• Home
  • About
  • Movies
    • JUMANJI: THE NEXT LEVEL Review
    • FORD V FERRARI Review
    • THE IRISHMAN Review
    • NIGHTMARE SIDE: DELUSIONAL Review
    • RUMAH KENTANG: THE BEGINNING Review
    • FROZEN II Review
    • BIKE BOYZ Review
    • THE FAREWELL Review
    • RATU ILMU HITAM Review
    • DOCTOR SLEEP Review
    • LAMPOR: KERANDA TERBANG Review
    • LOVE FOR SALE 2 Review
    • THE NIGHTINGALE Review
    • KELAM Review
    • SUSI SUSANTI: LOVE ALL Review
    • ZOMBIELAND: DOUBLE TAP Review
    • MALEFICENT: MISTRESS OF EVIL Review
    • MY DAD IS A HEEL WRESTLER Review
    • PEREMPUAN TANAH JAHANAM Review
    • SIN Review
    • BEBAS Review
    • CINTA ITU BUTA Review
    • THE PEANUT BUTTER FALCON Review
    • JOKER Review
    • 6,9 DETIK Review
    • DANUR 3: SUNYARURI Review
  • Wrestling
    • Survivor Series 2019 Review
    • Hell in a Cell 2019 Review
    • Clash of Champions 2019 Review
    • SummerSlam 2019 Review
    • Extreme Rules 2019 Review
    • Stomping Grounds 2019 Review
    • Money in the Bank 2019 Review
    • WrestleMania 35 Review
    • Fastlane 2019 Review
    • Elimination Chamber 2019 Review
    • Royal Rumble 2019 Review
    • WWE Evolution Review
    • Hell in a Cell 2018 Review
    • SummerSlam 2018 Review
    • Extreme Rules 2018 Review
  • Books
    • My Dirt Sheet Top-Eight Original Goosebumps Books
    • Happy Family, Diary Komedi Keluarga Hahaha – Review Buku
    • Dhanurveda – Preview Buku
    • My Dirt Sheet Top 8 Animorphs Books
  • Uncategorized
    • My Dirt Sheet Awards 8MILE
    • My Dirt Sheet Awards 7ANGRAM
    • My Dirt Sheet Awards HEXA-SIX
    • My Dirt Sheet Awards KELIMA
    • Find Your Own Voice
    • My Dirt Sheet Awards FOUR
    • The 3rd Annual of My Dirt Sheet Awards
    • The 2nd Annual of My Dirt Sheet Awards
  • Merchandise
    • Kaos buat Reviewer dan Anak Nonton banget!!
    • Kaos Sketsa Wajah #WYOF Wear Your Own Face
    • Kaos Halloween Specials
    • Kevin Owens Champion of the Universe Shirt
    • Mean Girls Customized Shirt
  • Toys & Hobbies
    • Tamiya: Everyone Needs Their Hobby
  • Poems
    • Pikiran Keluyuran
    • Jakarta, Jumat Senja, Hujan, dan Kamu
    • r(u)mah
    • Konstelasi Rindu
    • Jumat Pagi yang Basah
    • Pesan Untuk Hati yang sedang Patah
    • Aku Suka…..
  • Music
    • Growing Pains by Alessia Cara – [Lyric Breakdown]
    • Wild Things by Alessia Cara – [Lyric Breakdown]
    • Pesona Musik Iceland (Islandia)
    • Row Row Row Your Boat -[Lyric Breakdown]

MY DIRT SHEET

~ enter Palace of Wisdom, if you are invited

MY DIRT SHEET

Tag Archives: Bandung

Kuis Undangan Acara Puncak Festival Film Bandung 2018

21 Wednesday Nov 2018

Posted by arya in Movies

≈ Leave a comment

Tags

#FFB2018, #ffbmemulaikembali, 2018, Acara Puncak, Bandung, FFB 31, film, film indonesia, funny, Kuis, live, SCTV

 

Acara puncak anugerah FFB 2018 tanggal 24 November nanti akan berbunga-bunga oleh para bintang. Gedung Sate, Bandung, bakal meriah deh pokoknya!

Buat para pembaca dan pengunjung setia My Dirt Sheet, ada kuis nih, hadiahnya undangan ke acara tersebut, jadi kalian bisa nonton dan seru-seruan langsung bareng kita-kita.

 

 

Caranya gampang, cukup jawab 3 pertanyaan ini di kolom komen:

  1. Pilih satu dari foto adegan film-film nominasi FFB 2018 berikut; repost fotonya di twitter dengan menyertakan caption kreatif versi kalian sendiri, jangan lupa tag atau mention @aryaapepe
    gift180520070900-777
    kokimaxresdefault (1)
    lovemaxresdefault
    marlinamarsha-timothy-bookmyshow-indonesia-e1510041416654
    sebelum-iblis-menjemput-yang-penuh-teror-700x700
    terbang-1-1c225e9b47611a088b8cc095f2bf329a
    wiroqtj40xv6jk
  2. Sebutkan quote dari review film mydirtsheet mana yang jadi favorit kalian
  3. Prediksi kalian, film yang mana nih yang bakal dianugerahi FILM BIOSKOP TERPUJI 2018 – apakah Hujan Bulan Juni, Koki-Koki Cilik, Love for Sale, Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak, atau Sultan Agung?

 

 

KETENTUAN MENJAWAB:

Di kolom komen, tulis nama, akun twitter, dan kota domisili. Terus langsung deh dijawab.

