THE CLOVERFIELD PARADOX Review

“The second time you make it, it’s not mistake, it’s a choice.”

 

 

Planet sudah nyaris kehabisan sumber daya energi. Penguasa-penguasa minyak di dunia mulai insecure, mereka pun rebutan tetes-tetes terakhis emas hitam tersebut. Dunia sedang perang, Bumi sedang kritis. Teknologi berusaha menjawab masalah ini dengan mengirim beberapa orang ahli ke satelit luar angkasa, guna mengoperasikan accelerator partikel bertenaga tinggi. Entah bagaimana dengan menembak ruang angkasa dengan partikel tersebut bisa memberdayakan dan memperbarui kembali sumber energi di planet Bumi, kita enggak pernah tahu lantaran ada masalah yang lebih gede ketika hal keren itu dilakukan. Kali ini para astronotlah yang enggak menghiraukan, mereka sudah bekerja dua tahun untuk menyempurnakan accelerator. Waktu sudah semakin menipis dan boom!!! Mereka berhasil….. melenyapkan bumi entah kemana. Satu planet gede raib begitu saja, bayangkan. Ternyata benar saja, dimensi lain itu terbuka oleh gaya yang dihasilkan oleh energy accelerator. Mengirim mereka terbang menembus dunia yang satu lagi, sementara monster-monster entah dari mana bermunculan di Bumi tempat dua film Cloverfield sebelumnya terjadi.

kayak Rick dan Morty, hanya saja film ini lucunya enggak lucu.

 

Aku pikir semua orang pada kaget ujug-ujug film ini keluar nyaris barengan ama trailernya yang nongol di Superbowl. Tayangnya di Netflix pula, bukan lagi di bioskop. Aku enggak yakin apakah ini langkah desperate atau memang mereka mau ngasih kejutan, yang jelas ini adalah taktik marketing yang cerdas. Ini membuat banyak orang membicarakannya, membuat orang penasaran. Terlebih karena Cloverfield pertama (tayang tahun 2008) dengan sekuelnya; 10 Cloverfield Lane (2016) adalah seri yang begitu jauh berbeda. Saking uniknya udah kayak film yang enggak ada hubungannya. Film pertama adalah thriller tentang kota yang udah dikuasai monster, aku suka banget filmnya dengan efektif memakai footage sebagai gimmick untuk menambah keunknownan kita terhadap monster dan apa yang sebenarnya terjadi. Film kedua, aku eventually lebih suka ini kecuali bagian akhirnya, lebih sebagai confined-psikologikal thriller tentang cewek yang gak yakin apakah dia sedang diculik atau memang sedang diselamatkan. Baru saat babak terakhir, dan kemudian dipastikan saat endinglah, kita melihat keduanya bisa jadi adalah cerita yang berhubungan.

Film ketiga ini, seharusnya menjembatani dua film tersebut, atau paling tidak menjelaskan misteri apa yang sebenarnya terjadi kepada Bumi. Dari mana monster-monster itu. The Cloverfield Paradox bisa saja melanjutkan ‘tradisi’ cerita yang berbeda setiap sekuelnya, sebab yang kita dapat di sini adalah sebuah thriller tertutup di luar angkasa, namun sayangnya film ini justru membuat kita lebih bingung lagi dalam menyambungkan, dalam memahami, apa yang terjadi di semesta Cloverfield.

Meski begitu, film ini memang melaksanakan tugasnya. Kita berhasil dibuat memikirkan ulang kembali mengenai franchise ini setelah menontonnya. In some ways, film ini memberikan kemungkinan-kemungkinan baru terhadap pengembangan universenya. Namun di pihak lain, film juga melakukan hal-hal yang tampak ‘menghancurkan’ apa yang sudah dibangun. Paling tidak, untuk saat ini kelihatannya begitu. Now, jika kalian menonton film ini dengan enggak peduli atau malah mungkin enggak tahu bahwa ini adalah bagian dari suatu franchise,  kalian akan mendapati  The Cloverfield Paradox  sebagai thriller sederhana yang simpel tentang kru astronot yang satu persatu tewas. Ini bagus, film ini mampu berdiri sendiri sebagai sajian yang enjoyable. Enggak masuk akal, namun tak pelak menghibur. Akan tetapi, jika kita mencoba melihat gambar besar yang utuh, film ini benar-benar adalah sebuah paradoks.

