My Dirt Sheet Top-Eight ‘KEKECEWAAN BIOSKOP’ of 2018

 

Kita semua pernah berbuat salah. Ketika kita sadar dan meminta maaf, atau malah ketika kita ‘ketahuan’ sudah melakukannya, kita mengharapkan respons dari orang lain. Kita menunggu mereka marah kepada kita sebelum akhirnya pengampunan itu diberikan. Barulah kemudian kita merasa lega. Tapi kadang perasaan lega tersebut tidak begitu saja diberikan. Tahu gak, marahnya orangtua yang paling gawat bukanlah saat mereka ngamuk bentak-bentak dan memberikan hukuman gak ngasih jajan sebulan. Melainkan ketika mereka hanya mengeluhkan napas dan bilang “Mama/Papa enggak marah sama kamu. Kami kecewa.” Tenang. Tanpa nada tinggi. Tapi melukai kita begitu mendalam. Itulah yang namanya luka tak-berdarah.

Kekecewaan itu kesannya mengecilkan. Karena bersumber dari ekspektasi. Membuat orang kecewa berarti kita sudah melakukan sesuatu yang menurut orang tersebut tidak sesuai dengan ‘standar’ kita yang biasa, seolah bahwa justru mereka yang sudah salah menganggap kita tinggi. Seperti kita kurang berusaha terhadap diri kita sendiri, sehingga mendengar kata ‘kecewa’ dari orang lain seperti tanda mereka menarik kembali respek yang sudah diberikan kepada kita.

Kecewa kepada film buatku juga seperti demikian. Bukan exactly karena filmnya jelek, maka aku kecewa. Akan tetapi, lebih kepada aku tahu sebuah film berpotensi menjadi bagus, namun film itu sendiri mengambil pilihan yang mengecilkan dirinya. When a movie it’s bad, it’s bad. Aku mengerti pilihan mereka. Aku bisa paham kenapa mereka lebih memilih yang mereka lakukan. Ketika sebuah film mengecewakan, aku mati-matian mencari pengampunan bagi mereka; aku sama sekali tidak mengerti  selain mereka hanya melakukannya untuk nyari duit. Di 2018, cukup sering aku duduk di bioskop, merasa kecewa terhadap apa yang baru saja aku tonton.

Berikut adalah Delapan-Besarnya; dan perlu diingat lagi, film-film dalam daftar ini boleh jadi bukan yang terburuk (kalian bisa ngeklik judulnya untuk dibawa ke halaman ulasan dan score filmnya), malah bisa saja kalian menganggap filmnya bagus. Silahkan disimak;

 

 

8. THE NUTCRACKER AND THE FOUR REALMS


Director: Lasse Hallstorm, Joe Johnston
Stars: Mackenzie Foy, Jayden Fowora-Knight, Morgan Freeman, Keira Knightley
Duration: 1 hour 39 min

Aku menyebut film ini “Kekecewaan yang adorable” Dunianya cantik. Kostumnya cantik. Mackenzie Foy-nya cantik. Semuanya magical. Kecuali cerita dan bagaimana cerita tersebut disampaikan. Film tidak mampu untuk membangun, I mean, dengan dunia fantasi seperti ini menakjubkan sekali gimana begitu keluar studio kita semua sudah lupa apa yang terjadi di film ini.

Mereka ingin menghidupkan cerita lama dengan konsep yang baru. Namun pada kenyataannya, film tidak mampu mengembangkan kreativitas pada dunia dan mitologi yang ingin mereka gali, selain tampak luarnya saja. Tokoh yang namanya jadi judul tidak banyak diberikan apa-apa. Tokoh yang lainnya hanya ada di sana dengan gimmick masing-masing. Film ini tidak mampu mengimbangi imajinasi dunia yang mereka angkat.

My Breaking Point:
Suara sok-imutnya Keira Knightley

 

 

 

 

 

7. THE NUN


Director: Corin Hardy
Stars: Taissa Farmiga, Demian Bichir, Jonas Bloquet
Duration: 1 hour 36 min

Valak adalah salah satu ikon horor masa kini yang, ya bisa dibilang lumayan keren. Namun origin story si Valak; it’s just stupid. Ini cuma film yang menyangka dirinya asik karena punya ikatan dengan franchise horor yang populer. Trik film ini cuma referensi dan easter egg. Mereka begitu fokus ke nyambung-nyambungin dunia, sehingga lupa membuat film horor.

Jika biarawati gak punya dosa, maka Nun yang satu ini dosanya adalah dia enggak seram. Malah lebih kayak film petualangan misteri mencari benda yang hilang. Aku bahkan merasa kasian sama jumpscare-jumpscare pada film ini, karena bahkan mereka pun gagal untuk menjadi mengagetkan karena film enggak mampu untuk mengembangkan cerita yang ia miliki.

My Breaking Point:
Bahwa hantu-hantu di film ini tukang nge-prank semata. Apa coba tujuan mereka membuat tangga berdarah? Menyamar jadi patung-patung?

 

 

 

 

 

6. BUFFALO BOYS


Director: Mike Wiluan
Stars: Yoshi Sudarso, Ario Bayu, Pevita Pearce
Duration: 1 hour 42 min

Puluhan milyar itu dihabiskan untuk membuat salah satu film paling konyol yang bisa kita saksikan di bioskop tahun 2018. Tapi bukan hal tersebut yang bikin film ini mengecewakan, toh terserah mereka mau ngeluarin duit berapa pun juga. Yang bikin kecewa adalah karena sepertinya mereka enggak tahu apa yang sedang mereka lakukan. Kekonyolan film ini datang dari mereka sendiri, yang menganggap dirinya terlalu serius. Orang-orang di balik Buffalo Boys bermaksud untuk menjadikan film ini proyek epik yang membanggakan.

Tetapi mereka tidak membangun logika sedetil mereka membangun set, kostum, dan segala macam produksinya. Film ini penuh dengan karakter-karakter yang secara kontekstual sudah ketinggalan jaman. Film tidak menginvestasikan banyak kepada pengembangan cerita. Menjadikan film ini enggak ada spesial-spesialnya. Maksudku, semua orang bisa bikin yang kayak gini jika mereka punya kocek puluhan milyar. Apa dong hal unik yang kalian tawarkan?

My Breaking Point:
Di bagian awal ada adegan tokoh yang kabur naik sampan di air yang tenang – bukan sungai deras, dan pihak yang ngejar cuma nembakin dari jauh. Practically sampannya cuma ngapung dan para pemain bertingkah seolah-olah kejar-kejaran mereka intens banget hahahaha

 

 

 

 

5. MILE 22


Director: Peter Berg
Stars: Mark Wahlberg, Iko Uwais, Ronda Rousey
Duration: 1 hour 34 min

Penampilan aktor Indonesia dalam peran gede di film luar mestinya membanggakan dong ya? Tidak untuk film ini sayangnya.

Iko Uwais yang udah terkenal dengan koreografi dan aksi berantemnya, dia pastinya dapat peran di sini karena keahliannya tersebut. Film ini juga punya Ronda Rousey, petarung cewek jebolan UFC, juara Women’s di WWE.

Apa kita melihat mereka berantem? Tidak.

Apa kita melihat Iko berantem? mmmm… ada sih, tapi… enggak begitu terlihat? Well, bagaimana kita bisa ngelihat kalo ternyata film menangkap adegan-adegan berantem dengan teknik cut yang begitu frantik!??

Kenapa gak wide shot aja? Tidak satupun pilihan film ini yang menguntungkan buat genre action. Aku benar-benar gagal paham kenapa mereka memfilmkannya dengan seperti begini. Segala baku hantam, ledakan, dialog, yang ia punya jadi kayak rentetan racauan edan yang membingungkan dan jauh dari menghibur.

 

My Breaking Point:
Setiap kali kamera bergoyang-goyang dan pindah cut dengan cepat. Dan ketika film ini sepertinya punya awareness bahwa Mark Wahlberg adalah seorang seleb.

 

 

 

 

 

4. GENERASI MICIN


Director: Fajar Nugros
Stars: Kevin Anggara, Morgan Oey, Cairine Clay, Joshua Suherman
Duration: 1 hour 28 min

Bayangkan kalian tidak sempat menonton Yowis Ben (2017), hanya mendengar puji-pujian tentangnya, kemudian melihat film yang dibuat oleh orang-orang yang sama sehingga kalian kepincut untuk nonton. Dan yang kalian dapatkan adalah film kelebihan micin sehingga gizinya tidak kelihatan lagi. Itulah yang kualami dengan Generasi Micin.

Materi dan sudut yang pandang menarik dimentahkan oleh pilihan menjadikan film ini cerita komedi yang over-the-top. begitu banyak aspek-aspek tak-mungkin yang dimasukkan hanya untuk memancing tawa sebentar karena enggak menambah banyak ke bobot cerita. Yang mana membuat kita jadi menertawakan film (alih-alih tertawa bersamanya) dan tak lagi menganggap ceritanya grounded. Film ini akan bekerja lebih efektif dengan komedi yang realis. I mean, we could have normal teachers and still make a funny story, right? 

My Breaking Point:
Adegan inspeksi sekolah yang melibatkan semburan air.

 

 

 

 

 

3. KAFIR: BERSEKUTU DENGAN SETAN


Director: Azhar Kinoi Lubis
Stars: Putri Ayudya, Nadya Arina, Indah Permatasari, Nova Eliza
Duration: 1 hour 37 min

Ketika melihat nama Azhar Kinoi Lubis di kursi sutradara, aku langsung tertarik. Pikirku sekiranya film ini bakal bisa mengangkat horor sebenarnya yang berasal dari ketakutan manusia, karena horor toh kebanyakan hanya mengandalkan jumpscare dan makhluk-makhluk seram yang merangkak belaka. Separuh bagian pertama, harapanku sepertinya terjawab. This film looks good, sinematografinya niat banget – memandang gambarnya aja bulu kuduk udah meremang. Ceritanya juga terhampar seperti mengandung elemen psikologis yang kental. Aku tadinya menyangka sudah menemukan horor yang bakal menjatuhkan tahta Pengabdi Setan. Sampai twist itu datang.

Film banting stir. Arahannya jadi over-the-top. Dan menghancurkan semua bangunan cerita dan suasana di awal. Akting, cerita, kejadian, semuanya jadi mengincar kepada kelebayan. Jadinya malah jatuh ke lembah kegelian. Seram yang subtil tadi, pada akhirnya terlupakan. Karena film ini hanya akan dikenang berkat penampilan over para tokoh dukun, dan perang ilmu mereka yang konyol.

My Breaking Point:
Adegan heroik protagonis nendang tokoh jahat yang tubuhnya berkobar api. Tinggal tambahin punchline insult yang cheesy tuh! hihihi

 

 

 

 

 

 

 

2. FANTASTIC BEASTS: THE CRIMES OF GRINDELWALD


Director: David Yates
Stars: Eddie Redmayne, Zoe Kravitz, Jude Law, Johnny Depp
Duration: 2 hour 14 min

Film ini membuktikan bahwa nulis novel itu enggak sama ama nulis skenario film. Dan bahwa sehebat apapun kita dalam satu bidang, ketika pindah ke bidang lain, level kita akan selalu mulai dari nol.

Sekuel Fantastic Beasts ini pastilah bakal menjadi novel yang hebat. Dengan segala subplot dan karakter-karakter yang kompleks. Namun sebagai film, ini tak lebih bermanfaat daripada kotoran-naga. Serius deh. J.K. Rowling kelimpungan menaruh semua elemen cerita ke dalam struktur cerita film yang memang sempit. It is just too much. Tokoh utamanya jadi terkesampingkan. Kejahatan Grindelwaldnya enggak berhasil diperlihatkan dengan maksimal. Twist yang hadir, drama yang diselipkan, semua hanya lewat gitu aja.

Dan ini aku belum nyebutin betapa banyak lubang, ketidakkonsistenan, yang merusak apa-apa yang sudah dibangun dalam semesta sihir Harry Potter sebelumnya.

My Breaking Point:
Fakta bahwa penyihir-penyihir di film ini enggak lebih menarik dari para non-sihir, dunia mereka seolah tak banyak bedanya. Sama boringnya.

 

 

 

 

 

Sebelum kita sampai di posisi pertama, simak dulu Dishonorable Mentions berupa film-film yang kukasih skor 1; mereka mengecewakan justru karena sesuai ekspektasi “ah udah pasti jelek” dan hey, beneran jelek!