Untuk pertanyaan pertama, cukup kasih link ke twit jawaban.

Untuk pertanyaan kedua dan ketiga, tulis sebebas-bebasnyaaa

Jawaban ditunggu sampai hari Kamis pukul 17:00

Pemenang dipilih dari jawaban yang paling ‘menarik’, dan akan langsung dihubungi lewat DM Twitter untuk pengambilan Undangan

 

 

 

That’s all we have for now.

Remember, in life there are winners.
And there are losers.

 

 

 

 

Sampai ketemu di Acara Puncak FFB 2018 hari Sabtu~

Or not.

Share this:

  • Tweet
  • Email
  • Share on Tumblr
  • Pocket

Like this:

Like Loading...

Festival Film Bandung 2016: Terpuji, tapi Bukan yang Terbaik?

25 Sunday Sep 2016

Posted by arya in Movies

≈ Leave a comment

Tags

2016, art, awards, Bandung, cinema, culture, drama, event, FFB2016, indonesia, Music, result, television, thought

034992100_1474616637-ffb_2016-1

 

Dimulai oleh lagu Cing Cang Keling, Monumen Perjuangan Rakyat terus saja meriah sampai Film Terpuji diumumkan, bersamaan dengan perayaan ulangtahun Kota Bandung yang ke 206. Sungguh sebuah PERAYAAN FILM DAN SENI YANG SEMARAK. Budaya kita kaya, Festival Film Bandung 2016 menyadari penuh hal itu, tema “Berjaya di Tanah Legenda” itu dijadikannya bukan sekedar slogan. Seluruh jiwa yang menyaksikan acara bakal ngerasain feel traditional Sunda yang merasuk di balik gemerlapnya lampu-lampu dan hingar bingar seni kontemporer.

 

Para undangan malah diberikan angklung yang sudah bersandar manis di sisi tempat duduk masing-masing. Tepuk tangan pada acara ini digantikan oleh bunyi bambu antusias dari goyangan angklung-angklung audiens. I bet it sounded cool on TV. Orkes angklung kecil-kecilan pun dilakukan, menyanyikan lagu Halo-Halo Bandung. Pada tau dong, kalo each of angklung itu beda-beda, mereka punya nada tersendiri. Aku (terima kasih undangannya, FFBComm!) kebagian angklung bernada ‘fa’. Sialnya, itu nada yang paling jarang dimainin, jadi selama orkes aku habiskan dengan nungguin ‘konduktor’ di depan memberi isyarat untuk ‘fa’ yang langka banget and when the sign actually comes aku malah blank out kelupaan goyangin angklung hahaha..

Penampilan musik dari pemusik-beneran membuat suasana semakin festive. Ada Gigi, Melly Goeslaw, aku senang sekali akhirnya bisa melihat Jamrud perform live – meski personel mereka udah beda dari waktu aku bocah dulu. Beberapa talent muda juga ada, but I don’t know (or to some extent; don’t care) about them much. Malahan, to be honest, sebagian besar waktu aku cukup mengantuk. You know, acara pengumuman pemenang awards tentu saja diselingi dengan performance-performance lain, dan selain the really funny ones kayak Indro Warkop dan Tora Sudiro yang ngelakonin polisi Chip kayak di film Warkop ataupun family-bantering yang genuinely kocak antara Roy Marten dengan Gading Marten, aku enggak familiar dengan bintang-bintang pengisi acara lainnya. Terutama yang dari televisi. Aku enggak nonton tv, jadi aku gak bisa cerita banyak soal mereka. But judging dari reaksi penonton festival di bawah; penampil-penampil itu dapat sambutan luar biasa kenceng, bisa disimpulkan bahwa acara ini beserta pengisinya bener-bener hits the ‘hits-spot’.

even the rain looked amazing

even the rain looked amazing!

 

Berikut adalah nama-nama insan perfilman Indonesia yang udah sukses menggondol piala FFB 2016. Kalo ada yang bikin alismu terangkat, tahan dulu aja. Kita akan bahas sama-sama di bawah!


FILM TELEVISI


Sutradara Film Televisi Terpuji
Hanny R Saputra – Sejengkal Tanah Surga

Penulis Skenario Film Televisi Terpuji
Baskoro Adi – Pulang Merantau

Pemeran Wanita Film Televisi Terpuji
Keira Shabira – Hadiah Terindah Seorang Pemulung

Pemeran Pria Film Televisi Terpuji
Teuku Rifnu Wikana – Ibu Tak Bisa Mendengar Tangisku Lagi

Film Televisi Terpuji
Dalang

 

 


SERIAL TELEVISI


Pemeran Wanita Serial Televisi Terpuji
Nabila Syakieb – Surga yang Kedua

Pemeran Pria Serial Televisi Terpuji
Teddy Syach – Candra Kirana

Serial Televisi Terpuji
Candra Kirana

 

 


FILM


Penata Artistik Terpuji
Ade Gimbal – My Stupid Boss

Penata Musik Terpuji
Melly Goeslaw dan Anto Hoed – Ada Apa Dengan Cinta 2
Ricky Lionardi – Badoet

Penata Editing Terpuji
Andhy Pulung – Aach.. Aku Jatuh Cinta

Penata Kamera Terpuji
Enggar Budiono – Jilbab Traveler Love Sparks in Korea

Penulis Skenario Terpuji
Ernest Prakasa – Ngenest
Jujur Prananto dan Gunawan Raharja – Aisyah: Biarkan Kami Bersaudara
Pemeran Pembantu Pria Terpuji
Tanta Ginting – 3