Aspek dunia multidimensinya lah yang membuat hal menjadi unnecessarily ribet. Kita bisa kepikiran teori yang membangun film ini ataupun teori kenapa film ini jelek dengan sama banyaknya. Dan menurutku di situlah letak kekurangan film ini; ENGGAK JELAS. Padahal film ini sepertinya lumayan mengerti pijakan horor atau thriller yang bagus. Bahwasa ceritanya harus bisa menghantui tokohnya secara personal dengan ketakutan universal seperti rasa bersalah, kesepian, ketidaktahuan. Tokoh utama kita punya masa lalu yang tragis. Dia merasa bersalah atas kematian anak-anaknya, dia melakukan sesuatu (suatu hal yang bego) yang menyebabkan rumahnya terbakar. Pada inti setiap cerita horor yang baik selalu ada konflik bermakna yang dikaitkan dengan kejadian seram yang terjadi, yang menjelaskan kenapa hal tersebut menimpa si tokoh. Film ini, sepertinya dibuat oleh orang-orang yang gak tahu pasti mau bercerita apa. Masalah ketakutan personal tokoh utama tidak pernah benar-benar didukung oleh hal-hal ‘ekstraterestial’ yang mereka masukin ke dalam narasi. Sama sekali tidak ada penjelasan kenapa kita menyaksikan tokoh yang kehilangan lengan karena kesedot dinding, tapi dia gak merasa sakit – malah bercanda setelahnya. Tidak ada pemahaman kenapa kompas keren para kru hilang dan muncul di dalam dada teman mereka yang meninggal setelah tubuhnya mengeluarkan banyak cacing.

Setiap dari kita pasti enggak akan menolak jika dikasih kesempatan untuk balik memperbaiki kesalahan. Tapi, di dunia nyata, kita unlikely bakal dapat kesempatan kedua. Pelajaran yang bisa dikutip dari film ini adalah bukan dengan hidup tanpa membuat kesalahan sama sekali, melainkan kita harus belajar dari kesalahan tersebut sehingga kesalahan yang sama tidak terjadi dua kali.

Penjelasan yang ada sama enggak masuk akalnya

 

 

Alih-alih mengerikan, kejadian film ini jatohnya jadi konyol. Kita tidak pernah benar-benar peduli sama para tokoh, yang memang enggak mendapat karakterisasi yang memadai. Setiap kematian tidak terasa seperti kehilangan, apalagi kesedihan. Di antara semua hal-hal tak masuk akal yang mestinya ada kepentingan itu, film justru sempet-sempetnya masukin adegan eksposisi yang paling enggak dibutuhin; video seorang pengarang buku yang mengembangkan teori dimensi dunia mengungkapkan gelisahnya mengenai kemungkinan dua dimensi berbenturan. Tak pelak adegan ini menerangkan filmny sendiri dengan sangat gamblang. See, film ini bahkan tidak mengerti kapan ambigu itu harus diterapkan.

