkan. Match mereka berhasil ngeupstage pertemuan mereka di Summerslam bulan lalu, aku pikir aku bisa menonton mereka sampai beberapa kali lagi.

Jason Jordan dan Enzo Amore adalah personifikasi yang tepat untuk kalimat “dari simpati menjadi apati”. Storyline anak Kurt Angle dengan cepat berbalik menjadi target cacian fans, meski Jordan bermain dengan gemilang di atas ring. Matchnya dengan Miz berjalan menarik, pas banget ditaroh sebagai pembuka, akan tetapi tidak mendapat reaksi seperti yang diharapkan oleh WWE. Kasus Enzo Amore lain lagi; dengan mic skill dan penjualan merchandise yang tinggi, Enzo ketiban push gede, tetapi semua orang membencinya di atas ring. WWE tampaknya ingin membuat Enzo seperti Eddie Guerrero, menarik simpati dengan curang-untuk-menang, clearly that doesn’t work. Kemenangan Enzo membuat anggota divisi Cruiserweight lain yang sebelumnya pernah bertarung epic dengan Neville menjadi termentahkan, seolah mereka adalah afterthought. Melihat dari konklusi after match mereka, bisa jadi WWE ingin mengcapitalized reaksi penonton dan mengubah Enzo dan Jordan menjadi heel.

Sekarang kita tahu kenapa Austin Aries minta keluar.

 

 

Aku tidak bercanda soal simpati jadi apati, karena memang ada salah satu peserta nonton bareng yang bilang udah jadi gakpeduli lagi sama WWE begitu No Mercy berakhir. Ada banyak momen bagus, seperti Roman Reigns yang possibily menoreh prestasi memberhentikan Undertaker dan John Cena dalam tahun yang sama, yang menjadi garing karena semakin ke akhir, pertandingan-pertandingan dalam acara ini kehilangan intensitasnya. They practically cutting Neville’s leg to push Enzo. Braun lawan Lesnar enggak sesuai hype banget.  Sukur masih ada yang memuaskan seperti kejuaraan cewek dan intercontinental. The Palace of Wisdom menobatkan Tag Team Championship sebagai MATCH OF THE NIGHT.

 

 

Full Result:

  1. INTERCONTINENTAL CHAMPIONSHIP The Miz retains over Jason Jordan
  2. SINGLE Finn Balor mengalahkan Bray Wyatt
  3. RAW TAG TEAM CHAMPIONSHIPS Dean Ambrose dan Seth Rollins bertahan atas Sheamus dan Cesaro
  4. RAW WOMEN’S CHAMPIONSHIP FATAL FIVE WAY Alexa Bliss ngepin Bayley sekaligus bikin Nia Jax, Sasha Banks, dan Emma kecele
  5. SINGLE Roman Reigns ngalahin John Cena
  6. CRUISERWEIGHT CHAMPIONSHIP Enzo Amore jadi juara baru ngalahin Neville
  7. UNIVERSAL CHAMPIONSHIP Brock Lesnar menang atas Braun Strowman

 

 

That’s all we have for now.

Remember, in life there are winners.
And there are losers.

 

 

 

 

We? We be the judge.

Leave a Reply