Pemeran Pembantu Wanita Terpuji
Indah Permatasari – Rudy Habibie
Nova Eliza – Aach.. Aku Jatuh Cinta

Sutrada Terpuji
Anggy Umbara – 3

Pemeran Utama Pria Terpuji
Reza Rahadian – My Stupid Boss

Pemeran Utama Wanita Terpuji
Chelsea Islan – Rudy Habibie
Sha Ina Febriyanti – NAY

Film Terpuji
Rudy Habibie – MD Pictures

 

 


LIFETIME ACHIEVEMENT AWARDS


Niniek L. Karim
Henky Solaiman

 

Selamat Pak Hengky Solaiman, paling aku ingat itu waktu beliau jadi Pinokio pacarnya Lulu di film Lupus

Selamat Pak Hengky Solaiman, paling aku ingat itu waktu beliau jadi Pinokio pacarnya Lulu di film Lupus

 

 

Festival Film Bandung 2016 adalah saat di mana aku tidak ingin aku benar.

You know when hari minggu tiba, kalian ingin jalan-jalan sementara di dalam hati kalian punya perasaan bakalan hujan, and you wish you were wrong namun kenyataannya saat kalian udah di luar, hujan pun turun? Kurang lebih begitulah yang kurasakan saat deg-degan duduk mendengarkan dengan seksama setiap pengumuman kategori film. Pada prediksi ku sebulan yang lalu (klik sini), ada film-film yang aku yakin bakal menang meski sesungguhnya sangat berbeda dengan yang aku inginkan untuk menang. Turns out my guesses are mostly correct, and I’m not happy about it.

Salah satu yang membuat Festival Film Bandung yang udah jalan 29 tahun ini spesial, berbeda dari ajang penghargaan lain, adalah mereka menggunakan term ‘TERPUJI’ SEBAGAI APRESIASI PALING TINGGI buat film-film. Dalam majalah Festival Film Bandung edisi khusus 2016 – yang dibagikan kepada tamu undangan acara – mereka mengatakan bahwa sebutan ‘Terpuji’ disepakati bukan untuk menyatakan ‘paling’ melainkan maknanya adalah ‘yang patut dipuji’. Seperti ‘orang terhormat’ yang berarti ‘orang yang patut dihormati’ maka ‘film terpuji’ pun diartikan simpelnya sebagai ‘film yang layak mendapat pujian’. But within the concept of an award show, di mana ada pemenang – ada yang dapat piala, ada yang enggak – menurutku arti awalan “Ter” tersebut naturally menyatakan intensitas. Tidak salah jika ada yang mengasumsikan “Terpuji” di sini berarti “Yang paling banyak mendapatkan pujian”

FFB 2016 terkesan sangat ballsy dan meledak-ledak saat mengumumkan nominasi-nominasi pada Agustus yang lalu. I was actually high from their surprises. Akan tetapi nama-nama yang keluar pada Malam Puncak ini terdengar kayak suara orang yang cari aman. Pengumuman Film Terbaik malahan kesannya antiklimaks banget, mengingat build-up yang perlahan terbangun dari mulai acara. Tidak ada kejutan, yang menang simply adalah yang paling mainstream.

Satu lagi yang unik dari FFB adalah kebiasaan mereka menganugrahi dua pemenang dalam satu kategori yang sama. Penulis Skenario Terpuji, misalnya, jatuh ke tangan Jujur Prananto dan Ernest Prakasa. Selamat buat keduanya, speech Ernest actually sangat emosional, dan true words of wisdom terucap oleh mas Jujur. Tapi FFB 2016 terlihat struggle antara muasin selera penonton dengan selera art. Dan sebenarnya dua pemenang kayak gini adalah tanda bahwa “Terpuji” digunakan untuk tidak menutup kemungkinan. Good films flop, bad films juga bisa flop. FFB, dengan term “Terpuji” menunjukkan bahwa dirinya adalah ajang AWARD YANG FLEKSIBEL, yang dapat menjangkau dua arah. Semua nominator mungkin dinilai memang pantas, namun penetapan jatuhnya piala lebih terkesan in favor of consensus, bahkan at times seperti diagendakan kayak si anu dimenangin lantaran lagi red-hot banget sekarang. Dalam hal ini, FFB tidak lagi terasa begitu independen.

There’s always THIS indication, tho. “Terpuji” bisa terlalu mendua, takutnya ada pembuat film yang beranggapan jalan mudah menang award adalah dengan membuat film yang banyak penggemar. Maka standar akan turun; Pasang saja aktor dengan follower dan fan base terbanyak. Bikin saja cerita yang konyol. Terbang saja ke luar negeri, sekalian jalan-jalan. Bikin saja film sebagai sebuah brand, sebagai barang dagangan untuk dijual. Seperti kasus-kasus sinetron di televisi; kenapa repot bikin yang bagusan jika yang jelek aja banyak yang nonton. Lucunya, aku enggak pernah nonton tv tapi melihat dari judul-judulnya, pemenang Televisi dan Serial Televisi terdengar lebih meyakinkan dari kebanyakan yang terpuji di Film.
Aku enggak bisa melarang orang yang ingin berbisnis, tapi aku pikir aku bisa menantang filmmakers untuk tidak begitu tergoda membuat film dengan niatan utamanya adalah menarik cheap-pujian dari penonton. Karena film, sebagaimana karya-karya seni lain, sejatinya dibuat untuk berekspresi. Bukan untuk mengimpresi.