Dishonorable Mentions:

Bayi Gaib: Bayi Tumbal Bayi Mati,

Truth or Dare,

Alas Pati: Hutan Mati,

Sajen,

Jailangkung 2,

Tusuk Jelangkung di Lubang Buaya

 

 

 

Dan inilah film yang paling mengecewakan tahun ini, yang udah bikin nyesel bela-belain ke bioskop:

1. BENYAMIN BIANG KEROK


Director: Hanung Bramantyo
Stars: Reza Rahadian, Delia Husein, Rano Karno, Meriam Bellina
Duration: 1 hour 35 min

Meskipun sudah mengharapkan di film ini Hanung dan Reza bakal enggak se’serius’ mereka yang biasa, tapi tetep saja aku tidak menyangka hasilnya bakal separah ini. Benyamin Biang Kerok adalah insult dan kekecewaan bagi siapapun yang bersentuhan dengannya. Bagi seniman seperti Benyamin. Bagi keluarganya. Bagi pembuat filmnya. Bagi penontonnya. Bahkan memanggilnya sebuah film adalah hinaan tersendiri. Karena ini bukan film. Benyamin Biang Kerok tidak dibuat sebagai satu film yang utuh.

My Breaking Point:
Ketika wajah tertawa Reza sebagai Benyamin bicara kepada kita semua, memotong tepat di tengah adegan Benyamin lagi kepergok wanita macan, dan bilang bahwa filmnya bersambung.

Belum pernah ada yang selancang ini memotong cerita di tengah-tengah, tanpa memperhatikan struktur. Satu-satunya kemungkinan aku menonton sambungannya adalah jika tiket yang dipakai nonton ‘part satu’ ini masih bisa digunakan untuk yang bagian kedua, karena aku beli tiket untuk satu film. Utuh.  Dan ngomong-ngomong soal itu, mereka sepertinya sudah sadar dan malu sendiri sebab ini sudah akhir Desember dan belum ada tanda-tanda bagian keduanya bakal diputar seperti yang sudah dijanjikan.

Orang-orang di balik film ini punya kemampuan untuk membuat persembahan bagi Benyamin yang gak malu-maluin. Mereka bisa bikin yang lebih bagus, no doubt. Namun mereka memilih menampilkan ini. Membaginya menjadi dua, malah. Saking kecewanya, aku jadi ingin tertawa

Ha-ha-ha-ha! *ketawa ala Reza mainin Benyamin

 

 

 

 

That’s all we have for now.
Semoga daftar ini bisa dijadikan cermin untuk perbaikan. Top-Eight Movies of 2018 seperti biasa akan ditulis nanti setelah pengumuman nominasi Oscar, untuk kemudian akan disusul oleh My Dirt Sheet Awards.

Terima kasih sudah membaca. Apa kalian punya daftar film-film yang mengecewakan juga? Share dong di sinii~~

Because in life there are winners.
And there are losers.

 

 

 

 

We?
We got PIALA MAYA for BLOG KRITIK FILM TERPILIH 2017

Comments

  1. vin says:

    Predator g masuk min? Asli g ada tegang2nya. Aku berharapnya thrill ky versi Arnold atau paling g Alien vs Predator. Tp malah cm jd action dan joke murahan. Jatuhnya malah ky action-comedy.

    • arya says:

      Kalo film Predator ini remake, aku kecewa pasti, karena bakal meniadakan Predator yang Arnold kan… tapi ya ternyata sekuel, ceritanya merupakan lanjutan dari yang dulu, dan kupikir kalo sekuel bolehlah dibikin berbeda; sesuai visi sutradara aja. Shane Black melanjutkan dengan gayanya sendiri, enggak menghapus yang lama. Kayak yang dilakukan Waititi ke Thor: Ragnarok. Tapi ya Predator ini memang masih banyak kekurangan, secara film.

  2. Auliyah S Nabila says:

    Kukira venom bakalan masuk, ternyata enggak ya XD. Crime of grindelwald emang parah banget, kebanyakan plot. Padahal udah ngarep bgt filmnya bakalan lbh bagus dr film pertamanya

    • arya says:

      Hahaha bener loh ini, aku tadinya mikir cukup lama buat mutusin Venom masuk list atau enggak – malah didraft Venom tetap aku tulis;jadi ada 9 film. Tapi setelah dibaca, rant-ku di Venom ama Buffalo Boys mirip; sama-sama tentang budget. Dan karena Buffalo Boys filmnya lebih parah, akhirnya Venom keluar – kuanggap tidak begitu mengecewakan.

      Rowling mending nulis bukunya dulu aja deh! Bikin cerita Newt, Dumbledore, ama Grindelwald, puas-puasin ampe tujuh buku kayak HarPot, baru ntar kasih ke orang lain untuk difilmkan. Campur aduk sekali soalnya kan ya film kedua ini ckckck

  3. osyad35 says:

    Wow, kafir masuk? walau paham emang final arcnya ancur, tp ttp kaget sih.

    Wiro Sableng g masuk y? personal opinion, Wiro itu ngecewain banget, malah lebih kecewa drps Buffalo Boys, soalnya kerasa lebih ambisius tp hasilnya sm aja ky Buffalo, cantik di visual tp isinya kacau. Padahal sutradaranya Angga loh, salah satu idola. Wiro kesannya jd film Angga yang g ada rasa Angganya sama sekali.

    Tp disini Wiro reviewnya positip ya? sy lupa sih

    • arya says:

      Soal budget dan gembar-gembor CGI, justru karena Buffalo Boyslah, Wiro buatku jadi pas ama ekspektasi; aku udah nurunin ekspektasi ke Wiro setelah melihat Buffalo Boys gimana.

      Saat menonton pun, ya pas aja. It’s bad (secara film memang kurang, arahan sutradara gak kerasa spesial), over-the-top, tapi memang begitulah dulu Wiro Sableng. Wiro ini sama kayak si Doel; exactly seperti serial televisinya dulu, hanya kali ini rasanya lebih modern.

  4. Aaron says:

    Kurang lebih setuju sama list filmnya. Menurut saya, film Kuntilanak termasuk mengecewakan juga karena secara punya potensi menjanjikan.

    Dishonorable Mention setuju sama pilihannya tapi saya memandang sebagai another wasted potential movies. Punya mater cerita menarik tapi hasilnya gitu deh.

    Benyamin Biang Kerok dari awal udah pesimis , terlihat over the top, annoying dan trying too hard dari trailernya. Bahkan Reza Rahadian jadi amat menyebalkan.

    The Nun terlalu fokus sama menyusun misteri ketimbang cerita asal usul seorang tokoh.

    Film Tabu Mengusik Gerbang Iblis kira-kira gimana menurut Mas Arya dari trailernya?

    • arya says:

      Kuntilanak jadi enggak nyeremin karena anak-anak itu gak takut sama kuntilanak hahaha, aku masih ingat ada dialog “nanti kalo hantunya muncul, langsung foto ya” hahaha nyante amat, dikira mau lihat kijang di kebun binatang

      Aku gak nonton trailer sih, cuma rasa-rasanya Tabu, Mengusik Gerbang Iblis bakal setara ama film-film di Dishonorable Mention xD

    • arya says:

      Aku belum nonton film jadulnya sih… kalo sudah mungkin penilaiannya bisa berubah. Untuk sekarang, filmnya oke lah menurutku, bisa lebih baik sih, but just okay 😀

  5. Iman says:

    tahun ini gak ada film yang kutonton mengecewakan karena nunggu dulu review arya dan beberapa yang kuanggap selera-nya sama, jg kalau reviewnya jelek ya gak ditonton. maaf ya mengecewakan pendapatnya, aku hanya mau menghabiskan waktuku dengan film2 yang menarik saja. so far review arya dan beberapa yang kuanggap selera-nya sama sesuai ekspektasi.

  6. Avant Garde says:

    baru nonton yang the fantastic beast, udah gak ada bukunya, terus ceritanya jelimet, liat filmnya berasa “baca” kamus ketimbang “baca” buku fantasy yg menyenangkan wkwkwk, plusnya cuma efek dunia sihir yg bikin wow

  7. Ivan says:

    benyamin biang kerok tuh, bener banget saking kecewanya saya sampai keluar gedung sama bokin dipertengahan film saking sama2 ilfilnya ngeliat senyumnya reza rahadian yang dipaksain mirip benyamin padahal, ga akan pernah sama, mirip pun engga

    • arya says:

      hahaha i wish aku keluar juga di pertengahan… nonton sampai habis luar biasa ngeselinnya, seumur-umur baru nonton itulah aku ngerasa rugi ngeluarin duit nonton bioskop xD

Leave a Reply