Ending film ini secara praktis membuat aku bingung dengan keseluruhan timeline franchise Cloverfield. Kita melihat monster yang sama dengan di ending film pertama, tetapi ukurannya jauh lebih besar. Adegan monster itu menembus awan sebenarnya cukup impresif jika konteks ceritanya kuat. Jadi apakah film ketiga ini merupakan awal dari film yang pertama? Apakah mereka bahkan ada di dunia yang sama? Di akhir film pertama, kita melihat runtuhan satelit jatuh sebagai awal dari kedatangan monster. Di film ketiga ini, however, satelit yang jatuh terjadi di Bumi yang Lain. Jadi tokoh film ketiga enggak hidup di tempat yang sama, dan kita bisa simpulkan monster di Bumi yang Lain berukuran lebih kecil – atau belum berkembang. Akhir film 10 Cloverfield Lane menunjukkan dunia sudah semacam diinvasi oleh Alien, jadi kemungkinan timeline film ini paling belakangan. Kesimpulanku adalah film ketiga terjadi duluan, diikuti oleh film pertama, dan kedua. Dengan film ketiga berada di dunia yang berbeda dengan film pertama, sedangkan film kedua masih abu-abu terjadi di mana. Masalahnya adalah, kita kerap dibawa balik ke tokoh suami protagonist yang tinggal di bumi, dan dia berkomunikasi dengan hape kekinian. Timeline ini begitu membingungkan buatku; film sepertinya sengaja mengaburkan penunjuk waktu sehingga kita enggak benar-benar tahu apa terjadi kapan kepada siapa, dan ini disengaja biar film masih bisa terus menelurkan cerita lain. Dan dengan dunia multi dimensi ini kemungkinannya akan nyaris tak terhingga.

 

 

Film ini masih bisa menyenangkan untuk ditonton, sensasi thrill dan terkurung di tempat tertutupnya cukup menguar meskipun karakternya tidak kita pedulikan. Ini juga adalah sebuah cerita yang cepet, kelihatan ingin menyumpelkan universe rumitnya ke dalam durasi yang mestinya bisa diperpanjang lagi demi narasi yang lebih kohesif. Namun pada akhirnya yang paling mengganggu adalah betapa malasnya aspek penceritaan dengan eksposisi yang salah tempat dan banyak hal konyol yang enggak masuk akal, malahan tampak dipaksakan. Paradoks yang ada ialah hal terbaik pada film ini bukanlah filmnya sendiri, melainkan promo marketingnya, dan sesungguhnya kita semua pasti akan lebih menikmati film yang ceritanya pinter dibandingkan film yang marketingnya keren.
The Palace of Wisdom gives 5 out of 10 gold stars for THE CLOVERFIELD PARADOX.

 

 

That’s all we have for now.

Remember, in life there are winners.
And there are losers.

 

 

 

 

We?
We got the PIALA MAYA for BLOG KRITIK FILM TERPILIH 2017

Comments

  1. M. Fajar Gunawan (@mfajarg) says:

    bingung jg gw kenapa tiba2 kemaren “booom” downloadannya muncul dlm berbagai versi pdhl info terakhir msh rilis beberapa bulan lg. film ketiganya ini blm gw tonton (walopun dah auto-download kmrn). film pertama-kedua gw suka, dan msh penasaran dgn apa yg ditawarkan sama film ketiga apalagi msh diproduserin sama om JJ Abrams. setelah baca review, kyknya mesti nurunin ekspektasi thdp film ini. Mgkn karna ke-ga jelas-annya ini, akhirnya ga jadi dirilis sama Paramount ya, yg emg ragu sama kesuksesan film ini. Kelihatannya ceritanya malah bikin absurd cloverfield-universe yg udh terbangun selama ini ya..

    • arya says:

      hahaha iya, ketinggian ekspektasi – sama aku udah keburu pede filmnya bakal menjawab semua, taunya enggak, misteri Cloverfield masih berlanjut tapi makin ke sini makin agak-males nungguinnya

  2. wawan Setiawan says:

    shering film2 yg memusingkn kepala dong… apa aj.. mau tentang drama ato trhill dll…. contoh 12 angri man, ato split,

  3. Rian says:

    Numpang komen untuk di tanggepin yaa hehe
    Gua baru aja nonton ini film nah yg gua tangkep jadi film ketiga ini berada sebelum dan saat terjadinya film pertama. Alasan sebelum film pertama karna, adanya pengirimin kru ke luar angkasa krn sumber energi dibumi bakal abis jadi dijalanin misi penembakan shepard ke arah bumi untuk penghasilan energi, nah ada scene dimana karakter monk/dokter yg agamis nonton siaran video dimana dijelasin kalo menurut si peneliti (entahlah dia siapa) didalam siaran video tersebut, bilang kalo penembakan shepard itu selalu gagal bisa nimbulin dimensi lain keluar dari jalurnya (alien/monster), nah penembakan itu emang selalu gagal apalagi mereka udah sekitar 2 tahun diluar angkasa kan, jadi bener ga sih si anggota shepard itu secara tidak langsung ngebuka dimensi lain itu keluar dari jalurnya? Lalu, bumi ga lenyap cuma si pesawat shepard terlempar jauh dan masuk ke dimensi lain (yg sama persis namun punya dimensi waktu yg beda), sampe ada si Mina (cewe yg muncul di dinding krn dimensi waktu?) nah saat itu kejadian diluar angkasa, di bumi pun mulai muncullah si alien/monster keluar dari jalurnya tadi. Sampe akhirnya mereka kembali lagi ke dimensi yg sebenernya dan penembakannya berhasil cuma si suami ava yg dibumi bilang seharusnya jgn balik ke bumi krn invasi alien/monster (ending film ketiga sama dgn film pertama). Nah itulah alasan kenapa gua juga bilang film ini terjadi saat terjadinya film pertama. So buat gua sih, Cloverfield dari pertama sampe paradox emang gajelas tp semakin gajelas makin penasaran dan negangin, sampe nantinya lu paham dimana posisi setiap filmnya dan buat gua sih nyambung yaa meski versi paradox ini harus ekstra fokus dibanding yg kedua. Overall dari segi action utk film2 luar angkasa, paradox itu B aja tp utk segi cerita terutama jalurnya Cloverfiled, ini bagus. Penasaran ke-4 nih, katanya tahun ini juga?! Sekian ulasan gua, thank yaa min.

    • arya says:

      iya sama-samaa… Setujuuu, di review di atas aku juga udah menyebutkan urutan ini berdasarkan runtut peristiwa; 3-1-2, ‘timeline’nya lah yang bikin bingung; kapan kejadian itu terjadi, multi dimensi itu kayaknya enggak hanya menyebabkan dua lokasi berbeda, namun juga tahun yang berbeda – masa depan dan masa lalu nyampur.

      Kita lihat di film ketiga teknologi udah tinggi, jadi film ini ada di masa depan (tolak ukur 2018, tahun kita nonton). Berdasarkan cerita, film ketiga akan mengoverlap kejadian di film pertama. Tapi di film pertama, dunianya enggak kerasa kayak di masa depan – kejadian di film itu di tahun 2008. Terus dari monsternya juga, film ketiga monsternya lebih berkembang dari film pertama. Berarti ada paradoks. Kejadian satelit jatuh yang jadi titik persamaan film pertama dan ketiga bisa dijadikan petunjuk kelainan ini; bahwa kedua film ini mungkin tidak terjadi di dunia yang sama. Timbul pertanyaa/dugaan lagi; mungkin dua dunia itu punya waktu yang berbeda – yang satu Bumi di masa depan (>2018), yang satu lagi Bumi di masa lalu (2008). Terhadap film kedua, kita lihat ada bunker di film ketiga. Jadi mungkin film ketiga dan kedua di dunia yang sama (>2018). Tapi jikapun asumsi zona waktu dan dunia film kedua dan ketiga sama, tetap belum clear seberapa jauh rentang kejadian di kedua film ini.