Dan yang bisa kita lakukan sebagai penonton? Tugas kitalah sesungguhnya yang paling berat. Kita harus belajar untuk memberikan pujian kita yang-begitu-berarti secara jujur buat film atau karya-karya yang benar-benar pantas. Pelitlah dalam memberi pujian demi kemajuan.

 

Next year, I want to be there because of my own movie, tapi bukan semata karena paling banyak dipuji

Next year, I want to be there because of my own movie, tapi bukan semata karena paling banyak dipuji

 

 

 

 

That’s all we have for now.

Remember, in life there are winners
and there are losers.

 

 

 

 

We? We be the judge.

 

Share this:

  • Tweet
  • Email
  • Share on Tumblr
  • Pocket

Like this:

Like Loading...

Nominasi dan Prediksi Festival Film Bandung 2016

10 Wednesday Aug 2016

Posted by arya in Movies

≈ 1 Comment

Tags

2016, action, awards, Bandung, comedy, drama, event, family, FFB2016, indonesia, nominees, prediction, thought, thriller

CpcGOsNVMAEQ_lb

 

FFB 2016 yang akan diadakan pada tanggal 24 September 2016 baru saja mengumumkan deretan film Indonesia yang masuk daftar nominasinya. Dan aku — yang duduk di auditorium Museum Sri Baduga sana mendengarkan langsung nama demi nama, judul demi judul disebut – tak pelak cukup dibuat menggelinjang. Cukup liar, bisa dibilang. Tidak-terduga. Beberapa di antaranya memang nama-nama mainstream, tapi senantiasa ada kejutan di sana-sini. Misalnya, Surat dari Praha (2016) yang sama sekali tidak kebagian nominasi. Ini mengejutkan sekali loh, mengingat film itu punya cerita yang bagus, dengan karakter dan pesan yang kuat, teknisnya juga excellent. Surat dari Praha termasuk film yang dijagoin banyak pihak. Termasuk aku.

Seperti di tahun-tahun sebelumnya, penghargaan film nasional yang udah memasuki usia yang ke-29, Festival Film Bandung tidak hanya memberikan anugrah buat film layar lebar. Serial dan film televisi juga mendapatkan haknya untuk diapresiasi. Film impor juga. Namun karena mereka tidak membuat nominasi untuk film luar ( FFB akan memilih 12 terbaik, yang mana tebakanku adalah Room, kalo gak yaa Zootopia atau Deadpool lah) dan aku tidak begitu peduli sama film serial televisi lokal (at this point in my life, aku sudah hampir tidak pernah lagi duduk di depan televisi), maka yang aku prediksikan kali ini hanya kategori-kategori yang menyangkut soal film bioskop. Seperti saat menebak hasil WWE yang biasa aku lakukan, my predictions will be divided into two statements; ‘Yang Aku Inginkan Menang’ dan ‘Yang Aku Pikir Bakal Menang’. Karena ya biasanya memang yang aku suka berlawanan dengan yang disukai sama orang-orang haha..

 

 

 

1. PENATA KAMERA FILM TERPUJI FFB 2016
[8.1]_[Film] Nomine Penata Kamera Terpuji #FFB2016
Yang Aku Inginkan Menang: RUDY HABIBIE menawarkan banyak shot yang intens throughout lenses, tidak hanya di bagian opening. Sementara itu, AACH AKU JATUH CINTA indeed punya treatment pengambilan gambar yang lebih playful. Pilihanku adalah di antara kedua film ini.
Yang Aku Pikir Bakal Menang: Dari semua nominasi, 3 (TIGA) adalah film action dengan banyak adegan berantem yang diambil dengan single continuous shot. It was heavily edited but still a remarkable feature. Aku pikir Dicky R. Maland akan menggondol award untuk film ini sama mengejutkannya dengan saat judulnya nampil dalam daftar ini. Beneran deh, aku tadinya lupa kalo film ini pernah ada.

 

 

2. PENATA MUSIK FILM TERPUJI FFB 2016
[8.2]_[Film] Nomine Penata Musik Terpuji #FFB2016
Yang Aku Inginkan Menang: Sebenarnya aku menjagokan The Window (2016) yang punya scoring yang eerie, sayangnya film tersebut bahkan enggak masuk nominasi.
Aku selalu suka film yang tidak terlalu merintahin kita untuk  merasakan apa dengan memainkan musik-musik secara berlebihan saat tensi emosi cerita mulai naik atau turun. Namun begitu aku bahkan lebih suka film yang outofnowhere memasukkan musik-musik sebagai penunjang storytelling, I always falling for musical sequence in movies. AACH AKU JATUH CINTA punya ini semua, makanya aku menjagokannya untuk kategori ini.
Yang Aku Pikir Bakal Menang: Nama besar dan gubahan Melly Goeslaw & Anto Hoed yang gampang untuk disukai banyak orang akan membuat piala jatuh ke ADA APA DENGAN CINTA 2.

 

 

3. PENATA EDITING FILM TERPUJI FFB 2016
[8.3]_[Film] Nomine Penata Editing Terpuji #FFB2016
Editing adalah proses menyatukan berbagai shot, adegan, practically everything sehingga membuat film punya tone yang halus. Membuat pengalaman menonton menjadi sesuatu yang mulus. Kalo mau tau seperti apa editing yang jelek, tontonlah Suicide Squad (2016). Film itu terasa kayak ditambal-tambal, due to banyaknya reshot yang mereka lakukan belakangan dan dimasukkan dengan enggak rapi. Untuk kategori yang ini, aku pikir yang aku ingin untuk menang akan kompakan dengan yang bakal menang. ADA APA DENGAN CINTA 2 terbukti sukses bikin kita terhanyut dengan visual dan cerita yang sama lancarnya.

