• Home
  • About
  • Movies
    • [Reader’s Neatpick] – FLIPPED (2010) Review
    • CHAOS WALKING Review
    • TERSANJUNG: THE MOVIE Review
    • GODZILLA VS. KONG Review
    • THE FATHER Review
    • ZACK SNYDER’S JUSTICE LEAGUE Review
    • CHERRY Review
    • THE MAURITANIAN Review
    • RAYA AND THE LAST DRAGON Review
    • FLORA & ULYSSES Review
    • TOM AND JERRY Review
    • I CARE A LOT Review
    • STAND BY ME DORAEMON 2 Review
    • WRONG TURN Review
    • MONSTER HUNTER Review
    • JUDAS AND THE BLACK MESSIAH Review
    • MALCOLM & MARIE Review
    • DON’T TELL A SOUL Review
    • EARWIG AND THE WITCH Review
    • ALL MY FRIENDS ARE DEAD Review
    • SAINT MAUD Review
    • THE LITTLE THINGS Review
    • JUNE & KOPI Review
    • AFFLICTION Review
    • PIECES OF A WOMAN Review
    • ONE NIGHT IN MIAMI Review
  • Wrestling
    • WrestleMania 37 -Night II Review
    • WrestleMania 37 -Night I Review
    • Fastlane 2021 Review
    • Elimination Chamber 2021 Review
    • Royal Rumble 2021 Review
    • TLC: Tables, Ladders, and Chairs 2020 Review
    • Survivor Series 2020 Review
    • Hell in a Cell 2020 Review
    • Gold Rush: Clash of Champions 2020 Review
    • SummerSlam 2020 Review
    • The Horror Show at Extreme Rules (Extreme Rules 2020) Review
    • Backlash 2020 Review
    • Money in the Bank 2020 Review
  • Books
    • Dhanurveda – Preview Buku
    • My Dirt Sheet Top-Eight Original Goosebumps Books
    • My Dirt Sheet Top 8 Animorphs Books
    • Happy Family, Diary Komedi Keluarga Hahaha – Review Buku
  • Uncategorized
    • My Dirt Sheet Awards CLOUD9
    • My Dirt Sheet Awards 8MILE
    • My Dirt Sheet Awards 7ANGRAM
    • My Dirt Sheet Awards HEXA-SIX
    • My Dirt Sheet Awards KELIMA
    • Find Your Own Voice
    • My Dirt Sheet Awards FOUR
    • The 3rd Annual of My Dirt Sheet Awards
    • The 2nd Annual of My Dirt Sheet Awards
  • Merchandise
    • Kaos buat Reviewer dan Anak Nonton banget!!
    • Kaos Sketsa Wajah #WYOF Wear Your Own Face
    • Kaos Halloween Specials
    • Kevin Owens Champion of the Universe Shirt
    • Mean Girls Customized Shirt
  • Toys & Hobbies
    • Tamiya: Everyone Needs Their Hobby
  • Poems
    • Pikiran Keluyuran
    • Jakarta, Jumat Senja, Hujan, dan Kamu
    • r(u)mah
    • Konstelasi Rindu
    • Jumat Pagi yang Basah
    • Pesan Untuk Hati yang sedang Patah
    • Aku Suka…..
  • Music
    • Growing Pains by Alessia Cara – [Lyric Breakdown]
    • Wild Things by Alessia Cara – [Lyric Breakdown]
    • Pesona Musik Iceland (Islandia)
    • Row Row Row Your Boat -[Lyric Breakdown]

MY DIRT SHEET

~ enter Palace of Wisdom, if you are invited

MY DIRT SHEET

Tag Archives: pay-per-view

WrestleMania 36 Review

06 Monday Apr 2020

Posted by arya in Wrestling

≈ 8 Comments

Tags

2020, action, analysis, drama, funny, pay-per-view, results, review, spoiler, sport-entertainment, thought, wwe, wwe network

 

 

WrestleMania 36 memecahkan buaanyak sekali rekor. WrestleMania pertama yang enggak diadakan live. WrestleMania pertama yang diadakan bukan di stadion gede, melainkan di pusat pelatihan WWE alias Performance Center. WrestleMania pertama yang diadakan pada hari Sabtu. WrestleMania pertama yang diadakan bukan pada hari Minggu — sejak 1986. WrestleMania pertama yang dibagi menjadi dua hari. WrestleMania pertama yang dihost oleh pemain futbal Rob Gronkowski. Tentu saja, WrestleMania ini juga mecahin rekor jumlah penonton di arena, yakni nol orang. Kok bisa?

Well, yea, pastinya kalian sudah tahu kalo dunia kita lagi sakit. Virus Covid-19 alias virus corona mewabah secara global. Pandemi ini mau gak mau membuat banyak bisnis terpaksa tutup. Karena semua orang dihimbau untuk menjaga jarak, menghindar dari berkumpul, demi memutus penyebaran penularan virus yang punya masa inkubasi empat-belas hari tersebut. Jadi semua orang kudu diam di dalam rumah masing-masing, meratapi gak bisa bekerja dan ketakutan setiap hari melihat angka pasien positif terjangkit yang terus bertambah. Di sinilah peran WWE, aku Stephanie McMahon yang membuka WrestleMania 36 dengan speech soal mereka hadir sebagai eskapis – untuk membuat kita lupa terhadap bencana di luar sana. Untuk menghibur semua orang.

WWE adalah bisnis hiburan dengan storyline yang terus bergulir, agenda yang sudah terencana, sehingga mereka tidak bisa begitu saja menambatkan jangkar dan melabuhkan show. Instead, WWE berusaha beradaptasi dengan keadaan. Kreativitas bisnis hiburan seperti WWE memang dituntut untuk bergeliat, mereka harus mencari cara menjual sinetron-aksi live ala teater tetap menarik untuk disaksikan meskipun kini tak ada penonton di studio. Bukan hanya dari segi cerita, melainkan juga mengakali presentasi secara keseluruhan – memanfaatkan keterbatasan resource seperti kru dan superstar yang bisa tampil dengan maksimal. Dalam WrestleMania 36 tampak WWE berhasil crack the code. Ada beberapa match yang arahannya berubah menjadi lebih mirip film kelas B.

Dan the good thing about B-Rated action flicks adalah: they tend to be very, very entertaining.

“Let me in!” kata Corona.. eh salah, maksudnya, kata Bray Wyatt

 

Dua match yang unik, berbeda, dan benar-benar ngepush sisi kreatif WWE adalah Boneyard match antara AJ Styles melawan Undertaker, dan Firefly Funhouse antara John Cena berhadapan dengan The Fiend Bray Wyatt.

Boneyard (istilah yang dipake karena WWE ogak pakai kata graveyard) match adalah brawl yang berlangsung malam hari di areal pekuburan. WWE berhasil mengubah konsep ini menjadi menyenangkan dengan tidak meniatkan menjadi sesuatu yang sok-sok serius. Gimmick-gimmick yang bersangkut paut dengan karakter Undertaker maupun Styles dipakek semua. They just want to have fun with this, and they did. Aksinya sendiri sebenarnya cringe, mirip-mirip berantem di sinetron malah. Namun WWE malah menonjolkannya sehingga malah jatohnya berhasil. Yang kita lihat di sini adalah Undertaker yang jadi American BadAss lagi – dia muncul naik motor dan diiringi musik Metallica. Sementara AJ Styles muncul dibantu, bukan hanya oleh Gallows dan Anderson, melainkan juga oleh beberapa orang berjubah. Taker bakalan berantem dengan orang-orang ini. Semuanya, mulai dari kemunculan, cara ngalahin, ditampilkan dengan smoke & mirrors, alias pake trik. Kamera kerap ngecut, efek-efek cahaya dan musik dipakai proses editing, pengambilan gambar pun ‘sinematik’ kita lupa ini seharusnya adalah pertandingan gulat. Kita bersorak seolah sedang menyaksikan film pendek genre aksi supernatural. At one point, Taker muncul dari belakang Styles seolah berteleportasi, dengan pencahayaan ala film horor. Dialog mereka juga sering terdengar konyol. Namun itu semua memenuhi fungsi yang disebutkan di awal oleh Stephanie; membuat kita terhibur,mengistirahatkan otak kita dari kemumetan keadaan dunia yang lagi sakit.

Jika Boneyard yang menutup malam pertama dengan fenomenal itu mirip seperti film genre, maka Firefly Funhouse di malam kedua adalah aliran arthouse jika pertandingan gulat punya aliran arthouse haha.. Titus O’Neil aja abis nonton langsung bengong. Gue abis nonton apaan barusan. Pertemuan kedua Wyatt dan Cena ini berlangsung berdasarkan sudut pandang Wyatt yang dikalahkan oleh Cena di WrestleMania beberapa tahun yang lalu. Bukan karena Cena lebih unggul, melainkan karena politik. Jadi cerita mereka kali ini adalah Wyatt ingin menyadarkan Cena atas betapa toxicnya pegulat pahlawan anak-anak tersebut. Yang kita dapatkan, yang mereka sebut sebagai ‘pertandingan’ di acara kali ini adalah sebuah perjalanan aneh ke masa lalu. Kita akan melihat Cena kembali ke gimmick-gimmick lamanya, kita akan melihat Wyatt dan Cena nge-renact momen Hulk Hogan hingga ke jaman nWo segala. Cena kebingungan, dia berusaha menyerang Wyatt, tapi Wyatt menghilang dan berubah menjadi boneka babi. Pertandingan ini berakhir dengan kemunculan The Fiend menyerang Cena yang terlalu shock untuk melawan. Ini bahkan lebih menghibur dan aneh dan kreatif daripada Boneyard. Menyaksikannya membuat kita berpikir apa yang sebenarnya terjadi, seolah kita sedang menonton film David Lynch. Meski minim aksi, tapi psikologi dan storytelling partai ini begitu kuat. Menganalogikan Cena dengan Hogan adalah cara yang pintar dan subtil untuk menyinggung masalah ‘anak emas company’ yang selama ini jadi problem bagi superstar babyface.

Kedua match tersebut memang bukan lantas jadi teladan pertandingan gulat yang bagus. At least, not in sense of traditional wrestling. Kalo mau objektif, sure, aku berharap ‘cinematik crap’ seperti begitu cukup sampai di acara ini aja. Karena meskipun prinsipnya mirip sama-sama show bercerita, gulat tetap bukanlah film. Wrestling is supposed to be live action tanpa editing. Tapi aku pikir kita juga harus melihat keadaan. Dan pandemi corona yang belum jelas kapan redanya ini bukan tidak mungkin bakal mengubah arahan produk WWE secara keseluruhan, jika WWE mau terus exist. They could get benefit from it. Misalnya supsertar yang gak harus kerja terlalu capek, like, mereka bisa ngedit dalam spot-spot berbahaya sehingga superstar gak perlu ngambil resiko berlebihan. Seperti saat Uso dijatuhin dari tangga dalam Ladder Match; kamera gak memperlihatkan dia mendarat keras melainkan ngecut dan kemudian baru disambung dengan shot aftermath jatohnya. Elemen surprise juga bisa diperkuat, seperti pada saat match tag team cewek Nikki Cross ngepin Asuka, awalnya di turnbuckle gak ada Kairi Sane, namun WWE sudah merekam adegan yang ada Kairi Sane, dan dua adegan tersebut dijahit bareng sehingga saat ngepin seolah ada Kairi menyelamatkan entah dari mana. WWE juga bisa lebih sering bikin legends balik dan melibatkan mereka dalam aksi kayak Undertaker di Boneyard – bagian sulitnya bisa disyut pake teknik editing – sehingga para legends tampak masih oke bergulat dan tidak terlihat memalukan. I say, jika WWE menolak hiatus dan tetap berlangsung. sepertinya cara paling asik ya menjadikan weekly show ala-ala film alias gak pure wrestling. Mereka bisa develop story dan karakter dengan lebih menarik. Barulah pada saat pay perviewnya diberlangsungkan match.

Tips bertanding aman ala John Morrison: Lipatlah tangga menggunakan kaki

 

Khusus buat match tradisional alias yang berlangsung beneran di ring, dengan absennya penonton di arena tak bisa dipungkiri menonton WrestleMania ini seringkali terasa hambar. Kayak makan sayur gak pake sendok. Reaksi penonton tak pelak adalah bagian dari show. Untuk mengakali ini, mestinya WWE meningkatkan game komentator mereka. Komentator mestinya digebah untuk ngepush match dengan excitement. Kita butuh reaksi natural mereka, sebagai wakil untuk bisa relate. Sayangnya, kebanyakan match di acara ini komentatornya garing semua. Cuma baca skrip dan menyebut hal yang sedang kita lihat. Match Randy Orton melawan Edge harusnya seru sekali karena mereka berkeliling arena. Akan tetapi, justru partai ini yang terasa paling lamban dan gak mengena. Sebab pada saat hajar-hajaran keras pakai alat-alat, komentatornya kebanyakan diem. Paling sesekali berujar “Uuugh” atau “Oh my”. Sekalinya berujar, mereka ngasih tahu “Edge and Orton are on the top of pickup truck” Duh!!! Kita bisa melihat itu. Yang kita perlukan sekarang adalah reaksi atau celetukan atau bahkan celaan kepada superstar terhadap apa yang hendak mereka lakukan. Seperti Jerry Lawler dan Jim Ross di Attitude Era dulu. Kadang dua komentator itu malah sibuk berdebat berdua, membela dua superstar yang berbeda, dan kita terhanyut oleh emosi mereka. Melangsungkan match di arena tanpa penonton, butuh komentator yang komunikatif seperti demikian untuk membantu delivery match, untuk menyambung reaksi yang terputus.

WrestleMania disebut-sebut sebagai show abadi untuk orang-orang imortal. Kehadirannya di tengah-tengah pandemi dan suasana dunia yang lagi muram tak ayal membawa angin penghibur, tapi benarkan dia bisa ada selamanya? Akankah bisnis gulat-hiburan ini bisa outlast pandemi? Dengan keadaan yang mengharuskan dirinya mengubah arahan dan gaya, mampukah WWE memenuhi fungsinya sebagai sebuah penghiburan. Atau akankah acara ini hanya bertindak sebagai dying breath?

 

Dalam lingkup dua malam berturut-turut, WrestleMania 36 punya lebih dari selusin pertandingan. Yang beberapa terasa seperti filler card, entah itu karena mengerucut kepentingannya oleh keadaan atau karena memang terasa kurang penting. Namun ternyata match-match ‘filler’ ini jatohnya lebih seru karena tiga pertandingan kejuaraan utama dihadirkan dengan amat sangat tidak memuaskan. Terlalu cepat dan tidak berhasil mengimbangi hypenya. Tadinya aku pengen bikin review per malam juga, tapi I’d figure review dua berturut-turut bakal monoton dan lebih baik memang melakukan satu review dan membuatnya sebagai perbandingan.

Malam kesatu WrestleMania 36 terasa sangat tak berimbang. Pertandingannya banyak yang berakhir dengan tidak memuaskan. Contoh paling buruk adalah Shayna Baszler melawan Becky Lynch. Dengan build up feud yang hot – WWE ngeoverbook Shayna jadi kayak vampir pemakan darah dan gladiator kandang yang tangguh, dan di sisi satunya ada The Man yang badass, pertandingan mereka terlalu singkat dan berakhir dengan roll up. Enggak cocok konsep dengan eksekusinya. Dua tipe petarung harusnya berakhir dengan sense ‘mengalahkan’, walaupun misalnya feud mereka masih akan berlangsung. Finish dengan roll up hanya bisa berkesan jika matchnya dibuat dalam tone persaingan berat-sebelah, salah satu licik atau salah satu outsmart yang lain. Ini jauh dari elemen perseteruan Baszler dan Lynch. Sehingga match mereka terasa sia-sia. Malam kesatu kebanyakan berakhir antara dengan roll up atau dengan distraksi. Ironisnya di awal acara JBL sempat berkomentar bahwa bertanding di WrestleMania akan membuatmu kekal – well, gimana bisa terlihat kuat, apalagi kekal, jika pertandinganmu selesai dengan kamu sendiri tampak tidak menduganya.

Porsi kedua yang ditayangkan hari Minggu – Senin di kita – adalah presentasi yang overall lebih solid. Match-matchnya lebih berarti, dengan akhiran yang beneran satu superstar mengalahkan lawannya. Yang membuat malam ini sour di mata fans adalah beberapa hasil pertandingan yang nyebelin, kayak kemenangan Charlotte, ataupun Bayley dan Sasha yang belum berbuah apa-apa. Namun bagiku ini bukan masalah besar. Sure I hate Charlotte winning, aku juga gak suka sama komentator yang sepi dan gak niat menghidupkan match, tapi secara storytelling ini lebih padet daripada malam kesatu. Kejuaraan Dunia di kedua malam berlangsung dengan formula yang sama persis, aku gak peduli sama kemenangan Braun (nilai plusnya cuma bukan Goldberg lagi yang juara), tapi aku kasian ama Drew McIntyre yang selebrasi kemenangannya juga hampa sekali. This guy is fulfilling his prophecy, akhirnya jadi juara dunia setelah terlunta-lunta cukup lama, dan momen ia bersinar ditampilkan dengan seadanya. Kenapa mereka gak ngedit ini sehingga jadi lebih meriah?

 

 

Aku gak bisa bilang WrestleMania ini jelek, tapi juga gak bilang ini spesial banget. Hal baik yang bisa kubilang adalah bahwa ini merupakan usaha terbaik yang bisa dilakukan oleh WWE dalam beradaptasi dengan keadaan. Yang paling penting adalah dia berhasil menghibur kita, selama dua hari berturut-turut, saking excitednya aku bahkan enggak tahu sudah diwajibkan pake masker dan bahwa jumlah pasien corona sudah naik jadi dua ribu lebih. But who’s counting, right? Di luar Boneyard dan Firefly Funhouse, in sense of traditional wrestling The Palace of Wisdom menobatkan Seth Rollins vs. Kevin Owens sebagai Match of the First Night and Charlotte vs. Rhea Ripley sebagai Match of the Second Night.

 

Full Results:

FIRST NIGHT
1. WOMEN’S TAG TEAM CHAMPIONSHIP Alexa Bliss dan Nikki Cross jadi juara baru ngalahin The Kabuki Warriors
2. SINGLE Elias mengalahkan King Baron Corbin
3. RAW WOMEN’S CHAMPIONSHIP Becky Lynch retains atas Shayna Baszler
4. INTERCONTINENTAL CHAMPIONSHIP Sami Zayn bertahan dari Daniel Bryan
5. SMACKDOWN TAG TEAM CHAMPIONSHIP TRIPLE THREAT LADDER John Morrison jadi juara bertahan ngalahin Jimmy Uso dan Kofi Kingston 
6. SINGLE Kevin Owens menang DQ dari Seth Rollins
7. UNIVERSAL CHAMPIONSHIP Braun Strowman merebut sabuk dari Goldberg

8. BONEYARD The Undertaker mengubur AJ Styles

 

SECOND NIGHT
1. NXT WOMEN’S CHAMPIONSHIP Charlotte Flair unggul dari juara Rhea Ripley
2. SINGLE Aleister Black ngalahin Bobby Lashley
3. SINGLE Otis mengalahkan Dolph Ziggler Becky Lynch retains atas Shayna Baszler
4. LAST MAN STANDING Edge menghajar Randy Orton
5. RAW TAG TEAM CHAMPIONSHIP Street Profits bertahan atas Angel Garza dan Austin Theory
6. SMACKDOWN WOMEN’S CHAMPIONSHIP ELIMINATION Bayley sukses bertahan mengalahkan Lacey Evans, Sasha Banks, Tamina, Naomi
7. FIREFLY FUNHOUSE The Fiend Bray Wyatt bisa dibilang ngalahin mental John Cena

8. WWE CHAMPIONSHIP Drew McIntyre menuhin takdirnya jadi juara ngalahin Brock Lesnar

 

 

That’s all we have for now.

Remember, in life there are winners.
And there are losers.

 

 

 

 

 
We are the longest reigning BLOG KRITIK FILM TERPILIH PIALA MAYA.

Share this:

  • Tweet
  • Email
  • Share on Tumblr
  • Pocket

Like this:

Like Loading...

Elimination Chamber 2020 Review

09 Monday Mar 2020

Posted by arya in Wrestling

≈ 8 Comments

Tags

#wwechamber, 2020, action, analysis, drama, pay-per-view, results, review, spoiler, sport-entertainment, thought, wwe, wwe network

 

Bertepatan dengan Hari Perempuan Sedunia (International Women’s Day) 2020, enam pegulat wanita berjalan memasuki struktur kerangkeng berterali rantai baja yang dikenal dengan Elimination Chamber. Mereka bertarung memperebutkan hak untuk menantang “The Man” sang Juara Wanita di Wrestlemania. Asuka, Liv Morgan, Natalya, Ruby Riott, Sarah Logan, Shayna Baszler. Mereka sejatinya adalah personifikasi dari karakter wanita masakini. Yang kuat, independen. Berdaya. WWE seharusnya bisa mengapitalisasi ini, lebih dari sekadar membuatnya sebagai partai utama. Namun penulisan alias booking yang dilakukan oleh WWE dalam ngepush superstar wanitanya malah mengurung mereka dalam bayang-bayang perlakuan terhadap superstar pria. Dan kemungkinan terburuknya, WWE malah justru mengubur keenam superstar ini sebagai dampak jangka panjang. 

Masalah utama yang menggerogoti pertandingan ini berasal dari tidak adanya ke-unpredictable-an. Meskipun dengan planting berita Vince McMahon meragukan Shayna, tetapi tetap tidak menyurutkan dengung penggemar yang sudah bersikeras tahu bahwa satu-satunya superstar yang jadi Juara Wanita NXT dua-kali itulah yang bakal menang dan melawan Becky Lynch di bulan April nanti. Jadi, WWE lantas membuat Shayna menjadi begitu powerful dan melibas semua lawannya di pertandingan Elimination Chamber ini – mereka ingin membuatnya sebagai sesuatu yang spesial sehingga sekalipun bagi kita enggak surprise dia yang menang, paling enggak mereka bakal melakukannya dengan sensasi heboh.

I like Shayna Baszler. Aku menikmati masa-masa kejayaannya di NXT. Di sana, dia sudah brutal – Shayna ini memancarkan kesan “well, she could legit broke her opponents if she wanted to” – tapi dia dibuat grounded, as in, dia masih mungkin untuk kalah. Setiap pertandingannya di NXT, kita masih bisa merasakan kemungkinan lawannya bakal mengungguli dia. Sayangnya, kesan itu sirna ketika Shayna muncul di Raw dan mengigit leher Lynch hingga berdarah-darah. WWE demen membuat sensasi besar untuk produk utama mereka. Alih-alih membuat Shayna menang Royal Rumble sehingga bisa diperkenalkan sebagai petarung kuat manusiawi dan kemudian membuild up-nya perlahan sebagai penantang yang legit mengerikan buat Becky Lynch, WWE mengambil jalan yang lebih sensasional dengan membuatnya seperti vampir dan ‘membunuh’ lima superstar-cewek top di Elimination Chamber. Kita semua sudah tahu Shayna bakal lawan Becky tapi WWE tetap mengadakan match Elimination Chamber untuk ‘melantik’nya dengan mengorbankan lima talent lain.

Sehingga yang kita dapatkan adalah pertandingan yang menampilkan Shayna mendapat treatment persis seperti Brock Lesnar di Royal Rumble bulan Januari kemaren – hanya saja sekarang environmentnya adalah kandang – namun lebih membosankan karena jeda antara terbukanya bilik satu peserta dengan bilik berikutnya adalah lima menit sehingga kita akan lebih banyak melihat Shayna bergaya ketimbang actual wrestling. Efek ke depannya bakal lebih parah, karena enggak seperti Royal Rumble, dalam Chamber peserta yang kalah itu adalah yang  bener-bener dihajar sampai out. Kelima lawan Shayna yang malang itu kalah dengan mengenaskan sehingga jika nanti Shayna beneran jadi juara, tidak ada lagi penantang yang dirasa benar-benar kredibel untuk melengserkannya. Because everyone of them has been destroyed easily. Dengan kata lain, WWE sekali lagi mendorong karakter mereka ke sudut mati – membuat mereka bakal susah berkembang – hanya demi sensasi.

Dikarantina, tapi bukan karena corona.

 

Jika ada yang bisa dipetik dari persoalan Shayna Baszler di Elimination Chamber ini, maka itu adalah sensasi jangan terlalu dicari-cari. Seperti misalnya ketika march di IWD2020, kita cukup bawa spanduk bercetuskan opini, menyuarakan pendapat sesuai tempat; enggak perlu ampe buka baju segala kan, yang ada malah mancing ribut ntar. Pesan yang ingin disampaikan WWE jelas dan dapat diterima, hanya saja cara yang mereka pilih dalam menyampaikannya bukanlah cara yang baik dan bisa diterima oleh banyak penonton.

 

Sebagai perhentian terakhir sebelum Wrestlemania, acara ini memang gak bisa berkelit dari posisinya sebagai filler. Setidaknya ada dua kejadian un-unpredictable lagi yang kita saksikan sebelum main-event ‘pembantaian karakter’ tadi terjadi. Kemunculan Undertaker dan kemunculan Kevin Owens. Masing-masing pada match AJ Styles melawan Aleister Black dan match tagteam Seth Rollins dan Murphy melawan Street Profits. Kenapa bisa ketebak? Ya karena sudah sebulan ini mereka nanemin bibit seteru antara Styles dengan Undertaker dan antara Owens dengan Rollins untuk Wrestlemania. Jadi ketika di Chamber ini salah satu dari dua pasangan-feud itu bertarung dengan lawan yang berbeda, maka sudah bisa dipastikan akan ada ‘tamu tak diundang’. Akibatnya tentu saja pada match yang sedang berlangsung itu sendiri. Pada match tagteam tadi misalnya; kemunculan Owens (yang sudah dinanti-nanti) completely mengalihkan fokus dari Street Profits yang menampilkan salah satu aksi pertandingan yang paling menghibur. It was a good match tapi kepentingannya malah jadi seperti membuild up Owens dan Rollins. Begitu juga dengan kasus Black melawan Styles. Aduh, ini mungkin sajian buruk dari kedua superstar hebat itu, karena matchnya sedari awal sudah gak make sense. Pertandingan no-DQ mereka jadi terasa terlampau panjang, karena mereka gak langsung ngegas. Styles ditemani dua rekannya, tapi mereka membantu dengan malu-malu, padahal sah bagi mereka untuk langsung masuk dan menyerang Black sedari bel bunyi.  Dengan begitu, susah untuk kita merasa peduli dan ya kita jadi hanya menanti kemunculan Undertaker saja.

mungkin mereka mengulur waktu dalam rangka nungguin Undertaker jalan menuju ring

 

Literally, hal tak-terduga yang kita dapat di acara ini adalah kemenangan Sami Zayn, dalam pertandingan Handicap 3-lawan-1. Matchnya sendiri sangat gak spesial, bahkan aku cenderung kasian ama Braun Strowman yang keliatan jelas penulis bingung memberikan cerita buat dirinya. Namun setidaknya WWE kali ini menjalankan logika dan enggak membunuh kredibilitas Zayn, Nakamura, dan Cesaro dengan membuat mereka kalah melawan satu orang. Pertandingan Elimination Chamber satu lagi – yang antar 6 tim memperebutkan sabuk Tag Team Smackdown – juga penuh dengan kejutan menyenangkan. Berupa gerakan-gerakan spektakuler dari para superstar dalam menyerang lawan-lawannya. Lince Dorado manjat ampe tengah kandang, dan berayun terjun kayak spiderman kesurupan. Otis berlari menembus pintu kaca anti-peluru. Masing-masing tampak beraksi pada rel karakter mereka, sehingga pertandingan ini jadi terasa enggak sebatas crash-n-burn, melainkan juga beberapa cerita yang numplek jadi satu. Ending pertandingan ini lebih lambat dan kalah menarik dibandingkan porsi tengahnya, tetapi memuat bobot karakterisasi Miz dan Morrison sebagai tim songong yang bertarung dengan otak sebagai pelengkap aksi parkour mereka.

Permulaan acara ini sesungguhnya tidak buruk. WWE memberikan kepada kita variasi gaya gulat, terbaik dari yang mereka punya. Jika kalian suka pure high-flying, maka match Andrade melawan Humberto Carillo sudah barang tentu akan sangat menghibur kalian. Kedua superstar latin ini udah bertemu untuk kesekian kali, hebatnya; belum ada pertandingan mereka yang membosankan. Malahan pertemuan kali ini terasa lebih intens karena ada cerita dendam di antara keduanya. Namun jika kalian prefer ke gulat teknik, dengan banyak submission dan taktis, maka partai pembuka antara Daniel Bryan melawan Drew Gulak bakal jadi kejutan paling menghibu sepanjang acara. Bagaimana tidak. Dua orang yang kayak manusia biasa. Rambut cepak. Celana pendek. So average. Sama sekali gak ada yang sensasional dari mereka. Namun yang mereka suguhkan adalah gulat yang intens baik secara fisik maupun secara psikologi. Cerita seteru mereka cukup unik. Gulak mengkritik Bryan, menyebutkan kelemahan dari gaya gulatnya. Dia bahkan ngajarin beberapa superstar teori untuk mengalahkan Bryan. Bagi Bryan, tentu saja, match ini adalah cara ia memberikan pelajaran kepada Gulak yang banyak bacot. Namun ternyata, sembari match berjalan, kita dapat melihat bahwa Bryan kini berusaha mati-matian untuk membuktikan perkataan Gulak itu tidak benar. Justru ia sendiri yang percaya ia punya kelemahan. Pertandingan mereka sangat bercerita, Gulak menangkis semua serangan Bryan. Emosinya pun dapet karena setiap serangan yang mereka lakukan, kita bisa melihat dampaknya. Bibir robek. Mata memar. Punggung baret. Siku berdarah. Dan German Suplex itu, sungguh luar biasa. Match ini adalah dua-puluh menit tercepat dalam pengalamanku nonton WWE.

 

 

 

Elimination Chamber tak menarik di atas kertas, bukan saja karena matchnya banyak filler, namun juga karena tak ada juara dunia yang muncul dan bertanding. Tapi sesungguhnya ini adalah kesempatan untuk mengepush superstar-superstar muda. WWE melakukan ini kepada Drew Gulak, Humberto, Lucha House Party, Aleister Black, dan bahkan Shayna Baszler. Sesungguhnya ini adalah hal yang patut kita sukuri. Namun nafsu untuk jadi sensasi, atau mungkin juga rasa insecure ingin viewer yang banyak, membuat WWE mengambil langkah yang enggak bijak. Mereka mengulang ‘tradisi’ mengoverpush satu orang dan merendahkan yang lain.  Sehingga partai-partai utama dalam acara ini jadi terasa tak-penting, pointless, tak lebih dari usaha sensasional dalam menyampaikan sesuatu yang semua orang sudah tahu akan terjadi. Hanya ada satu match yang membuat The Palace of Wisdom terkejut dan terhibur karenanya, sehingga kami nobatkan menjadi Match of the Night, dan match itu adalah Daniel Bryan melawan Drew Gulak. 

 

 

 

 

Full Results:
1. SINGLE Daniel Bryan mengalahkan Drew Gulak.
2. UNITED STATES CHAMPIONSHIP Andrade tetap juara ngalahin Humberto Carrillo.
3. SMACKDOWN TAG TEAM CHAMPIONSHIP ELIMINATION CHAMBER Miz & Morrison bertahan dari The Usos, New Day, Ziggler & Roode, Heavy Machinery, dan Lucha House Party.
4. NO-DQ Aleister Black menang atas AJ Styles.
5. RAW TAG TEAM CHAMPIONSHIP Juara bertahan Street Profits mengalahkan Seth Rollins & Murphy.
6. INTERCONTINENTAL CHAMPIONSHIP HANDICAP 3-ON-1 Sami Zayn, bersama Cesaro dan Shinsuke Nakamura, merebut sabuk dari Braun Strowman.
6. WOMEN’S NO.1 CONTENDER’S ELIMINATION CHAMBER Shana Baszler sapu bersih Sarah Logan, Ruby Riott, Natalya, Liv Morgan, dan Asuka

 

 

 

That’s all we have for now.

Remember, in life there are winners.
And there are losers.

 

 

 

 

 
We are the longest reigning BLOG KRITIK FILM TERPILIH PIALA MAYA.

Share this:

  • Tweet
  • Email
  • Share on Tumblr
  • Pocket

Like this:

Like Loading...

Elimination Chamber 2019 Review

18 Monday Feb 2019

Posted by arya in Wrestling

≈ 5 Comments

Tags

2019, action, analysis, championship, drama, funny, pay-per-view, result, review, spoiler, sport-entertainment, thought, wwe, wwe network

 

Kesempatan biasanya digambarkan terletak di luar sangkar. Simbolisasinya adalah dengan bebas dari sangkar, kita bisa terbang mengejar berbagai kemungkinan; kesempatan tak-terhingga akan terbuka bagi kita, akan dapat kita cari, jika kita sudah terbebas dari kurungan. Elimination Chamber 2019 adalah anti- dari hal tersebut. Kerangkengnya boleh jadi didesain untuk menciptakan rasa sakit tatkala tubuh terhempas ke dinding rantai atau kaca tebalnya. Namun acara ini sejatinya didesain untuk menunjukkan kepada kita perjuangan orang-orang mencari kesempatan, menggenggam dan memanfaatkannya, selagi mereka masih terkurung di dalam kerangkeng penyiksa tersebut. Orang-orang yang melawan siksa dan derita mereka demi kesempatan hidup yang lebih baik.

Kebebasan itu tidak ditunggu. Kesempatan itu tidak datang sendiri. Kitalah yang harusnya terus berjuang membuka pintu kesempatan dalam ruang kungkungan personal kita masing-masing sebelum akhirnya mendobrak gerbang pembatas menyongsong kesuksesan.

 

Dulu sekali pernah ada kejuaraan tag team untuk pegulat wanita, tercatat ada setidaknya delapan superstar yang pernah menyandangnya, tetapi kejuaraan ini lantas ditinggalkan begitu saja oleh WWF. Karena situasi dan arahan produknya. Februari tanggal empat-belas tahun 1989 kejuaraan tersebut dinonaktifkan. Tiga puluh tahun kemudian, dengan semangat dan gerakan revolusi di dunia yang baru ini, WWE menciptakan kembali kesempatan untuk superstar-superstar cewek berkompetisi dalam semangat tim. Dan kita mendapatkan salah satu partai elimination chamber terbaik yang pernah ada.

Kita bisa melihat kedelapan superstar cewek yang beruntung untuk terpilih terlibat dalam pertandingan bersejarah tersebut merasa begitu terhormat sehingga mereka bermain dengan penuh respek, spot-spot yang sloppy suprisingly sangat minimal dalam partai pembuka ini. Semua yang terlibat berada dalam kondisi prima; ya superstarnya, penulisan atau bookingnya, ya arahan aksinya. Masing-masing tim dapat kesempatan bersinar. Ada sekuen keren di mana mereka bergantian menyerang dengan jurus pamungkas, yang dimainkan dengan begitu baik. Sekuen kayak gini sebenarnya cukup sering dipake dalam match ramean, tapi biasanya banyak botch tapi tidak untuk kali ini.  Sekuen semacam ini susah untuk dieksekusi karena harus memperhitungkan timing, kurang lebih ekivalen sama long take (shot yang gak di-cut) dalam film.

Aku nonton WWE kayak aku nonton film. Aku akan memperhatikan penulisan cerita, simbolisasi, keparalelan gerakan dengan emosi dan psikologi yang berusaha diceritakan. Satu hal menarik yang terperhatikan olehku adalah enam tim dalam pertandingan ini seperti melambangkan genre; komposisi match tag team cewek tersebut adalah tiga tim aksi, satu tim horor, serta 1 tim drama. Dan kayak di Oscar, genre drama selalu jadi peringkat pertama. Ngelihat tim Nia dan Tamina (usulan nama: Tim Tamia hihihi) dikeroyok ngingetin aku ke film horor Hereditary (2018) yang dibantai oleh awards musim ini. Tapi di sini, aku enjoy melihatnya. Ada spot bikin takjub Nia Jax lari gitu aja menerobos kaca chamber, wuihh!

Billie Kay dan Peyton Royce kayak kakak senior cewek pas ospek: Cakep. Berisik. Galak. Pedes.

 

Film yang baik selalu adalah film yang punya pertumbuhan karakter, kejadian yang ia alami selalu ‘balik’ mengingatkan dia – dan juga kita – akan masa lalu yang menjadi titik balik konfliknya. Elimination chamber cewek ini punya semua itu. Pertandingan dimulai dan diakhiri oleh empat superstar yang tahun lalu juga ‘bermain’ dalam environment kandang ini. It all comes back to us soal gimana ini adalah tentang Sasha Banks dan Bayley yang tahun lalu berantem sedangkan sekarang mereka satu tim. Cerita membangun pentingnya kerja sama tim; kita diperlihatkan tim Iconic sukses mengeliminasi tim Fabulous Glow dengan ngepin berdua – menunjukkan chemistry yang dibangun sejak lama lebih kuat dari hubungan yang baru dimulai. Kemudian cerita berlanjut dengan menunjukkan betapa bahayanya jika satu tim terpisah lewat Tamina yang perkasa harus kalah ketika Nia Jax tak sadarkan diri. Semua kejadian ini secara tak-sadar nempel di kita. Jadi ketika kemudian kita melihat Sasha yang berusaha menolong Bayley manjat chamber (throwback dari kejadian tahun lalu di mana dia ngeScarMufasain Bayley di atas kandang) – Sasha yang mulai mengerti pentingnya tim, dia memberikan kesempatan untuk Bayley menjadi timnya – harus bertempur sendirian ketika Bayley terluka, kita bisa merasakan intensitas yang besar, dan ketika Sasha berhasil menang rasanya high banget meskipun kita mungkin udah jenuh sama tim Sasha dan Bayley. Pertandingan ini menawarkan drama roller-coaster yang merayap diam-diam lewat setiap adegan/spot yang dieksekui dengan amat baik. Drama persahabatan yang dibangun dalam jangka satu tahun. Aku suka ketika WWE memperhatikan pertumbuhan karakter seperti begini, yang sebaliknya juga menurutku sering luput oleh kita semua.

Susunan partai pun biasanya dibuat oleh WWE mengikuti alur naik-turun dalam penulisan struktur film. Fase ‘kekalahan’ ditampilkan mereka lewat cerita Miz. Kita melihat Miz gagal mengkapitalisasi kesempatan di depan mata istri dan rekannya. Kemudian keseruan kita dibawa naik kembali oleh match Finn Balor. Cerita Balor adalah soal gimana dia disebut tidak bisa memanfaatkan kesempatan – dia pernah terpaksa menggugurkan kejuaraan yang ia dapatkan susah payah karena cedera, dia kalah dengan sukses setelah dikasih kesempatan merebut kembali kejuaraannya. Tantangan yang harus ia jawab sekarang adalah bisakah Balor memanfaatkan kesempatan menjadi juara Intercontinental yang sudah dibuat untuk menguntungkan dirinya. Match ini jika disamakan dengan film berfungsi sebagai penghantar kita ke sekuens ‘romantis’. Karena setelah ini, kita akan melihat kemunculan Becky Lynch, tokoh utama dari cerita utama WWE dalam musim Wrestlemania kali ini.

Aku suka-suka aja dengan cerita Becky, tapi arahannya memang agak aneh. WWE membuat dua superstar Smackdown mengejar sabuk Raw. Dengan efektif sekali membuat juara cewek Smackdown seperti tidak berharga. Dalam acara ini, ternyata bukan cuma Asuka yang direndahkan, melainkan juga Ruby Riott. Dan tak pelak mungkin saja keseluruhan superstar cewek di RAW selain yang memegang sabuk. Arahan cerita dipilih oleh WWE ini terbukti merugikan banyak aspek. Bahkan Ronda Rousey si juara yang diperebutkan pun malah jadi kayak berdiri aja di sana – tegak manis dengan kostum Sonya Blade game Mortal Kombat – alih-alih ‘ribut’ dengan Lynch.  Satu-satunya aku bisa setuju dengan angle Vince memasukkan Charlotte ke dalam feud Lynch-Rousey adalah jika nanti pada akhirnya kita akan mendapati Lynch sebagai Stone Cold Steve Austin versi cewek.

Sekuens ‘Taktik Baru’ datang lewat pertandingan Braun Strowman. Di partai ini WWE berusaha mengambil sudut baru dari feud Strowman dengan Corbin yang hampir selalu berakhir dengan cara yang sama. Di sini kita melihat sesuatu yang lumayan baru terjadi kepada Strowman. Dan ini membuat ketertarikan kita tetap relatif di atas. Sejauh ini, memang belum lagi ada partai yang bercerita dan beraksi sekuat dan seseimbang selain partai pembuka yakni Elimination chamber tagteam cewek tadi. Akan tetapi semua partai tersebut dibuat ada ‘mainan’nya. Gak ada yang terasa ‘normal’. Berkat bookingan, acara ini jadi punya pace yang lebih baik dari kebanyakan acara WWE yang biasa kita saksikan. Kemunculan aneh dari Lacey Evans pun tak berarti banyak untuk menjatohkan suasana, dan ini dapat kita artikan sebagai sekuens ‘Resolusi Palsu’ lantaran Evans datang seolah dia bakal bertarung.

Terakhir kali WWE Championship diberikan kehormatan untuk menutup acara adalah sebelas bulan yang lalu, tepatnya pada acara Fastlane 2018. Ini, dan fakta bahwa kejuaraan cewek Smackdown gak kebagian nampil, menunjukkan bahwa meskipun masing-masing brand punya sabuk tertinggi tetep saja kasta Raw lebih ditinggikan. Padahal kita tahu Smackdown selalu punya superstar yang lebih jago dalam urusan aksi di dalam ring, hanya saja WWE seringkali bingung mau ngapain terhadap mereka. Elimination Chamber untuk kejuaraan WWE yang dibuat ramah-lingkungan oleh juara The New Daniel Bryan ini seperti tersusun atas tiga action, satu horor, satu twist (RKO outtanowhere!!)

dan satu kartun anak-anak 80an

 

Alur pertandingannya sendiri gak begitu membekas kayak chop Samoa Joe yang meninggalkan jejak merah di dada Bryan. Terlihat seperti random saja berjalan hingga menjelang akhir saat Kofi Kingston mulai mendapat sorotan. It’s nice to see Kingston finally got a big push. Sebelas tahun loh dia di WWE, dan untuk match ini ‘sejarah’ Kingston benar-benar dipake untuk membangun karakternya. WWE ingin mengubahnya dia menjadi ‘drama’. Secara teori, bekerja dengan amat baik. Hanya saja, I never buy it. Karena aku tahu Kingston ada di sana untuk menggantikan Mustafa Ali yang cedera hanya beberapa hari sebelum acara ini berlangsung. Drama Kingston yang berusaha menggapai kesempatan yang akhirnya datang lagi ini sebenarnya adalah drama untuk Ali seorang underdog yang berusaha memanfaatkan kesempatan untuk menembuskan diri ke puncak. Tentu, Kingston pantas sekali mendapatkan semua itu, namun tak sekalipun aku bisa percaya Kingston bakal menang – despite the last minutes yang dramatis tersebut. Yang menakjubkan sebenarnya di sini adalah kemampuan WWE untuk menggiring opini dan reaksi kita. Mereka ingin kita percaya ini sudah waktunya bagi Kingston, dan mereka konsisten membangun ini, sehingga banyak dari kita termakan pancingannya. Sehingga konten yang kita saksikan di akhir itu tetap tampak keren dan terasa menggugah meskipun kita sudah punya pemahaman terhadap konteks yang dibuat oleh WWE.

 

 

 

Bakal lain ceritanya kalo Ali yang mati-matian berjuang di sana. Bahkan lain ceritanya kalo Kingston sudah terpilih untuk ikut sedari awal. Tapi tetap saja, menakjubkan gimana WWE mengubah ‘perubahan di detik terakhir’ menjadi drama yang mencapai ketinggian sepert yang kita saksikan. Berhasil membuat penonton menitikkann air mata meskipun dalam hati kita tahu Kingston gak bakal menang. Dari segi pertandingan yang bakal paling diingat, The Palace of Wisdom turut menobatkan Elimination Chamber for WWE Championship sebagai Match of the Night, meskipun real craft pada malam itu, Pertandingan Terbaik Malam Itu yang sebenarnya adalah Elimination Chamber for Women’s Tag Team Championship. Salah satu kandidat acara terbaik WWE karena practically kita dapet dua MATCH OF THE NIGHT.

 

 

 

 

Full Results:
1. WOMEN’S TAG TEAM CHAMPIONSHIP ELIMINATION CHAMBER Sasha Banks dan Bayley menang setelah mengeliminasi Sonya DeVille dan Mandy Rose di final-two.
2. SMACKDOWN TAG TEAM CHAMPIONSHIP The Usos merebut sabuk dari The Miz dan Shane McMahon.
3. INTERCONTINENTAL CHAMPIONSHIP HANDICAP ONE-ON-TWO Finn Balor jadi juara baru ngalahin Lio Rush dan Bobby Lashley.
4. RAW WOMEN’S CHAMPIONSHIP Ronda Rousey cepet banget ngalahin Ruby Riott.
5. NO-DQ Baron Corbin dan teman-teman mengeroyok Braun Strowman.
6. WWE CHAMPIONSHIP ELIMINATION CHAMBER juara bertahan The New Daniel Bryan tetep juara setelah ngeleminasi Kofi Kingston di final-two.

 

 

That’s all we have for now.

Remember, in life there are winners.
And there are losers.

 

 

 

 

 
We are the longest reigning BLOG KRITIK FILM TERPILIH PIALA MAYA.

Share this:

  • Tweet
  • Email
  • Share on Tumblr
  • Pocket

Like this:

Like Loading...

Royal Rumble 2019 Review

28 Monday Jan 2019

Posted by arya in Wrestling

≈ 2 Comments

Tags

2019, action, analysis, funny, pay-per-view, result, review, spoiler, sport-entertainment, thought, wwe, wwe network

 

Lima jam. Lima pertandingan perebutan gelar. Tiga puluh superstar cewek. Tiga puluh superstar cowok. Menonton Royal Rumble menjadi ekstra melelahkan karena membuat kita ‘menghitung’ ekspektasi sembari berteriak-teriak seru. Plus, buatku, aku harus mengetik seribuan kata mereviewnya. Untuk mendeskripsikannya lebih jelas, menonton Royal Rumble tahun ini bagiku adalah seperti ngerjain pe-er matematika sambil naik roller coaster!

Actually, aku ngeskip nonton dua pay-per-view yang terakhir. Survivor Series November lalu tidak sempat kutonton semua karena sibuk persiapan acara puncak Festival Film Bandung. TLC yang bulan Desember juga gagal aku saksikan lantaran bertepatan dengan kelas penulisan kritik yang mengharuskan aku untuk tinggal di Jakarta selama beberapa hari. Jadi mungkin kalian noticed aku enggak ngereview dua show tersebut, dan alhamdulillah ternyata ada yang cukup peduli juga dengan ulasan WWE ku karena aku ditagihin loh, “bro gak review WWE lagi?” So yea, I’m back. Tentu dong, WWE adalah dulu, nanti, dan selalu jadi tontonanku. Buatku Royal Rumble ini seperti lembaran baru karena kemaren-kemaren itu aku benar-benar nyaris stop nonton WWE – kecuali NXT. Dan surprisingly, aku terkesan dengan apa yang kutonton lima jam yang lalu. Terasa benar usaha WWE untuk menaikkan standar kualitas pertandingan mereka. Memang sih, kualitas aksinya belum sebagus NXT TakeOver Phoenix sehari sebelumnya, namun dari segi penulisan – penceritaan, WWE lewat Royal Rumble ini terasa semakin solid.

Semua pertandingan berlangsung secara efektif. Mereka menyampaikan drama dan aksi dalam porsi yang seimbang. Tidak ada partai squash, hanya ada satu ‘cut-scene match’ namun bahkan itupun dilakukan dengan baik. Level ‘kekerasan’ yang disuguhkan juga tampak meningkat. WWE seperti memberikan kelonggaran tambahan buat para superstar, terutama kepada superstar-superstar yang bukan dari brand Raw yang enggak harus langsung nampil besok. Pengecualian untuk ini adalah Ronda Rousey dan Sasha Banks. Dua superstar cewek dari Raw ini bermain sangat fisikal, sehingga terkadang spot-spot yang mereka lakukan tampak sloppy – kurang profesional, dan kelihatan sakit not-in-a-dramatic-way seperti seharusnya. Satu lagi yang tidak aku mengerti adalah kenapa pertandingan kejuaraan tag team Smackdown yang dramatis dan penuh spot keren itu sejatinya berpusat kepada Shane McMahon – kenapa tiga superstar yang lebih ‘muda’ daripada dia yang harus mengimbangi dan work around him.

my girl debuting a new move, yaaassshhh

 

Dua partai royal rumble bekerja dengan sama-sama padunya. Tidak ada elemen yang tersiakan. Aku suka WWE mempertahankan ‘prestasi’ mereka sehubungan dengan ‘surprise entrant’. Nonton royal rumble memang yang selalu ditunggu adalah peserta kejutan yang selalu bikin kita entah itu sukses bernostalgia ataupun pecah bersorak tak-percaya. Seperti yang mereka lakukan tahun lalu, WWE memfokuskan porsi peserta-kejutan ini lebih banyak ke superstar-superstar muda yang nongol di NXT, alih-alih kepada superstar legenda yang untuk jalan ke ring aja sudah tertatih-tatih. Para entrant kejutan ini juga diberikan kesempatan untuk bertanding lebih lama, sehingga penonton bisa menikmati kehebatan mereka sembari WWE bisa mengiklankan brand dari mana mereka berasal. Solusi yang win-win, bukan! Dan tentu saja ada bagian untuk komedi. WWE suka komedi seperti Shyamalan suka twist dalam filmnya. Dalam kedua royal rumble inipun, komedi mereka lakukan dengan tepat guna; enggak benar-benar lebay dengan waktu penempatan yang diperhitungkan. Skit aneh antara Maria Kanelis dengan Alicia Fox enggak jatoh se-‘apasih’, kecuali aku nunggu-nunggu Maria bilang “kau aja pakai musik aku yang dulu” saat ngajak Fox temenan (terlalu ngarep sih memang kalo kita berharap kontinuiti dari WWE), aku gak melihat ada masalah dalam penggunaan komedi dalam pertandingan royal rumble kali ini. Pada royal rumble cowok, komedi digunakan untuk mengurangi kejenuhan, oleh durasi yang memang terlalu panjang.

Menurutku pertandingan royal rumble ceweklah yang seharusnya menutup acara. Sebab tokoh utama show kali ini jelas adalah Becky Lynch. Superstar cewek ini lagi tinggi-tingginya sejak ia menciptakan moniker ‘The Man’. Acara ini dibuka dengan memperlihatkan kegagalan Lynch dalam perebutan gelar cewek Smackdown. Dalam kontes yang dibuat berimbang dengan Asuka – yang mana kejutan pertama dari acara ini buatku; Lynch dibook/ditulis kalah bersih dalam perang submission – seolah penulis sedang merangkai perjalanan teatrikal. Ini seperti sekuen ‘percobaan pertama yang gagal’ pada naskah film-panjang. Kupikir ini bakal berlanjut dengan berbagai adegan di backstage, gimana Lynch berusaha mencari kesempatan lain. Honestly, aku sudah mengantisipasi Lynch bakal masuk ke royal rumble cowok – mengingat julukan ‘The Man’nya tadi – kemudian kembali gagal, dan entah bagaimana dia memasukkan dirinya ke royal rumble cewek, dan berhasil. Namun ternyata WWE membuat susunan yang berbeda; mereka malah mengerahkan Nia Jax untuk ‘menginvasi’ para cowok sebagai sebuah kejutan yang seru-tapi-aneh. Cerita Lynch tuntas di tengah-tengah acara, dan ini membuat partai-partai di antara dua royal rumble ini nyaris mati; berusaha menghidupkan kembali percikan api yang telah padam dibawa oleh kemenangan Lynch yang ditunggu-tunggu para fans.

kasian R-Truth begitu gampang tergantikan.. bahkan Lana aja diberikan kesempatan ‘berjuang’

 

 

Keputusan WWE buatku semakin aneh ketika mereka malah meletakkan Daniel Bryan melawan AJ Styles, dalam pertandingan yang bergaya lambat nan metodical, tepat setelah royal rumble cewek. Masalah bukan dari kedua superstar top-Smackdown, Bryan dan Styles adalah pekerja teknik terbaik yang dipunya oleh WWE, hanya saja jika ingin membuat penonton tetap semangat, mereka harusnya membuat pertandingan ini paling enggak sefast pace pertandingan Brock Lesnar dengan Finn Balor. Keep it short, fill it with high spots. Daripada memakai pertandingan pelan dengan outcome yang gak bersih – partai Bryan melawan Styles ini adalah ‘cut-scene match’ yang kusebut di atas – WWE seharusnya menulis partai kejuaraan WWE ini sebagai pertandingan Street Fight atau Extreme Rules atau apalah yang no-DQ. Sehingga ketika Eric Rowan datang, dia bisa ikut menghajar dan menjadikan akhirannya semakin dramatis oleh Styles yang berusaha mengalahkan dua orang. Dengan begitu penonton akan tetap semangat dan sabuk WWE tidak melulu diperebutkan dalam kontes yang seperti sia-sia.

 

Sebenarnya sudah lama WWE seperti melirik kemungkinan terjadinya pertandingan campuran. Jika WWE memang membangun diri ke arah yang lebih edgy, lewat Becky Lynch – dan Nia Jax – sebagai pionir, katakanlah jika tahun depan kita akan melihat Royal Rumble campuran antara pria dan wanita, atau bahkan melegalkan partai campuran dalam semua jenis match, aku sih seneng-seneng aja. Bayangkan Lesnar melawan Rousey. Atau Nikki Cross tagteam ama Dean Ambrose, tapi bukan lagi dalam mixec tag konyol yang dilakukan WWE di network. Menurutku itu bakal jadi perubahan besar yang positif mengingat isu kesetaraan gender sekaligus bakal bisa menaikkan nilai hiburan itu sendiri.

Pada akhirnya angka-angka dalam Royal Rumble menyimbolkan hitung-mundur sebuah perubahan yang sudah siap untuk terjadi.

 

 

 

Full Results:
1. SMACKDOWN WOMEN’S CHAMPIONSHIP Asuka retain setelah Becky Lynch tap out terkena manuver submissionnya.
2. SMACKDOWN TAG TEAM CHAMPIONSHIP The Miz dan Shane McMahon jadi juara baru mengalahkan Sheamus dan Cesaro.
3. RAW WOMEN’S CHAMPIONSHIP Ronda Rousey tetap juara dengan menge-pin Sasha Banks.
4. 30-WOMAN ROYAL RUMBLE Becky Lynch menang dengan mengeliminasi Charlotter Flair.
5. WWE CHAMPIONSHIP Daniel Bryan bertahan atas AJ Styles.
6. UNIVERSAL CHAMPIONSHIP juara bertahan Brock Lesnar belum bisa dikalahkan oleh Finn Balor.
7. 30-MAN ROYAL RUMBLE Seth Rollins menang dengan mengeliminasi Braun Strowman
Dengan akhiran match yang tepat, dengan porsi hiburan dan kejutan yang berimbang, dengan dramatisasi yang mengena, The Palace of Wisdom memilih 30-Woman Royal Rumble sebagai MATCH OF THE NIGHT

 

 

That’s all we have for now.

Remember, in life there are winners.
And there are losers.

 

 

 

 

 
We are the longest reigning PIALA MAYA BLOG KRITIK FILM TERPILIH.

Share this:

  • Tweet
  • Email
  • Share on Tumblr
  • Pocket

Like this:

Like Loading...

Survivor Series 2017 Review

21 Tuesday Nov 2017

Posted by arya in Wrestling

≈ Leave a comment

Tags

2017, action, drama, funny, pay-per-view, result, review, spoiler, sport-entertainment, SurvivorSeries, wwe, wwe network

 

Survivor Series, sejarahnya, adalah tradisi untuk memperingati hari Thanksgiving. Pesta panen. Dan yang namanya pesta, pasti melibatkan banyak orang. WWE menyimbolkan ini dengan memasangkan superstar-superstar, dengan karakter yang beragam, ke dalam tim dan mengadu tim-tim tersebut dalam sebuah match. Jadilah perang lima-lawan-lima. Dan showdown antara brand Raw dan Smackdown selalu merupakan pertunjukan yang menarik minat.

Masalahnya dengan tradisi yang coba dibangun ini adalah, lama kelamaan Survivor Series berubah menjadi literally berjuang untuk survive ketimbang perayaan menghidupkan tradisi.

Karena WWE sepertinya tidak memiliki rencana jangka panjang dalam membangun acara ini, yang mereka lakukan sekarang adalah mendaftar ulang apa-apa saja yang sekiranya diinginkan oleh penonton, apa yang terbaik yang mereka punya, dan menyuapkannya – melemparkan begitu saja dengan harapan mendapat hasil paling memuaskan.

“gobble up, wobbles!”

 

Aku bukannya bilang aku gak mau melihat New Day melawan the Shield, ataupun bilang lebih suka melihat Lesnar melawan Mahal ketimbang melawan Styles. Kurt Angle serta Triple H berlaga kembali? Tentu saja aku akan duduk menggelinjang di depan TV! Tapi ini adalah masalah gimana mereka menceritakannya. Survivor Series 2017 kelihatan seperti sebuah rencana yang banyak direvisi, dicorat-coret, dengan banyak bagian cerita yang ditulis ulang karena mereka merasa gak pede dengan apa yang sudah mereka punya pada awalnya. Ada banyak elemen yang bekerja membangun perseteruan Raw dengan Smackdown, yang ditinggalkan begitu saja – yang tidak menambah apa-apa pada ujungnya. Seolah ditinggalkan oleh penulis aslinya, dan ditangani oleh orang lain, persis kayak film Justice League (2017). Acara ini mempertemukan juara masing-masing brand, dan mereka tidak lagi mempedulikan konsep face melawan heel dalam acara ini.

Jinder Mahal menantang Brock Lesnar adalah percikan yang mengawali kemelut dua brand tahun ini. Tetapi, tembakan yang sebenarnya, diacknowledge oleh show datang dari Shane McMahon yang membawa pasukan Smackdown menginvasi acara Raw. Mereka membuat ini menjadi pertarungan dua manajer acara, tanpa memberikan stake buat masing-masing superstar untuk ikut membela timnya. Shane literally barking orders ke superstar Smackdown. Maksudku, itu mereka punya Mahal dengan motivasi personal (dari storyline standpoint) eh kemudian mereka mengganti Mahal dengan Styles, dengan alasan penonton lebih suka melihat Styles melawan Lesnar. Di sisi Raw, mereka punya storyline tentang Kurt Angle yang kredibilitasnya dipertanyakan karena dia punya anak yang gak benar-benar disukai dan jadi weak link buat tim, dan elemen ini pun dikesampingkan begitu saja.

Survivor Series 2017 pada akhirnya memang menjadi acara yang bergantung kepada starpower, lantaran WWE menyadari titik lemah dari konsep perang antar-brand ini. Yakni, mereka tidak berani mengambil resiko membuat salah satu brand tampak beneran lemah. Mereka tidak berani membuat skor yang jauh, seperti 5-2 atau malah 7-0. Kita akan selalu mendapat skor yang imbang, diceritakan dengan saling mengejar, dan ini membuat outcome beberapa match menjadi dapat dengan mudah ditebak. Jadi, WWE ingin membuat kita tetap tertarik dengan memberikan apa yang kita mau. Shield yang reuni melawan New Day yang sepanjang tahun ini udah konsisten menyuguhkan pertandingan bintang-empat, ditaruh sebagai match pembuka. Dan pertandingan ini sukses menjadi salah satu yang paling seru sebab kita melihat mereka saat skor masih nol-nol. Kepredictablean Roman Reigns bakal membawa timnya auto-win akan diabaikan sebab di titik ini kita hanya ingin melihat pertandingan yang seru. Dan mereka memang ngedeliver. Porsi awalnya agak lambat, namun di akhir banyak spot yang bikin kita menggelinjang.

Nyaingin partai tag tersebut,  AJ Styles melawan Brock Lesnar adalah penantang match terbaik di Survivor Series. Clearly, Lesnar lebih comfortable tanding dengan Styles, he looks like he have fun. Di luar beberapa botch karena antusiasme berlebihan, match dengan pace cepat ini kelihatan seperti pertarungan yang realistis. Offense-offense comeback dari Styles mengalir dengan natural dan meyakinkan. Sayangnya, match ini pun terbog down oleh kepredictablean skor. Saking gampang ditebaknya, bahkan salah satu peserta nonton bareng di Warung Darurat dapat menebak alur match dengan tepat, hingga ke bagian endingnya.

Pertemuan dua Wonder Woman WWE, Goddess melawan Queen, mainly diuntungkan karena berada persis di posisi skor dua sama. It was either Bliss or Lesnar yang akan menyetak angka buat Raw. Sehingga kita dapat dengan gampang terinvest ke dalam pertandingan ini. Actually, ini adalah satu-satunya partai yang mempertemukan antagonis melawan protagonis. Dan Charlotte tidak pernah benar-benar sukses sebagai seorang face. Penampilannya tidak konsisten dibandingkan Bliss yang tepat hingga ke gesture terkecil sebagai seorang yang jahat, jutek. At times, match ini tetap terasa seperti heel melawan heel. Bliss dan Charlotte actually saling mengisi, Bliss keliatan banget kalah dari segi teknikal, tapi kekuatan cerita tidak pernah putus darinya. Menonton match ini akan terasa seperti menonton cerita tentang seorang antagonis yang berusaha mengalahkan kelemahannya sendiri.

Serius Cole, jangan panggil Shin dong, emangnya Shinchan

 

Tradisi adalah soal generasi. Mempertanyakan kenapa John Cena 16 kali juara WWE sama dengan mempertanyakan kenapa Reza Rahadian melulu yang kebagian peran di film Indonesia. Pihak produser ataupun dalam kasus WWE, Vince McMahon, bukannya enggak percaya sama generasi, tapi mereka lebih aman memakai yang sudah terbukti menjual. Mereka lebih suka mempercayakan keranjang duit mereka dipegang oleh orang yang terpercaya, sembari mereka melatih tangan-tangan lain. Asuka, Roman Reigns, Braun Strowman adalah tangan-tangan yang mendapat push paling intens di antara superstar kekinian.

Selebihnya, Survivor Series masih bergantung kepada pegulat-pegulat lama. Main event acara ini melibatkan 10 orang yang sembilan di antaranya berusia di atas 35 tahun. Selain Braun Strowman, eliminasi yang terjadi dalam match ini adalah buah tangan Cena, Shane, Orton, Triple H, Kurt Angle. Ya, nama-nama yang sudah kita kenal sejak sepuluh tahun yang lalu. While awal match ini seru banget dengan menggoda kita dengan berbagai kemungkinan pertandingan impian (aku menggelinjang banget liat Balor ketemu Shinsuke Nakamura), setir masih dipegang oleh Triple H. This match is actually about him, dengan kepentingan ngepush Strowman sebagai face jadi agenda kedua. Sama seperti Traditional Survivor Series yang cewek, kita terinvest, namun pay off match ini tidak benar-benar berasa. Yang ada malah kita kebingungan sama ending match. I guess ekspresi Braun Strowman sangat tepat untuk mewakili wajah-wajah penonton Survivor Series. Saking bingungnya, crowd yang nonton live lebih heboh ngeliat Nia Jax lawan Tamina dibanding ngeliat The Bar lawan Uso loh, mantep.

 

 

Jika kita sudah sepakat Survivor Series adalah perayaan tradisi, maka sekarang coba kamu bayangkan balon-balon warna warni yang biasanya digantung dalam sebuah pesta perayaan. Ambil balon tersebut, kemudian kempeskan, niscaya balon tersebut tidak bisa terbang lagi. Survivor Series 2017 adalah balon yang terbaring kempes di lantai itu.
The Palace of Wisdom menobatkan Brock Lesnar melawan AJ Styles sebagai MATCH OF THE NIGHT

Full Result:
1. 6-MEN TAG TEAM The Shield ngalahin the New Day
2. WOMEN’S TRADITIONAL SURVIVOR SERIES TAG TEAM Asuka jadi sole survivor Team Raw mengalahkan Team Smackdown
3. INTERCONTINENTAL CHAMPION VS. UNITED STATES CHAMPION Baron Corbin mengalahkan The Miz
4. RAW TAG TEAM CHAMPIONS VS. SMACKDOWN TAG TEAM CHAMPIONS The Usos defeating Sheamus and Cesaro
5. RAW WOMEN’S CHAMPION VS. SMACKDOWN’S WOMEN’S CHAMPION Charlotte bikin Alexa Bliss tap out
6. UNIVERSAL CHAMPION VS. WWE CHAMPION Brock Lesnar mengalahkan AJ Styles
7. TRADITONAL SURVIVOR SERIES TAG TEAM MATCH Triple H dan Braun Strowman jadi survivor Team Raw mengalahkan Team Smackdown

 

 

That’s all we have for now.

Remember, in life there are winners.
And there are losers.

 

 

 

 

 

We? We be the judge.

Share this:

  • Tweet
  • Email
  • Share on Tumblr
  • Pocket

Like this:

Like Loading...

No Mercy 2016 Review

11 Tuesday Oct 2016

Posted by arya in Wrestling

≈ Leave a comment

Tags

2016, action, analysis, drama, funny, pay-per-view, results, review, smackdownlive!, spoiler, sport-entertainment, thought, wwe, wwe network

 

First of all, you gotta say the name of this show loudly with French accent. Because it is the only way to do it now.

“No Me-r-r-r-r’-cy”

Terimakasih, Maryse.

 

 

Going into the show, I was really excited. Ada banyak elemen cerita yang bikin penasaran. Setiap feudnya ditulis dan di-book dengan baik. Bahkan Carmella dan Nikki punya hooked yang bikin fans peduli. Team Blue punya progres yang amat signifikan dibandingkan acaranya Stephanie dan Mick Foley yang terasa scattered. Kita penasaran apakah Cena akan mecahin rekor Ric Flair, kita greget oleh kelanjutan karir Ziggler. Kita prihatin sama Carmella yang didiemin despite being face dan kemudian Nikki datang stealing her thunder, and she just snapped. Kita ikutan terbawa merinding ngeliat orton dan Bray saling coba merasuk ke dalam kepala masing-masing lawannya. And personally, I’m dying to see Alexa Bliss would won her first championship.

I made a sketch of her, and she likes it on twitter! #brag

I made a sketch of her, and she likes it on twitter! #pamer

 

Smackdown ternyata REALLY BALLSY with No Mercy. Maksudku, berani-beraninya mereka membuka acara dengan pertandingan kejuaraan paling prestisious?

Sungguh sebuah kejutan buat para fans. Right from the start, John Cena, AJ Styles, dan Dean Ambrose sudah bermain full-force. Ibaratnya kalo ini Dragon Ball, mereka bertiga udah langsung jadi Super Saiya. Kita tidak dibiarkan berlama-lama menatap adegan ‘yang tanding cuma dua, satunya lagi ngantri giliran sambil tidur-tiduran di bawah’. Ketiga superstars kerap terlibat sekuens action yang seru, kayak dobel German Suplex itu. Jelas, WWE ingin segera mencuri perhatian para pemirsa sebanyak-banyaknya melalui pertandingan ini. Cena’s presence is really strong. Ada banyak momen dalam pertandingan ini di mana aku percaya John Cena akan menulis sejarah baru. Mereka juga ngelakuin spot dobel submission di mana Styles murah hati banget mau jadi receiving end. Styles tap out oleh Ambrose yang ngunci kakinya pake Calf Crusher dan Cena, pada saat bersamaan, nge-apply painful STF ke bahunya. Dan adegan kontroversial ini worked so well, lebih dari sekadar plot device, karena berhasil nganterin cerita tanpa ngasih damage buat karakter masing-masing superstar. This will lead in to ending sebenarnya, yang actually really simple. Tapi kuat. AJ Styles nunjukin sekali lagi bahwa dia adalah orang yang tahu kapan harus ngambil jalan pintas, he was a great fighter tapi enggak akan berhati malaikat seperti Cena. Karakter Ambrose pun comes out aman sebagai legit contender yang bisa ngimbangin siapa saja.

 

Jadi, pastilah pertemuan paling emosional yang dimiliki oleh acara ini, yang mempertaruhkan sabuk Intercontinental dengan pekerjaan itu bakal menutup acara malam ini kan?

Not even close.

The Miz dan Dolph Ziggler took the chance sekali lagi dan sukses delivering performances terbaik yang pernah mereka berdua tampilkan sepanjang karir mereka. Sungguh disayangkan memang partai semenarik ini tidak dimanfaatkan untuk mengirim penonton pulang dengan hati meriang, panas dingin oleh emosi. I mean, come on, Ziggler fought for his career and his honor. Dia berhasil menangkap hati kita sekali lagi despite keirrelevannya belakangan sebelum ini. Feud Miz dan Ziggler adalah apa yang membuat Smackdown pantes untuk kita pantengin minggu-minggu sebelum acara ini. Sedari awal kita sudah dibuat peduli. Pertaruhan karir melawan sabuk memang selalu sanggup bikin penonton genuinely concern. Secara teknikal memang tanding keduanya tidak seawesome pertemuan mereka di Backlash. Mereka mengulang spot yang sama, sebagai upaya memancing drama. Miz masih tetep menghina Ziggler dan Daniel Bryan sekaligus dengan menyerang pake jurus-jurus Bryan. Namun match yang sekarang ini lebih ngena lantaran betapa suksesnya mereka mengintegrasi psikologis cerita ke dalam alur pertandingan.

Ada simbolisasi menarik yang dilakukan oleh Miz saat dia menarik paksa sepatu Ziggler sehingga lepas sebelah. Sepatu adalah lambang pekerjaan. Miz ingin menunjukkan, dan menegaskan, bahwa dialah orang yang melepaskan Ziggler dari pekerjaannya. Bahwa atas ulahnyalah karir Ziggler harus tergantung. Tinggal sebelah lagi, dan itu benar-benar bikin intensitas match meningkat. Ziggler seketika tahu and worked his way out of kepincangan, membuktikan bahwa ia masih pantas mempertahankan sepatunya.

Di akhir pertandingan, justru Miz yang sekarang terlihat ingin menangis. Dia terlihat sangat hancur oleh kekalahan, and he should feel that way setelah segala kecurangan nyebelinnya, mulai dari semprotan Maryse, sampe ke manggil Spirit Squad. Setelah semua kata-kata hinaannya kepada Ziggler. Ini adalah cerita redemption bagi Ziggler, namun bagi Miz ini adalah peristiwa yang devastating. Dan kedua superstar memainkan perannya dengan excellent!

Kejuaraan tag team yang featuring Slater, who recently fight for his job juga, cukup menyenangkan. Slater punya koneksi yang compelling dengan Rhyno. Dia sudah jadi begitu likeable, denger aja histerisnya teriakan anak kecil saat Slater kena Samoan Drop. Si Kembar Uso, on the other corner, berhasil menjelma jadi heel yang threatening. Aku suka taktik mereka yang ngincer kaki lawan, double team finisher mereka keliatan legit sakit banget. Komentator sempet nyebut Umaga,

dan dang now I want to see Umaga melawan Rhyno dalam pertandingan extreme rules..

dan dang now I want to see Umaga melawan Rhyno dalam pertandingan extreme rules.. 😦

 

Semuanya toh menjadi ANTI KLIMAKS setelah partai Intercontinental berakhir. Undercard yang bisa kita saksikan sebagai pengisi waktu tidak memiliki dampak yang benar-benar wah, meski merupakan pertandingan yang cukup berisi. Nikki melawan Carmella was good but not fabulous enough. Jack Swagger melawan Baron Corbin berlangsung dengan tone yang bener, we get to see them brawl. Dan memang itulah yang ingin kita lihat dari dua superstar gede (badannya) ini; agresi, as feud mereka makin angot karena kebegoan wasit yang salah menafsirkan gestur struggle meraih rope Corbin sebagai tanda tap out. Mungkin kita sering lupa kalo Swagger adalah mantan juara dunia, dan orang ini sendiri enggak terlihat berusaha untuk mengingatkan kita kepada potensi maksimal yang disimpannya. Swagger need to do something different with his character, karena kalo enggak dia bakal lost in the shuffle again meski berada di brand yang pesaingnya relatif sedikit.

Main event acara ini sesungguhnya punya root yang pretty decent, namun Bray dan Orton terlihat lost dan jalannya match enggak berada di direction yang benar-benar mereka inginkan. Mind games yang seharusnya jadi tema, enggak kelihatan di sini. Instead, mereka malah konter mengounter, standing switch ngelakin jurus lawan. Kayak Bezita dan Goku kalo berantem, ditonjok-ngilang ke belakang, nonjok balik-eh si Gokunya bales ngilang-dan seterusnya. Haha I need to stop comparing WWE ama Dragon Ball.

Pertama Eater of the Worlds, lalu New Face of Fear, terus Predator. Can he just be the one that gets the win?

Pertama Eater of the Worlds, lalu New Face of Fear, terus Predator. Can he just be the one that gets the win?

 

Untuk sebuah pertandingan besar, Bray Wyatt lawan Randy Orton terkesan sebagai 15 menit iklan menjelang kemunculan Luke Harper. Ada juga big spot sih, Senton ke steel steps dari Bray itu asli sakit, tapi enggak cukup untuk buat kita melek dari bosan.

Pertarungan di No Mercy sejatinya adalah pertarungan rating. Debat kandidat presiden Amerika jadi alasan utama kenapa match card kali ini berasa kebalik, kayak dunia Bray Wyatt. Tayang beberapa jam lebih awal, No Mercy harus mastiin penonton melihat partai terpenting mereka. Karena bukan hanya pemirsa di sana pasti akan pindah ke acara Debat, segala percakapan social media akan menenggelamkan apapun trending yang dipancing oleh WWE. Simpelnya, WWE tidak ingin kejuaraan intercontinental dan kejuaraan dunia tidak tertonton dan tidak dibahas.

 

Bagaimana dengan Alexa Bliss? Well, cewek ini kasian banget. Pertandingan kejuaraannya dicancel karena Becky Lynch, lawannya, cedera. Dan Alexa harus kalah secara lemah di tangan Naomi,  her substitute opponent. Like, I get it formula ceritanya, karakter pengganti harus bikin Alexa ‘sibuk’ sampai Becky sembuh, namun seharusnya mereka bisa menulis jalan cerita yang lebih kuat untuk pertandingan ini. Booking cerita yang tidak membuat Alexa Bliss kehilangan begitu banyak momentum yang sudah ia bangun. Because she did get better, tantrum dan aksi heelnya semakin mulus, I guess kostum Harley Quinn sungguh memberikan confident boost buat Alexa yang in real life adalah penggemar komik.

 

 

 

Melakukan tindakan yang nekat dalam menyusun match card menjadikan acara ini highly enjoyable pada paruh pertama. Namun No Mercy suffers a lot menjelang penghabisan. Dari story stand-point, most of the matches decently delivered. Ada pengulangan formula cerita yang terasa, but it was only happened karena circumstances dari luar-perkiraan.
The Palace of Wisdom menobatkan match paling emosional dan berhasil naikin harga sabuk Intercontinental, The Miz melawan Dolph Ziggler, sebagai MATCH OF THE NIGHT.

 

Full Results:
1. TRIPLE THREAT FOR WWE WORLD CHAMPIONSHIP Juara Bertahan AJ Styles mengalahkan John Cena dan Dean Ambrose.
2. SINGLE Nikki Bella def. Carmella.
3. SMACKDOWN LIVE! TAG TEAM CHAMPIONSHIP Heath Slater and Rhyno retains over The Usos
4. SINGLE Baron Corbin mengalahkan Jack Swagger
5. WWE INTERCONTINENTAL CHAMPIONSHIP VS. CAREER Dolph Ziggler proves he that damn good dengan merebut sabuk dari The Miz.
6. SINGLE Alexa Bliss kalah oleh Naomi.
7. NO DISQUALIFICATION Bray Wyatt menang atas Randy Orton.

 

 

 

 

That’s all we have for now.

Our customized Kevin Owens shirt masih available di Merchandise section

Remember, in life there are winners
and there are losers.

 

 

 

 

 

 

We? We be the judge.

Share this:

  • Tweet
  • Email
  • Share on Tumblr
  • Pocket

Like this:

Like Loading...

Clash of Champions 2016 Review

27 Tuesday Sep 2016

Posted by arya in Wrestling

≈ 1 Comment

Tags

2016, action, analysis, championship, drama, pay-per-view, raw, results, review, spoiler, sport-entertainment, thought, wwe, wwe network

wwe_clash_of_champions_2016_poster_by_chirantha-dahpcyy

 

Untuk sebuah show milik major brand, justru hal-hal kecillah yang bikin kita enjoy nonton Clash of Champions. The minor details kayak Kevin Owens dan Seth Rollins bergantian saling insult niruin gaya DX nya Triple H, atau Chris Jericho bernyanyi “We are the Champion” celebrating kemenangan Owens, atau titantron ala video game 16-bit milik TJ Perkins, atau bahkan outfit Sasha Banks yang on-point banget.

dan aku masih nyanyi lagunya Taylor Swift saat ref musik Sami Zayn, “This time, I’m telling you I’m telling you”

dan aku masih nyanyi lagunya Taylor Swift saat ref musik Sami Zayn, “This time, I’m telling you I’m telling you”

 

Those details really show us characters, sesuatu yang sangat penting untuk acara berbasis entertainment kayak WWE ini. Udah bukan rahasia, ajang-ajang pencarian bakat di televisi sesungguhnya lebih mencari karakter ketimbang bakat-tanpa-polesan. Hal ini jualah yang membuat TJ Perkins menjuarai turnamen Cruiserweight Classic.

Skill gulatnya yang mumpuni dibarengi oleh karakter personal on-screen yang kuat. Pada tanding pertamanya ini – tidak banyak superstar yang debut di PPV sebagai juara, terakhir kali dilakukan oleh Paige di Extreme Rules 2014 – pegulat asal Filipina itu terlihat sedikit all-over-the-place di atas ring. Musik video game, gaya ngedab, highflying action, kita belum bisa yakin, like, apa dia dari dunia Scott Pilgrim? Namun dari segmen interviewnya di backstage, dia terlihat kayak normal people. TJP perlu mencari fokus direction karakternya sehingga penonton lebih mudah konek.
In fact, divisi Cruiserweight yang baru tiba di Raw ini seluruhnya perlu netapin what would they be like dengan gaya yang harus menyesuaikan style televisi WWE. Tolak ukur mereka adalah The Brian Kendrick, yang sudah punya pengalaman seperti apa Cruiserweight di WWE. Pertandingan Kendrick melawan Perkins di acara ini bisa dijadikan contoh, dan buat para penonton supaya tahu what to expect. Fast-paced action yang tidak melulu mengandalkan jungkir balik. Menilai dari reaksi penonton yang so into them, terlebih di post match moment, kita bisa bilang divisi ini berjalan (atau berlari, seperti yang suka mereka lakukan di dalam ring) with a right step.

Jika Cruiserweight butuh mencari tanah yang stabil, maka main event antara Kevins Owens dan Seth Rollins IS ALL ABOUT THE HIGHER GROUNDS. Tersimbol manis di awal pertandingan mereka; Rollins sudah menunggu di atas ring, Owens berjalan memutari ring. Kedua superstar tahu mereka harus mempertahankan posisi sebagai yang lebih tinggi. Dalam sebuah sekuens singkat, Owens kini berada di dalam ring sementara Rollins memandangnya dari bawah. It was a realization moment buat Rollins. Pertandingan ini sudah jadi sangat personal. Lebih daripada perebutan sabuk Kejuaraan Universal, Owens melawan Rollins adalah pertaruhan siapa yang seharusnya lebih dipilih oleh Triple H. Gestur crotch chop dilakukan masing-masing untuk mendapatkan perhatian dari Triple H, kinda saying, “Gue yang pantas jadi penerus elo!” Buat kita-kita yang nonton, pertarungan fisikal mereka adalah pilihan antara the lesser of two evils. Kedua superstar sama kuat, sama jahat, pertengahan match penuh spot yang dahsyat. Top Rope Gutbuster dari Owens itu misalnya. Tapi keduanya toh sama-sama difavoritin. Resolusi match yang pakek alur chaos jadi enggak begitu worked out, karena it was no longer feel like a match.

screw Triple H, let me be Shawn Michaels!

screw Triple H, let me be Shawn Michaels!

 

Sebagian besar waktu, Clash of Champions terasa DATAR-DATAR SAJA. Pertandingan-pertandingan yang dihadirkan sesungguhnya tidak buruk. Sami Zayn berhadapan dengan Chris Jericho, dua supertars yang kita inginkan untuk bertemu muka dalam ppv, karena kita tahu kemampuan kedua orang ini. Namun terasa tidak punya kepentingan. Feud mereka hampa dan abrupt. Status mereka, yang jadi api yang menyulut terciptanya match ini, adalah Kevin Owens. Temen Owens melawan mantan temen Owens. Hook yang enggak bisa dianggap serius, bahkan bagi mereka berdua. Terbukti dari pertandingan yang meski memang bagus, akan tetapi terasa longgar. Banyak spot yang sloppy, enggak seketat yang kita yakin sanggup mereka lakukan dengan fantastis.

Malam itu Indianapolis menyaksikan seluruh sabuk juara milik Raw dipertaruhkan. Hanya saja TIDAK ADA PROGRES YANG SIGNIFIKAN terhadap masing-masing storyline. Seteru The New Days dengan The Club – kali ini duel mereka cepet dengan hasil yang aneh buat karakter masing-masing tim – masih saja going nowhere. Apakah kita memang perlu untuk melihat perayaan lain dari The New Days? I mean, sejak kedatangan Enzo dan Cass, antics trio Big E-Kofi-Woods terasa tidak lagi serame biasanya. Mereka butuh perubahan. Kita butuh melihat perubahan.

Bayley terlihat salah-guna dalam Kejuaraan Women’s yang dikonteskan secara Triple Threat. Sepertinya, penulis tidak menempatkan Bayley di dalam pertandingan ini untuk lebih dari sekadar the third wheel di antara kisah Charlotte dan Sasha Banks. Much like Dana Brooke, yang ditulis dengan sangat bego. Peran Dana sebagai kaki-tangan Charlotte udah sampe ke titik enggak logis banget. At one point of the match, Dana yang gak ikutan tanding, berusaha bantuin Charlotte dengan curang, lalu komentator Michael Cole nyebutin bahwa ini adalah pertandingan tanpa-diskualifikasi. Hal yang membuat kita mengernyitkan dahi; Kenapa Dana Brooke enggak turun tangan langsung aja bantuin sepanjang pertandingan? Kenapa mesti curi-curi nolong? Enggak bakal diDQ ini kok, semuanya dianggap legal. There’s no pay off dari feud ini. Dana enggak cukup simpatik, Bayley terlihat enggak cukup penting, Sasha kehilangan spark Boss nya, dan Charlotte enggak terasa cukup kuat untuk berdiri sendiri.

Progres nyata actually bisa kita dapatkan dari Kejuaraan United States antara Rusev dan Roman Reigns. Pertandingannya pun seru. Roman Reigns menunjukkan peningkatan, sementara Rusev is still the super athlete he used to be. Which made him looked genuinely strong. Problem dalam kontes ini adalah peran peserta yang enggak masuk akal. Aku susah sekali memahami kenapa kita harus mendukung Reigns yang meranin tokoh face, sementara apa yang ia lakukan dalam cerita ini adalah mengganggu perayaan asmara tulus antara Rusev dan Lana, dengan act dan lelucon yang childish dan enggak lucu? Dan secara garis besar, posisi Roman tidak banyak berubah; masih dijejalkan ke tenggorokan kita.

 

Cesaro melawan Sheamus kayak nonton film yang sengaja digantungkan demi sekuel.

Penonton sudah merasa dikhianati early, sejak pertandingan Sheamus melawan Cesaro. The match was awesome, it has a nice-strong build ups. Sheamus dan Cesaro dalam pertemuan ketujuh dan final mereka. It was best of seven series. Cesaro berhasil ngimbangin skor, mengejar Sheamus yang unggul 3-kosong. Semua skenario kemenangan yang kita lihat pada match mereka sebelumnya, diulangi di sini namun gagal menghantarkan masing-masing untuk jadi yang teratas. The stake menjadi tinggi dan personal. Sheamus dan Cesaro ganti-gantian melakukan jurus-jurus keras. Cesaro bahkan sempet gunain jurus 619 milik Rey Mysteryo. There are so many false finishes. Intensitas semakin naik, it got really physical. Cesaro diving menyerang Sheamus dan mendarat keras dengan lehernya. Moment yang bikin penonton tahan napas. The match was really heated up, it was so great, and then the momentum just stopped. Penulisan yang sungguh buruk untuk mengakhiri pertandingan dengan tanpa-keputusan yang jelas. Kontes hebat yang penuh pertaruhan berakhir dengan draw tanpa sebab musabab kayak begitu sudah cukup untuk membuat penonton kehilangan selera, hingga malam berakhir.

 

 

 

Dibandingkan dengan Backlash milik Tim Biru, Clash of Champions 2016 terasa kurang nendang. Going in, tidak banyak hook dan cerita pertandingan yang bikin kita excited. Dan sepanjang jalannya acara, perhatian kita semakin mengendur oleh solusi jelek dari pertandingan-pertandingan yang sebenarnya enggak buruk. Zero progress terhadap storyline yang ada. Ini adalah show yang penuh dengan bad decisions.
The Palace of Wisdom memutuskan Cesaro melawan Sheamus sebagai Match of the Night, kalo saja endingnya enggak sepointless itu.

 

Full Results:
1. RAW TAG TEAM CHAMPIONSHIP The New Days bertahan atas The Club berkat si trombone Francesca.
2. WWE CRUISERWEIGHT CHAMPIONSHIP T.J. Perkins mengalahkan The Brian Kendrick.
3. MATCH SEVEN OF THE BEST OF SEVEN SERIES Antara Cesaro (3) melawan Sheamus (3) berakhir seri.
4. SINGLE Chris Jericho menang atas Sami Zayn.
5. RAW WOMEN’S CHAMPIONSHIP Juara bertahan Charlotte mengalahkan Bayley dan Sasha Banks.
6. WWE UNITED STATES CHAMPIONSHIP Roman Reigns jadi juara baru mengalahkan Rusev.
7. WWE UNIVERSAL CHAMPIONSHIP Kevin Owens pertahanin gelarnya over Seth Rollins.

 

 

 
That’s all we have for now.

Our customized Kevin Owens shirt masih available looh di Merchandise section

Remember, in life there are winners
and there are losers.

 

 

 

 

 

We? We be the judge.

Share this:

  • Tweet
  • Email
  • Share on Tumblr
  • Pocket

Like this:

Like Loading...

Backlash 2016 Review

13 Tuesday Sep 2016

Posted by arya in Wrestling

≈ Leave a comment

Tags

2016, action, analysis, drama, funny, pay-per-view, result, review, smackdown, spoiler, sport-entertainment, thought, wwe

 

Smackdown! selalu jadi brand nomor dua ketimbang Raw yang merupakan flagship show dari WWE. Punya waktu tayang yang satu jam lebih singkat dan jumlah superstar yang lebih sedikit (literally 2:5) membuat Smackdown harus pinter-pinter madatin acara mereka setiap minggunya. Bahkan dari segi popularitas dan nama superstar, Smackdown dinilai lemah oleh banyak fans. Di saat Raw kedatangan lebih banyak nama-nama baru nan menjanjikan dari developmental area, NXT, Smackdown harus puas dapat penampil yang sudah berumur dan mulai membosankan.
Namun lebih daripada itu, sedari era pembagian brand pertama around 2002, Smackdown selalu lebih memfokuskan kepada in-ring action alih-alih storyline. Dan hal tersebut juga tercermin pada brand Smackdown! 2016 ini. Minggu demi minggu, mereka berhasil memproduksi tv show yang engaging action-wise dan Backlash – payperview ekslusif Smackdown – bisa dibilang adalah USAHA TERBAIK dari ‘Tim Biru’ sejauh ini.

 

You know gimana tidak ada yang lebih menggelinjang buat komentator pertandingan WWE buat menjual setiap kontes dengan frase “this will be recorded in the history book!”? Well, ada banyak “for the first-time ever” yang kejadian dalam Backlash 2016. This show is just fresh like that.

 

Dua sabuk baru diperkenalkan dalam acara ini, Smackdown Womens Champion dan Smackdown Tag Team Champions. Hal ini membuat Smackdown sekarang punya jumlah emas yang sama dengan Raw, thus bakal membuat persaingan kedua brand menjadi semakin intense. Aku yakin (dan ngarep) mereka ngebuild setiap juara sampai siap untuk kita saksikan dalam sebuah pagelaran bertajuk Juara Lawan Juara antara Raw dan Smackdown.

Untuk pertama kalinya dalam sejarah (see, I told you), Kejuaraan Wanita membuka acara. Dan merupakan sebuah pertandingan yang sangat menarik. Keenam superstar cewek yang terlibat di dalamnya punya peluang yang sama besar untuk menang. Ini actually adalah salah satu kelebihan yang dimiliki oleh divisi wanita brand Smackdown. KOMPETITOR YANG BALANCE. Tidak ada yang terasa over-strong. Kita percaya Carmella bisa menang, Nikki bakal menang, Naomi punya kesempatan, Becky dan Natalya adalah calon favorit, dan personally aku mau Alexa Bliss yang menang. Buatku, melihat dia tereliminasi pertama sama kayak ngeliat CM Punk kalah dalam debut UFCnya; sedih tapi it was expected. Alexa ini punya attitude yang tepat, dia punya strong facial expression, she could go big, she’s really on her way. Aku percaya itu. Tapi tantrumnya lebih baik dikurang-kurangin because it doesn’t connect consistently well sama penonton.

The bliss we need to see: Alexa channels Harley Quinn!!

The bliss we need to see: Alexa channels Harley Quinn!!

Pada akhirnya, what really matters adalah how well the match was. Para cewek tersebut terlihat saling menutupi kelemahan masing-masing. Terlihat dari banyaknya gerakan langka yang kita saksikan, especially on a televised WWE women’s match; Cattle Mutilation dari Naomi ataupun Nikki dengan Argentine Backbreaker. Dengan ending yang memuaskan, pertandingan cewek ini punya potensi sebagai show stealer, kalo saja pace-nya diperlambat sedikit.

Lain lagi dengan sabuk tag team baru, yang diperebutkan pake sistem turnamen. Dari konsep tersebut, paling enggak kita mendapat dua hal baru yang menjanjikan.
Si kembar Jimmy dan Jey Uso dengan attitude baru berhasil mengeluarkan diri mereka dari kotak membosankan. Mereka punya jurus team dan kuncian baru yang terlihat sangat jahat dan kejam. Tidak lagi hanya sebatas Superkick dan Splash, mereka memainkan klasik dirty tag tactic yang simpel dengan sangat baik.
Pemenang ‘asli’nya jelas adalah Heath Slater. Meski memang agak sedikit maksain buat random team jadi juara pertama, yang supposedly bakal penting, namun the way they wrote the storylah yang bikin kita peduli. Dibuat begitu personal kepada karakter Slater; satu-satunya cara supaya dia dapat kontrak kerja (untuk ngidupin keluarga gedenya) adalah dengan memenangkan turnamen ini. Pertandingannya sendiri udah kayak film dengan banyak rintangan yang harus diovercome oleh Slater sebagai tokoh utama. Dan sebagai ‘tokoh utama’, karakter Slater sangat cocok dan menarik karena kita tahu dia bukan baik sempurna. There’s this visible dent that we are awared and really enjoy.

 

Feel of being personal adalah hal paling penting di dalam sebuah cerita. It could elevates karakter dengan membuat mereka grounded kepada penonton.

Tiga minggu lalu The Miz showcased his capability menjadi sesosok intense heel lewat promo shoot nya di segmen wawancara Talking Smack. Kalo kalian sudah nonton cekcoknya dengan GM Daniel Bryan itu, maka you’ll know betapa compelling karakter Miz. Pake banget. The follow ups sayangnya membuat pihak WWE sedikit gamang, mereka reportedly nulis ulang story tersebut dan jadilah kita dapat Kejuaraan Intercontinental antara Miz lawan Ziggler soal what it takes to be called not-a-coward.
I respect both of the competitors, and also ke pada Bryan yang udah gabisa tanding lagi. Hanya saja it is just such a long reach dari Bryan ke Ziggler. Matchnya enggak terasa personal buat Ziggler yang udah lama struggle buat jadi relevan. But it indeed shed a new strong light buat Miz. The story here adalah Miz menggunakan maneuver Daniel Bryan, mengejek gaya orang yang dulu pernah memanggil mentor kepadanya, dalam rangka membuktikan dirinya memang lebih hebat. Aku senang sama taktik curang yang digunakan dengan baik oleh Miz, yang memang sebenarnya adalah ‘penjahat’ yang penakut.

Soal superstar heel yang menang curang actually mendapat mixed reaction dari fans. Beberapa bilang cara menang tersebut tergolong ‘kurang ajar’ buat talent dan skill yang dimiliki oleh si superstar itu sendiri. Kayak kemenangan AJ Styles atas Kejuaraan Ambrose di penghujung acara ini. Sekali lagi, kita harus sadar bahwa WWE adalah tontonan yang story-based. Pandangan fans memang semakin berkembang, jaman sekarang kita punya respek lebih buat karakter yang enggak sebatas omdo, kita lebih melirik aksi di dalam ring. Tapi jangan lupa untuk membuat cerita worked, ada karakterisasi yang harus dipenuhi. Menang dengan curang sudah jadi sesuatu yang penting untuk antagonis sejak jaman Ric Flair. Dalam kasus AJ Styles, ending pertandingannya sangat sesuai dengan cerita di belakang perseteruannya dengan Dean Ambrose. Cocok dengan karakter kedua superstar; Styles believes dirinya is a better man, sementara Ambrose tidak pernah stay down, dan Styles tahu – as the better man versi dirinya sendiri – tidak masalah baginya untuk berbuat curang jika perlu. I think it is really cool Styles bawa trophy dari superstar yang ia kalahkan ke mana-mana dan sekarang dia dapat piala ‘beneran’ yang bisa ia pamerkan.

The fact that Styles can use Cena's Armband as a headband easily tells me how freaking swole John Cena is

The fact that Styles can use Cena’s Armband as a headband easily tells me how freaking swole John Cena is.

 

Kesampingkan cerita, aku merasa perlu untuk mengucapkan selamat kepada AJ Styles. Sudah cukup susah untuk dipercaya orang ini akhirnya masuk ke WWE, let alone terlibat pertandingan kejuaraan WWE, dan sekarang – delapan bulan dari debutnya di Royal Rumble – dia finally did it dan jadi juara.

Mau tau arti ‘phenomenal’? Satu-satunya orang yang memenangkan NWA World Heavyweight championship, TNA World Heavyweight championship, IWGP World Heavyweight champion, WWE World Heavyweight championship.

 

 

Saking seimbangnya, Backlash terasa tidak punya undercard. SEMUA PERTANDINGAN TERASA SAMA PENTINGNYA. Untuk beberapa mungkin adalah hal yang bagus. Pertandingan No Holds Barred Bray Wyatt melawan Kane sebagai ganti melawan Randy Orton awalnya kukira bakalan meh abis. Tapi enggak. It didn’t suck, punya highlight spot, meski enggak hebat-hebat amat juga. Cukup untuk menghantarkan cerita yang seru. Bray enggak punya masalah untuk kalah sama siapa aja dan di sini dia ngalah demi dua orang superstar dari era lama. This is actually a very weird choice yang aku ga bisa mendukung sepenuhnya. Sama dengan saat Shane dan Bryan sekali lagi ngambil spotlight dengan promo yang enggak benar-benar kita butuhkan. Impact promo perkenalan sabuk tersebut bakal lebih gede dan more lasting jika dilakukan lewat video package yang memfokuskan kepada para peserta.
The drawback dari keseimbangan tone acara adalah main-event yang kehilangan aura gede. Matchnya padahal bagus, aksinya seru, Ambrose dan Styles punya gaya bertarung yang saling melengkapi. Hanya saja most of the time kita pangling ini adalah pertandingan terakhir acara. Kepentingannya terasa sama besar dengan pertandingan Miz melawan Ziggler. Semaraknya terasa sebanding dengan kejuaran Womens di awal. Is it special? You could say that.

But is it glorious? No.

Dan komersial gulat KFC itu perlu dihancurin secepat mungkin.

Dan komersial gulat KFC itu perlu dihancurin secepat mungkin.

 

Dan ngomong-ngomong soal personal, apakah ada yang menyadari sekuens pertama dari Miz lawan Ziggler sangat mirip sama apa yang actually terjadi dalam pertandingan UFC pertama CM Punk? Hmmm….

 

Backlash 2016 nunjukin bahwa sesuatu yang diusahain dengan maksimal akan berbuah manis di ujungnya. Acaranya terasa padat, dengan hasil yang memuaskan, dan action yang really delivered. Tidak ada partai yang terasa tidak penting, dan sebaliknya tidak pula ada yang terasa amat sangat penting. It is a very balanced average show yang meninggalkan rasa sepuas selepas kita menontonnya.
The Palace of Wisdom akhirnya memutuskan Dean Ambrose melawan AJ Styles sebagai Match of the Night.

 

Full Results:
1. SMACKDOWN WOMEN’S CHAMPIONSHIP SIX PACK CHALLENGE ELIMINATION Becky Lynch jadi juara pertama mengalahkan Carmella, Natalya, Nikki Bella, Naomi, dan Alexa Bliss. Congrats Beckyy!!
2. SMACKDOWN TAG TEAM CHAMPIONSHIP TOURNAMENT: SECOND CHANCE CHALLENGE The Usos mengalahkan The Hype Bros
3. INTERCONTINENTAL CHAMPIONSHIP Dengan bantuan Maryse, The Miz retains over Dolph Ziggler
4. SINGLE Bray Wyatt menang karena Randy Orton tidak mampu untuk turun bertanding
5. NO HOLDS BARRED Kane ngalahin Bray Wyatt
6. SMACKDOWN TAG TEAM CHAMPIONSHIP TOURNAMENT FINALS Heath Slater dan Rhyno berhasil menjadi juara pertama ngalahin The Usos
7. WWE WORLD HEAVYWEIGHT CHAMPIONSHIP AJ Styles merebut sabuk Dean Ambrose

 

 

 

 

That’s all we have for now.
Get our Kevin Owens Champion of the Universe shirt di Merchandise

Remember, in life there are winners
and there are losers.

 

 

 

 

 

We? We be the judge.

Share this:

  • Tweet
  • Email
  • Share on Tumblr
  • Pocket

Like this:

Like Loading...

WWE Summerslam 2016 Review

23 Tuesday Aug 2016

Posted by arya in Wrestling

≈ Leave a comment

Tags

2016, action, analysis, comparison, drama, new york, pay-per-view, result, review, spoler, sport-entertainment, thought, wwe, wwe network

 

The universe comes full-circle in New York. Paling enggak, itu yang coba dicapai oleh WWE lewat pagelaran Summerslam tahun ini. Lihat saja match cardsnya. Efek pembagian superstar ke dalam brand Raw dan Smackdown langsung terasa, those cards are fresh. Kita dapat match keren perebutan gelar juara baru, The Universal Championship. Kita diajak bersenang-senang dengan tag team match paling vokal in recent years. Kita dapat duel kejuaraan wanita yang dijamin legit. Kita akhirnya dapat melihat sebuah dream match yang murni satu-lawan-satu clean finish tanpa kerusuhan dan bantuan yang datang dari sana-sini. Dan tentu saja, WWE has been doing a great job membuat pertemuan 15-years-in-the-making antara Orton melawan Lesnar terlihat begitu meyakinkan. I was somewhat high for Summerslam.

The best way to put Summerslam into one word is SHOCKING. Beneran, for better or worse. Kita digoda oleh interaksi backstage antara The Club dengan Finn Balor.  Well, ada pertandingan yang surprisingly memuaskan. Tunjuk John Cena melawan AJ Styles. That was the match we all are dying to see out of them both. Jauh lebih bagus dan memuaskan ketimbang partai mereka bulan lalu di Battleground. Duel yang luar biasa dengan sungguh banyak finisher yang berujung pin yang gagal. “AJ’s doing everything right. The problem is, he’s facing John Cena.” celetukan David Otunga dari balik meja komentator tersebut dengan tepat menggambarkan jalannya pertandingan. Kita bisa lihat clearly Styles punya lebih banyak skill namun Cena punya kemampuan adaptasi yang seng-ada-lawan. His moves is expanding here, membuat semua menjadi lebih seru. Hasil pertandingan membuat laga ini menjadi match terpenting malam itu. Kita lihat karir AJ Styles dan John Cena sama-sama direvitalisasi olehnya. It is really cool ngeliat Cena finally got the respect he well-deserved back after taking the loss.

Yang bener-bener tak-terduga datang dari Kejuaraan Wanita Sasha Banks melawan Charlotte. Menimbulkan banyak spekulasi kenapa Sasha harus melepas sabuk dengan cepat. I don’t run a gossip column here, jadi mari ngomongin pertandingannya saja. It was the most stiff women’s match that WWE has ever produced. Kedua superstar cewek itu saling menghajar dengan keras. Main fisik banget. Agak-agak ngeri juga sebenarnya. Apalagi ada sedikit botch di sana sini. That top-rope whatever attempt was scary. It gets better dan balik menjadi cantik saat Banks ngecounter Top-Rope Razor Edge dari Charlotte.
Surprise terburuk mungkin adalah wujud Kejuaraan Universal. Beneran, desainnya males banget.

Yang kalo dipikir-pikir, really foreshadowing siapa yang bakal memenangkannya.

Yang kalo dipikir-pikir, really foreshadowing siapa yang bakal memenangkannya.

 

Hal sedihnya adalah, Summerslam turns out sesuai dengan apa-apa yang bisa kita expect dari Summerslam these days.
Aku sangat ingin untuk menyukai Summerslam tapi gak bisa mangkir dari betapa horrible nya timing dan tone keseluruhan acara. Kalo dalam film, yang kena adalah masalah editing. Pacing tontonan yang enggak seimbang. Menonton Summerslam terasa lelah dan membosankan. Kita enggak butuh empat jam (enam jika dihitung pre-show) jika hanya berupa parade superstar tanpa showcase yang meaningful. Sure, pertandingan top yang kusebutkan di atas terasa gede. Namun sebagian besar dari pertandingan yang terjadwal lainnya hanya berfaedah sebagai ‘jam istirahat’. Supaya penonton bisa santai sedikit, mengisi tenaga dan akhirnya meledak di pertandingan utama. Dan pertandingan-pertandingan ‘sepele’ tersebut ditampilkan dengan begitu poor. Campuran antara Eksesuki yang tidak memuaskan, konyol, diulur-ulur, atau malah ketiganya sekaligus. Sehari sebelumnya WWE mengadakan ppv khusus NXT, aku nyatanya lebih suka NXT Takeover Brooklyn II tersebut ketimbang Summerslam ini. NXT punya pacing yang perfect, setiap pertandingan punya intensitas masing-masing. Pula didukung oleh susunan pertandingan yang lebih dipikirkan.

 

WWE seperti kehilangan kemampuan untuk bisa menulis tokoh-tokoh antagonis dengan konsisten. Itulah penyebab utama hampanya pertandingan-pertandingan dalam Summerslam. Bakat-bakat mencengangkan dari para superstar hebat itu terbuang percuma jika mereka diadu dalam laga yang tidak punya kait secara emosional. Kedua partai Kejuaraan Utama menderita karena hal ini.

 

Baik match Ambrose-Ziggler maupun Balor-Rollins tidak punya tekanan kepada kita yang nonton. Kita memfavoritkan mereka sama besar, maka bagi kita siapa pun yang menang tidak jadi soal. Kedua pertandingan kejuaraan tersebut punya momen aksi yang kuat tapi minimnya urgensi membuat kita tidak bisa untuk peduli lebih jauh. Styles lawan Cena worked karena deeply sebagian besar penonton mengasosiasi Cena sebagai heel, kita udah gak tahan untuk segera lihat Styles menang. Di lain pihak, penggemar Cena akan otomatis menganggap AJ Styles sebagai ancaman terbesar. Determinasi personal untuk menang enggaklah cukup. Heat mereka, peran baik-jahat itu haruslah kuat mencengkeram cerita. Ambrose dan Ziggler ganti-gantian jadi sisi kiri, dan imitasi-imitasi HBK ataupun Triple H yang Ziggler lakukan sama sekali tidak membantu membuatnya menjadi lebih memorable. Peran heel Rollins disurutkan sedikit demi nge-push image Finn Balor. I like Finn dan aku mau dia punya masadepan cerah di sini, tapi aku enggak bisa mendukung booking dia yang segera dipush tanpa disertai build-up yang kuat.

Juga tidak bisa dengan begitu saja mengadu pihak baik dengan pihak jahat. Butuh karakterisasi yang kuat. Aku senang The Miz menang, dia great sebagai heel, di luar ring. Ketika bel sudah berbunyi, Miz terlihat mentah. Jahatnya nguap gitu saja. Gimmick bintang film annoyingnya tidak lagi kelihatan. Even Maryse tidak digunakan secara maksimal. Apollo Crews sangat kuat dalam in-ring work. Hanya saja dia pun perlu mencari sesuatu, perlu menggali karakternya supaya bisa punya sesuatu yang konek ke penonton.
Kalau mau contoh paling nyata you can’t just throw away faces and heels together, liatlah pertandingan tag team enam cewek. Sekuens aksi mereka enggak jelek. Psikologinya lah yang kacau. It was painful menonton jagoanku, Alexa Bliss, yang spot-spot di mana seharusnya dia terlihat fierce malah jatohnya konyol. Nikki Bella balik, sebagai apa? Face atau heel? Dia nongol sebagai ganti tim antagonis, namun dapat cheer sekeras tokoh pahlawan pujaan hati. Kita tidak pasti karena mereka tidak pernah build her up towards that. The match itself was so bad sampai komentatornya kehilangan kata-kata. Memang tidak setiap saat kita bisa membuat “Dia meninju lawannya” terdengar menarik hati.
 

Brock dibangun sebagai karakter yang legitimately buas. Dia brutal di dalam ring dan enggak segan untuk mengoyak mental lawan bicaranya. They are going full-force on his heel persona. Mereka lalu membuat Orton sebagai lawan dari multiple suplexnya Lesnar. Digadangkan satu RKO saja cukup. Kita digiring untuk melihat Orton sebagai saudara seangkatan yang dioverlooked, yang diremehkan oleh Lesnar. It gives us fuel to root for Orton. Ujungnya adalah pertandingan di mana Lesnar dengan brutal menghancurkan Orton. It was fun, until WWE pushed it even further. WWE coba memanfaatkan kemenangan Lesnar di UFC sebulan sebelumnya, mereka ingin menunjukkan show mereka tidak kalah ‘beneran’nya. Mereka ingin nunjukin atlit mereka bukanlah aktor cengeng belaka. Aku percaya ending banjir darah yang kita dapatkan di Summerslam ini direncanakan seperti demikian. Pertanyaannya adalah, ke mana mereka akan pergi setelah ini, dengan malah Shane McMahon yang muncul alih-alih Goldberg seperti yang disorakin penonton?

I am wondering will they push JeriKo dengan rumor LGBT storyline

I am wondering ke arah mana angin buat tim JeriKo bertiup dalam udara penuh rumor ngepush LGBT storyline

 

Ada ketimpangan dalam booking yang dilakukan oleh WWE. While Brock Lesnar comes off strong and legit threat, Randy Orton – mantan multiple times juara dunia, legend killer, the viper, predator di dalam ring – terlihat lembek dan tak lagi berbisa. Peran Shane dan Daniel Bryan juga agak sedikit mengganggu buatku. Tidakkah mereka bilang Smackdown is all about the superstars? Nyatanya mereka berdua sangat aktif, terutama Shane. They are even going on bashing Stephanie tentang gimana dia abusing her power, padahal kita lihat Mick Foley lebih sering ngurus Raw sendirian ketimbang Daniel Bryan di backstage Smackdown.
Kebanyakan terasa gak make sense dan heartless. New Day tidak kelihatan bertarung karena takut gelar mereka direbut. Tidak ada legitimasi dalam pertandingan mereka. And for some reason WWE mengira adalah hal yang bagus untuk membawa Jon Stewart ke dalam cerita. Apa yang dilakukan oleh No Way Jose di NXT seharusnya dilakukan juga oleh New Day. Sing and dance, ngelawak, but when it’s time to fire up, beraksilah like you mean it.