      Cloverfield universe memang menjadi terlalu luas, membingungkannya ini sepertinya disengaja karena yang bikin film pengen terus mengeksplorasi monster-monster ini. Dan setelah menonton tiga film, kupikir sepertinya hubungan antarfilm tidak perlu jadi persoalan buat kita. Nikmatin satu-satu aja. Udah tiga film, semuanya kayak beda genre. Aku penasaran nungguin film keempat, iya katanya tahun ini juga, mungkin aja ntar tentang drama cinta tapi ada monsternya di akhir hahaha

    • Heyzazi says:

      Ada yg kelewat gan. Yang jadi masalah, buminya si mina saat itu lagi krisis dan saling perang. Di cloverfield yang pertama yang terlihat justru ga ada unsur2 krisis energi. Nah jadi cloverfield pertama itu bumi yang mana? Sama kah buminya dengan film yg ke dua? *Mengingat lawannya mirip2 alien* Saya rasa alasan yang lebih masuk akal kalo film yang terakhir itu terjadi di masa depan dimana timeline waktu yang ngirim monster itu ke masa lalu (atau malah monster itu cerdas dan menginvasi bumi di masa lalu?)

      • arya says:

        nah kan iya bingung kita karena di film pertama, yang menurut film ini di masa depan, tapi tampak kayak masa lalu (bener-bener kayak 2008). Bumi yang mana timeline yang mana, masih banyak jawaban yang kita butuhkan, semoga film berikutnya ngasih jawaban sedikit

  4. derreck frost says:

    im back to your website dude…(kedua kalinya).and yeah,cloverfield paradox menurut gw ngak terlalu asik.gw rada expect filmya sama bagus kayak gravity (2013).oh ya,pengen nanya tentang ‘SICARIO 2:EL SOLDADO’,Dong.menurut loe,apakah film-nya akan LEBIH BAGUS dari yang pertama?,should we get in the hype?.

    • arya says:

      thrillernya agak terlalu standar yaa si Paradox

      sicario mau ada sekuelnya?? waah.. aku sengaja gak ngikutin info2 film, rilis, gitu-gitu sih, biar pas tayang nontonnya surprise, jadi aku gak tahu hype atau marketingnya gimana. Aku sendiri gak pernah ngarepin Sicario ada sequelnya sih. Dan sekarang jadi rada-rada ngeri, semoga tim yang megang filmnya masih sama aja deh haha

      • derreck frost says:

        it will be alot of action scene di film ke-duanya i think.takutnya the feel of the suspense di film-nya jadi…like piece of crap.cause Villeneuve masih ngak ada kejelasan mau be part of that or not to…but yeah,the HYPE is real.

  5. David Simon Tjali says:

    Susah emang nih jalan cerita Universe Cloverfield, setidaknya pada nyambung semua Cloverfield Paradox > Cloverfield > 10 Cloverfiled Lane
    yg gw ingat perkataaan sih Emmett (10 Colverfiled Lane),

    Emmett ” Looked like Flash, red bright “,
    adegan itu ada di bagian akhir Cloverfield Paradox dimana Particle Accelerator sedang dinyalakan :v

    • arya says:

      Bikin penasaran ga sih, begitu banyak kemungkinan sekarang mengenai kejadian Cloverfield – so vast… dan udah harap-harap mendapat kejelasan di Overlord,eh ternyata film itu sudah dipastikan ‘beda dunia’ ama Cloverfield haha

  6. Andi hidayat says:

    Cloverfield 3 terjadi di tahun 2028 dimana bumi sedang krisis.
    Dan karna mereka tanpa sengaja “ngerusak” ruang dan waktu, maka terjadilah kejadian di manhatan 2008.
    Ingat film ini menjelaskan unsur paradox.
    Itulah knp kejadian 2028 bisa menimpa 2008.
    Karna ruang dan waktu sudah tidak lagi relevan sejak mereka melakukan percobaan shepard itu.
    Jd menurut saya, film ke 3 ini sudah menjawab semua pertanyaan sih.

    • arya says:

      Oo berarti memang ‘present’ di kurun semua cerita Cloverfield ini sebenarnya di 2028 itu ya. Sumber paradoxnya kejadian di film ketiga ini. Film pertama yang kita tonton itu adalah 2008 yang sudah kena paradox, bukan 2008 sebelum 2028 yang menjadi awal paradox itu terjadi.

    • te says:

      tapi itu yang digambar mirip sama perempuan yg mau masuk bunker sama yang bilang kalo bakal ada paradox itu pria yang di bunker kan

Leave a Reply