WWE Evolution Review

 

Menonton televisi di ruang keluarga bisa menjadi hal yang sangat awkward jika kita sekeluarga meyaksikan acara seperti Smekdon. Aku masih ingat, waktu kecil, setiap kali superstar cewek nongol di layar, aku udah ketar-ketir sendiri. Lantaran aku tahu orangtuaku pasti akan menyuruh untuk segera matiin tuh tv. Begitulah peran superstar cewek dulunya, hanya ada di sana dengan nyaris tanpa pakaian. Mereka hanya penyedap-mata. Tampil di segmen-segmen vulgar semacam tanding di kolam lumpur, ataupun main strip poker. Waktu berjalan, superstar yang bener-bener bisa gulat mulai bermunculan, namun posisi superstar cewek di WWE semakin rendah saja. Mereka hanya tampil di pertandingan dua-menit, yang mana digunakan penonton buat jeda ke kamar mandi atau ngisi ulang camilan. Mereka berganti istilah menjadi Diva – yang praktisnya berarti bintang panggung, bukan lagi ‘petarung’ semata.

Bisnis gulat hiburan adalah bisnis patriarki. Panggung buat pria-pria berotot gede, maskulin, jagoan yang menyelematkan cewek. Tapi tentu saja, seperti berbagai aspek di dunia, ada yang memperjuangkan kesetaraan. Billie Jean-Billie Jean mulai bermunculan di atas ring, wanita juga bisa melakukan apa yang cowok lakukan. Enggak ada alasan untuk dinomer duakan. Kita dapat menelusuri jejak revolusi gulat pro cewek dari jaman G.L.O.W (Glorious Ladies of Wrestling), tapi susah juga sih menunjuk siapa yang pertama mencetuskan revolusi Diva di WWE. Entah itu dipionir oleh pencapaian Trish Stratus yang mengawal karir ringnya dari valet menjadi juara dunia wanita beberapa kali, atau oleh AJ Lee yang dengan berani ngetweet soal jatah match remeh yang diberikan kepada dirinya dan rekan-rekan seperjuangan, atau karena perjuangan superstar-superstar NXT seperti Paige, The Four Horsewomen, yang mati-matian dalam bertanding – Alexa Bliss dan Sasha Banks yang menjadi dua superstar cewek pertama yang diijinkan bertanding di Arab Saudi, atau dari ide kepala Stephanie McMahon sendiri. Itu semua sudah tidak berarti lagi karena perjuangan mereka sudah terwujud. Revolusi itu sudah menjadi nyata. Wanita-wanita WWE sudah berevolusi perannya. Mereka tidak lagi penghibur dan pengisi waktu rehat. Mereka adalah atraksi utama. Mereka, kini, punya acara sendiri. Semua pertandingannya adalah pertandingan superstar wanita. Semua waktu dan tempat itu disediakan buat mereka. Semua mata dunia tertuju ke acara revolusioner; WWE Evolution.

“I’m the man!”

 

Kalo kalian sering berkunjung ke blog ini, pastilah kalian tahu, begitu demennya melihat orang-orang cantik yang berprestasi, aku sampai bikin award sendiri di akhir tahun. I was so excited for this show, gak peduli banyak terdengar prediksi-prediksi miring bahwa acara ini tak ubahnya cara lain WWE menjual pagelaran penuh botch. Pandangan superstar cewek enggak seahli superstar cowok tentu masih ada. Fakta bahwa WWE juga tampak setengah-setengah mempromosikan, membuild up acara ini turut seperti sebuah bukti tak-terbantahkan bahwa superstar cewek tidak mampu menyuguhkan pertunjukan semenarik superstar cowok. Evolution ini, menjawab semua keraguan tersebut dengan sangat anggun. Aku gak ragu mengatakan ini adalah salah satu pay-per-view terbaik WWE sepanjang tahun belakangan. Tentu,  it could be better – ada beberapa hal yang tak bisa dipenuhi ataupun diganti oleh WWE karena kondisi serta keadaan yang mendarurat dan it indeed hurts the show – tapi secara menyeluruh, acara ini sungguh menghibur.

Cewek-cewek, berhentilah bergoyang untuk dunia. Karena sesungguhnya dengan prestasi, dengan kekuatan, sudah saatnya bagi kalian untuk menggoyang dunia.