 RKO got TKO’ed

Kayak Lesnar saat dia ngeTKO si RKO

 

 

 

 

Mismanaged dan terlalu panjang. Summerslam 2016, meski somewhat fun (Rollins teriak-teriak bilang “no rope break!” was hilarious), fell flat. Terlihat dari reaksi penonton di arena. It could have been spectacular jika digarap dengan ketat. Tapi mungkin WWE memang mengincar hype ketimbang mutu. If that so, then this show was fairly successful. Summerslam sudah bikin banyak orang mengeluarkan suara. Saling berspekulasi. Tentang rumor di belakangnya. Tentang betapa brutal endingnya. Tentang kontroversinya. But most of the time, orang-orang akan bicara mengenai betapa kacaunya pesta terbesar musim panas ini.
The Palace of Wisdom memilih AJ Styles melawan John Cena sebagai Match ot the Night. Bukan hanya itu, it was the most important one.

 

 

 

 

Full Results:
1. TAG TEAM MATCH Chris Jericho dan Kevin Owens mengalahkan the town-heroes Enzo dan Big Cass
2. WOMEN’S CHAMPIONSHIP Charlotte jadi juara baru mengalahkan Sasha Banks
3. INTERCONTINENTAL CHAMPIONSHIP The Miz retains over Apollo Creed, eh sori salah, Crews.
4. SINGLE MATCH AJ Styles mengalahkan John Cena
5. TAG TEAM CHAMPIONSHIP Luke Gallows dan Karl Anderson menang DQ atas The New Day
6. WORLD HEAVYWEIGHT CHAMPIONSHIP Dean Ambrose sukses bertahan dari Dolph Ziggler
7. SIX-WOMAN TAG TEAM MATCH Nikki Bella memimpin Alexa Bliss dan Natalya mengalahkan tim Becky Lynch, Carmella, dan Naomi
8. UNITED STATES CHAMPIONSHIP Rusev melawan Roman Reigns ini berakhir tanpa sempat dimulai.
9. UNIVERSAL CHAMPIONSHIP NO DISQUALIFICATION MATCH Finn Balor tercatat sebagai pemenang pertama, mengalahkan Seth Rollins.
10. SINGLE MATCH Brock Lesnar murders Randy Orton

 

 

 

 

 
That’s all we have for now.

Remember, in life there are winners
and there are losers.

 

 

 

 

 

We? We be the judge.

Share this:

  • Tweet
  • Email
  • Share on Tumblr
  • Pocket

Like this:

Like Loading...

Battleground 2016 Review

26 Tuesday Jul 2016

Posted by arya in Wrestling

≈ Leave a comment

Tags

2016, action, championship, drama, funny, pay-per-view, results, review, spoiler, sport-entertainment, thought, wwe, wwe network

 

wwe_battleground_2016_official_poster_by_jahar145-da7303k

 

Bagus bagi sebuah karakter, entah itu dalam film atau cerita, untuk memiliki karakter yang mendua. Yang enggak melulu hitam-putih. Kita senang melihat protagonist yang rada despicable. Kita kasihan melihat penjahat yang “ah dia enggak jahat kok, cuma kurang diperhatiin aja, makanya jadi sinting-gila-miring”. Karena yang demikian itu menambah kedalaman ke dalam penokohan mereka. Sifat satu-dimensi hanya dimiliki oleh tokoh sinetron atau ftv.

Sayangnya, WWE termasuk ke dalam sinetron.

 

Meski on the run satu karakter bisa berubah dari baik ke jahat atau sebaliknya, namun saat sedang jadi ‘face’ atau ‘heel’, mereka diharapkan benar-benar mengemban peran mereka secara mutlak. Face, yang artinya tokoh baik, enggak boleh curang, harus selalu nunjukin semangat, senyum tiap saat, berlapang dada dan semacamnya. Mereka ini harus mendapat dukungan penonton. Sebaliknya, Heel si jahat harus menggunakan akal bulusnya untuk menang, berbuat kasar di belakang wasit, menghina penonton, dan semacamnya. Ketika superstar face malah diboo oleh penonton, dan yang heel dipuja-puja, maka itu berarti kegagalan dalam story . Seperti Roman Reigns dan Seth Rollins. For quite some time now, kedua superstar seperti ketukaran peran, WWE ngotot ngepush Reigns sebagai babyface sedangkan penonton udah terang-terangan mendukung apapun yang diakukan oleh Rollins. Beruntung ada Dean Ambrose di tengah-tengah mereka. Dan di Battleground, WWE finally did a right thing demi kebaikan mereka bertiga.

Satu pasukan mercenary misterius menginvasi WWE tahun 2012 yang lalu. Menjuluki diri sebagai The Hounds of Justice, The Shield yang beranggotakan tiga orang mulai secara bergerilya menghajar top superstars. Mereka lapar, mereka kuat sebagai kesatuan unit. At some point, ketiganya sempat merenggut sabuk kejuaran bersama. Sampai satu hari, aiming for sukses yang lebih besar untuk diri sendiri, Seth Rollins mengkhianati dua rekannya. Hantaman kursi ke punggung Reigns menandai pecahnya The Shield. Dan sejak saat itu, perang antara kelicikan Rollins melawan ketangguhan Reigns dimulai. While dua tahun ini kedua rekannya bolak-balik jadi juara dunia, Ambrose sedikit tertinggal. But dia dengan konstan nunjukin ‘kegilaan’ yang nyantol di hati fans. Puncaknya saat dia ngecash koper di MITB bulan lalu, di event di mana ketiga anggota The Shield bergantian mencicipi sabuk paling bergengsi, Ambrose lah yang berjalan pulang dengan wajah terangkat tinggi.

Tidak ada nama acara yang lebih pantas sebagai tempat mereka bertiga akhirnya benar-benar berhadapan dalam pertandingan. Memperebutkan Sabuk WWE pula. Gengsi match ini sangat gede. Susah untuk menjawab siapa di antara mereka yang paling hebat. Masing-masing punya prestasi. Ketiganya punya skill mumpuni. Namun dalam main event ini, terbukti. Reigns yang baru comeback tetep dibully gede-gedean oleh penonton, emphasize on the ‘bu’. Rollins tetep yang punya kinerja in-ring paling tinggi. He was really good in this match. Frog Splashnya enggak ketebak. Komando jalannya match memang tampak ada padanya. Ambrose, keluar sebagai pemenang, karena clearly dia punya charisma dan attitude yang membuatnya bisa punya koneksi lebih kepada penonton. Dia memegang peran face dan benar mendapat dukungan dari penonton. Dean Ambrose adalah pilihan yang tepat jika WWE ingin sosok juara yang seratus persen dipeduliin oleh penonton.

“drink it in, maaaaaannn”

“drink it in, maaaaaannn”

 

Puas tak terperi adalah yang kita rasakan setelah menonton Battleground. Sejak dari pertandingan pertama, in which Bayley keluar sebagai misteri partner untuk Sasha Banks, everything seems right in this universe. Salut buat Bayley , dia mendapat thunderous, gigantic pop dari fans. Gugur sudah pandangan skeptis mengenai tidak banyak orang yang menonton NXT. Sambutan meriah kepada Bayley itu adalah salah satu sambutan paling keras yang pernah diberikan bisnis ini kepada performer wanita mereka! Dan perlu diingat ini hanya penampilan satu-malam buat Bayley karena dia masih kontrak sebagai pemain NXT. Tapi paling enggak, masadepan cewek ini sudah keliatan terang di televisi WWE.
Satu lagi yang punya masadepan cerah adalah Enzo Amore. Di atas ring memang dia belum kelihatan wah, as he was bound to the tag-team style, namun di depan mic… oh boy! Orang ini kocak banget, pada denger gak saran-saran yang disebutinnya? Hahaha.. Berapi-api kalo bicara, he’s fun, he did a marvelous job on building himself dalam pertandingan tag team enam orang tersebut. I mean, who cares John Cena menang clean atas AJ Styles??

Soal karakterisasi face dan heel tadi, pertama aku meragukan keputusan Orton yang nongol lagi sebagai face dan mulai pandering penonton di arena. Tapi kemudian, dipancing oleh Chris Jericho yang mewawancaranya dengan gaya nantangin yang khas, karakter asli Orton yang badass mulai tampak. Dan turns out, Jericho’s Highlight Reel tersebut jadi ajang yang tepat dan hebat mempromosikan pertemuan Orton melawan Brock Lesnar bulan depan. Seketika Orton terasa sebagai penantang yang legit untuk Lesnar, dia terlihat beneran mampu mengalahkan si reinkarnasi makhluk buas itu.

Pemain-pemain menengah (bahkan menengah ke bawah) diperhatiin lebih oleh WWE malam ini. Tidak ada kesalahan dalam pertandingan antara Natalya melawan Becky Lynch ataupun Rusev melawan Zack Ryder. They just don’t get enough push sebelumnya, sehingga kurang greget aja. Dalam kasus Ryder, I still can’t believe dia bakalan bisa ngalahin Rusev. Tapi arah mereka toh akhirnya sudah benar. Mojo Rawley yang datang nyelametin Ryder sesudah match bagus untuk development karakter mereka.
Xavier Woods yang biasanya jadi ‘tim hore’ saat New Day berlaga, kini jadi fokus utama cerita saat juara tag team ini face-to-face melawan Bryat Wyatt dan keluarga. Woods harus menghadapi ketakutannya. Sebagai yang punya gelar di bidang psikologi, Woods meranin tokohnya dengan sangat bagus. Kita dapat liat betapa ketakutan sempat menjalar, menguasai dirinya. Dan kita turut meledak begitu Woods dengan segenap upaya overcomes it. That was a good storytelling.

Hal yang sama juga bisa dikatakan kepada Darren Young. Walaupun ending kejuaraan IC nya melawan The Miz ditutup dengan rada awkward, terlihat abrupt, aku suka perlakuan yang diberikan kepada tokohnya. Darren memang belum siap menjadi juara Intercontinental, namun begitu, kalah dalam match penting pertama akan sangat buruk baginya. DQ is the way to go. Dia dibuat just snap saat Backlund dihajar, persis kayak sang mentor itu sendiri yang gampang tersulut. Sentuhan yang bagus. Dipasangkan dengan Bob Backlund tampaknya akan benar-benar berhasil membuat Darren great.

Referencing Stanley Kubrick’s Eyes Wide Shut? Sentuhan BAGUS!!!

Referencing Stanley Kubrick’s Eyes Wide Shut? Sentuhan BAGUS!!!

 

Logically, Kevin Owens lawan Sami Zayn adalah pertandingan terheboh di Battleground. Build up nya solid, they told the story dan sangat-sangat entertaining. Seperti yang dikasihtau oleh video opening feud mereka, like The Shield, Zayn dan Owens adalah sobat lama. Entah sudah berapa kali mereka berdua saling berlaga. Koneksi mereka berdua di atas ring, pemahaman koreografi antara mereka berdua, susah untuk ditandingi oleh kompetitor lain. On top of mereka sudah saling kenal baik, Zayn maupun Owens sama-sama kreatif dan enggak segan dalam mengeksekusi gerakan. Jadilah kita disuguhi kontes yang intens, fast-paced action, yang mampu bikin kita invest segenap perhatian ke dalamnya. Ada satu spot tho; Asai Moonsault yang nge-botch, sukses bikin aku meninju udara karena kesal, I thought kita bakal kehilangan satu orang superstar hebat lagi karena cidera. Untungnya enggak, lega banget.

Tapi dari perspektif emosional yang kita rasakan sebagai fans, pertandingan tag team cewek di awal sangat kuat. Pintu yang membuka semua perasaan menyenangkan ini!

The Boss and Hug Connection

The Boss and Hug Connection

 

 

 

So Battleground was a damn fine show. Menyenangkan, seru, dan asik dari awal sampai akhir. Kandidat kuat untuk pay-per-view of the year. Cerita tentang pembagian superstar ke acara Raw dan Smackdown menambah daya tarik dan intensitas setiap pertandingan. Terutama Kejuaraan WWE. It is really nice to see sabuk emas tertinggi itu dibawa pulang oleh Ambrose ke Smackdown. Yea Cena dan Orton sekali lagi berada di bawah naungan brand yang ada sabuknya, sementara itu di Raw yang bersinar oleh bintang baru, cukup menarik untuk menantikan perseteruan apa yang bisa tercipta di antara mereka tanpa sabuk tinggi. Namun begitu, Raw punya kejuaraan cewek. Hmm, mungkin ini sebabnya kenapa sabuk women’s memiliki desain mirip dengan sabuk WWE buat cowok?
The Palace of Wisdom memilih Sami Zayn versus Kevin Owens sebagai Match of the Night.

 

 

 

Full Results:
1. TAG TEAM MATCH Sasha dan misteri partnernya, Bayley, mengalahkan Juara Women’s Charlotte dan Dana Brooke.
2. SIX-MAN TAG TEAM MATCH Wyatt Family defeat The New Day
3. UNITED STATES CHAMPIONSHIP Rusev retains over Zack Ryder
4. SINGLE MATCH Sami Zayn mengalahkan Kevin Owens
5. SUBMISSION MATCH Natalya beat Becky Lynch
6. INTERCONTINENTAL CHAMPIONSHIP antara The Miz melawan Darren Young berakhir DQ
7. SIX-MAN TAG TEAM MATCH John Cena dan Enzo & Cass mengalahkan The Club
8. CHRIS JERICHO’S HIGHLIGHT REEL featuring Randy Orton. Dan RKO!
9. TRIPLE THREAT WWE WORLD HEAVYWEIGHT CHAMPIONSHIP Dean Ambrose stands tall over Roman Reigns dan Seth Rollins

 

 

 

 
That’s all we have for now.

Remember, in life there are winners
and there are losers.

 

 

 

 

We? We be the judge.

Share this:

  • Tweet
  • Email
  • Share on Tumblr
  • Pocket

Like this:

Like Loading...
← Older posts

Recent Posts

  • WrestleMania 37 -Night II Review
  • WrestleMania 37 -Night I Review
  • [Reader’s Neatpick] – FLIPPED (2010) Review
  • CHAOS WALKING Review
  • TERSANJUNG: THE MOVIE Review
  • GODZILLA VS. KONG Review
  • THE FATHER Review
  • Fastlane 2021 Review
  • ZACK SNYDER’S JUSTICE LEAGUE Review
  • CHERRY Review

Archives

Follow MY DIRT SHEET on WordPress.com

Tags

2017 2018 2019 action adaptation comedy drama family fantasy friendship funny horror life love mature relationship review spoiler thought thriller

Categories

  • Books
  • Merchandise
  • Movies
  • Music
  • Poems
  • Toys & Hobbies
  • Uncategorized
  • Wrestling

In the world of winners and losers, we have risen above to bring you: the Dirt Sheet!

We are here to enlighten your fandom with updated news and reviews of movies, books, wrestling, technologies. Yeah, you're welcome.

Explore, and feel the power of wisdom!

Twitter updates

  • @RandyAshem Dogol emang sih ya, motong gak liat2 konteks hahaha 4 hours ago
  • Four Horsewomen, beware! Raquel >< Becky Bianca >< Sasha Rhea >< Charlotte Mereka kurang satu lagi tuh, tinggal co… twitter.com/i/web/status/1… 4 hours ago
  • Ya kalo film anak, ada adegan belah kepala, yaa bolehlah dicut. Kalo film keluarga, ada adegan gory, ya bolehlah di… twitter.com/i/web/status/1… 8 hours ago
Follow @aryaapepe

Meta

  • Register
  • Log in
  • Entries feed
  • Comments feed
  • WordPress.com

Blog at WordPress.com.

Cancel

 
Loading Comments...
Comment
    ×
    loading Cancel
    Post was not sent - check your email addresses!
    Email check failed, please try again
    Sorry, your blog cannot share posts by email.
    Privacy & Cookies: This site uses cookies. By continuing to use this website, you agree to their use.
    To find out more, including how to control cookies, see here: Cookie Policy
    <span>%d</span> bloggers like this: