ANNIHILATION Review

“The worst part of self destruction is that you are fully aware of it but there’s nothing you can do to stop it.“

 

 

Dunia yang damai akan selalu mengundang orang-orang bodoh untuk merusaknya. Kata-kata Goku di komik Dragon Ball tersebut masih suka nempel di kepalaku, karena memang ada benarnya. Contoh simpelnya pada diri sendiri, udah bagus sehat-sehat tapi kita cenderung suka makanan yang lezat ketimbang yang bergizi. Kita males olahraga. Garis finish hidup memang pada kematian, namun sepertinya kita diprogram untuk merusakkan diri. Sel tubuh kita diatur untuk bisa menua, dan kebiasaan hidup kita mempercepatnya. Kebanyakan kita masih menganggap bunuh diri adalah perbuatan tercela, namun toh beberapa dari kita masih ngerokok, minum-minum. Orang pacaran akan punya keinginan buat nambah pacar. Pasangan yang sudah bahagia menikah, tetep aja kadang memilih selingkuh, baik dengan manusia lain ataupun dengan pekerjaan. Sampai di kalimat inilah, Lena (Natalie Portman memerankan wanita yang berusaha menumpas kesalahannya dengan sangat baik) terhenyak.

Bukan semata karena ia seorang ahli biologi mantan tentara, maka Lena secara sukarela ikutan ekspedisi rahasia ini – meski memang keahliannya tersebut terbukti sangat dibutuhkan di lapangan. Suami Lena, seorang sersan adalah satu-satunya tentara yang berhasil keluar dari misi satu-tahunnya, itupun dalam keadaan setengah sehat. Jadi Lena memutuskan ia harus mencari tahu apa yang menyebabkan suaminya mengalami pendarahan hebat setelah minum air. Bersama empat cewek ilmuwan lain, Lena masuk ke zona unknown yang dibatasi oleh dinding tembus cahaya yang berpendar warna pelangi – bayangkan gelembung  di iklan sabun, kurang lebih begitu hanya lebih besar dan indah – yang mereka sebut “Shimmer”. Zona tersebut semakin hari semakin meluas, menjauh dari pusatnya; sebuah mercusuar di pinggir pantai yang ditabrak meteor. Tim Lena harus menyelediki sampai ke titik itu, guna mencari tahu apa sebenarnya Shimmer ini, apakah tembok alien ini berbahaya bagi lingkungan atau enggak, kenapa setiap pasukan yang dikirim ke sana selalu kayak Bang Toyib kecuali suami Lena yang pulang dalam keadaan parah.

Begitu kelima cewek ini (lima, biar gak disalahsangka ama tim Ghostbuster) menembus Shimmer dan mereka menemukan hal-hal baru di sana, film langsung memenuhi tugasnya sebagai film sci-fi dengan elemen yang menyenangkan. Sense of discovery dan debar survival yang mengakar kuat dari klasik seperti Alien dan The Thingnya John Carpenter akan menyambut kita. Akan tetapi, pada intinya, Annihilation adalah tipikal sci-fi yang lebih dalem. Film ini menggebah kita untuk berpikir dan menyimpulkan sendiri, dia punya ambiguitas pada ceritanya, punya maksud terselubung, ada implikasi dan ide. Di balik spesial efek yang sama luar biasa meyakinkannya dengan penampilan akting para aktor, di luar sinematografi dan pemandangan yang mencengangkan, film ini punya sesuatu yang ingin ia ceritakan, punya gagasan yang ingin disampaikan, jadi bukan sekadar unjuk kebolehan nyeni.

dan juga punya makhluk menyeramkan

 