 

 

4. PENATA ARTISTIK FILM TERPUJI FFB 2016
[8.4]_[Film] Nomine Penata Artistik Terpuji #FFB2016
Yang Aku Inginkan Menang: Film adalah budaya. Film juga adalah tontonan audio-visual. Kalo ada yang jago menggabungkan keduanya, maka itu adalah Allan Sebastian di AACH AKU JATUH CINTA. Bukan hanya playful dengan treatment adegannya, film ini juga dengan tepat menampilkan estetika budaya. Menonton Aach Aku Jatuh Cinta kita akan lantas tahu bahwa kita sedang menyaksikan sesuatu yang artistik.
Yang Aku Pikir Bakal Menang: Nuansa komikal dan kostum yang easily appealing membuat MY STUPID BOSS dan Ade Gimbal menjadi kontender kuat dalam kategori ini.

 

 

5. PENULIS SKENARIO FILM TERPUJI FFB 2016
[8.5]_[Film] Nomine Penulis Skenario Terpuji #FFB2016
Yang Aku Inginkan Menang: Nulis skenario itu ada teorinya. Screenplay yang bagus punya aturan-aturan sekuens yang determined naik turunnya cerita. Dari semua film yang masuk kategori ini, Jujur Prananto’s AISYAH BIARKAN KAMI BERSAUDARA yang punya struktur dan cerita yang paling jelas as we experiencing the inner and outside journey dari tokohnya. Tapinya lagi, aku enggak nonton Ngenest.
Yang Aku Pikir Bakal Menang: Yang paling disukai orang, tho, adalah film yang punya twist. Jadi jika FFB mengambil rute ini, piala akan neplok kepada 3 (TIGA) ataupun BADOET, enggak peduli betapa sedikitnya senses of logic yang dibuat oleh cerita mereka.

 

 

 

6. PEMERAN PEMBANTU WANITA TERPUJI FFB 2016
[10.1]_[Film] Nomine Pemeran Pembantu Wanita Terpuji #FFB2016
Yang Aku Inginkan Menang: Aku tertarik sama tokoh Karmen. Dia punya interesting pov dalam Ada Apa Dengan Cinta 2. Aku malah berpikir apa mungkin sebaiknya tokoh ini saja yang jadi tokoh utama. Tentu saja, aku ingin ADINIA WIRASTI menang.
Yang Aku Pikir Bakal Menang: Tokoh yang diperankan oleh INDAH PERMATASARI dalam Rudy Habibie adalah tokoh pembantu yang paling diflesh-out di antara nominasi kategori ini. Dia lebih emosional, she gone through face-heel characterization changes, dengan diperankan dengan dramatis pula. Dia sudah menangkap perhatian kita.

 

 

7. PEMERAN PEMBANTU PRIA TERPUJI 2016
[10.2]_[Film] Nomine Pemeran Pembantu Pria Terpuji #FFB2016
Yang Aku Inginkan Menang: Wow 80% nominasi kategori ini adalah peran comical! Well, that’s okay if it comes down menjadi siapa yang paling lucu meranin. Aku suka sekali penampilan DWI SASONO sebagai bos gangster di film..ehm, Gangster. Saingan beratnya mungkin adalah ‘tetangga’ sendiri, DEVA MAHENRA yang killing it dalam Sabtu Bersama Bapak.
Yang Aku Pikir Bakal Menang: Twist is still a thing buat penonton kita. Dan tidak ada yang lebih bikin heboh daripada tokoh jahat yang sama sekali tidak terduga. Walaupun tokoh yang ia perankan gak punya build-ups whatsoever, TANTA GINTING main dengan sangat masuk, he captures audience’s attention so much he could go home with this award in his pocket.

 

 

8. SUTRADARA FILM TERPUJI FFB 2016
[10.3]_[Film] Nomine Sutradara Terpuji #FFB2016
Yang Aku Inginkan Menang: Film Jingga sungguh di luar perkiraanku. Aku suka dengan apa yang mereka lakukan terhadap para karakter. Aku suka gimana mereka bermanuver sehingga cerita enggak berlama-lama terdengar cengeng. Ada banyak respek yang terasa. Terutama aku sempet ngira para pemainnya beneran tuna netra. Dan ini semua apalagi kalo bukan karena arahan yang tak-biasa dari LOLA AMARIA.
Yang Aku Pikir Bakal Menang: HANUNG BARAMANTYO. Rudy Habibie was imprinted by his style and his everything. Arahan yang mantap, strong, dan kadang ‘nyerempet’ , plus akting Reza adalah sebab Rudy Habibie jadi salah satu raksasa box office Indonesia tahun ini.

 

 

 

9. PEMERAN UTAMA PRIA TERPUJI FFB 2016
[10.4]_[Film] Nomine Pemeran Utama Pria Terpuji #FFB2016
Yang Aku Inginkan Menang: Tyo Pakusadewo dalam Surat dari Praha. Oke, filmnya enggak masuk. Tapi itulah yang aku inginkan. Aku enggak punya preferred lain regarding daftar nominasi ini.
Maka kita lanjut aja ke Yang Aku Pikir Bakal Menang: REZA RAHADIAN. Entah itu karena Bossman atau Rudy. Reza still strong dan believeable dan compelling meranin setiap perannya.

