MOTHER! Review

“What if God was one of us?”

 

 

Aneh!
Apaan sih ini!?
Sinting.
Gila.

MIRING!!

Karya terbaru Darren Aronofsky, Mother!, akan terus jadi perbincangan penggemar film untuk bertahun lamanya karena film yang satu ini bikin frustasi ngebingungin kita. Ada kali, satu juta cara yang berbeda menginterpretasi film ini karena ceritanya dipenuhi oleh metafora, denyut-denyut psikologi yang bikin gak nyaman, ditambah dengan imaji visual yang benar-benar mengundang tebakan. Malahan bakal banyak orang yang akan jatuh membencinya, mengatai film ini pretentious, atau flat out tersinggung sama apa yang disampaikan. Darren Aronofsky juga terkenal karena filmnya yang suka niruin film lain, dan kita bisa menyerang Mother! karena dia cukup ngingetin sama Rosemary’s Baby (1968). I could totally see film ini bakal mendapat reaksi beragam, aku paham kenapa sulit tayang – bahkan gak bakal – di bioskop Indonesia, dan sepertinya ‘perpecahan’ pendapat inilah yang benar-benar dicari oleh Aronofksy. Dia sukses berat untuk itu – tak ada sangkal.

Jika kalian ditanya oleh teman Mother! ini film tentang apa, maka kalian bisa dengan simpel menjawabnya sebagai film yang bercerita tentang suami istri Jennifer Lawrence dan Javier Bardem yang rumah tenang nan damai mereka mendadak kedatangan banyak tamu tak-diundang. Orang-orang asing tersebut awalnya datang sebagai fan yang bersilaturahmi sebentar, tokoh Bardem adalah seorang pujangga terkenal, jadi wajar dia punya banyak pengagum. Awalnya nerimo dengan tangan terbuka, namun kelamaan Jennifer Lawrence gondok juga. Rumah mereka yang masih dalam tahap renovasi jadi berantakan. Tamu-tamu itu gak punya respek terhadap privasi ataupun sense kepemilikan. Kerja keras Jennifer ngerawat rumah tidak dipedulikan.

Ibu yang mestinya kita perhatikan, selain ibu kandung sendiri

 

Memperbaiki sesuatu yang rusak sebenarnya justru lebih susah untuk dilakukan ketimbang menciptakan seusatu dari awal. Makanya, tindak merawat, menjaga sesuatu, adalah sebuah tindakan yang harusnya mendapat perhatian lebih. Karena ia membutuhkan dedikasi; memberikan cinta, lagi dan lagi.

 

Akan tetapi, saat kalian menjelaskan, buatlah mimik wajah yang paling misterius sekaligus paling nyebelin di seluruh semesta. Karena memang seperti itulah film ini. Dari dokter seorang, besoknya datang istrinya, hari berikutnya anak-anaknya, terus saja semakin banyak random people yang datang, dan Jennifer menemukan lantai rumah mereka berlubang dan mengeluarkan darah, dan ternyata di balik tembok-tembok kayu yang dirawat mati-matian olehnya, rumah mereka punya jantung!

Film ini mengeksplorasi tentang banyak hal. Setiap percakapan dengan tamu mengandung makna yang berbeda untuk kita tangkap. Ada juga menyinggung isu lingkungan. Membahas tentang gimana ketenaran bisa mempengaruhi kita dan orang sekitar. Menilik dinamika hubungan rumah tangga. Namun, yang paling kuat menguar dari narasi film ini, tentu saja adalah tema teologinya. Ya, menonton film ini sama SEPERTI BELAJAR HUBUNGAN MANUSIA DALAM PELAJARAN AGAMA. Membahas hubungan sosial dengan sesama, dengan alam, dan dengan Tuhan.

Sebelum lanjut, aku mau ngasih tau sebentar kalo aku sengaja milih lay out blog yang menempatkan tags di awal, di atas isi ulasan, supaya bagi kalian yang membaca, kalian akan menemukan label spoiler di sana. Jadi, pertimbangkan juga ini sebagai peringatan karena aku akan jarang sekali minta izin untuk membeberkan apa yang kuperlukan dalam mengulas suatu film. With that being said, Javier dan Jennifer dalam film ini memainkan tokoh yang merupakan personifikasi dari Tuhan dan, ya, alam. Tokoh mereka enggak diberikan nama, Javier simply disebut sebagai dia; Him dengan huruf H besar. Dan Jennifer adalah Mother. Ibu. As in Ibu alam.