Jaman sekarang, kebanyakan film menyangka penonton merasa perlu untuk punya pendapat yang sama tentang apa yang mereka tonton. Kalo tiga dari lima orang bilang filmnya bagus, maka konklusinya film itu beneran bagus. Tapi itu kan, cara yang statistik sekali untuk melihat sebuah film. Padahal film yang baik mestinya adalah film yang mampu mengundang perbincangan, yang memperlakukan penontonnya sebagai manusia yang punya pikiran, yang mendengarkan opini dan gagasan mereka sebagai feedback yang actually matter ketimbang menganggap mereka hanya sebagai angka yang dapat dihitung. Aku suka ketika film berani untuk memancing perbedaan pendapat. Film favoritku sepanjang waktu adalah Mulholland Drive (2001), aku nonton ini pertama kali di tahun 2010, dan sampe sekarang aku belum ketemu teman atau lawan diskusi yang punya pendapat sama denganku soal apa yang sebenarnya terjadi, maksud-maksud di balik film tersebut. Film kayak begini, dan untungnya Annihiliation termasuk di antaranya, akan membuat para nerd berkumpul bareng dan berdiskusi, dan inilah yang menggerakkan roda perfilman terus maju ke arah yang lebih baik. Film yang bagus mengajak penonton berpikir, namun kecenderungan kita untuk merusak hal-hal baik; munculnya penonton yang malas berpikir, turut andil menciptakan film-film sepele yang hanya mengincar jumlah penonton.

Sutradara Alex Garland memang terkenal hobi mengajak penontonnya ke dalam perjalanan pikiran. Pada Annihilation, kita akan dibawa menembus Shimmer ke sebuah alam yang secara metafora adalah cerminan dari sel kanker yang dijadikan tema berulang, yang paralel dengan apa yang terjadi pada tokoh-tokohnya. Kita bisa bilang zona di dalam Shimmer, yang semakin meluas itu adalah kanker – penyakit yang semakin menjalar. Di dalam sana, makhluk hidup termutasi, sel mereka membelah, menyebabkan mereka berubah. Dari kesimpulan Lena terhadap Shimmer, kita belajar bahwa sel dalam zona Shimmer tidak bersifat menghancurkan, dia hanya mengubah. Perjalanan Lena ke balik tabir Shimmer sejatinya adalah perjalanannya melihat ke perubahan yang sudah terjadi kepada dirinya sebagai manusia, sebagai seorang istri. Dan manusialah yang punya sifat menghancurkan, inilah yang menjadi landasan konflik personal buat Lena. Dia ingin menuju pusat Shimmer, karena dia tahu dia tidak bisa menghentikan perubahan yang sudah ia buat. Maka kita lihat dia akhirnya ‘berantem’ ama duplikat selnya karena, metaphorically, ia ingin menghancurkan dirinya yang sudah berubah sejak pernikahannya mengalami masalah.

Kecenderungan, atau dalam tingkatan yang ekstrim, dorongan manusia untuk meghancurkan apa yang sudah baik menjadi pusat dari semesta cerita Annihilation. Semua tokoh yang masuk Shimmer bersama Lena adalah orang-orang yang diri mereka sudah berubah menjadi lebih buruk. Orang yang punya ‘kanker’ dalam hidupnya. Apa yang terjadi sebenarnya kepada Lena adalah dia merasa bersalah telah secara sadar merusak jalinan pernikahannya, – ini adalah kanker bagi kehidupan Lena – dan dia hanya bisa melihat perubahan yang kanker itu sebabkan. Dalam tingkat ekologi, kita juga hanya bisa melihat dampak dari yang kita lakukan terhadap lingkungan. Dan ini membuat kita sampai pada kesimpulan mengerikan; apakah kita, manusia, adalah kanker bagi alam semesta?

 

Sehubungan dengan kehidupan Lena, dalam film ini kita akan melihat adegan antara dirinya dengan seorang prosefor dari universitas tempat dirinya mengajar. Ini adalah adegan yang dari segi kebutuhan, aku mengerti kenapa mesti ada. Ini diperlukan untuk menambah lapisan dan konflik buat karakter Lena. Hanya saja, adegan ini tampak tidak benar-benar penting, like, mereka bisa saja memotongnya dan kita tetap mengerti apa yang terjadi, ataupun mestinya bisa digarap dengan lebih integral sehingga film enggak butuh pake flashback terlalu banyak.

Masuk ke Shimmer bisa jadi X-Men gak ya?

 

Ketika membahas film seperti ini, memang sulit untuk menghindari spoiler, terlebih karena kita ingin melihat pendapat orang mengenai kejelasan pada ending cerita. Aku sendiri melihat ending Annihilation, tidak necessarily sebagai twist apakah Lena yang di luar ini Lena yang asli atau tidak. Yang penting buatku adalah Lena sudah berubah, dia tidak lagi pribadi yang sama dengan saat film dimulai. Perubahan ini ditegaskan oleh kilauan di matanya, yang menunjukkan dia sudah termutasi. It doesn’t matter apakah dia klone, karena toh sudah ditetapkan apa yang diciptakan di dalam Shimmer adalah duplikasi persis, dan tentu saja Shimmer sudah mengcopy apa yang dirasakan oleh Lena.  Aspek yang kusuka pada film ini sebenarnya adalah bagaimana mereka membuat Shimmer tampak netral. Monster-monster di dalamnya, mereka berbahaya, namun apakah itu menjadikan mereka jahat? Mereka hewan dan mereka butuh makan, walaupun mereka hewan mutasi. Kalopun Lena yang di luar ini adalah produk Shimmer, itu tidak menjadikan dia versi yang jahat, kan? Annilihation juga mampu membuat kita memikirkan kembali persepsi kita terhadap apa yang kita antagoniskan, membuat status ‘jahat’ itu tidak begitu gampang kita berikan kepada hal yang tampak berbahaya ataupun menakutkan bagi kita.

 

 

 

Pada permukaannya, film ini adalah thriller sci-fi yang menyenangkan, ada tembak-tembakan, ada hewan monster. However, film menggali jauh lebih dalam dari premis seorang istri yang memasuki dinding gelembung maut demi kesembuhan suami. Ceritanya begitu mengundang pemikiran oleh simbol-simbol dan pesan yang ingin pembuatnya sampaikan. It’s a cerebral movie. Sampai-sampai dinobatkan sebagai film yang terlalu pintar sehingga enggak jadi tayang di bioskop. Hihi, alasan yang lucu.
The Palace of Wisdom gives 8 out of 10 gold stars for ANNIHILATION.

 

 

That’s all we have for now.

Remember, in life there are winners.
And there are losers.

 

 

 

 

We?
We got the PIALA MAYA for BLOG KRITIK FILM TERPILIH 2017

Comments

  1. virgiena salsabila (@VirgienaSalsabi) says:

    really cool review. critical in examining the problem, and also the selection of words that really fit. i agree when you say actually “the shimmer” is neutral, just because mutations of all animals and plants look different and it looks creepy haha and i kinda think that Lena who survived it’s not the real Lena

  2. Sal says:

    Yeah, i think so … Lena is not lena 😀
    Soalnya aja diakhir film pandangan mata Lena sama Kane kaya ada pandangan jahat gitu, btw ini ada sekuelnya lagi kah?

    • arya says:

      hahaha jangan deh ada sekuel, udah bagus gini aja, pandangan mata terakhir itu menurutku filmnya ingin liatin bahwa mereka udah termutasi (Lena masih dipertanyakan apakah mutasi atau memang bukan dirinya, sedang Kane kan udah jelas itu Kane yang ‘palsu’), tapi bukan lantas berarti mereka punya maksud jahat

  3. Si kamvret sukses says:

    Wah, jadi kepingin ketemu sama writer ini postingan. Mau gua ajak debatin ini film -bukan kyk debat cagub tapi ye XD- Btw, soal alur ane banyak yg setuju gan sama ente. Cuma ane lg nyariin sesuatu yg kaga nemu di tulisan ini. Itu apa si om tentara emang tau kalo istrinya selingkuh, trus akhirnya dia mutusin buat ambil misi yg semacam suicide tsb? Atau soal perselingkuhan itu cuma sekadar konflik buat nambah “dosa” si istri? Habis itu misi jelas2 bahaya, dan si om tentara mau aja ambil.. T_T

    Menurut pandangan ente gimana ya gan?
    Sorry for long comment. Ane jg gak mahir inget nama tokoh/orang, padahal abis nonton beberapa menit lalu -___-

    • arya says:

      hahaha debat cagub

      iya sepertrinya dia tahu soal istrinya selingkuh, adegan pas pamitan itu dingin-dingin canggung gitu kan mereka.. trus dia juga kayak gak pingin pulang

    • パツリク ハン says:

      kalo ane bilang, si suami emang sengaja ngambil misi “bunuh diri” karena dia emang udh tau si lena selingkuh cuma gak mau ngomong. inget gak waktu dia mau berangkat tiba2 si kane bilang “i still love you” bukan “i love you”.

      yang kedua waktu dr. ventress bilang manusia emang punya sel “self destruct” jadi masing2 si lena ataupun kane sama2 ingin self destruct berdasarkan motif yg berbeda.

    • arya says:

      ahahaha makasih, tulis-tulis aja di sini kqalo ada yang mau ditambahin atau punya pendapat sendiri ttg film keren ini, ya namanya juga online cuapcuapnya lewat tulisan hehehe

  4. Tiff says:

    Netlix akhir akhir ini makin banyak filmnya/seriesnya yg bagus bagus, jadi ngga sabar nonton project nya jake gyllenhaal di netflix

      • Tiff says:

        Genrenya kemungkinan horror-thriller gtu, doi reunian lagi sama sutradara nightcrawler. Semoga kece mengingat dari genre aja udah favorit ditambah pengalaman di nightcrawler yg epic tapi takut juga sih ntar mlah mirip nightcrawler lagi, semoga beda tapi ttep bagus. Sayangnya si jake ini termasuk underrated, dya filmnya ngga terlalu yg box office bgt, mungkin karna milihnya film yg seleranya emang ngga buat semua org.

        • arya says:

          wah pasti keren itu kayaknya, Nightcrawler aja udah mantap gila kan.. Bener banget, si Jake underrated, heran juga dia ga masuk-masuk nominasi, filmnya memang suka milih yang rada berat sih dia ya

  5. Avi says:

    Suami Lena yang pulang itu bukan suami aslinya soalnya kan suaminya aja bunuh diri dengan ngeledakin bom. Dan dikalimat akhir si bapak bapak yang introgasi lena dia bilang kalau semua yang tersisa musnah dan hancur jadi ga mungkin ada yang hidup. Hal ini memungkinkan kalau Lena asli nya itu mati. Nah terus itu Lena klone. Wkwk iya engga si. Asumsi ku doang si -_-

    • arya says:

      Tentu saja teori mbak Avi benar, tapi teori yang laen juga gak salah. Filmnya memang diset buat kepercayaan masing-masing penonton, mereka gak bikin jawaban pasti. Film kayak begini nih yang mestinya dibikin banyak-banyak hhaha 😀

  6. Kac says:

    Kalo menurut aku lena yang selamat adalah lena asli, ketika kebakaran terjadi hal itu ngakibatin kubah warna-warni juga ikut lenyap kan. Dan yang duplikatnya itu kebakar, karena dia kembali kesarangnya, jika yang kebakar lena asli dia bakal lari keluar bukan ke lorong itu lagi. But for Kane, ya dia emang duplikat

    • Ri says:

      Setuju saya, dan liat waktu lena minum air. Air/ gelasnya gak berdarah. Tidak seperti kane yang memang duplikat, begitu minum air. Air/ gelas nya langsung berdarah. Kenapa adegan minum air ada pada lena dan kane, karena disitu lah letak perbedaan asli dan duplikat. Dan diakhir lena bilang ” kau bukan kane”. Jika memang mereka sesama duplikat gak perlu bilang seperti itu kan.? Mereka uda saling tau pasti nya kalo mereka sesama duplikat. Ini menurut saya sih, saya baru nonton soalnya. Jadi pernasaran ada gak yang review ini film, dan berpendapat sama seperti saya☺

Leave a Reply