 

 

Aku beneran surprise ternyata aku menyukai acara ini. Sejujurnya, aku hanya optimis sama dua pertandingan; Final Mae Young Classic antara Toni Storm melawan Io Shirai, dan Smackdown Women’s Championship Becky Lynch melawan Charlotte. Aku tidak pernah mimpi pertandingan tag team cewek, apalagi Battle Royalnya, akan membuatku meloncat-loncat teriak seru. But I did, meloncat-loncat teriak seru, pada setiap pertandingan yang ada di acara ini. Well, kecuali satu sih.  Aku kasihan sama Alexa Bliss yang enggak jadi bertanding karena concussion – partai pembuka yang semestinya tentang past melawan future, Bliss melawan Trish, jadi begitu jauh melenceng. Berevolusi menjadi partai tag team yang enggak memenuhi konteksnya. Untuk sebagian besar partai ini, aku hanya duduk diam. Namun bahkan match tersebut punya titik terang, berupa Mickie James dan Trish yang seolah tidak pernah terpisah dan melanjutkan kembali pertempuran klasik mereka.

Mereka seharusnya mengubah pertandingan menjadi Trish dan Lita melawan Sasha Banks dan Bayley. Tapi kurasa mereka mengincar jumlah match yang lebih banyak. Dan setelah melihat pertandingan 6-Women Tag Team antara Banks, Bayley, Natalya melawan Riott Squad (sentuhan bagus nongol dengan kostum ala tokoh horor!) aku tidak lagi bisa bilang ini adalah pilihan yang baru. Match mereka terasa fresh, walau sudah sering diulang dengan variasi berbeda. Salah satu momen yang kusuka adalah ketika Bayley yang sedang berlari melakukan serangan bawah turnbuckle, diintercept oleh Sarah Logan dari sudut matinya. Timing yang sangat seksama. Dan aku juga suka gimana mereka memainkan elemen blind-tag ke dalam pertandingan, membuatnya begitu penting dan integral.

Tidak ada cutscene-match. Setiap match memang ada fungsinya, berhasil memenuhi fungsi tersebut, dan semuanya tetap terasa penting. Battle Royal dua puluh cewek itu sebenarnya tak lebih dari ajang komedi dan nostalgia persembahan WWE kepada fans. Nia Jax, banyak yang bilang, enggak butuh untuk mendapatkan kemenangan di sini. Tapi aku melihat justru sebaliknya. Mereka sudah ngeset Jax untuk kontender berikutnya, jadi mereka punya slot kosong di acara ini yang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Tidak ada cara yang lebih baik mengakomodasi semua komedi, aksi, dan superstar selain Battle Royal. Supaya kita dapat menyaksikan superstar cewek dari berbagai era bertanding numplek di dalam ring. Alundra Blayze, itu sumpah aku kaget sekali dia hadir. Sajian komedinya efektif, enggak terasa sereceh dan segaje standar WWE yang biasa. Eliminasi-eliminasi yang terjadi tidak terasa diburu-buruin. Semua peserta punya peran dan mini arc tersendiri. Menjelang akhir, aku gelinjangan hebat begitu sadar Zelina Vega sama sekali belum tereliminasi, aku benar-benar berpikir cewek ini bakal menang; storyline matchnya benar-benar work out.

Yang paling mendekati cutscene-match dalam acara ini adalah Kejuaraan NXT di mana Kairi Sane mempertahankan sabuknya dari Shayna Basreng… eh sori lagi laper, Baszler, maksudnya. Partai ini berisi elemen interferensi, sendirinya adalah ‘filler’ sebagai pelanjut seteru, tapi diolah dengan baik. Penampilan kedua pesertanya sangat prima, sehingga story ini terasa maju dengan natural. Partai ini tetap terasa penting. Begitupun dengan partai Final Mae Young Classic; aku bener-bener suka match ini. Tapi, match ini hanya bekerja jika kita mengikuti build-upnya yakni acara turnamen itu sendiri sedari awal. Dan kelihatan jelas dari antusias penonton di arena, mereka tidak benar-benar ngikutin. Tapi buatku, it was a hell of a match. Build upnya tentang Storm yang berjuang sejak tahun lalu melawan Io Shirai, Genius in the Sky, yang digadang terhebat di Jepang. Hard-hitting lawan High-flying. Semua itu terconclude menjadi hasil yang dramatis, kita benar-benar tidak tahu siapa yang bakal menang, dan buatku yang duduk di sana menyilangkan jari berharap Storm menang, match ini begitu mendebarkan. Aftermath matchnya pun mengharukan sekali; aku suka gimana mereka ngasih bunga dan piala ke Storm seolah dia baru saja memenangkan kontes kecantikan.

Bahkan pialanya lebih cantik daripada piala Gadsam yang baru

 

 

Aku masih mendengar orang-orang kecewa, WWE tidak membuat Becky Lynch melawan Charlotte sebagai partai utama acara ini. Aku pun tadinya kesel juga sih, aku paham nilai jual Nikki Bella dan Ronda Rousey, tapi aku tadinya berpikir kualitas pertandingan mereka tidak akan pantas diganjar posisi utama. Ternyata, partai Kejuaraan Wanita Raw tersebut sungguh di luar ekspektasi. In a good way. Mereka memainkan cerita dengan baik. Mereka diberikan penulisan yang lebih ‘berusaha’ dibandingkan pertandingan Ronda yang biasanya. Nikki pun kelihatan banget effortnya memainkan karakter. Aku masih gak percaya aku sempet percaya Nikki bisa memenangkan ini. That’s how good the writing is. Dari segi penampilan, ya mereka masih sesuai dugaan sih; bantingan dan ofensif Ronda masih terlihat ‘enggak-aman’ tapi enggak lagi begitu menggangguku.

Justru Last Woman Standing antara Lynch dan Charlotte yang kadang membuatku terlepas dari acara.  Pertempuran mereka lebih brutal yang bisa kita harapkan. Mereka ngeset kekerasan dalam pertandingan cewek naik satu level. Lynch membuktikan dia salah satu heel terpanas tahun ini. Dia tidak membawa karakternya ke arah pengecut, melainkan terus menggali elemen bahwa dia adalah warrior yang sesungguhnya. Tapi ada rasa pertandingan ini sedikit panjang dan tidak seketat seharusnya. Aku melihat wasit ‘membantu’ memberikan kursi dengan kakinya kepada Lynch saat spot Figure-8 pakai tangga. Charlotte yang sebenarnya belum benar-benar berdiri ketika tertimbun kursi, tapi wasit tetap menghentikan hitungan. There’s some stretch here and there. Yang membuatku sedikit mengurangi keasikan nontonnya.

 

 

 

 

Ketika benar-benar diberikan waktu dan kesempatan, wanita-wanita WWE ini berhasil membuktikan mereka pantas disebut sebagai revolusioner. Evolution adalah show yang masih ditemukan cegukan di sana- sini; Alicia Fox lupa nge-break pin itu konyol sekali, tapi jika mau dikata berantakan; acara ini adalah berantakan yang menyenangkan. Semuanya terasa penting, pertunjukannya jadi terasa seger. Aku gak keberatan jika setiap tahun kita menyaksikan acara khusus superstar cewek seperti begini.
The Palace of Wisdom memilih Toni Storm melawan Io Shirai sebagai Match ot the Night.

 

 

 

 

Full Results:
1. TAG TEAM Trish Stratus dan Lita mengalahkan anak buah Alexa Bliss; Mickie James dan Alicia Fox
2. TWENTY WOMEN BATTLE ROYAL FOR CHAMPIONSHIP OPPORTUNITY Nia Jax memastikan dirinya menang dengan melempar Ember Moon keluar ring
3. MAE YOUNG CLASSIC FINALS Toni Storm jadi juara ngalahin Io Shirai
4. SIX WOMEN TAG TEAM  Sasha Banks, Bayley, Natalya ngalahin Riott Squad
5. NXT WOMEN’S CHAMPIONSHIP Shayna Baszler merebut sabuk Kairi Sane
6. SMACKDOWN WOMEN’S CHAMPIONSHIP LAST WOMAN STANDING Becky Lynch sukses bertahan atas Charlotte Flair
7. RAW WOMEN’S CHAMPIONSHIP Ronda Rousey menghajar Nikki Bella 

 

 

That’s all we have for now.
Siapa menurut kalian superstar cewek terhebat sepanjang masa? Siapa favorit kalian?

Remember, in life there are winners.
And there are losers.

 

 

 

 

We?
We got PIALA MAYA for BLOG KRITIK FILM TERPILIH 2017

 

Comments

  1. Aldi Priansyah says:

    Setuju, final mae young classic menjadi bintang di ppv ini. Nxt women champion juga, shayna gerakannya makin alus dan kairi yg makin kawaii

Leave a Reply