What if God was one of us?
Dia suka dipuja. Hanya pria, seorang kepala keluarga yang ingin rumahnya penuh oleh kehidupan. Jadi dia mengundang kita masuk ke rumahnya. Mempersilakan kepada kita semua fasilitas. Menyuruh istrinya untuk menyiapkan segala yang kita perlukan. Tapi sampai sejauh apa kita overstaying her welcome? Sampai kapan kita terus menyangkal kerusakan yang kita lakukan sementara sang istri terus beri dan memberi hingga tidak ada lagi yang bisa diberi? Tuhan menciptakan, alam menyediakan, dan manusia menghabiskan. SIklus eksistensi dunia. Kita mengambil seenaknya, use everything as we pleased. Dan reperkusinya hanyalah alam yang menderita.

 

Ada banyak referensi kejadian di kitab suci. Luka di rusuk yang dilihat Jennifer pada si dokter, mengisyaratkan bahwa tamu yang diundang oleh suaminya itu adalah Adam. Adegan di pagi berikutnya membuktikan referensi ini; kita melihat istri si dokter muncul gitu aja di pintu depan Jennifer. Larangan suami Jennifer dilanggar oleh dokter dan istri. Dan kemudian kita melihat anak mereka berkelahi, yang satu membunuh yang lain sebagai referensi dari kisah Habil dan Qabil. Sikap ignorant para tamu yang tetep duduk di wastafel, menyebabkan wastafelnya rubuh dan pipa air bocor, Jennifer ngamuk dan mengusir semua tamu keluar adalah penggambaran gimana manusia suka mengabaikan peringatan alam. You know, kita sering kebanjiran karena ulah kita sendiri.

Bagian favoritku adalah setengah bagian akhir. Kegilaan total terjadi di sini. Ada sekuen yang ofensif sekaligus disturbing. Rumah mereka dipadati orang sepadat-padatnya, pokoknya tempat itu udah gak berbentuk. Mereka membuat setiap ruang sebagai tempat pemujaan kaum masing-masing, lengkap dengan ritual dan segala macem hal disturbing. Menunjukkan bahwa kita terkotak-kotak padahal memuja satu yang sama. Kita melakukan hal yang gak rasional, supaya apa? atas nama Tuhan biar makin disayang terus dikasih tambahan rezeki? Dalam film ini memang Tuhan digambarkan sangat baik. Tokoh Javier Bardem gapeduli barang-barangnya rusak karena toh barang bisa dibuat lagi. Dia memberi izin. Sekalipun marah, dia meredam, dia biarkan dirinya dan istri menanggung luka

Disuruh nyapu rumah sama ibu ini artinya disuruh nyapu seluruh dunia

 

Cerita yang dicraft dengan sangat baik. Godly, kalau aku lagi mood bikin pun, tapi aku masih terguncang oleh film ini. Aku masih kepikiran, aku masih kebanyak bentuk, malahan warna rumah itu. Gimana setiap sudutnya mengeluarkan suara. Aku merasa masih ada layer yang belum kuungkap. Masih banyak simbolisme yang tidak aku mengerti. Dan mungkin aku tidak bakal pernah mengerti lantaran aku bukan orang yang seratus persen relijius. Karena bahkan tata kamera, sinematografi film ini diarahkan untuk punya arti. Setiap kali ada Jennifer Lawrence, dan aktor ini hanya absen di adegan pembuka dan penutup film, kamera terus menempel wajahnya. Selalu close-up shots, entah itu kita melihat rautnya yang bingung ataupun kita melihat rambutnya tergantung. Sampai-sampai kita jadi pengen berdoa, meminta wide shots, karena kita pengen melihat lebih jelas hal aneh menakutkan apa yang dilihat oleh tokoh ini.

Dengan sebagian besar waktu kamera ngikutin wajahnya, Jennifer Lawrence tidak bisa untuk tidak bermain total. Dia tampak innocent. Dia sangat vulnerable. Dia acak-acakan di sini. Kalo Oscar enggak ragu sama peran film aneh seperti begini, menurutku penampilan JenLaw sebagai Ibu pantas untuk diganjar piala emas tersebut. Javier Bardem turut menampilkan performa yang menarik. He looks full of himself, tapi tidak pernah dalam kesan yang antagonis. Satu hal yang menarik lagi adalah, demi bikin atmosfer randomnya orang-orang yang namu ke rumah, Aronofsky juga memasang aktor yang random. Aku gak tau apa-apa soal film ini, aku gak nonton trailer, gak baca sinopsis, sebelum nonton aku jahiliyah film ini tentang apa, apalagi mengenai pemainnya – I have no idea siapa aja, dan buatku, begitu aku melihat aktor-aktor yang pop out rasanya memang random banget. Membuat film ini semakin kuat mengakar.

 

Tapinya lagi, Aronofsky juga mengambil resiko agar filmnya ini bermain dalam lingkup konteks. Alur narasi ini juga bisa kita lihat sebagai semacam ramalan, dan dunia kita berada di babak ketiga film. Tinggal nunggu waktu kiamat haha. Dan actually, ini menjadikan pace film agak bermasalah. Kita melihat hal-hal simbolik yang gila, pengalaman sosial yang canggung dan unsettled, untuk kemudian tensi film menurun; kembali ke keadaan sehari-hari, dan berlanjut dengan gila kembali. Hal ini bisa bikin kita gak sabar, beberapa adegan juga dibuat sangat dragging, ditambah pula dengan banyaknya topik yang dijejalkan. So yeah, gak semua orang bakal suka. Bahkan aku bisa lihat bakal banyak yang benci. Filmnya aneh, menyinggung, mengganggu. Namun tak pelak, film ini bakal dibicarain banyak orang. Aku sendiri enjoy menontonnya, and it certainly can affect us all.
The Palace of Wisdom gives 8 out of 10 gold stars for MOTHER!

 

 

That’s all we have for now.

Remember, in life there winners.
And there are losers.

 

 

 

 

 

We? We be the judge.

Comments

  1. De VerFekli InSein says:

    Saya termasuk orang yang sangat enjoy dengan film ini, 9/10 nilai pribadi dari aku.
    WOW… numpang nanya bang, saya salut sama bang Arya bisa menangkap isi cerita seperti itu dan itu asli hasil pemikiran sendiri bukan referensi dari ngebaca situs lain? Hehehehehe
    Anyway, saya pribadi justru menangkap film ini adalah sebagai puisi hidup tentang seorang ibu yang selalu mengorbankan apa saja untuk orang-orang yang disayanginya!
    Nggak kepikiran sama sekali sih tentang Tuhan dan Alam… hehehehehe
    Tapi pas baca review ini saya jadi mengangguk-angguk sendiri.
    SPOILER, mungkin! Itu benda yang disiram Jennifer di toilet apaan ya? orok bayi atau apa?

    • arya says:

      Iya, soalnya di filmnya yg sudahsudah Aronofsky kan suka masukin agamaagama gitu. Plus kebiasaan nonton membagi jadi inner-outer journey. Ibu rumah tangga itu pastilah outernya, jadi innernya apa? Tapi awalnya aku menyangka Jenlaw ama Bardem itu yang Hawa ama Adam. Tinggal berdua saja di rumah – surga. Lagian nama mereka gak disebut. Mindset aku udah langsung ke agama sih, dokter itu kukira Tuhan hahaha.. Begitu adegan ada dua bersaudara yang kelahi itu, abangnya cemburu sama adik, barulah aku mikir kayaknya aku kebalik. And rest of it, semuanya klik.

      Tapi tetep aja masih banyak percakapan tamu2 dan gambar2 yang belum aku ngerti maknanya apa. Benda di toilet itu salah satunya. Menurutku, kayaknya itu sisasisa rusuk yang dipakai untuk proses penciptaan Hawa/Istri si dokter pada malam sebelumnya deh

      • De VerFekli InSein says:

        SPOILER!
        Setelah nonton 2X baru nyadar bang kalo puisi yang dia publish itu menyimbolkan kitab suci yang turun dari Tuhan, makannya pas dipublish semua orang berdatangan dan ingin dekat dengan “Pujangga”, mereka menafsirkannya dengan versi sendiri hingga membuat manusia jadi terkotak-kotak dan bertingkah irasional.
        Bayi JLaw yang lahir menyimbolkan Isa/Yesus dan dikorbankan.
        BTW aku jelas banget mendengar suara teriakan “Allahhuakbar” pas adegan bayi di angkat orang-orang hingga terkencing. (Kagak ngerti maksudnya apa!)
        BTW 40 menit terakhir merupakan momen paling mencekam dalam film ini, dunia kacau balau serasa mau kiamat dan gitu deh…

        • arya says:

          wah iya ya, masuk akal jadinya kenapa pekerjaannya sebagai poet
          gila memang itu 40 menit terakhir, nunjukin praktek praktek ekstrimis bgt.

          btw salut bisa sanggup nonton dua kali dalam waktu berdekatan hahaha

  2. finachy says:

    Hey i just want to say thank you very much. Karena tulisan bang arya saya jadi nonton banyak film baru yang menarik2. Reviewnya bagus banget, bersemangat dan bikin penasaran sama film tanpa harus spoiler. Senang ketemu sama orang yg sangat passionate saat bikin review. Baca review dr cinemagz dan amiratthemovies sama baca disini itu feelsnya beda benget.

    Terimakasih sudah sharing sama kita. Pengen deh mydirtsheet bikin top disney movies/top pixar movies/top nolan movies.

    • arya says:

      waah terimakasih banyak apresiasinya Mbak, semoga bisa memberikan warna warni dan bikin gak cepet bosan nonton film, karena kau suka film, suka ngobrlin film, apalagi nemu sama penggemar film juga..

      iya sih pengen bikin daftardaftar top gitu, tapi gak kekejaaaar.. baru nyusun eh disney udah ngeluarin film lagi, Nolan bikin lagi, jadi harus update favorit lagi ahaha

  3. yupina says:

    Yah, kalo bagi orang yg nonton sebagai hiburan berpikir ini film cuma tentang seorang Ibu yg melayani dan patuh sama suami, dan melindungi anaknya. Dan marah atas rumahnya yg dibikin rusak sama seseorang karena sudah capek benerin rumah, dan bertanya kenapa? dan apa yg terjadi? sampe2 gak ada kesimpulan dalam film ini dan penonton layaknya seperti mother yg harus menyimpulkan sendiri apa yg telah terjadi hehe

    sumpah gak kepikiran kalo disangkut pautan sama agama, cuma kalo diinget lagi sih sampe kepikiran juga kalo film ini sebenarnya emang menyindir tapi bukan agama melainkan dunia ini yg sudah kacau balau dan menunggu kiamat dan tercipta lagi setelah kiamat.

      • arya says:

        ya begitulah di dunia nyata seperti yang kita yakini

        tapi sutradara film ingin mengajak kita melihat ke dalam imajinasinya; dia membuat dunia reka di mana Tuhan adalah seorang sedikit narsis yang terus mencipta dunia karena dia punya terlalu banyak cinta untuk diberikan

  4. jstory says:

    Selesai nonton film ini langsung nyari review di google, karena benar2 sangat membingungkan. Banyak adegan yang membuat perasaan tidak nyaman tapi entah kenapa tetap ingin melanjutkan nontonnya.
    Saya tidak kepikiran sama sekali ke arah Tuhan dan ciptaannya, hanya saja ketika setiap JLaw mengalami kesakitan pada sepertiga akhir film membuat saya berpikir ini ada hubungannya dengan zaman atau peradaban yang berganti-ganti setiap kali JLaw kesakitan akibat kandungannya.
    Ini film yang gila, saya nonton film ini tanpa persiapan apapun, entah itu trailer dan bahkan saya ga melihat genrenya sebelum nonton.
    Terima kasih reviewnya, jadi lumayan tenang dan bisa tidur.
    😀

    • arya says:

      samasama makasih udah baca. Bener setuju, nonton film paling enak tanpa persiapan apapun, jadi berasa banget surprisenya.
      Oiya, bener juga teorinya, reaksi kesakitan JLaw bisa berhubungan ama pergantian jaman. gila ni film banyak banget lapisannya

  5. Heta S. Ramadhan (@HetaSR) says:

    jujur aja awalnya nonton film ini penuh dengan teka teki, berpikir mau dibawa kemana ini plotnya dan di akhir agak kecewa karena masih belum terpecahkan semuanya. Tapi lagi lagi rasa penasaran saya muncul, pasti film ini punya maksud keren, dan film ini mengandung seni yang hebat dan yak! bener aja mas Arya udah review semua film ini. Terimakasih semua terpecahkan!

    • arya says:

      Ahahaha thankyou, masih banyak sih yang aku bingung dari film ini, aku bisa aja salah, tapi kayaknya memang Alam dan Tuhan ini yang jadi ide pokok pembuat filmnya

  6. Yusi Septiani (@Oesyusi) says:

    Kak maksud kristal yang ada di jantungnya JLaw itu apa?
    Akhirnya kristal itu di pajangkan? kayanya itu benda yang penting banget buat si suami JLaw.. Aku baru nonton 2 hari yang lalu dan masih kepikiran sampai sibuk nyari reviewnya 😀

    • arya says:

      nah kristal ini salah satu yang masih aku belum begitu jelas, di satu sekuen peran kristalnya sebagai ‘buah khuldi’ yang dilarang disentuh oleh Him, tapi dilanggar dan pecah dan tamu-tamu diusir keluar.

      tapi di awal dan akhir film kita lihat kristal ini kayak sumber dari penciptaan semua; rumah, JLaw. Abis semua kebakar, dari abu jadi kristal, trus dari kristal jadi rumah dan semua. Mungkin itu simbol kekuatan Tuhan, tapi kalo dihubungkan sama buah khuldi tadi, jadi gak cocok, makanya aku masih bingung

      • Joy Agustian says:

        aku rasa kristal terakhir yang dicabut dari dadanya JLaw itu merupakan interpretasi “mother” yang sesungguhnya, deh. kita semua tahu, nggak peduli sebanyak apa pun seorang ibu dilukai, pasti dia akan selalu memaafkan. meaning, dia punya hati yang tulus untuk memberi ampunan dan cukup kokoh untuk bertahan. sekali lagi, ini sih interpretasi aku aja. hehe

  7. Giovanny Epita (@GO_vanny) says:

    Wow… baru aja saya selesai nonton. Setelah di ending ada sosok wanita yg mirip Mother! nya manggil “Baby”, saya langsung scroll lagi ke awal hanya untuk membandingkan gaya JenLaw manggil “Baby” juga.

    Karena judulnya Mother! Saya jadi malah fokus ke arah situ. Ketika istri dokternya bilang kalo JenLaw ga bakal bisa mengerti gimana rasanya kehilangan seorang anak dan saya udh nebak pasti JenLaw jg akan menghadapi kondisi semacam itu. and it really happen!

    Dan saya masih bingung knp Istri dokter itu dibuat jadi antagonis ya? Mungkin semacam manusia sekarang yg udh dikasih enak, hospitality etc tp masih aja belum puas. Tatapan dan smirk istri dokter ke JenLaw terakhir kali itu seriously bikin merinding.

    Overall, teori tentang agamanya good juga. Thanks for the review.

    • arya says:

      Tanda seru di judulnya itu maksudnya apa ya? Sebagai tanda bahwa film ini adalah peringatan mungkin ya.. aku belum seratus persen juga sih..
      Semua tamu di film ini memang disengaja antagonis gitu ke Ibu karena memang film ini dari sudut pandang tokoh Ibu. Mungkin di dunia nyata, Alam memang menganggap Manusia adalah musuhnya hhaha

      Makasih udah mampir baca 😀

  8. Heru1208 says:

    Ternyata bukan saya saja yang merasa kebingungan setelah nonton film ini.. di tengah adegan film sempet pengen dimatiin aja saking anehnya ini film.. tapi penasaran kali aja di endingnya bisa ketebak maksudnya apa.. dan hasilnya tetep bingung.. setelah lihat review di blog ini baru mulai mengerti maksudnya mungkin itu.. sosok yang diperankan bardiem mungkin personifikasi dari tuhan dan Jlaw sebagai mother nature. Kristal yang jadi penanda adanya kehidupan lagi itu kan berasal dari cinta si ibu.. nah tinggal penjelasan arti cinta yang bisa membuat kehidupan itu gmana maksudnya..
    Thanks mas arya atas reviewnya.. setidaknya udah gak bikin wajah saya berkerut mikirin film ini hahaa

  9. Maceda says:

    Asli mas, blog ini mencerahkan bgt. Pas brs filmnya sama sekali ga ngerti maksudnya apa. Tp setelah baca blog ini lgsg terang bgt tiap adegannya menggambarkan apa. Semoga kita masuk kategori tamu yg tau tatakrama. Sakit nih film

  10. PuriOrchardJakarta says:

    Reviewnya keren abis, dr bingung nonton film ini sampai jadi oh iya ya, oh jadi gini
    Well abis baca ini review totaly jadi ngerti
    Dan dalem bgt artinya film ini
    Dan mgkin buat tambahan x ya
    Di adegan si mother kehilangan anaknya, untuk di persembahkan ke pada para pemuja Him. Jadi inget kisah dari Bible dari kristiani.
    Like God give Jesus and died because of human.
    Tapi Him tetap minta sang mother untuk forgive mereka.
    Kena bgt.
    Well bener” keren.

  11. Deci says:

    Btw, saya habis nonton dan langsung cari review dan website ini yang ketemu. Tercengang dengan fakta yang dibeberkan, karena memang klop dengan semua adegan di film, terus coba baca review media terkenal, tapi justru yang ada mereka menilai film ini kacau. Membuat berpikir lagi untuk kedepannya, mungkin antara film itu benar-benar kacau atau si pe-review yang sama sekali gagal memahami film. Btw, good job untuk review film Mother, sempurna bagi saya.

  12. Amerbayu Zanna Gumilar,SE says:

    Wah ulasan yg bagus bang. Aku baru aja sempetin nonton.
    Dan penuh penasaran.
    Sampai2 aku coba flashback lg utk memahami setiap kata2nya.

    Terus aku googling deh
    Dan ktemu ulasan abang.
    Dan sip beres hilang penasaran.

    • arya says:

      Sesuatu yang nyumbat kloset, kayak daging itu kayaknya bekas penciptaan Hawa deh, Him sama si dokter di awal-awal kan duduk di kamar mandi.

      Kalo lalat aku gatau, tapi mungkin itu referensi dari Alkitab? Ada kisah plague lalat kan ya kalo ndak salah

  13. Rz Dr says:

    Baru kelar, sempet inget abis JL ke bakar lagi di gendong, si J bilang “the begining” ini kaya kiamat, dan di ciptakannya dunia baru

    review nya juga bagus gan ntap baru ngeh kalo ada senggol agama di film nya pas menit akhir si keliatan banget juga pas di puja-puja.

    lumayan lah film nya bikin emosi rumah orang main di acak-acak. hehe

    • arya says:

      makasiih..
      emosi banget liat orang-orang gak mau dibilangin! Ahahaha.. aku liat lemari berantakan aja misuh-misuh, gimana JL seisi rumahnya diacak-acak yaaa

  14. jeremiah says:

    Halo mas/bro arya thank you atas review nya nih hehe. Saya sendiri sebelum nonton udh cb cari2 sinopsis singkat gtu biar ngerti dikit. Ternyata masih terlalu sukar untuk dimengerti. Pertama saya kira Him nya itu Allah dan Jlaw nya Yesus kalo ini emang ada unsur teologinya. Ngomong2 bro arya ini emang suka nontom film spti ini atau lebih dr itu? Mungkin kuliah perfilman? Karna kalo saya baca review dr bro arya ini hebat jg analisisnya. Kalo ada ig saya boleh mnta ya? Buat nanya2 aja klo bingung2 lg ttg film hehe.

    • arya says:

      hahaha susah memang filmnya, aku belum ngerti semua juga..

      aku suka nonton doang, banyak nonton, terutama yang aneh dan psikologis, tapi sayang aku gak kuliah perfilman, makanya kadang-kadang aku suka makek istilah sendiri karena gatau term nya hahaha

      pengen film banget sebenarnyaa, tapi ya itu ilmunya gak ada – cuma tau skenario dll dikit otodidak dan diajarin sama mentorku.

      instaku aryaapepe, jarang update sih, tapi silahkan kalo mau tanya-tanya di sana

  15. Gifari says:

    Hebat mas arya,,, salut… film ini ternyata memang menggambarkan tentang Tuhan dan alam serta ciptaan. Namun tentu saja tidak mungkin semua teka teki dalam film ini dapat dipahami maknanya, terutama oleh penonton beragama Islam,, karena sutradaranya adalah non Islam. Yang sejalan dengan agama Islam contohnya tentang Nabi Adam ‘alaihi salam, buah kuldi dan pengusiran dari surga. Tetapi banyak pesan dari teka teki lain yg bertentangan dengan ajaran Islam atau Al-qur’an, yang menyebabkan banyak penonton muslim tidak mengerti teka teki yg lainnya. Dan jelas film itu sulit tayang di bioskop Indonesia yg mayoritas beragama Islam, karena menggambarkan sosok Tuhan, yg mana sangat dilarang dalam ajaran agama Islam

    • arya says:

      benar sekali, banyak benturan ketika mencoba memahami simbol-simbol terutama buat yang kepercayaannya beda. Bahkan di luar sana katanya penonton yang sekepercayaan aja banyak yang ‘tersinggung; juga sama film ini. Tapi Desember kemaren aku sempat lihat poster Mother! di bioskop, terus mikir “ha masa iya, nekat amat kalo nayangin di sini” 😀

      • Agung says:

        Oiya gw ngeliat di lobby XXI ada poster film ini, ya gw kira film tentang Love / Romance gitu, karna gw ga suka film bernuansa romantis, makanya gw ga ada rasa pengen lihat Trailernya. Tapi setelah nonton film ini di website kesayangan gw hahaha, lalu baca review, seperti salah satu dari pasangan itu menggambarkan Tuhan? I dont give a shit men, seriuosly gw bakal nyesel kalo nonton itu di bioskop, karna penggambaran sosok Tuhan “sebagai” tidak boleh dan di larang di Islam.

        • arya says:

          hahaha tapi kan belum tentu juga begitu, kalo pun iya toh hanya penggambaran Tuhan menurut keyakinan si pembuat filmnya, it’s still a fiction 😀

  16. soearadiri says:

    Hebat, asli bang Arya bisa ngejelasin sampai sejauh itu. Sama, dari awal saya juga ngira javier itu yang adam tapi pas dua anak itu saling bunuh baru deh related, ditambah lagi sama poster baru yang dirilis di twitter jadi makin ngerti( meskipun yaa gk semuanya ). Awalnya sih ragu karena rating film ini kecil banget, cuman karena dulu terpesona sekali sama BLACK SWAN jadi ya udahlah. Tapi ini malah jadi film paling gila yang pernah saya tonton. I said “What the f**k” berkali-kali.

    Nice review, btw

    • arya says:

      makasih, iya sama, aku juga tadinya nyangka begitu – dokternya yang tuhan, taunya datang anak-anaknya yang saling bunuh.. Mungkin karena terlalu weird ya, jadi pengaruh ke rating

      • soearadiri says:

        Satu kekurangan mingkin terletak di bagian akhir, yang menghancurkan kesan “real” yang terus terjaga sepanjang film. I mean dari awal hingga adegan terakhir bisa saja benar-benar terjadi di kehidupan nyata, kan? dimana sepasang kekasih mengasingkan diri di suatu tempat dan membangun rumah yang mewah, kemudian ada tamu tak diundang kemudian bla bla bla si pria menjadi mendadak terkenal dan di datangi banyak orang dan kericuhan mulai terjadi hingga si istri melakukan hal gila dengan menghancurkan segalanya, that’s it, end…

        • arya says:

          benar, sepertinya hal ini yang menyebabkan Mother! enggak dilirik penghargaan – gak ada kesan ‘real’, filmnya membunuh kesan real pada setiap poin cerita, semuanya menjadi semakin aneh. Penjelasan yang ada hanyalah film ini memainkan ulang; gambaran disturbing dari skenario kitab suci, dan agama enggak pernah benar-benar dianggap sebagai sebuah jawaban yang real buat audiens; khususnya audiens orang barat haha

      • soearadiri says:

        Waduh kalo masalah penghargaan saya rasa JLaw layak masuk salah satu slot nominee best actress tahun ini deh, saya lebih simpatik peran dia di film ini dari pada di SILVER LINING PLAYBOOK (si nenek di AMOUR jauh lebih layak). Tapi yaa berhubung kategori Best Actress tahun ini “penuh” sekali jadi ya sudahlah. Kalo kategori yang lain gak tau yaa. Cinematografi, mungkin?

  17. De VerFekli InSein says:

    Bagi yang penasaran dengan air kuning yang sering diminum Mother, itu simbol air dan matahari yang memberikan kekuatan untuk alam dan bumi.

  18. princess warrior says:

    Setelah nonton film mother, aku mencari2 soal film ini di google. Karena film ini membuat bertanya2 bahkan setelah selesai nton, karena ending nya ternyta tidak sesuai dgn ap yg ak tebak2 di kepalaku.. jadi lah bahkan setelah selesai menonton saya masi Terus bertanya2, hingga mencari di internet.
    Dan lalu ak menemukan web ini dan THANKS, dr tulisan ini saya mulai mengerti se bagian besar dr isi film ini dan akan menontonnya sekali lagi..
    Aku pribadi menyukai film2 misteri si-fi yg membuat kita menyeritkan dahi berpikir dalam tentang film yg kita nton, tp MOTHER. Jelas2 sangalah berbeda dr film2 yg ud di tonton.. begitu banyak arti dalam se buah film, 1 kata KEREN buat penulis dan pemain2nya..
    Ga gampang ya menulis alur cerita begini…

    • arya says:

      setujuuu.. salut banget untuk orang-orang di balik film Mother! ini, mereka punya nyali di samping punya ide. Lucunya, banyak yang sepertinya ‘takut’ sama keberanian film ini, buktinya gak sekalipun dia dilirik award tahun kemaren, kecuali nominasi buat award yang terburuk 😀

  19. Paula Octavia says:

    Hai. Hmm mulai dari mana ya hehe. Mas pertama kali aku baca dan skg aku jdi ngerti mksud dri film ini. Awalnya cuma pasang muka yg gakaruan abis nnton film ini. Nnton ini udh cukup Lama tapi baru ngerti pas baca tulisan di artikel ini. Seneng bgt jdi ngerti hehe, btw aku penggemar film. Smua jenis film aku suka mas. Addict bgt kalo sama film sehari bisa nnton 3-4 film. Kalo ada yg ga ngerti pasti cari tau haha. Thanks buat infonya. Udh pernah ulas the shining (1980) mas?

    • arya says:

      Halo, Paula, salam kenal, semoga gak kapok ya mampir ke siniii

      wah aku paling kuat, nonton dua film sehari, itu juga pasti puyeng abis nontonnya hihihi

      beluumm, pengen sih bahas film-film lama terutama horor, tapi aku ngejar film baru aja udah keteteran. Kalo ada spesial occasion, aku bikin ulasan klasik deh, aku sebenarnya dari dulu pengen review film-film kayak Shining, Misery, Rosemary’s Baby, Eraserhead tapi belum kesampaian

  20. Ai Biru says:

    Thanks banget..bangett atas reviewnya 🙂 sumpah selsai nonton film ini tuh berasa banget pusingnya, mual, capek tapi enjoy dan segala macam tebak-tebakan maksud dari film ini tuh apa. Trus dengan review ini berasa kayak kebuka, beberapa opini-opini yang menurut saya masuk akal atau baru engeh. Pokoknya bagus banget ngejelasin opininya tanpa bikin pusing! thanks sekali lagi 🙂

  21. khaliqabdi says:

    Saya membayangkan! Mungkin nggak sih film ini akan berjaya di Oscar kemarin andaikan salah satu pemainnya berkulit putih, sebut saja Javier Bardem diganti Denzel Washington? Atau JLaw diganti Lupita Nyong’o! Meski saya tetap nggak rela sih andai karakter JLaw di sini diganti aktris lain. Hahahahaha…

    • arya says:

      wahahaha good thinking.. menarik nih, kayaknya bener juga sih, kalo ibunya aktor kulit hitam sepertinya bisa nambah depth dan jadi naik relevansi sosialnya di mata petinggi-petinggi academy.. aduh asa garela ya JLaw diganti xD

  22. khaliqabdi says:

    Bang, udah nonton Frailty (2001) yang dibintangi Matthew McConaughey belum? Film Thriller psikologis yang keren menurut saya, meski baru nonton beberapa hari yang lalu sih.

  23. putri says:

    Cuma mau beri tahu saja mas Arya, yang benar kata memengaruhi bukan mempengaruhi :), saya suka baca blog Anda, tapi sering menemukan kata tersebut 😉

    • arya says:

      Ah iya kamu benar, dalam bahasa indonesia kata dasar berawalan p akan luluh jika bergabung dengan awalan ‘me-‘. Aku salah karena menganggap pengaruh itu kata dasarnya ‘aruh’ – aku terbawa bahasa melayu karena besar di Riau – sehingga tidak meluluhkan p-nya.

      Terima kasih koreksinya 😀

Leave a Reply