Akhir tahun dan Natal identik dengan semangat keluarga. Sehubungan dengan itu, maka WWE memberikan kita kisah dua kepala keluarga. Yang satu, kepala keluarga yang bekerja keras demi keluarga. Yang benar-benar berjuang menyediakan keluarganya tangga, kursi, dan meja.. eh salah, sandang, pangan, dan papan. Sementara satunya lagi, adalah kepala keluarga yang menunjuk dirinya sendiri. Menggunakan muslihat dan gertakan supaya ditakuti, supaya anggota keluarga tunduk kepadanya, dan kemudian menggunakan mereka untuk kepentingan pribadinya. Dua kepala keluarga yang menganut paham berbeda soal honor dan perjuangan. Dua kepala keluarga itulah, Kevin Owens dan Roman Reigns, yang dibenturkan oleh WWE sebagai partai puncak. Seharusnya.
Sejak berubah haluan menjadi antagonis, Roman Reigns tak pelak menjadi atraksi utama dalam siaran WWE. Membuat brand Smackdown – tempat Roman Reigns bernaung – solid dalam capaian penonton. Mengalahkan brand Raw yang ratingnya anjlok banget-bangetan. Sampai network/pihak penyiar brand merah itu ngamuk-ngamuk. Tahun 2020 ini memang tahun yang berat bagi show semacam WWE; show yang mengandalkan reaksi live dari penonton. Kalian yang masih getol ngikutin Raw dan Smackdown setiap minggu, pasti ngerasa kalo memang yang paling santer dibicarain adalah soal Roman Reigns. Dan ini bukan hanya karena karakter itu akhirnya berubah jadi jahat (sesuatu yang tadinya dianggap impossible bagi banyak fans, mengingat Roman Reigns adalah golden boy WWE era kekinian), melainkan karena WWE memainkan perubahan karakter tersebut dalam cerita yang tepat.
Settingnya adalah keluarga besar. Sesuatu yang bisa mudah untuk direlasikan. Apalagi WWE kan memang ibaratnya udah kayak sinetron buat cowok; menggodok cerita tentang pria yang ingin jadi kepala keluarga yang hebat jelas beresonansi sekali dengan demographic penontonnya. ‘Drama’ Reigns menjadi semakin seru setelah dibentrokkan dengan Kevin Owens. Their storyline’s just come off natural. Klasik benturan sudut pandang. Dan WWE meng-capitalize story tersebut dengan membiarkan keduanya untuk ‘berperang’ di TLC. Yea, the match is war! Kerasnya pertarungan mereka sangat terasa, dan itu bukan saja karena mereka dibanting-banting ke kursi, tangga, dan meja. WWE gak menahan-nahan, dan benar-benar memanfaatkan peraturan no-dq untuk memperpanas suasana. Owens, the clearly better man in the story – hero yang orang ingin untuk berhasil, dibuat berjuang sangat keras karena baginya ini adalah handicap satu-melawan-dua. Roman Reigns dibantu oleh sepupunya, sesuai dengan karakternya sebagai kepala keluarga yang ngeabuse. Dan Owens, being kepala keluarga yang gak mau menyerah, benar-benar bangkit terus walau apapun yang menghalanginya. Bagusnya, WWE tidak membuat Owens layaknya manusia super. Tidak seperti Roman Reigns kalo dia dikeroyok pas masa-masa dia babyface dulu. Kedua pihak yang berseteru sama-sama desperate dan mati-matian, dalam spektrum berbeda. Dan itulah yang membuat match mereka sangat seru.
Smackdown is clearly on a roll dengan cerita dan karakter-karakter yang sangat fresh. Match brand biru satu lagi di PPV ini adalah Sasha Banks melawan Carmella. Yang ternyata jauh lebih solid daripada yang aku bayangkan. Build up match ini juga bagus, leading up ke pertandingan dengan elemen dramatis yang gak dimainkan dengan lebay. Carmella tampak meyakinkan sebagai heel dengan karakternya yang baru. Yang smart tapi vicious. Dan aku suka dia punya asisten yang seperti reference dari peran Carmella yang dulu sebagai sidekick R-Truth. Sasha Banks juga tampak begitu berapi-api di match ini. Move tribute buat Eddie Guerrero akan selalu bikin kita bersorak, dan Sasha berhasil pull it off dengan tanpa-cela. Sorotan mainstream yang didapat Sasha karena muncul di season 2 serial The Mandalorian bakal memperlama sabuk juara melingkar di pinggangnya, dan Sasha sudah lebih dari siap untuk menghandle semua ‘tanggungjawab’ dan bertindak sebagai juara.
Survivor Series memang sudah berlalu, tapi persaingan kualitas itu akan terus ada. Puncak tangga sementara ini ditempati oleh Smackdown yang punya cerita lebih seru dan karakter-karakter yang lebih fresh. Sedangkan Raw, meskipun menghidangkan lebih banyak ke atas meja, tapi terasa stale. Butuh api, atau mungkin ledakan, untuk membuat kita bisa lebih betah duduk di kursi menontonnya.
Jawaban dari Raw untuk tuntutan dari USA Network perihal rating mereka yang rendah adalah menghadirkan kembali Charlotte Flair. Sebagai rekan tag team Asuka. Sebagai protagonis. Ugh…
Berbeda sekali dengan approach yang diambil oleh Smackdown yang mengangkat elemen fresh. Raw justru tetap tak mengambil resiko. Charlotte instantly didorong ke title picture. Dan bahkan menang, tanpa ada kesusahan. Padahal lawan yang ia hadapi adalah tim yang selama ini meneror divisi wanita di Raw. Ini taktik lama; superstar populer didorong untuk menang terus. Padahal sebenarnya match ini masih bisa dibuat menarik. Bikin Charlotte kesusahan, bikin Nia Jax dan Shayna Baszler tetap mendominasi. Bikin Asuka dan Charlotte dalam bahaya. Tapi enggak. Tidak ada yang spesial di match yang didesain untuk ngehype si Charlotte. Enggak ada intensitas, enggak ada ketegangan, karena dalam hati kita udah was-was kalo resultnya bakal so obvious. Match ini standar aja, dia di-hot tag oleh Asuka dan menggempur habis-habisan. Ini gak baru, ini basi. Heck, bahkan move Charlotte pun gak ada yang baru. Moonsaultnya aja botch kok; keliatan banget gak kena.
Padahal tadinya aku sempat senang. Kejuaraan Tag Team Raw berakhir dengan cukup fresh. Aku lega akhirnya New Day yang tingkahnya udah usang itu kalah, dan pertandingan dimenangkan oleh Hurt Bussiness dengan bibit-bibit seteru baru; Shelton yang ditag-tanpa-consent oleh rekannya sendiri. Nah, hal-hal kayak gini yang bikin kita penasaran untuk menonton kelanjutannya. Untuk meminta apa lagi yang bakal terjadi pada karakter stable Hurt Bussiness itu sendiri.
TLC match versi Raw juga mestinya belajar banyak dari Smackdown. Karena while greatly ngepush Drew McIntryre sebagai pejuang tangguh, superstar yang lain tidak diberikan sesuatu. AJ Styles di-match tersebut merupakan AJ Styles hebat yang biasa. Gak banyak bedanya Styles yang berbodyguard, dengan yang enggak, bahkan di environment no-dq kayak TLC ini. Namun karena both Styles dan McIntyre adalah great wrestlers, maka paruh awal match ini masih seru untuk diikuti. Gak banyak superstar yang mampu menyuguhkan pertandingan TLC yang seru, tanpa bergantung kepada spot-spot gede. Styles dan McIntyre adalah contoh yang ‘gak banyak’ itu. Mereka berdua lebih mengandalkan aplikasi gerakan yang cerdas ketimbang terbang-terbangan atau hancur-hancuran. Bagian paling mengecewakan dari match ini jelas adalah saat Miz datang ngecash-in koper MITB, membuat pertandingan menjadi Triple Threat TLC. Miz di-book bego banget malah nge-cash di tengah match. Dan ujug-ujug gagal. Ini semua menunjukkan WWE udah nyerah dengan koper MITB mereka tahun ini. Mereka benar-benar gak tahu koper itu harus diapain sejak diberikan kepada Otis sebagai pemenangnya yang sah. Mungkin sebaiknya, konsep MITB juga harus diperbarui, atau paling tidak, diistirahatkan dulu beberapa tahun sebelum dimunculkan kembali supaya fresh.
Ternyata Raw punya jawaban kedua untuk tuntutan pihak network. Dan jawaban kedua ini membawa harapan untuk menjadi lebih baik. Untuk memperbaiki rating, Raw sepertinya ingin diarahkan untuk sedikit lebih ‘ganas’ lagi. Match Firely Inferno antara Randy Orton dan The Fiend sepertinya adalah pemanasan untuk ke arah. Karena match ini ternyata ‘less of a match dan more of a trick yang ngeri’. Dan ini fresh. Konsep Inferno Match yang sudah ada sejak tahun 90an, diubah sehingga bukan hanya tampilannya lebih wah, tapi juga lebih memudahkan buat superstar yang terlibat. Tak lagi berupa ring yang dikelilingi oleh api, melainkan api tersebut ada mengelilingi barikade pembatas ring. Sehingga superstar bisa lebih leluasa bergerak dan beraksi. Konsep ini juga pas dengan karakter The Fiend, yang sama seperti Kane dan Undertaker (penggagas Inferno match original); yakni sama-sama monster supernatural.
Untuk aksinya sendiri, meskipun sebenarnya gak banyak gerakan wrestling, tapi WWE membuatnya tetap seru dengan teknik editing ala cinematic match. Dalam match Inferno, pemenang ditentukan oleh siapa yang lebih dulu membakar anggota tubuh lawannya. Elemen inilah yang dimainkan menjadi maksimal oleh WWE, karena keleluasaan mereka menggunakan teknik editing. Kita bisa melihat adegan-adegan intens seperti The Fiend membakar kursi yang sedang diduduki oleh Orton. Atau Orton membakar The Fiend yang tepar di atas ring. Terlihat brutal jika dieksekusi dengan editing yang baik, padahal match ini justru paling aman. Dan bagi kita, ini udah kayak hiburan nonton film. Dan kupikir, jika memang ini adalah jawaban yang tepat untuk USA Network, aku gak akan masalah menonton Raw dengan sisipan match cinematic seperti ini. Asalkan waktu dan kondisinya tepat.
So yeah, WWE TLC 2020 masih dapat digolongkan sebagai PPV yang harus-ditonton. Karena cukup banyak elemen fresh dan unik untuk disimak. Khususnya dua pertandingan dari Smackdown. Aku berikan MATCH OF THE NIGHT kepada Roman Reigns melawan Kevin Owens. Pertandingan-pertandingan dari Raw juga sebenarnya masih layak ditonton, meskipun banyak berisi aspek yang mengecewakan dan tidak maksimal dari segi bookingan. Jika kalian suka cinematic match (alias pertandingan yang udah diedit), FireFly Inferno jelas bisa jadi penghibur yang superseru. WWE mulai ‘bermain dengan api’, semoga ini jadi awal perubahan yang baik.
Full Results:
1. WWE CHAMPIONSHIP TLC Drew McIntyre bertahan dari AJ Styles, dan The Miz yang join di tengah pertandingan
2. SMACKDOWN WOMEN’S CHAMPIONSHIP Sasha Banks mempertahankan sabuk dari Carmella
3. RAW TAG TEAM CHAMPIONSHIP Hurt Bussiness’ Cedric Alexander dan Shelton Benjamin jadi juara baru ngalain The New Day
4. WOMEN’S TAG TEAM CHAMPIONSHIP Asuka dan partner-misterinya, Charlotte Flair merebut sabuk dari Nia Jax dan Shayna Baszler
5. UNIVERSAL CHAMPIONSHIP TLC juara bertahan Roman Reigns mengalahkan Kevin Owens
6. FIREFLY INFERNO Randy Orton membakar The Fiend Bray Wyatt!!
That’s all we have for now.
Remember, in life there are winners.
And there are losers.
We are the longest reigning BLOG KRITIK FILM TERPILIH PIALA MAYA
Smackdown minggu ini Roman lawan Kevin lagi di steel cage. Kejam amat dah WWE.
Habis lagi nih kayaknya si Owens hahaha
Tapi saya ga nyangka Owens ternyata cocok jadi orang tertindas wkwk
Ahahahaa biasanya dia yang ngebully ya
Semenjak pake Stunner, si Owens dibikin jadi baik, kayaknya dibikin ala Stone Cold masa kini