KNIVES OUT Review

Immigration strikes at the very heart of a central metathesiophobia, or fear of change
 
 

 
Kejeniusan Knives Out bukan semata pada kepiawaian membangun misteri siapa pelaku sebenarnya (biasa disebut sebagai thriller whodunit), melainkan juga pada ketajaman penulis naskah merangkap sutradara Rian Johnson mengomentari soal fobia imigran yang ia jadikan bahan utama dalam menu misteri pembunuhan yang disajikan dengan karakter beraneka rupa.
Pengarang novel misteri terkenal, Harlan Thrombey, ditemukan bersimbah darah di kamar kerjanya, sehari setelah pesta ulangtahunnya yang ke delapan-puluh-lima. Karena menyayat urat leher cukup aneh untuk dianggap sebagai pilihan tindak bunuh diri, maka detektif Benoit Blanc (aksen Daniel Craig komikal, namun surprisingly worked) melakukan investigasi. Daftar tersangkanya adalah anggota keluarga Thrombey yang diam-diam menanti warisan dari kepala keluarga Thrombey yang eksentrik. Ada Linda dan suaminya yang berharap dikasih rumah. Ada Ransom, putra Linda, ‘kambing hitam keluarga’ yang pengen diwarisi semua sehingga dia tak perlu bekerja. Ada Joni, menantu Harlan yang janda yang bergantung pada uang Harlan untuk biaya pendidikan anaknya. Ada Walt, putra bungsu Harlan, yang ingin diberikan kuasa penuh atas bisnis percetakan bapaknya. Detektif Blanc dengan senang hati mempercayakan bantuan kepada perawat pribadi Harlan, Marta (Ana de Armas memainkan seorang minor yang punya peran sangat mayor), yang begitu baik hati sehingga dianggap keluarga oleh Harlan. Tapi Knives Out punya banyak kejutan dalam ceritanya. Marta yang muntah setiap kali berbohong – cara kocak film menanamkan cewek ini adalah pribadi yang jujur dan bisa dipercaya, enggak seperti tokoh yang lain – tadinya adalah satu-satunya orang yang tidak mendapat untung dari kematian Harlan. Seiring berjalannya cerita, seiring misteri perlahan membuka, keadaan berubah dan justru Marta yang menang paling banyak dari pembunuhan ini. Bukan Blanc seorang yang berpikir keras, kita penonton juga akan semakin tersedot ke dalam misteri pembunuhan keluarga kaya raya nan nyentrik ini.

bayangkan harus nahan muntah setiap kali menyapa keluarga bos yang pura-pura liberal

 
Dari sudut pandang Marta, misteri pembunuhan ini adalah ketakutannya sebagai orang yang bukan asli Amerika. Marta merupakan orang-dalam yang sesungguhnya adalah orang-luar. Dia mengenal semua anggota keluarga Thrombey, mereka semua ramah kepadanya. Tapi dia adalah orang asing. Jangankan darah, Marta bukan dari tanah yang sama. Film menjadikan asal usul negara Marta sebagai running-joke berupa anggota keluarga Thrombey menyebutnya dari negara yang berbeda-beda. Satu tokoh menyebutnya dari Uruguay. Tokoh yang lain menyebut Marta dari Brazil. Mereka enggak benar-benar peduli, deep inside bagi mereka Marta bukan bagian dari mereka. Inilah yang lantas dijadikan konflik, tensi dramatis buat kita ketika ditempatkan dalam sudut pandang Marta.
Ada adegan ketika anggota keluarga Thrombey duduk mengobrol, dan perbincangan mereka dengan cepat berubah menjadi pandangan politik soal imigran. Anak-anak Harlan bicara dengan cueknya padahal ada Marta di sana. Kita bisa meliha Marta tidak nyaman, karena pembicaraan mereka yang liberal dan tidak-menyalahkan imigran terdengar tidak tulus. Setelah pembunuhan terjadi, dan situasi berubah, kita melihat Marta mau-tidak-mau harus bergerak karena pemahamannya mengenai situasi. Dia jadi seperti banyak diuntungkan, dan tentu saja orang-orang akan ‘menyerang’ dia karena mereka percaya Marta enggak pantas. Marta bukan keluarga, maka dia mencuri dari mereka. Marta bergerak dengan pemahaman ini di dalam kepalanya. Kita juga menyaksikan kejadian dengan pemahaman tersebut, hanya saja dengan ruang lingkup yang lebih luas karena nafas film ini adalah cerita whodunit sehingga film tidak menutup kemungkinan bahwa mungkin Marta memang ‘bersalah’.

Film memotret bagaimana ketakutan terhadap imigran itu bisa timbul. Keluarga yang merasa dirampok oleh orang luar yang lebih baik dan bekerja keras ketimbang mereka, adalah cara film menyampaikan teguran bahwa sebenarnya kesuksesan itu bukan soal darimana kau berasal. Melainkan dari seberapa banyak kita berusaha dengan baik. Kita hanya menuai apa yang kita usahakan. Lagipula, dalam tanah kesempatan; semua orang adalah pendatang.

 
Tidak setiap hari kita mendapat misteri pembunuhan yang original seperti film ini. Biasanya cerita-cerita detektif seperti ini merupakan adaptasi dari novel atau materi lain. Aku sempat kecele karena mengira Ratu Ilmu Hitam (2019) yang tayang bulan lalu, yang menampilan ensemble cast menarik, bakal hadir sebagai horor misteri whodunit. Karena memang kangen juga terhadap cerita kasus pembunuhan seperti ini. Ada keseruan tersendiri dalam ikut menebak-nebak dan melihat jawaban yang sebenarnya terkuak. Knives Out melakukan lebih dari sekadar pemuas dahaga akan misteri whodunit. Karena ia juga hadir dengan gagasan yang terselip matang di antara bangunan misterinya. Penampilan dari jejeran castnya jangan ditanya – semua bermain fun tapi tidak pernah receh ataupun lebay. Para tokoh di film ini semuanya nyentrik. Dari Daniel Craig ke Jamie Lee Curtis memainkan peran yang over-the-top. Lihat saja reaksi tokoh Chris Evans saat bertemu dengan anjing. Namun mereka semua bekerja bukan main dalam tingkatan yang menghibur. Yang sesuai dengan konsep genre mereka di mana semua orang adalah tersangka.
Sebagai whodunit, film ini bahkan punya keunikan tersendiri. Biasanya kita akan dituntun untuk mempelajari motif masing-masing tersangka. Selain itu, kita akan diperlihatkan mereka punya kesempatan, lalu ada tokoh yang dijadikan red-herring alias dibangun sebagai tersangka utama dan cerita akan terbangun ke false resolusi bahwa bukan dia pelakunya. Dengan kata lain, film biasanya menunjukkan tokoh-tokoh yang punya kesempatan tapi mereka tampak tak bersalah sampai ada bukti-bukti semakin banyak terungkap. Knives Out berjalan semacam kebalikan dari hal tersebut. Sedari awal kasus, kita sudah ditetapkan semua orang punya motif, dan itu diperlihatkan dari kebohongan para tersangka. Jadi sejak awal kita tahu mereka semua adalah pembohong, narasi atau sudut pandang mereka tidak bisa dipercaya, dan – sebagai ‘pemanis’ – mereka juga memandang rendah pendatang. Film seperti merekonstruksi genre whodunit, membuat kita memproses ulang pemikiran saat menonton whodunit.

bagaimana memilah yang paling jahat di antara yang jahat, jangan-jangan malah yang baik yang jahat

 
Dialog-dialog cerdas dan lucu menyertai set rumah yang banyak ruang rahasia. Menantang kita untuk terus menyimak. Berpikir tanpa harus menjadi ikutan stres. Saat memecahkan kasus, film meminta kita untuk condong kepada Blanc yang juga sama nyentriknya. Tokoh ini kadang tampak ada di sana sebagai penyambung mulut kita menyampaikan kesimpulan, tapi ada kalanya dia selangkah di depan. Sebagai karakter detektif sendiri, Blanc memang kalah berisi dibandingkan Sherlock Holmes atau Poirot atau malah Detektif Conan, karena bukan dia tokoh dan sudut pandang utama. Namun tokoh ini berhasil dijauhkan dari menjadi parodi tokoh-tokoh detektif terkenal tersebut. He’s there but not exactly above or outside of everyone. Blanc punya motivasi sendiri, dan ini membuat dia juga misterius. Rian Johnson benar-benar memutar balik otak untuk menciptakan situasi yang terus menekan dan membawa warna asli tokohnya keluar. Dia melakukannya dengan menyeimbangkan komedi dan suspens – bukan perkara gampang. Kita tahu Johnson berhasil dalam pekerjaannya ketika kita masih tertawa ketika ada remark yang lucu dari tokoh dan tetap tertarik dan geregetan melihat ke arah mana situasi membawa Marta.
Johnson memilih struktur yang membutuhkan banyak eksposisi dalam menceritakan kasusnya. Kita masuk saat kasus terjadi, tanpa mengenal dahulu siapa tokoh-tokohnya. Sejalannya cerita, barulah kita dibawa bolak-balik sesuai perspektif tokoh yang diinterogasi. Ekposisi ini dihandle dengan menarik berkat tokoh-tokoh yang unik dan menarik. Bolak-balik waktunya juga dilakukan efektif untuk alasan yang sama. Tidak ada bentrokan tone pada film ini. Jika kita perhatikan, karakter-karakter film ini sepertinya disesuaikan dengan stereotipe kekinian. Ada influencer sosmed, ada SJW, ada orang dewasa yang ‘kuno’. Tapi ada satu karakter yang tidak mereka kembangkan dengan sepintar dan semenarik yang lain. Yakni anak remaja yang selalu bermain hape. Dia tidak banyak berperan selain jadi bahan tertawaan. Dia juga tidak punya sudut pandang atau motivasi sendiri.
 
 
Film genre semakin menunjukkan taringnya. Tahun ini kita dapat Us dan Parasite yang membahas persoalan sosial dalam balutan thriller atau horor. Di akhir tahun ini, Rian Johnson melengkapi koleksi kita. Yang ia hadirkan adalah murder mystery yang bukan hanya fun dan unik – seperti tokoh-tokohnya, melainkan juga berbobot. Membahas soal imigran yang menjadi momok, terutama oleh warga Amerika. Di era Donald Trump.
The Palace of Wisdom gives 7.5 out of 10 gold stars for KNIVES OUT

Comments

  1. Febrian says:

    Teka-tekinya asik banget. Pas pengungkapan di akhir, penonton di studio pada teriak. Entah karena seneng teka-tekinya terungkap, atau karena ga nyangka kalo Cap….ah sudahlah.. hehehe…
    Menurut bang Arya, penyebutan Watson sampe dua kali oleh Blanc ke Marta, apakah upaya penulis biar si detektif dianggap ngefans dan terinspirasi sehingga ga dibandingkan dengan Holmes? Soalnya di beberapa tempat mirip banget Holmes.
    Satu lagi. Coba, ada berapa kata ‘whodunit’ yg ada di tulisan ini? Hahaha…

  2. Farah says:

    spoiler alert
    sblm film ini keluar, aku udh bbrp kali baca artikel yg membahas peran antagonis chris evans di knives out ini -yang disebut2 upaya evans buat melunturkan citra protagonisnya hahaha.
    dan sampai setengah film berjalan, aku masih bingung, krn ransom ga terlalu antagonis2 banget, toh semua keluarganya jg antagonis selain martha. disitu udah mulai curiga apa jgn2 dia pelaku utamanya, wlpn bingung set up nya gimana.
    pas tau di akhir dugaanku bener, jadi agak bete sih, krn kayak dapet spoiler secara ngga langsung hahaha

    • arya says:

      wahahaha kespoiler berita ya, makanya aku males baca-baca promo/kabar film, soalnya pasti ada aja info yang bablas.. kayak pas Ratu Ilmu Hitam kemaren juga kabarnya ada portal berita yang ngespoil siapa pemeran Ratunya

      • Miaw says:

        Tapi aku jg kecele sama sinopsis dan review yang sudah beredar sebelumnya dibilang bahwa katanya Ransom itu playboy, bla bla bla…. Tapi nyatanya di film ga terbukti. Klo slengean iya bener.

  3. Samy says:

    Spoiler
    Udah nyangka cucunya sih tersangka utama saat great grandma cuma ngerespon sama dia. Dan ketika marta turun dari loteng, great grandma bilang: cucuku udah pulang lagi?

    • arya says:

      great observation! aku pas si grandma salah ngira Marta ama cucunya sempet ngerasa kok kalimatnya agak aneh ya, tapi gak sampe bisa nyimpulin sejauh itu haha

    • arya says:

      ada beberapa alasan sih, di antaranya karena ada tokoh yang gak seberisi yang lain; karena Marta walaupun disebutin bergerak karena kebaikan hati, tapi buatku dia masih kayak bidak pada naskah; karena tokoh detektifnya kayak penghantar kesimpulan dan eksposisi saja – ini karena tokoh detektifnya bukan tokoh utama dan jarang film misteri yang detektifnya bukan tokoh utama, jadi menurutku memang filmnya gak berniat jadi film tipe level 8 ku sih, dia sudah sukses jadi misteri detektif komikal yang unik, menghibur, berbobot

  4. Muji Hidayat says:

    Setuju banget soal karakter remaja kekinian dengan HP selalu di tangan itu, tidak di kasih porsi dan motif seperti yang lainnya. Sudah berharap karakternya bakalan jadi twist di ending, karena mikir sengaja tidak d kasih porsi di awal film. Ternyata memang cuma segitu doang hehe

    • arya says:

      enggak sih, kan waktu Marta mendadak ketakutan karena salah nyuntik obat, si Harlan nanya-nanya ada apa – soal dosis obat dsb, itu tanda dia gak ngerti obat jadi dia gak mungkin tau ada obat yang ketuker… tindakan Harlan setelahnya – nyuruh Marta balik lagi manjat diam-diam murni untuk ngelindungi Marta ahli warisnya dari tuduhan pembunuhan
      menurutku si Marta ini ‘beruntung’ anggota keluarga Harlan jahat; maksudku, kalo misalnya tuker obat itu bukan kerjaan si Ransom – kalo bukan karena Ransom memang mendadak punya niat buruk – alias kalo obatnya ketuker karena murni kekeliruan Marta, pastilah dia beneran dicurigai oleh polisi dan akan susah dia membela diri haha

      • Albert says:

        Iya kupikir juga gitu ya, ga mungkin Harlan tahu obatnya benar tapi masih rela bunuh diri hahaha. Tapi aku udah yakin sih obatnya ditukar, kan obat penawarnya udah ga ada, jelas ada yang buang. Dan masa misterinya terbuka segampang itu kan? Hehehe. Selama beberapa saat malah kupikir Harlan sendiri yang rekayasa pura2 mati buat hukum anak2nya biar pada mandiri gitu. Hahaha.

  5. Miaw says:

    Aku seneng akhirnya ada film detektif tapi ga berat pemikirannya seperti Sherlock Holmes, Murder on Orient Express, dll. Saking beratnay aku sampe tidur dibioskop, padahal sebelumnya ngotot banget pengen nonton kedua film itu dulu. Bawaannya film ini fun, paling film saingan “ga beratnya” masih seperti Nancy Drew tapi lebih berbobot.
    Sebenernya clue klo Ransom itu pelakunya dah ditongolin sering banget lho dari awal pas scene dia keluar dari ruangannya Harlan dan ada Grandma bolak-balik. Btw, ITU BACKGROUND KNIVES BANYAK BANGET TEPAT DIKEPALA PAS ORANG DUDUK ANNOYING BANGET NGESELIN!!! wkwkwkwk…
    Marta sendiri kebingungan sikap seperti apa yang harus dilakukan atas warisan tersebut dan bertanya kepada Blanc, lalu Blanc jawab “Ikuti kata hatimu saja”.
    Menurut kalian dia akan kasih/balikin hartanya ke keluarga Thrombey atau tidak atau gmn dengan sifat Marta yang seperti itu?

    • arya says:

      Donat pisau ahahaha… untungnya itu pisau palsu semua yaa
      kalo menurut aku gak dibalikin sih, Marta menghormati wasiat Harlan, dia bisa bantu-banty anggota keluarga yang membutuhkan.. trus kemudian Marta dibunuh salah satu dari mereka dan jadilah Knives Out 2 XD

  6. Arindra says:

    gokiiiillll..
    gw baru nonton nih…
    bisa bikin anteng dari awal ampe akhir, padahal ga ada pukul2annya di film nya…
    berasa dengerin shinichi kudo menjelaskan deduksi-hipotesis di akhir2..
    sad moment = seandainya si kakek mau dan membiarkan marta nelpon ambulans… hiksss…

    • arya says:

      si kakeknya bener-bener takut si marta dituduh membunuh kayaknya, makanya gak dibolehin juga nelpon.. soalnya bahkan nelpon pun bisa bikin orang curiga, karena keadaan dan terlebih karena marta adalah perawat – bukan amerika pula

      • Arindra says:

        yeah.. i can see that…
        tapi gimana yaah.. soalnya film sih, ada clue yg diucap sama si nenek tea jadi kelewat aja.. klo di komik kan bisa ngulang baca2 lagi…
        malah sadar pas pemaparan detektif terakhir2… sueex.
        tapi ni film aseli bagus, berasa baca salah satu chapter di detektif conan… hehehe..
        well written review pee..*thumbs

        • arya says:

          hahaha iya, si detektif pun buatku ngomongnya kadang terlalu cepet – kadang rasanya pengen nyetop bentar hahaha… semoga ke depan conan juga makin banyak kasus yang kayak gini, biar variasi gak langsung mayat-trik-pembunuh – ada twist twist kayak marta ama ransom
          tengkyu Roong

  7. irfan says:

    Btw kenapa kok Marta kaya terlalu mudah untuk cerita banyak hal ke Ransom ya?
    what makes her do that?
    dan kl aku ga salah inget, Marta ikut Ransom krn mobilnya ngadat pas distarter bukan sih? kebetulan atau ada kesengajaan ya?hehe
    mohon pencerahan mas xD

    • arya says:

      setingan si Ransom kayaknya itu mah, dia memang musti deket-deket dan baek-baekin si Marta kan karena kematian kakek beda sama yang dia rencanakan, dan dia tahu cuma si Marta yang tau kejadian sebenarnya ada apa
      Marta gampang percaya karena udah gak punya ‘teman’ lagi, terus dia yang dekat sama kakek udah tahu si Ransom ini sebenarnya deket juga sama kakek walau sering bertengkar – jadi mereka berdua ini mutualan karena si kakeklah, jadi gampang percaya

  8. Menik says:

    Mas Arya, ku baru nonton ini, pengen tanya.. haha
    Harlan itu matinya tetep karena lehernya dipisau sendiri? Jatuhnya tetap homicide kan?
    Trus yg bagian tas obatnya ditukar Ransom, tapi kok abis itu Blanc bilang: kalau kamu tetap telpon ambulan, harlan bakal selamat. (karena kandungan darahnya gak overdosis morfin). Itu gimana deh mas?
    Kayanya ada subtitle yang missed kebaca, makanya jadi gak mudeng 🙁
    Terima kasih yoo ^^

    • arya says:

      Iya, Harlan bunuh diri nebas leher sendiri.. Ransom ditangkap karena membunuh ART temennya si Marta (yang diikat di kursi di laundromat)
      Sebenarnya yang disuntikkan Marta ke Harlan bukan morfin seperti yang mereka sangka. Gini nih; kan si Ransom nuker tabungnya – yang obat jadi berlabel morfin, sedangkan morfin berlabel obat – harapan Ransom ialah begitu Marta nyuntikin dosis obat cewek itu malah nyuntikin morfin dengan dosis mematikan sehingga Marta dicap membunuh Harlan.
      Tapi ternyata, setelah ditukar oleh Ransom, si Marta ini salah nyuntikin – Marta salah ambil tabung. Dia menyuntikan kepada Harlan isi tabung yang berlabel morfin – yang tanpa sepengetahuan mereka isi tabung morfin itu adalah obat. Jadi ya, sebenarnya Harlan aman-aman saja, dosis yang masuk ke dia tetap obat kok

        • arya says:

          bener gitu kejadiannya, jadi sebenarnya si Marta gak sempurna-sempurna amat, tapi sekalipun dia salah ada yang jauh lebih salah daripada dia haha
          sama-samaa

          • Haha says:

            Karena Marta gak sengaja tau berat dan kekentalan dari kedua obat tersebut, yang bikin dia pede untuk langsung nyuntikin obat tersebut, tanpa baca labelnya lagi. Karena dia udah sering melakukan hal tersebut.

  9. qisth says:

    Benoit Blanc potensial buat dibikinin sekuel nih, dg kasus2 yg baru. Kayak Robert Langdon. Meski nampak “ga meyakinkan” tapi pengungkapan di akhir selalu berhasil. Haha
    Agak beda dg tema whodunit kebanyakan, di alur film ini penonton justru udah disajikan adegan yg sebenarnya, detik2 menjelang hingga eksekusi kematian korban. Film2 whodunit lain biasanya menjadikan ini sebagai bagian dari pengungkapan pelaku (plus trik) di akhir.
    Kesannya jadi bener2 kayak donat. Penonton udah disajikan gambaran yg utuh, tapi ada yg mengganjal di tengah2. Bener kata Blanc.
    Soal pelaku sebenarnya, cukup mudah ditebak memang, dg berbagai “hint” yg diberikan, termasuk si nenek buyut yg cuma notice ke Ransom. Soal pisau di ending jg, seneng jg bahwa tebakan saya benar, bahwa pisau2 tsb palsu. Soalnya di awal ada adegan Harlan bilang ttg banyak orang yg ga nyadar soal pisau, kalo ga salah. Surat Harlan buat anaknya yg ditulis pake tinta invisible jg udah ketebak. Menantunya aja tuh yg terlalu polos. Udah tau mertuanya penulis novel misteri. Hahaha
    Menurut saya, terlepas dari tragisnya nasib Harlan, dia bunuh diri jg karena pd detik2 terakhir hidupnya, dia yakin ada yg mau menjebak Marta. Dari penawar morfin yg ga ada di tas, bisa jadi Harlan sudah nebak kalau Marta dlm bahaya jika dia benar2 mati karena salah suntik. Sementara tersangka utama, Harlan ga tau. Maka dari itu, Harlan ambil jalan pintas bunuh diri, supaya Marta benar2 aman. Sambil berharap ada detektif cerdik yg bisa mengusut siapa si tersangka utama. Hahaha ngarang XD

    • arya says:

      iya, sebisa mungkin dia mikir cepat dalam – berapa menit kata si Marta? 8 apa 10? – gimana supaya Marta gak tertuduh.. aku kagum dia berani ambil cara bunuh diri nebas leher sendiri, cara yang paling sakit dan butuh nyali hahaha

      • qisth says:

        Hmm.. mungkin sang novelis pengen metode kematian yg sensasional, bang. Karena menyayat nadi atau menusuk perut sendiri sudah terlalu mainstream XD
        kalau pake racun, darahnya bakal diperiksa yg otomatis bikin kelebihan dosis morfinnya ketahuan. kalau pake pistol, bunyinya berisik jika ga pake peredam jd waktu kematian ga bisa direkayasa.
        kalau dibawa baper sih, Knives Out ini sedih banget ya bang.. nyawa menghilang di tangan sendiri cuma gara2 panik, padahal pembunuhan di awal udah gagal, nyawa selamat berkat insiden kecil yg ga disengaja (papan Go jatuh berantakan yg bikin botol2 obat jg jatuh) dan kebiasaan (Marta yg “mengenali” mana obat mana morfin tanpa liat label karena saking terbiasa) :'(

        • arya says:

          haha iya bener juga, harus sensional untuk mengalihkan perhatian polisi, jika udah ada darah dan tebasan lagi gak bakal divisum lagi sebab Harlan pasti saat itu takut darahnya diperiksa dan ditemukan kadar morfin sehingga Marta bakal dicurigai juga
          berarti dia memang sayang banget ya sama Marta, padahal bukan anak cucu sendiri.. iya kan, ke marta nya pasti sedih banget sebenarnya

  10. Pratama says:

    Rian Johnson jenius di film ini. Dari dulu aku udah suka sama film2 garapannya, terutama Brick. Aku barusan nonton hari ini, tadi siang hehehe (telat nonton karena baru sempet).
    Di film ini sekilas aku denger suara Joseph Gordon-Levitt (aku tau karena fans sama dia hehe). Aku kira salah denger, begitu aku cek Wikipedia, ternyata bener dia jadi Voice Cameo doang. He.he.

      • Pratama says:

        Buruan nonton Brick mas, recommended dah pokoknya. Joseph Gordon-Levitt keren banget disitu, itu film berasa kyk solo performance nya dia. Jangan lupa review-nya jg ya mas, request nih. Hehehe.
        Nah iya aku jg penasaran mas, The Last Jedi bisa dibilang sukses digarap Johnson. Tapi beruntung jg Johnson gak garap Star Wars eps IX, jd dia bisa total garap Knives Out. Hehehe.

        • arya says:

          wah kalo film lama, reviewnya kita bareng aja yok, di artikel Readers’ Neatpick haha
          sutradara yang bener mah biasanya gitu tuh, pasti cenderung nolak disuruh garap yg berdeketan.. soalnya mindset mereka masih mending fokus bikin satu yang bagus daripada borong bikin banyak-banyak

  11. Pratama says:

    Kan kabarnya bakal dibuat Squel nya nih mas. Bakalan keren klo Benoit Blanc kolaborasi sama Detective Hardrock (Joseph Gordon-Levitt).

    • arya says:

      kayaknya menarik juga kalo dua detektif justru saling saingan mecahin kasus kayak episode Detective Conan yang semua detektif berlomba mecahin kasus atau kayak rivalry Shinichi ama Heiji ahahaha

  12. momo says:

    marta yg design Harlan bunuh diri
    – keluarganya marta fans film detektif. marta sm emaknya demen nonton “murder, she wrote”. serial jadul ini penuh trik2 pembunuhan
    – marta udh paham jln pikiran Harlan. Harlan di cekokin sm marta bukti2 jelek mantunya, foto selingkuhan, data duit double Joni
    – marta tau random bego, gampang diprovok. Walt dipecat pusing doang
    – marta tau obat yg dia injek bener. cm pura2 panik. Marta tau Harlan bakal bunuh diri makanya Harlan tulis ulang wasiatnya, seminggu sebelum
    – marta beberapa kali niat balikin duit, bantu keluarga Harlan tp di last scene dia minum pake mug Harlan. seakan2 marta ngomong, “kena lu semua gw boongin”

    • arya says:

      tapi kan si kapten amerika udah ngaku dia yang mau bunuh nuduhin marta, tapi ada kesalahan, si harlan berpikir-cepat lalu memilih untuk bunuh diri dan melindungi marta sekaligus

Leave a Reply