 

 

10. PEMERAN UTAMA WANITA TERPUJI FFB 2016

Yang Aku Inginkan Menang: Aku masih kagum dan still think that it is so cool bahwa film Aisyah tidak akan dibuat jika Laudya Chintya Bella menolak memainkan perannya, and she did it amazingly. CHELSEA ISLAN, di lain pihak, dengan kuat membuktikan dia sanggup memainkan wide range of character dengan luar biasa. Aku ingin melihat pemenang Unyu op the Year 2015 kami ini dapatin piala lagi.
Yang Aku Pikir Bakal Menang: Terlepas dari soal film Nay nyontek, SHA INE FEBRIYANTI toh memang menunjukkan kualitas akting yang tidak ada lawan. Dan itu bukan sekedar metafor, karena dalam film ini dia memang berakting sendirian gak pake lawan, carrying whole movie dengan monolog yang intens dan heartfelt sekali.

 

 

11. FILM TERPUJI FFB 2016
[10.6]_[Film] Nomine Film Terpuji #FFB2016
Berikut urutan film-film yang masuk kategori ini menurut reviewku
–Aisyah Biarkan Kami Bersaudara 7.5/10 https://mydirtsheet.com/2016/05/19/aisyah-biarkan-kami-bersaudara-review/
–Rudy Habibie 7/10 https://mydirtsheet.com/2016/07/21/rudy-habibie-review/
–Jingga 6.5/10 https://mydirtsheet.com/2016/02/25/jingga-review/
–3 (Tiga) 6.5/10 https://mydirtsheet.com/2015/10/02/3-review/
–My Stupid Boss 5/10 https://mydirtsheet.com/2016/06/02/my-stupid-boss-review/
Dari ratingnya keliatan deh ya, yang mana film Yang Aku Inginkan Menang. Aisyah is just superwarm movie yang paling dekat-sama-kita di antara lima, yang ingin aku tonton bareng keluarga. Terus nonton lagi bareng keluarga si dia. Terus nonton lagi bareng keluarga kami berdua hahaha..
Meski begitu, it lacks some sparks sehingga mudah dioverlook. Yang Aku Pikir Bakal Menang justru adalah film yang jarang-jarang ada jenis seperti itu di bioskop. Rudy Habibie dapat delapan nominasi, tapi embel-embel sekuel membuat kepentingannya sedikit berkurang. Sedang My Stupid Boss is hinder by the fact that the movie was an adaptation of book. JINGGA dan 3 (TIGA) adalah original serta one-of a-kind. Dan jelas mereka patut dipuji dalam dunia perfilman kita.

 

 
That’s all we have for now.
Dalam kata sambutan oleh ketua Forum Film Bandung acara pembacaan nominasi disebutkan para pengamat yang sudah memilih film-film — yang sudah jadi pengawas selama 11 bulan, dari Agustus 2015 hingga Juli 2016 – kali ini adalah banyak yang muda-muda. Dan memang itu tercermin dari nominasi yang meledak-ledak, exceed many expectations. Akan sangat menarik melihat siapa-siapa yang bakal menang dalam Festival Film Bandung tahun ini.

Send us your comments, tell us what you think, your predictions and stuff.

Kunjungi official web FFB untuk melihat kategori lengkap nominasi untuk serial dan film televisi http://www.festivalfilmbandung.com/2016/08/daftar-lengkap-nominasi-penghargaan.html#

 

 

Remember, in life there are winners
and there are losers.

 

 

 

 

We? We be the judge.

Share this:

  • Tweet
  • Email
  • Share on Tumblr
  • Pocket

Like this:

Like Loading...

Jingga Review

25 Thursday Feb 2016

Posted by arya in Movies

≈ 1 Comment

Tags

2016, Bandung, disable, drama, family, friendship, indonesia, life, love, Music, review, spoiler, teenager, thought

“Don’t deny what’s obvious to see.”

 

Jingga-Poster

 

Mata adalah panca indera yang paling sering kita overlooked. Aku yang matanya minus aja terkadang tidak menyempatkan diri untuk mensyukuri apa yang bisa aku lihat. Beragam bentuk dan rupa, tapi sebenarnya jauh lebih sederhana; dunia ini indah karena kita bisa melihat warna-warna. Bangsa parasit Yeerks dalam buku cerita Animorphs aja, motif utama mereka mengambil induk semang adalah karena ingin melihat warna-warni. Buta adalah pilihan terakhir setiap makhluk yang bisa berpikir. Well, bagaimana jika kemampuan melihat cahaya dan warna itu direnggut dari mata kita?

 

Film Jingga menceritakan kepada kita tentang kisah seorang remaja yang harus melanjutkan hidupnya sebagai tunanetra. Gimana dia menyingkapinya. Seperti apa reaksi keluarganya. I tell you, Jingga BISA MENJADI FILM YANG SANGAT DEPRESSING. Terutama di babak awal. It tackles an issue soal putus asa seorang anak remaja. Ditambah dengan denial dari sosok sang ayah. Bukan sekadar “angst angst angst”, si Jingga ini sampai digambarkan memilih untuk bunuh diri. Saking terpukulnya, semenjak buta permanen Jingga udah enggak pernah buka mulut lagi. Ada satu adegan kuat dalam film ini yaitu saat Jingga menabuh drum dengan penuh kecamuk emosi, yang cukup disturbing karena kondisinya dia tidak bisa melihat drum kesayangannya dan kita juga tidak bisa mendengar apapun selain bunyi gedebak gedebuk alat musik tersebut. Reflecting keadaan yang lebih seram dari gelap total!

Kemudian tensi film menurun saat Jingga mulai belajar menerima hidup barunya. Dia pindah ke Sekolah Luar Biasa. Dia belajar huruf Braille. Dia berteman dengan anak-anak penyandang tunanetra lain, jadi sobatan dengan beberapa orang, dan mereka hang out, lalu jadi serius main band bareng, and that’s where the movie reaches its peak. Adegan-adegan mereka bonding sangat ringan dan bersahabat. Tengah film ini penuh dengan semangat. Jingga belajar banyak dari teman-temannya caranya hidup tanpa cahaya. Aku ingin mendengar lebih banyak lagi tentang perspektif mereka, yang sepertinya menarik karena kita sudah sukses dibuat peduli kepada mereka.

anak jaman sekarang beneran enggak tahu Gus Dur?

anak jaman sekarang beneran enggak tahu Gus Dur?

 

Sangat compelling, itulah yang terlintas di benakku saat menonton Jingga. Kita dikasih lihat langsung dari sudut pandang Jingga, seperti apa ngerinya detik-detik penglihatan mulai lamur dan akhirnya gelap. Apalagi tema musik turut membantu penceritaan film ini sehingga makin enjoyable. DRAMA INI PUNYA LAGU-LAGU ORIGINAL YANG ENAK DIDENGAR. Kita bisa lihat film ini punya production value yang mumpuni, at least tidak terlihat seperti film televisi. Arahan Lola Amaria membuat film ini terasa grounded ke tanah. Kerasa real. Kota Bandung dihidupkan dengan segelintir kekhususannya. Aku bahkan baru tahu dari film ini bahwa ada jasa pembisik di bioskop misbar bandung, khusus untuk membantu penyandang tunanetra nonton film. Adegan keempat sekawan ini berjalan melintasi kota sangat menyenangkan untuk dilihat. Mereka mandiri. Jingga mendapat suntikan semangat dan kekuatan dari teman-teman barunya; para penyandang buta dari lahir tapi mereka tidak pernah meminta simpati. Mereka ngejoke tentang kondisi mereka. Film ini hormat kepada tokoh-tokoh dan kepada penderita di luar sana yang mereka portrayed.

Para aktor juga sangat meyakinkan memerankan tokoh mereka sebagai penderita kebutaan. Aufa Assegaf mainin comedic relief sebagai Magenta. Hany Valery jadi Nila, love interest yang penuh dengan pandangan menarik tentang semesta. Dan tokoh paling likeable dalam film ini, Marun, dimainkan gemilang oleh Qausar HY. Aku sama sekali enggak pernah melihat film mereka sebelum yang ini, dan there was time saat aku menyangka mereka benar-benar tunanetra. Sebuah keputusan yang tepat sepertinya menggunakan cast pemain baru yang enggak well-known karena membuat kita yang nonton jadi enggak punya expectation yang terlalu tinggi atau gimana, ini membuat penonton enggak punya bayangan mereka seperti apa, dan tau-tau.. wow they are great, BAM!! Great job para aktor ini tidak terbatas sampai meranin orang buta gitu doang, karena mereka juga berhasil membuat each of their character feels as if they have emotions that are earned. Terutama si Marun yang karakternya paling kompleks. Aku suka gimana Marun bisa mengetahui perasaan Nila hanya lewat suara cewek itu yang menurutnya berubah, “out of tune terus!”

Kata orang, jika kita kehilangan satu indera, maka indera yang lain akan menjadi semakin tajam. Pendengaran dan insting anak-anak cacat itu luar biasa. Film Jingga memanfaatkan hal tersebut sebagai plot device yang dimainkan dengan efektif.

Sebenarnya masalah yang Marun hadapi cukup pelik, karakter arc nya menurutku paling menarik. Dengan penulisan yang cukup pintar; film ini membahas penyebab-penyebab kebutaan yang benar-benar terjadi di masyarakat dan mengaitkan hal tersebut sebagai pendorong majunya narasi. Isu daerah yang tercemar limbah pabrik dimainkan dengan cara playful, dan jadi intriguing saat kita mengerti dampak jangka panjangnya bagi manusia.

 

BABAK KEDUA FILM ADALAH BAGIAN YANG TERBAIK. Kita bisa lihat pertumbuhan karakter Jingga. Suasana mellow di depan sudah tak-terbahas lagi. Seharusnya film ini tetap mempertahankan nuansa yang hangat dan pleasant ini. Padahal karakter-karakter nya ditulis dengan kuat. Tidak lagi Jingga menangisi diri dan meminta supaya kita kasihan padanya. It’s so easy to feel sorry for them, mudah untuk jadi sedih nonton film ini, namun karakternya tidak pernah meminta kita untuk mengasihani mereka. Jadinya sungguh disayangkan film ini harus kembali mengambil rute mellow-drama. Seriously, aku jadi enggak tahu harus merasa gimana nonton film ini. The movie took another mood swerve saat persahabatan mereka mulai renggang lantaran Marun menjauh cemburu. FILM INI SANGAT INGIN MENUNJUKKAN BAHWA ORANG CACAT TIDAK ADA BEDANYA DENGAN ORANG SEHAT. Maka cinta segitiga harus terjadi dan Jingga pacaran dengan Nila. Dan saat itulah cerita mulai menjadi agak terasa sappy. Persahabatan mereka yang sweet berganti menjadi konflik remaja mainstream. Sepertinya akan lebih menarik jika cerita ini dipush ke arah lain. I’m sure banyak konflik yang lebih menantang yang sempat terpikirkan. Lagipula most of the film berpesan untuk menjadi pribadi yang tangguh. Tapi sepertinya Jingga tidak berani ambil resiko. Aku lupa kalo ini adalah film Indonesia. Kematian adalah resolusi favorit. Dan persaingan cinta adalah bumbu penyedapnya. Belum lagi nama tokoh-tokoh tunanetra kebetulan pake nama warna semua (adeknya Jingga yang normal juga namanya warna!), ini cheesy banget meskipun mungkin diniatkan sebagai simbolis.

Terutama karena karakter Jingga tidak pernah menjelma sehidup teman-temannya. Tidak sepenuhnya salah Hizfane Bob, Jingga yang lebih sering diam membuatnya terlihat stiff. Kayak tokoh utama permainan video game yang punya dialog terbatas. Adegan final antara Marun dan Jingga jadi keliatan awkward dan enggak naik sebagaimana scene tersebut diniatkan. In a way, film Jingga mirip sama tokoh mama nya Jingga. Ngasih support gede tapi justru sendirinya lah yang paling nunjukin weakness. Dan karena ibu nya ini kita jadi melototin backstory Jingga yang beliau terangkan dengan panjang lebar kayak persegi panjang.

thank you, Mother Exposition!

thank you, Mother Exposition!

 

Anyway, denial adalah ongoing theme dalam cerita kehidupan Jingga. Kita lihat ayahnya yang masih kekeuh bilang Jingga bisa sembuh kembali meski bu dokter dengan segala kemampuannya bereksposisi ria membeberkan kenapa mata Jingga buta total. Marun juga sempat buta hati dan menangkis segala ide tentang Jingga adalah bagian dari mereka, menolak percaya bahwa Nila menanggap dirinya sebagai keluarga, malahan dia juga menganggap lalu dan menyembunyikan fakta bahwa ia sering mimisan dari waktu ke waktu. Reaksi Jingga akan nasibnya di awal adalah salah satu wujud denial yang paling parah. Kita tidak bisa menyangkal apa yang sudah pasti ‘terlihat’, tapi bagaimana dengan Jingga yang sama sekali jadi tidak bisa melihat? Film ini akan membimbing kita perlahan demi mendapatkan jawaban atas pertanyaan metafora tersebut. This is a life lesson, yang tidak hanya berlaku bagi orang yang tidak bisa melihat. Namun juga kepada setiap orang yang gagal ‘melihat’ sesuatu lebih jauh. For all of us entitled to be happy. Untuk mendapatkan semua yang dengan ikhlas kita usahakan.

 

 

Ada banyak yang terjadi di dalam film yang dibuat dengan cermat ini. Isu sosial yang diangkat tergolong ringan, namun karena yang dibahas dari sudut pandang penderita tunanetra remaja, film ini bisa terasa sangat depressing. Terasa nyata. Kadang juga terasa terlalu sappy oleh plot percintaan yang diambil. Over-mellowdrama dengan pergantian mood yang cukup labil. Tapi yang paling penting dari itu semua adalah film ini menghormati kaum tunanetra sekaligus dunia remaja yang penuh suka duka. The Palace of Wisdom gives 6.5 out of 10 gold stars for JINGGA.

 

 

 

 

That’s all we have for now.

Remember in life, there are winners
and there are losers.

 

 

 

 

 

 

We be the judge.

Share this:

  • Tweet
  • Email
  • Share on Tumblr
  • Pocket

Like this:

Like Loading...

Recent Posts

  • JUMANJI: THE NEXT LEVEL Review
  • FORD V FERRARI Review
  • THE IRISHMAN Review
  • NIGHTMARE SIDE: DELUSIONAL Review
  • RUMAH KENTANG: THE BEGINNING Review
  • FROZEN II Review
  • Survivor Series 2019 Review
  • BIKE BOYZ Review
  • THE FAREWELL Review
  • RATU ILMU HITAM Review

Archives

Follow MY DIRT SHEET on WordPress.com

Tags

2016 2017 2018 2019 action adaptation comedy drama family fantasy friendship funny horror life love mature relationship review spoiler thought

Categories

  • Books
  • Merchandise
  • Movies
  • Music
  • Poems
  • Toys & Hobbies
  • Uncategorized
  • Wrestling

In the world of winners and losers, we have risen above to bring you: the Dirt Sheet!

We are here to enlighten your fandom with updated news and reviews of movies, books, wrestling, technologies. Yeah, you're welcome.

Explore, and feel the power of wisdom!

Twitter updates

  • @ernestprakasa Di sini juga siap tempur mikirin gold stars nya hihihi 10 hours ago
  • Suka sama #Imperfect karena ceritanya mengingatkanku sama lagu Scar to Your Beautiful dan film pendekku Gelap Jelit… twitter.com/i/web/status/1… 10 hours ago
  • Today is Friday. And those who control the master tapes control the world. 1 day ago
Follow @aryaapepe

Meta

  • Register
  • Log in
  • Entries feed
  • Comments feed
  • WordPress.com

Blog at WordPress.com.

Cancel
loading Cancel
Post was not sent - check your email addresses!
Email check failed, please try again
Sorry, your blog cannot share posts by email.
%d bloggers like this: