Gold Rush: Clash of Champions 2020 Review


 
 
Dulu bernama Night of Champions, dan buatku pay-per-view ini selalu punya pesona tersendiri. Karena ini adalah malam di mana semua pemegang sabuk di WWE turun ke arena untuk bertanding mempertaruhkan kejuaraan mereka masing-masing. Konsep ini menciptakan kesan bahwa kejuaraan tersebut benar-benar sakral. Buat para jawara, ini adalah ajang pembuktian. Buat para penantang, tentulah acara ini kepentingannya lebih grande lagi, sebab ini adalah kesempatan besar bagi mereka. Dan bagi sebagian besar superstar (at least, yang feud dan storyline mereka digarap dengan sungguh-sungguh), match di Clash of Champions selalu sangat personal. Terakhir, buat kita sebagai penonton, well, buatku menonton Clash of Champions ini terasa seperti ngeliat event boss-fight video game yang beruntun.

Klop Gladiator banget Clash of Champions diadain di Thunderdome!!

 
 
Tentu saja semua kesan tersebut berasal dari baiknya build up yang dilakukan oleh WWE terhadap bukan hanya para superstar (juara dan penantang), tapi juga ‘drama’ di antara mereka. Dan untuk tahun ini, Clash of Champions punya satu storyline yang digarap paling menarik di antara semua. Karena dia juga adalah yang paling fresh. Yang kita bicarakan di sini adalah pertandingan antara Roman Reigns mempertahankan sabuk Universal melawan salah satu saudara sepupu kembarnya; Jey Uso. Inceran WWE tentu saja adalah cerita gede yang melibatkan salah satu keluarga paling gede dalam sejarah dunia gulat. Yakni keluarga Samoa yang sudah generasi bergenerasi bekerja sebagai penampil untuk bisnis gulat hiburan. Heritage yang bisa ditarik dari Wild Samoa, ke Yokozuna, ke Rikishi. Umaga. Dan tentu saja The Rock. This family means money. This family means business. Maka WWE menyiapkan cerita dari keluarga tersebut untuk generasi sekarang. Roman Reigns. Dan Uso. Reigns putra dari Sika. Kembar Uso putra dari Rikishi. They are part of the Samoa’s Bloodline. Reigns dan Jey tumbuh bersama, di lingkungan wrestling. WWE membuat dua ‘ahli waris’ itu beradu. Membuatnya personal bagi kedua superstar.

Karena sabuk juara yang diperebutkan di sini bukan saja merepresentasikan siapa yang terkuat. Lebih dari pada itu, bagi kedua pegulat muda ini, sabuk itu adalah simbol kekuasaan. Pemimpin dalam keluarga besar mereka. Para komentator menyebutnya sebagai Penentuan Kepala Suku.

 
WWE bisa saja membuat match ini sebagai cerita underdog yang menarik. Jey sama sekali belum pernah memenangi kejuaraan solo, sementara sepupunya itu sudah malang melintang di kejuaraan dunia. Kalian yang niat ngitungin pasti tahu udah ada tujuh championship reigns di bawah kepimpinan Roman Reigns. Jey selama ini selalu bermain di divisi tag team berpasangan ama saudara kembarnya, Jimmy. Sementara Roman Reigns sudah jadi top single star bahkan saat dia merupakan bagian dari grup/stable. Motivasi Jey di sini pun cukup dramatis; dia mau mengubah pertanyaan ‘dia kembar yang mana?’, dia ingin supaya orang mengenal dirinya sebagai juara. Namun WWE sudah kukuh untuk membuat ini adalah cerita tentang Roman Reigns. Cerita tentang sisi gelap Reigns yang belum pernah kita lihat. Cerita bahwa Reigns begitu tinggi sehingga dia merasa perlu untuk diakui sebagai Kepala Suku alias The Tribal Chief. Pilihan ini tadinya kupikir bakal membuat storyline ini menjadi kurang nendang karena predictable. Tapi spektakular tetaplah spektakular. Karena WWE paham pada where the money is, dan eksekusi cerita ini pada Clash of Champions benar-benar luar biasa.
Mengutip sedikit jargon seorang pegulat paling ‘nyetrum(?)’; “It doesn’t matter!” Gak peduli kalo hasil akhirnya ketebak. Yang penting adalah bagaimana hasil tersebut disampaikan kepada kita. Roman Reigns melawan Jey Uso sukses berat dari segi penceritaan, dengan didukung juga oleh aksi ring yang benar-benar intens. WWE mempersembahkannya dengan sedramatik mungkin. Untuk membantu mengomunikasikan perubahan karakternya, Roman Reigns menggunakan approach bertanding sambil bicara. Dan ini benar-benar membantu kita untuk melihat Reigns sebagai pribadi yang telah berubah. Karena Reigns sebelum ini enggak pernah banyak omong, ataupun dia juga gak pernah melepas vest ‘armor’nya. Aksi yang disuguhkan menambah banyak kepada bobot cerita dan karakter. Bahkan sekuen Jey fired up aja dibuat sedemikian intens dengan Cole berteriak-teriak takjub dari meja komentator “He’s gonna do it! He’s gonna do it!!”. WWE lantas dengan sengaja mengangkat pertanyaan untuk menambah layer drama dengan membuat Reigns kick out pake gerakan yang ngelow-blow Jey. Sengaja atau tidak? Apakah Reigns perlu sampai curang untuk menang? Ending partai ini juga tak kalah spektakular dalam bercerita karena menampilkan adegan yang subtil buat Roman Reigns saat Jimmy datang menggunakan tubuhnya sebagai ‘shield’ untuk melindungi Jey dari pukulan.
Selain Jey, ada satu lagi superstar yang ‘naik kelas’. Tampil pertama kali sebagai penantang dalam perebutan gelar juara wanita, Zelina Vega memainkan perannya dengan maksimal. Membuat kita melihatnya sebagai penantang yang legit untuk juara sekaliber Asuka. Well, cerita pertandingan ini memang tentang Asuka yang sedikit ‘kaget’ akan kebolehan Zelina; Asuka diposisikan seperti kita; dia sedikit go easy on Zelina, tapi nyatanya dia harus mengerahkan tenaga lebih untuk menundukkan Zelina. Aku senang feud ini masih berlanjut karena rotasi karakter itu benar-benar kelihatan. WWE tidak lagi terlalu kentara memakai pemain-pemain yang itu-itu saja. Satu kekurangan buatku adalah betapa cepatnya Zelina tap out. Apollo Crews juga dibuat secepat itu tap out kepada kuncian Bobby Lashley di Kejuaraan United States. Sebaiknya mereka bertahan sedikit lebih lama sebelum tap out untuk memperlihatkan determinasi dan perjuangan itu kepada kita.

Nonton ini dijamin kita gak perlu pasang mata boboho kayak Jeff Hardy

 
Selain itu, ada dua lagi match yang berlangsung sangat fun. Yakni Kejuaraan Intercontinental yang dilangsungkan sebagai Ladder Match dan Kejuaraan WWE dalam Ambulance Match. Kalolah ada juara terkreatif, maka aku jelas akan menobatkan titel itu kepada Ladder Match di sini. Sami Zayn, Jeff Hardy, dan AJ Styles sudah barang tentu mampu melakukan aksi-aksi yang bikin tahan napas dengan tangga. Namun di match ini mereka bahkan bekerja dengan lebih kreatif lagi. Gimmick boleh jadi kuat di sini, tapi dilakukan dengan sangat unik dan menghibur. Belum pernah aku melihat taktik memborgol orang ke tangga lewat lubang kupingnya ataupun memborgol lawan ke tangan sendiri. Match ini sungguh original karenanya. Ambulance Match antara Drew McIntyre melawan Randy Orton juga sebrutal dan seasik itu. Spot ketika McIntyre terbanting keras ke kaca depan ambulans (punggungnya ampe luka-luka!) bakal membuat kita bernostalgia ke era gulat hardcore. Selebihnya, Ambulance Match juga kuat di gimmick. Beberapa superstar legend yang ‘dimatikan’ oleh Orton sepanjang build up ke match ini sejak berbulan yang lalu, bergantian muncul untuk membalas dendam kepada Orton. WWE menggunakan aturan No-DQ dan bertarung hingga ke backstage sebagai device untuk berkreasi dengan kemunculan mereka. I kinda wished mereka ngetwist sedikit atau apa, like, buat Ric Flair di akhir namun ternyata malah menyerang McIntyre, tapi aku cukup senang dengan mereka membuat Ric Flair sebagai supir ambulans yang membawa Orton yang kalah keluar arena. Karena buatku itu juga masih bisa dimaknai ambigu sebagai Flair membawa Orton dan menyelamatkannya. Seriously, aku menolak untuk percaya Flair gak up to something bad hahaha…
Jika bukan karena pandemi, tentulah acara ini bakal lebih seru lagi. Clash of Champions terpaksa meng-cut dua pertandingan karena superstar yang terlibat di dalamnya tidak diijinkan bertanding karena ‘masalah medis’. Shayna Baszler dan Nia Jax (meski ini aku curiga jangan-jangan ditarik karena Nia Jax masih sodaraan ama Reigns dan Jey sehingga WWE gak mau menarik perhatian kita ke arah sana). Dan Nikki Cross. ‘Mitigasi bencana’ WWE untungnya cukup cepat tanggap. Match Bayley dengan Cross diganti menjadi Bayley melawan Asuka (dobel duty!). Intensitas storylinenya tetap hidup, dan masih nyambung ketika WWE butuh ‘cutscene’ kemunculan Sasha Banks. From the looks of it, WWE sepertinya mengincar pertandingan Hell in a Cell antara Bayley dan Sasha bulan depan. Yang membuat episode Sasha melawan four horsewomen di HIAC terus berlanjut.
Toh WWE cukup tersandung juga ketika terjadi ‘bencana’ yang cukup mendadak. Ending Kejuaraan Tag Team antara Street Profits melawan Andrade dan Angel Garza tampak begitu awkward. Matchnya dihentikan prematur karena Garza mengalami cedera saat melakukan Knee Strike (ketarik terlalu jauh kayaknya uratnya). Namun komunikasi antara semua pihak di ring tidak berhasil dilakukan dengan mulus. Andrade tetap kick out saat wasit seharusnya menghitung sampai tiga. Bahkan Angelo Dawkins pun tampak kaget dan sedikit emosi sebelum akhirnya sadar dengan kondisi Garza di luar ring.
 
 
Dikawangi oleh dua match yang sangat menghibur dan dramatik di awal dan akhir match, menonton Clash of Champions 2020 benar-benar terasa seperti naik wahana superseru. Tadinya kupikir karena pertandingannya berkelas semua maka WWE akan mengambil arahan klasik dan menjadikannya serius dan sesuai format standar. Tapi ternyata ada banyak hal kreatif dilakukan. Ada banyak gimmick yang dipakai, tapi tidak membuat pertandingan berkurang urgency ataupun kepentingannya. Bahkan dengan perubahan di last-minute, WWE masih mampu kembali asik setelah tersandung tersebut. The Palace of Wisdom menobatkan Tribal Fight antara Roman Reigns melawan Jey Uso sebagai MATCH OF THE NIGHT 
 
 
 
 
Full Results:
1. INTERCONTINENTAL CHAMPIONSHIP TRIPLE THREAT LADDER MATCH Sami Zayn membuktikan bahwa dia juara sesungguhnya dengan mengakali Jeff Hardy dan AJ Styles
2. RAW  WOMEN’S CHAMPIONSHIP Asuka bikin Zelina Vega tap out
3. UNITED STATES CHAMPIONSHIP Bobby Lashley retains over Apollo Crews
4. RAW TAG TEAM CHAMPIONSHIP Street Profits unggul lagi atas Andrade dan Angel Garza
5. SMACKDOWN WOMEN’S CHAMPIONSHIP Bayley nyelametin sabuknya dari Asuka 
6. WWE CHAMPIONSHIP AMBULANCE MATCH Juara bertahan Drew McIntyre masukin Randy Orton ke ambulans
7. UNIVERSAL CHAMPIONSHIP Romain Reigns ngalahin Jey Uso ampe babak belur 
 
 
 
That’s all we have for now.
Remember, in life there are winners.
And there are losers.
 
 
 
 
 
We are the longest reigning BLOG KRITIK FILM TERPILIH PIALA MAYA

Comments

Leave a Reply