• Home
  • About
  • Movies
    • STAND BY ME DORAEMON 2 Review
    • WRONG TURN Review
    • MONSTER HUNTER Review
    • JUDAS AND THE BLACK MESSIAH Review
    • MALCOLM & MARIE Review
    • DON’T TELL A SOUL Review
    • EARWIG AND THE WITCH Review
    • ALL MY FRIENDS ARE DEAD Review
    • SAINT MAUD Review
    • THE LITTLE THINGS Review
    • JUNE & KOPI Review
    • AFFLICTION Review
    • PIECES OF A WOMAN Review
    • ONE NIGHT IN MIAMI Review
    • NOMADLAND Review
    • MINARI Review
    • PROMISING YOUNG WOMAN Review
    • MA RAINEY’S BLACK BOTTOM Review
    • TARUNG SARUNG Review
    • SHADOW IN THE CLOUD Review
    • My Dirt Sheet Top-Eight Movies of 2020
    • ANOTHER ROUND Review
    • SOUL Review
    • ASIH 2 Review
    • WONDER WOMAN 1984 Review
    • SOUND OF METAL Review
  • Wrestling
    • Elimination Chamber 2021 Review
    • Royal Rumble 2021 Review
    • TLC: Tables, Ladders, and Chairs 2020 Review
    • Survivor Series 2020 Review
    • Hell in a Cell 2020 Review
    • Gold Rush: Clash of Champions 2020 Review
    • SummerSlam 2020 Review
    • The Horror Show at Extreme Rules (Extreme Rules 2020) Review
    • Backlash 2020 Review
    • Money in the Bank 2020 Review
    • WrestleMania 36 Review
    • Elimination Chamber 2020 Review
    • Royal Rumble 2020 Review
  • Books
    • My Dirt Sheet Top-Eight Original Goosebumps Books
    • Happy Family, Diary Komedi Keluarga Hahaha – Review Buku
    • Dhanurveda – Preview Buku
    • My Dirt Sheet Top 8 Animorphs Books
  • Uncategorized
    • My Dirt Sheet Awards CLOUD9
    • My Dirt Sheet Awards 8MILE
    • My Dirt Sheet Awards 7ANGRAM
    • My Dirt Sheet Awards HEXA-SIX
    • My Dirt Sheet Awards KELIMA
    • Find Your Own Voice
    • My Dirt Sheet Awards FOUR
    • The 3rd Annual of My Dirt Sheet Awards
    • The 2nd Annual of My Dirt Sheet Awards
  • Merchandise
    • Kaos buat Reviewer dan Anak Nonton banget!!
    • Kaos Sketsa Wajah #WYOF Wear Your Own Face
    • Kaos Halloween Specials
    • Kevin Owens Champion of the Universe Shirt
    • Mean Girls Customized Shirt
  • Toys & Hobbies
    • Tamiya: Everyone Needs Their Hobby
  • Poems
    • Pikiran Keluyuran
    • Jakarta, Jumat Senja, Hujan, dan Kamu
    • r(u)mah
    • Konstelasi Rindu
    • Jumat Pagi yang Basah
    • Pesan Untuk Hati yang sedang Patah
    • Aku Suka…..
  • Music
    • Growing Pains by Alessia Cara – [Lyric Breakdown]
    • Wild Things by Alessia Cara – [Lyric Breakdown]
    • Pesona Musik Iceland (Islandia)
    • Row Row Row Your Boat -[Lyric Breakdown]

MY DIRT SHEET

~ enter Palace of Wisdom, if you are invited

MY DIRT SHEET

Tag Archives: wwe network

Elimination Chamber 2021 Review

22 Monday Feb 2021

Posted by arya in Wrestling

≈ 2 Comments

Tags

2021, action, analysis, championship, drama, funny, result, review, spoiler, sport-entertainment, thought, wwe, wwe network

 

Menuju Elimination Chamber 2021, kita semua berpikir bahwa Roman Reigns adalah orang yang paling curang sedunia. Bagaimana tidak? Menggunakan powernya sebagai juara bertahan, Reigns sukses memaksakan kehendaknya kepada manajemen sehingga dia bisa untuk tidak ikutan bertanding di dalam Kandang Setan. Alih-alih seperti juara dunia di brand sebelah – Drew McIntyre harus hancur-hancuran banting tulang melawan lima mantan juara dunia lainnya di dalam pertandingan maut – Reigns simply tinggal nungguin penantangnya ditentukan dari luar kandang. Roman Reigns benar-benar dapat privilege juara malam ini, dia akan bertanding dalam keadaan segar bugar melawan penantang yang jelas sudah amburadul dari Chamber.

Tapi, kita meninggalkan Elimination Chamber dengan mengetahui bahwa bukan Roman Reigns seorang yang jadi curang sedunia di malam hari bertanggal cantik tersebut (PPV ini diselenggarakan pada 2.21.21, menurut waktu setempat). The Miz; menghabiskan sepanjang tahun 2020 dengan perbuatan curang kecil-kecilan. Mulai dari mencoba merebut kejuaraan dengan pertandingan Handicap bareng rekan tag teamnya, lalu menipu Otis supaya mau mempertaruhkan koper Money in the Bank, dan lantas actually memenangkan koper itu – secara apalagi kalo bukan, secara curang. Miz sempat kehilangan koper itu, tapi dia berhasil mendapatkan kembali kesempatan emas itu dengan beragumen masalah teknis. Turns out, puncak semua itu ternyata jauh lebih ngeselin lagi karena The Miz terlihat benar-benar seperti merencanakan semuanya. The Miz, seperti Reigns, menolak untuk tampil dalam pertandingan Chamber. Dan kemudian, kita melihat The Miz melakukan tawar menawar tentang sesuatu kepada manajer The Hurt Business. Rencana dan build up kecurangan The Miz terbayar tuntas, seperti yang kita lihat di akhir acara Elimination Chamber ini. Dia memenangi kejuaraan WWE dalam sirkumtansi yang diperlihatkan seperti heist terbesar di dalam dunia ring segiempat.

Jadi dengan begitu, kita melaju semakin dekat dengan WrestleMania, dengan disupirin oleh dua juara dunia heel yang curang. Dan ini tentu saja merupakan build up yang sangat menarik. Namuuun, di balik semua itu, aku tidak bisa mengenyahkan perasaan merasa dicurangi yang lebih menohok. Bahwa penulis dan produser di WWE-lah yang sesungguhnya menjadi paling curang sedunia (dan akhirat) dalam skenarion yang ternyata lebih bercabang-cabang daripada kelihatannya ini.

There is some ‘business’ going on…

 

Kita melihat akhirnya Edge – pemenang Royal Rumble 2021 – memutuskan pilihan. Dia menyerang Roman Reigns sebagai bentuk pernyataan bahwa dia akan menantang sabuk si Head of the Table itu di WrestleMania bulan April nanti. Semuanya seperti sudah clear, in terms of feud gede untuk acara terbesar WWE tersebut. Tapi gak pernah benar-benar tampak se-clear itu, karena keadaan yang aneh dari proses menuju pilihan tersebut. The Smackdown Elimination Chamber Match.

Partai pembuka yang penuh aksi-aksi gulat spektakuler, berlangsung selama tiga-puluh menit lebih. Memuat sidestory antara Kevin Owens dengan Jey Uso. Memuat character development yang menarik dari seorang Sami Zayn. Memuat penampilan superhuman Cesaro, yang baru-baru ini mendapat push baru. Memuat perjuangan tak-kenal menyerah Daniel Bryan, sang favorit semua orang. Match ini dibuka oleh Cesaro dengan Daniel Bryan, yang sendirinya tampak seperti dream match. Partai Elimination Chamber ini, yang pemenangnya bakal langsung menantang kejuaraan Roman Reigns ini, otomatis terbuild up sebagai sebuah epik perjuangan si pemenang nanti. Dan WWE benar-benar total, menggarap cerita perjuangan hebat – The Rise of the Ultimate Challenger , mereka menjadikan Daniel Bryan sebagai bintang yang bahkan lebih besar lagi di sini. Bryan harus mulai di match brutal ini sedari menit awal, Bryan harus bertarung dengan cedera lutut. He overcomes the odd. Mengalahkan strategi curang Reigns yang ‘menanamkan’ Jey Uso (sepupu yang jadi anak buah Reigns). Ketika musik Reigns berkumandang menandakan kedatangannya, we want to see Daniel Bryan yang udah kelelahan itu pulled one more miracle. Puncak dramatisnya tentu saja adalah ketika Bryan kalah. Meninggalkan kita dengan “Reigns curang! Reigns gak bakal bisa menang kalo Bryan masih kuat!!” Yang dibangun WWE di sini adalah cerita yang sempurna untuk feud di WrestleMania.

Makanya kedatangan Edge, yang membuat pilihannya itu, jadi terasa mencurangi kita semua. Reigns melawan Edge tentu saja bakal hebat, tapi buatku such a waste banget cerita Bryan dengan Reigns yang udah sedramatis itu harus dihentikan dan diganti dengan feud yang baru mulai lepas landas. Sehingga aku jadi gak yakin kalo ini benar adalah sebuah keputusan. Karena kemungkinan Triple Threat antara Reigns – Edge – Bryan jadi terbuka lebar. Atau, mereka bisa bikin Reigns melawan Bryan di Fastlane bulan depan, tapi match tersebut niscaya bakal terasa seperti filler gede doang.

Atau, apakah ini sebenarnya tanda bahwa WWE memang masih meraba-raba untuk WrestleMania, bahwa masih belum ada yang fix, dan semuanya masih bisa berubah. WWE hanya baru menaruh para ‘pemain’ di dalam kandang, dan mereka mencoba semua kemungkinan sambil jalan?

 

Karena, ini bukan kali pertama WWE menghentikan sesuatu yang lagi anget-angetnya. Ingat gimana Shinsuke Nakamura berjaya di Gauntlet Match, dikembalikan memakai entrance lama supaya penonton mendukung? Ya itu kejadiannya belum lama. Tapi lihat di mana Nakamura sekarang. Dia bahkan gak ikutan di Elimination Chamber ini (yang ada malah si Baron Corbin, ugh!) Push Nakamura immediately dihentikan, WWE saat itu memilih untuk meneruskan Owens sebagai penantang Reigns, meskipun storyline Owens di situ sebenarnya udah mentok.

Dan, tentu saja si Edge. Ingat tahun lalu berita gencar mengabarkan Edge bakal lanjut melawan Orton untuk WrestleMania sekarang ini? Well, yea, rumor tersebut sebenarnya masih bisa untuk jadi ‘kenyataan’. Edge could easily facing Orton, seperti misalnya dengan membuat Orton juara di Elimination Chamber ini, dan kemudian mengalahkan Bray Wyatt di Fastlane, once and for all. Tapi WWE memilih untuk nge-scrap kesemuanya. Termasuk masalah Orton dengan Bray Wyatt (dan Alexa Bliss). Masalah tersebut masih diulur entah untuk sampai kapan. Aku expecting ada penampakan The Fiend mengganggu Orton di Chamber ini, tapi ternyata tidak. Orton malah dibuat gagal oleh ‘hantu-hantu’ dari feud masa lalunya dalam pertandingan malam ini.

“Fickle!”

 

Soal The Miz jadi juara lagi, aku sih happy-happy aja. Setiap kali ada superstar yang storytelling dan promonya bagus dikasih sabuk, aku senang. Aku tipe penonton yang lebih suka sama kerja karakter daripada kerja loncat-loncatan di atas ring. Yang aku kurang sreg dari kejadian Miz jadi juara di sini adalah begitu banyak variable yang bekerja. Sekali lagi, karena WWE jadi masih kayak meraba-raba. Juga, karena aku pesimis – track record WWE soal kontinuiti memang bikin pesimis duluan. Cerita Miz ini melibatkan MVP, Bobby Lashley, Drew McIntyre tentunya, dan John Morrison. Ke mana WWE akan membawa cerita ini? Apakah di WrestleMania nanti mereka akan Fatal 4 Way – atau malah mungkin 5 Way, mengingat Sheamus juga ternyata ada andil dalam cerita McIntyre. Yang jelas, Sheamus dan McIntyre adalah inti dari Chamber match brand Raw kali ini. Apakah feud mereka berdua itu juga akan discrap begitu aja oleh WWE?

We really can’t tell karena WWE juga memang tampak sama sekali masih belum pasti juga. Mereka bisa tampak bersikukuh build up dan kemudian menghilangkannya gitu aja, hanya dalam beberapa jam sebelum tanding. Seperti yang mereka lakukan dalam match Asuka lawan Lacey Evans untuk acara ini. Match yang udah diiklankan tersebut, mendadak tidak jadi tampil. Entah itu karena Evans hamil beneran, atau WWE udah sadar dan nyerah kalo fans tuh gak mau storyline sinetron, apalagi melibatkan Charlotte yang gak belum kuat pada penampilan storytelling.

Sehingga, sejauh ini, kedua kejuaraan utama masih punya kemungkinan untuk dilangsungkan beramai-ramai, alias bukan satu-lawan-satu yang lebih bergengsi. Dan actually kalo kita lihat acara ini, malah ada satu partai lagi yang kemungkinan bakal jadi Triple Threat juga di WrestleMania nanti. Yakni partai Kejuaraan Cewek di Smackdown. For some reason, WWE belum memastikan siapa lawan Bianca Belair di Wrestlemania, dan kita malah mendapat storyline antara Bianca dan Sasha Banks (yang harusnya ditantangnya) dengan Reginald, manager dari Carmella. See, masih ngambang kayaknya semua. Dari cerita mereka berkembang, Reginald yang kayak suka ama Sasha bisa jadi adalah bagian dari rencana Carmella. Segala kemungkinan Triple Threat atau partai ramean kayak gini sesungguhnya juga merupakan pertanda bahwa masih banyak yang di luar itu yang belum mendapat perhatian dari WWE. Asuka belum jelas gimana nasibnya, tag team cowok, Intercontinental, tag team cewek, semuanya masih belum ada storyline yang fix. Kita tuh dibuat persis kayak adegan awkward di match tag team cewek di acara ini. Kita persis kayak Bianca Belair yang kebingungan mau menangkap Sasha Banks yang mau dilempar oleh Nia Jax, tapi Nia Jaxnya masih ragu-ragu.

 

 

 

WWE Elimination Chamber 2021 adalah show yang cukup ‘aneh’ buatku. I feel like, aku harusnya merasa senang dan happy, tapi juga membuatku waspada. Karena masih begitu banyak tampaknya yang masih ‘belum jelas’ dari segi story. At it worst, aku merasa seperti ikut dicurangi olehnya. Pertandingan pengisinya sebenarnya cukup seru. Enggak banyak jumlahnya, namun cukup untuk membuat kita betah duduk. Yang paling gak-banget adalah match tag team cewek, yang endingnya terlalu simpel dan dibuat-buat. Sedangkan, dua match Chambernya sukses nonjok. Yang satu isinya mantan juara dunia. Yang satu lagi dahsyat oleh sebagian besar superstar papan tengah yang tengah di-push sebagai main eventer baru, sehingga mereka pull out all the stops! The Palace of Wisdom menobatkan MATCH OF THE NIGHT kepada SMACKDOWN ELIMINATION CHAMBER

 

 

 

Full Results:
1. SMACKDOWN ELIMINATION CHAMBER Daniel Bryan jadi pemenang atas Jey Uso, Cesaro, Kevin Owens, Sami Zayn, dan Baron Corbin
2. UNIVERSAL CHAMPIONSHIP Roman Reigns menang mudah dari Daniel Bryan yang udah capek
3. UNITED STATES CHAMPIONSHIP TRIPLE THREAT Riddle jadi juara baru ngerebut dari Bobby Lashley dan John Morrison
4. WOMEN’S TAG TEAM CHAMPIONSHIP Shayna Baszler dan Nia Jax bertahan atas Sasha Banks dan Bianca Belair
5. RAW ELIMINATION CHAMBER WWE CHAMPIONSHIP Drew McIntyre kembali juara ngalahin Sheamus, Jeff Hardy, AJ Styles, Kofi Kingston, dan Randy Orton —– hingga The Miz datang merebut sabuk dengan cash in koper Money in the Bank

 

 

 

That’s all we have for now.

Remember, in life there are winners.
And there are losers.

 

 

 

 

 
We are the longest reigning BLOG KRITIK FILM TERPILIH PIALA MAYA.

Share this:

  • Tweet
  • Email
  • Share on Tumblr
  • Pocket

Like this:

Like Loading...

Royal Rumble 2021 Review

02 Tuesday Feb 2021

Posted by arya in Wrestling

≈ Leave a comment

Tags

2021, action, analysis, family, funny, result, review, spoiler, sport-entertainment, thought, wwe, wwe network

 

 

Jalan menuju kesuksesan biasanya kan berbatu-batu. Tapi jalan menuju WrestleMania tahun 2021 ini, maaaan.. Tentu saja bagi superstar yang terlibat, terutama bagi kedua pemenang pertandingan Royal Rumble (versi cewek dan versi cowok), jalan tersebut masih penuh rintangan dan berliku-liku. Namun bagi kita, ‘pemandangan’ yang tersaji di jalan ini sungguh merupakan pemandangan menyenangkan, dan liku-liku berbatu itu jadi drama yang seru dan menegangkan.

Dimulai oleh Royal Rumble ini, jalan menuju WrestleMania kali ini nyatanya adalah jalan yang sungguh seru dan menyenangkan!

 

Biasanya, aku dalam menulis review selalu pake urutan. Pertama-tama ngomongin yang bagus-bagus dulu, ‘menjual’ tontonan tersebut – memberikannya kesempatan untuk ditonton. Baru kemudian membahas poin-poin kekurangannya – memberikan pembaca ruang untuk berdiskusi soal kekurangan tersebut. Tapi ngereview Royal Rumble kali ini, aku bingung. Karena yang ada hanya hal-hal bagus sehingga aku kesulitan untuk memulai mana duluan yang mau dibahas. Ini seperti ketika kalian baru saja mengalami suatu peristiwa menyenangkan, dan kalian menceritakan peristiwa tersebut kepada teman. Begitu banyak hal menyenangkan yang disemprotkan dalam sekali cuap! Gak tau lagi deh, for once WWE akhirnya benar-benar mendengarkan permintaan dan kritikan fans. WWE benar-benar memberikan apa yang kita mau. Goldberg gak ngambil spot bintang baru yang jelas-jelas lebih mampu bertanding beneran. Charlotte out dari title picture. Pertandingan kejuaraan dengan aksi seru dan cerita yang konsisten, lagi ‘bener’. Dua match Royal Rumble; yang memuaskan sampai-sampai bikin terharu. Dan reunian merayakan persahabatan yang penuh nostalgia. C’mon, siapa sih yang gak suka ‘diginiin’??

Jangan sampai kita melihat dua Sasha tumbang dalam satu hari yang sama

 

 

Kualitas tayangan WWE ini secara produksi juga meningkat tajam. WWE menggunakan kamera baru. Yakni teknologi kamera 8K seperti yang biasa dipakai dalam siaran football NFL. Perbedaannya langsung bisa kita rasakan dengan jelas. Entrance para superstar tampak luar biasa wah. Kalo istilah ‘awam’nya: pada bokeh semua. Kamera akan menyorot dari depan superstar, selama para superstar berjalan menuju ring, dan itu kita bisa lihat ketajaman gambar dan depth-nya cantik gila. Alexa Bliss jadi makin cantik deh hihihi

Yang jelas, WWE memang semakin kreatif dengan properti mereka. Set Thunderdome kali ini diperlihatkan dengan dekat kepada kita saat pertandingan Last Man Standing antara Kevin Owens melawan Roman Reigns berlangsung. Ini bukan saja membuat pertemuan mereka jadi semakin fresh, melainkan juga membuat kita jauh-jauh dari rasa jenuh. Change of pace dari dua match Royal Rumble. Makanya pertandingan Last Man Standing ini ditempatkan di antara dua match Royal Rumble tersebut. Supaya ada pergantian suasana, supaya kita gak jemu dengan konsep itung-itung mundur melulu. Last Man Standing itu pun dipresentasikan sedemikian rupa sehingga tidak mengurangi kepentingan pertandingannya itu sendiri. Reigns dan Owens malah tetap mencuat sebagai pertandingan yang paling intens dan utama di sini. Baik Owens dan Reigns menunjukkan kematangan mereka sebagai superstar kelas kakap – bukan hanya di Smackdown, melainkan bisa jadi juga seantero WWE pada masa ini. Kita melihat pertandingan mereka ini brutal, tapi psikologi di baliknya tetap terjaga. Kita melihat adegan gila seperti Owens ditabrak pake mobil golf, yang nanti diseimbangkan dengan adegan seperti superstar terus mengincar kaki lawannya karena memang logika pertandingan ini adalah pertandingan yang hanya bisa dimenangkan saat lawan tidak mampu berdiri dalam sepuluh hitungan.

Another great character works dapat kita jumpai dalam pertandingan kejuaraan Cewek Smackdown antara Sasha Banks melawan Carmella. Desember lalu di TLC mereka bagus banget adu gulatnya. Di PPV Royal Rumble kali ini, match mereka secara aksi agak sedikit lebih sloppy, tapi kekuatan mereka di sini terletak pada psikologi karakter. Carmella berantem dengan taktik (baca: Reginald) dan Sasha berusaha membuktikan dia masih Boss di divisi ini. Pertandingan ini diniatkan untuk mempush development karakter mereka masing-masing. Menarik sekali menyimak ke mana arahan heel tak-biasa dari Carmella ke depannya (tak biasa karena biasanya superstar cowok yang dibantu curang oleh manager cewek – dan di sini Reginald malah bukan tipe manager ‘tradisional’ ala WWE). Dan tentu saja karakter Sasha juga semakin bikin penasaran, terlebih ketika kita nanti mengetahui siapa yang bakal jadi lawannya di WrestleMania saat pertandingan Royal Rumble cewek usai.

Dua pertandingan Royal Rumble di sini boleh jadi yang bakal jadi paling memorable bagi kita dibandingkan Royal Rumble beberapa tahun belakangan. Karena keduanya memberikan pemenang yang cerita perjuangannya sama-sama heartfelt banget. Pertama, ada Bianca Belair. Relatif-pendatang-baru yang karir gulatnya memang masih semuda itu. Belair dulunya seorang atlet fitness Crossfit dan baru ‘berlatih’ sebagai pegulat di WWE tahun 2016. Hanya lima tahun, dan Belair udah mecahin rekor African-American superstar kedua yang memenangi Royal Rumble – setelah The Rock (ini membuat Bianca praktisnya sebagai African-American superstar cewek pertama yang menang Royal Rumble!) Jet yang membuatnya meroket ini bukan serta-merta dipasangkan begitu saja, Belair membuktikan bahwa dia pantas. Fisiknya luar biasa, karakter worknya bagus, dan dia juga unik dengan rambut panjang yang sesekali dijadikan cambuk untuk menyerang. Belakangan juga Smackdown ngebuild Bianca dengan proper, sehingga kemenangannya memang sudah diharapkan oleh banyak fans. Dan kedua, dari sisi Royal Rumble cowok, ada Edge. Superstar legend yang gak perlu ditanya lagi prestasinya di dalam ring. Kemenangan Edge jadi begitu emosional (dan gak ngeselin) karena karir Edge dipercaya banyak orang – termasuk dirinya sendiri – udah berakhir sejak divonis cedera leher parah. Tahun lalu Edge balik dan bikin kaget banyak orang, dia sudah diset untuk kembali secara permanen, namun dia cedera lagi. Jadi ketika Edge muncul lagi dan actually menang, ini seperti keajaiban gede bagi para fans.

Terakhir kali Edge memenangkan Rumble adalah pada tanggal 31 Januari 2010. Tepat sebelas tahun setelah itu – setelah melalui banyak cedera dan jauh dari ring – Edge kembali mengukir prestasi tersebut. Bukan menang sekadar menang, Edge menang sebagai peserta nomor urut pertama, berhadapan dengan Randy Orton sang musuh bebuyutan. Ya, cerita Edge dalam match Royal Rumble ini benar-benar dimainkan oleh WWE ke dalam konteks sehingga terasa sangat emosional. Dan bukan hanya Edge yang malam Royal Rumble itu ada di atas ring setelah divonis gak-bakal bisa tanding lagi seumur hidup. Ada Daniel Bryan. Dan surprise, surprise… Christian!

“For the benefit of those with flash photography…”

 

Royal Rumble terkenal karena peserta-kejutan, dan kejutan yang disiapkan oleh WWE kali ini sungguh bikin emosi meluap. Bukan hanya nostalgia, tapi kali ini WWE benar-benar menggunakan ‘legend-legend’ itu untuk memperkuat cerita. Para legend kali ini beneran seperti membantu banyak superstar muda, tak lagi tampak seperti ngambil spot mereka. Lihat saja Victoria yang sempat-sempatnya ‘ngajarin’ jurus Widow’s Peak dengan benar kepada Peyton Royce, atau bagaimana Victoria membuat Shayna Baszler tampak kuat. Jillian Hall aja membantu banget buat karakter komedi si Billie Kay. Aku senang karena walaupun banyak legend yang muncul, Edge yang actually jadi hero utama, tapi fokus pengembangan tetap pada superstar masa kini. Damien Priest, misalnya, superstar yang naik kelas dari NXT di Rumble ini dibook kuat banget, eliminasi empat orang – termasuk single-handedly membuang Kane. Dan kemudian ada Bobby Lashley yang membuang Priest, praktisnya membuat Lashley jadi super brute-force. Aku bahkan gak kesel Alexa Bliss tampil singkat banget, karena karakternya gak benar-benar butuh Royal Rumble. Atau, lebih tepatnya, Royal Rumble yang udah keren ini gak butuh kekuatan editing alias transformasi Alexa karena itu akan meruntuhkan match ini – membuatnya jadi gak make sense.

Tentu, acara ini juga gak luput dari botch. Namun di sini botch-nya lebih ke teknis, misalnya soal Paul Heyman yang menghabiskan waktu terlalu lama untuk membuka tangan Reigns yang terborgol. Membuat match Last Man Standing itu jadi konyol karena wasit terpaksa menghentikan hitungan sampai borgolnya terlepas. Accident happens, dan kita gak bisa tau pasti apa memang kuncinya yang macet atau gimana. Knowing WWE, kurasa kejadian ini bisa mereka ubah anglenya untuk dijadikan storyline ke depan. Sama kayak momen Royal Rumble Bianca dan Rhea yang kedua kakinya kayak udah menyentuh lantai – botch yang tak terhindarkan – yang menurutku, jika WWE memilih untuk mengacknowledge ini, WWE bisa menjadikan kejadian tersebut sebagai storyline.

Uh-oh, Carlito baiknya jangan ngelakuin sesuatu yang ‘cool’ dengan apel itu, karena kita masih suasana pandemi hihi

 

 

 

Senangnya ketika acara WWE terasa tidak terlalu panjang, penuh keseruan dan hantaman emosional seperti Royal Rumble ini. Sehingga botch atau konyol-konyol sedikit pun tak jadi masalah besar. Match Goldberg yang isinya finisher melulu juga somehow jadi asik-asik aja buatku. Melihatnya aku malah jadi teringat sama main Yugioh; karena TCG meta jaman sekarang pun duelnya persis seperti begitu. Satu-combo saja, hanya saja jadi seru karena Goldberg dan McIntyre yang tuker-tukeran finisher itu kayak duelist yugioh yang top-deck silih berganti. Dan – maafkan karena aku membuat analogi yugioh lagi – match Royal Rumble cowok bisa kita anggap sebagai deck yugioh yang berisi tiga puluh kartu staple! Alias match tersebut isinya superstar-superstar papan tengah ke atas yang favorit semua! The Palace of Wisdom menobatkan MATCH OF THE NIGHT kepada partai Royal Rumble cowok, sementara kemenangan Bianca Belair dinobatkan sebagai MOMENT OF THE NIGHT

 

 

 

Full Results:
1. WWE CHAMPIONSHIP Drew McIntyre jadi juara bertahan ngalahin Goldberg
2. SMACKDOWN WOMEN’S CHAMPIONSHIP Sasha Banks mempertahankan sabuknya dari Carmella
3. 30-WOMEN’S ROYAL RUMBLE Bianca Belair menang dengan menyuguhkan salah satu penampilan Rumble terbaik
4. UNIVERSAL CHAMPIONSHIP LAST MAN STANDING Roman Reigns tetap juara mengalahkan Kevin Owens
5. 30-MEN’S ROYAL RUMBLE Edge menuju WrestleMania!!!

 

 

 

That’s all we have for now.

Remember, in life there are winners.
And there are losers.

 

 

 

 

 
We are the longest reigning BLOG KRITIK FILM TERPILIH PIALA MAYA.

 

 

 

 

 

Share this:

  • Tweet
  • Email
  • Share on Tumblr
  • Pocket

Like this:

Like Loading...

TLC: Tables, Ladders, and Chairs 2020 Review

21 Monday Dec 2020

Posted by arya in Wrestling

≈ 5 Comments

Tags

2020, action, analysis, championship, drama, funny, result, review, spoiler, sport-entertainment, thought, wwe, wwe network

 

 

Akhir tahun dan Natal identik dengan semangat keluarga. Sehubungan dengan itu, maka WWE memberikan kita kisah dua kepala keluarga. Yang satu, kepala keluarga yang bekerja keras demi keluarga. Yang benar-benar berjuang menyediakan keluarganya tangga, kursi, dan meja.. eh salah, sandang, pangan, dan papan. Sementara satunya lagi, adalah kepala keluarga yang menunjuk dirinya sendiri. Menggunakan muslihat dan gertakan supaya ditakuti, supaya anggota keluarga tunduk kepadanya, dan kemudian menggunakan mereka untuk kepentingan pribadinya. Dua kepala keluarga yang menganut paham berbeda soal honor dan perjuangan. Dua kepala keluarga itulah, Kevin Owens dan Roman Reigns, yang dibenturkan oleh WWE sebagai partai puncak. Seharusnya.

Sejak berubah haluan menjadi antagonis, Roman Reigns tak pelak menjadi atraksi utama dalam siaran WWE. Membuat brand Smackdown – tempat Roman Reigns bernaung – solid dalam capaian penonton. Mengalahkan brand Raw yang ratingnya anjlok banget-bangetan. Sampai network/pihak penyiar brand merah itu ngamuk-ngamuk. Tahun 2020 ini memang tahun yang berat bagi show semacam WWE; show yang mengandalkan reaksi live dari penonton. Kalian yang masih getol ngikutin Raw dan Smackdown setiap minggu, pasti ngerasa kalo memang yang paling santer dibicarain adalah soal Roman Reigns. Dan ini bukan hanya karena karakter itu akhirnya berubah jadi jahat (sesuatu yang tadinya dianggap impossible bagi banyak fans, mengingat Roman Reigns adalah golden boy WWE era kekinian), melainkan karena WWE memainkan perubahan karakter tersebut dalam cerita yang tepat.

Settingnya adalah keluarga besar. Sesuatu yang bisa mudah untuk direlasikan. Apalagi WWE kan memang ibaratnya udah kayak sinetron buat cowok; menggodok cerita tentang pria yang ingin jadi kepala keluarga yang hebat jelas beresonansi sekali dengan demographic penontonnya. ‘Drama’ Reigns menjadi semakin seru setelah dibentrokkan dengan Kevin Owens. Their storyline’s just come off natural. Klasik benturan sudut pandang. Dan WWE meng-capitalize story tersebut dengan membiarkan keduanya untuk ‘berperang’ di TLC. Yea, the match is war! Kerasnya pertarungan mereka sangat terasa, dan itu bukan saja karena mereka dibanting-banting ke kursi, tangga, dan meja. WWE gak menahan-nahan, dan benar-benar memanfaatkan peraturan no-dq untuk memperpanas suasana. Owens, the clearly better man in the story – hero yang orang ingin untuk berhasil, dibuat berjuang sangat keras karena baginya ini adalah handicap satu-melawan-dua. Roman Reigns dibantu oleh sepupunya, sesuai dengan karakternya sebagai kepala keluarga yang ngeabuse. Dan Owens, being kepala keluarga yang gak mau menyerah, benar-benar bangkit terus walau apapun yang menghalanginya. Bagusnya, WWE tidak membuat Owens layaknya manusia super. Tidak seperti Roman Reigns kalo dia dikeroyok pas masa-masa dia babyface dulu. Kedua pihak yang berseteru sama-sama desperate dan mati-matian, dalam spektrum berbeda. Dan itulah yang membuat match mereka sangat seru.

Carmella cosplay jadi Cheetah?

 

 

Smackdown is clearly on a roll dengan cerita dan karakter-karakter yang sangat fresh. Match brand biru satu lagi di PPV ini adalah Sasha Banks melawan Carmella. Yang ternyata jauh lebih solid daripada yang aku bayangkan. Build up match ini juga bagus, leading up ke pertandingan dengan elemen dramatis yang gak dimainkan dengan lebay. Carmella tampak meyakinkan sebagai heel dengan karakternya yang baru. Yang smart tapi vicious. Dan aku suka dia punya asisten yang seperti reference dari peran Carmella yang dulu sebagai sidekick R-Truth. Sasha Banks juga tampak begitu berapi-api di match ini. Move tribute buat Eddie Guerrero akan selalu bikin kita bersorak, dan Sasha berhasil pull it off dengan tanpa-cela. Sorotan mainstream yang didapat Sasha karena muncul di season 2 serial The Mandalorian bakal memperlama sabuk juara melingkar di pinggangnya, dan Sasha sudah lebih dari siap untuk menghandle semua ‘tanggungjawab’ dan bertindak sebagai juara.

Survivor Series memang sudah berlalu, tapi persaingan kualitas itu akan terus ada. Puncak tangga sementara ini ditempati oleh Smackdown yang punya cerita lebih seru dan karakter-karakter yang lebih fresh. Sedangkan Raw, meskipun menghidangkan lebih banyak ke atas meja, tapi terasa stale. Butuh api, atau mungkin ledakan, untuk membuat kita bisa lebih betah duduk di kursi menontonnya.

 

Jawaban dari Raw untuk tuntutan dari USA Network perihal rating mereka yang rendah adalah menghadirkan kembali Charlotte Flair. Sebagai rekan tag team Asuka. Sebagai protagonis. Ugh…

Berbeda sekali dengan approach yang diambil oleh Smackdown yang mengangkat elemen fresh. Raw justru tetap tak mengambil resiko. Charlotte instantly didorong ke title picture. Dan bahkan menang, tanpa ada kesusahan. Padahal lawan yang ia hadapi adalah tim yang selama ini meneror divisi wanita di Raw. Ini taktik lama; superstar populer didorong untuk menang terus. Padahal sebenarnya match ini masih bisa dibuat menarik. Bikin Charlotte kesusahan, bikin Nia Jax dan Shayna Baszler tetap mendominasi. Bikin Asuka dan Charlotte dalam bahaya. Tapi enggak. Tidak ada yang spesial di match yang didesain untuk ngehype si Charlotte. Enggak ada intensitas, enggak ada ketegangan, karena dalam hati kita udah was-was kalo resultnya bakal so obvious. Match ini standar aja, dia di-hot tag oleh Asuka dan menggempur habis-habisan. Ini gak baru, ini basi. Heck, bahkan move Charlotte pun gak ada yang baru. Moonsaultnya aja botch kok; keliatan banget gak kena.

Padahal tadinya aku sempat senang. Kejuaraan Tag Team Raw berakhir dengan cukup fresh. Aku lega akhirnya New Day yang tingkahnya udah usang itu kalah, dan pertandingan dimenangkan oleh Hurt Bussiness dengan bibit-bibit seteru baru; Shelton yang ditag-tanpa-consent oleh rekannya sendiri. Nah, hal-hal kayak gini yang bikin kita penasaran untuk menonton kelanjutannya. Untuk meminta apa lagi yang bakal terjadi pada karakter stable Hurt Bussiness itu sendiri.

TLC match versi Raw juga mestinya belajar banyak dari Smackdown. Karena while greatly ngepush Drew McIntryre sebagai pejuang tangguh, superstar yang lain tidak diberikan sesuatu. AJ Styles di-match tersebut merupakan AJ Styles hebat yang biasa. Gak banyak bedanya Styles yang berbodyguard, dengan yang enggak, bahkan di environment no-dq kayak TLC ini. Namun karena both Styles dan McIntyre adalah great wrestlers, maka paruh awal match ini masih seru untuk diikuti. Gak banyak superstar yang mampu menyuguhkan pertandingan TLC yang seru, tanpa bergantung kepada spot-spot gede. Styles dan McIntyre adalah contoh yang ‘gak banyak’ itu. Mereka berdua lebih mengandalkan aplikasi gerakan yang cerdas ketimbang terbang-terbangan atau hancur-hancuran. Bagian paling mengecewakan dari match ini jelas adalah saat Miz datang ngecash-in koper MITB, membuat pertandingan menjadi Triple Threat TLC. Miz di-book bego banget malah nge-cash di tengah match. Dan ujug-ujug gagal. Ini semua menunjukkan WWE udah nyerah dengan koper MITB mereka tahun ini. Mereka benar-benar gak tahu koper itu harus diapain sejak diberikan kepada Otis sebagai pemenangnya yang sah. Mungkin sebaiknya, konsep MITB juga harus diperbarui, atau paling tidak, diistirahatkan dulu beberapa tahun sebelum dimunculkan kembali supaya fresh.

Bakar dulu biar bisa bangkit dari abu

 

 

Ternyata Raw punya jawaban kedua untuk tuntutan pihak network. Dan jawaban kedua ini membawa harapan untuk menjadi lebih baik. Untuk memperbaiki rating, Raw sepertinya ingin diarahkan untuk sedikit lebih ‘ganas’ lagi. Match Firely Inferno antara Randy Orton dan The Fiend sepertinya adalah pemanasan untuk ke arah. Karena match ini ternyata ‘less of a match dan more of a trick yang ngeri’. Dan ini fresh. Konsep Inferno Match yang sudah ada sejak tahun 90an, diubah sehingga bukan hanya tampilannya lebih wah, tapi juga lebih memudahkan buat superstar yang terlibat. Tak lagi berupa ring yang dikelilingi oleh api, melainkan api tersebut ada mengelilingi barikade pembatas ring. Sehingga superstar bisa lebih leluasa bergerak dan beraksi. Konsep ini juga pas dengan karakter The Fiend, yang sama seperti Kane dan Undertaker (penggagas Inferno match original); yakni sama-sama monster supernatural.

Untuk aksinya sendiri, meskipun sebenarnya gak banyak gerakan wrestling, tapi WWE membuatnya tetap seru dengan teknik editing ala cinematic match. Dalam match Inferno, pemenang ditentukan oleh siapa yang lebih dulu membakar anggota tubuh lawannya. Elemen inilah yang dimainkan menjadi maksimal oleh WWE, karena keleluasaan mereka menggunakan teknik editing. Kita bisa melihat adegan-adegan intens seperti The Fiend membakar kursi yang sedang diduduki oleh Orton. Atau Orton membakar The Fiend yang tepar di atas ring. Terlihat brutal jika dieksekusi dengan editing yang baik, padahal match ini justru paling aman. Dan bagi kita, ini udah kayak hiburan nonton film. Dan kupikir, jika memang ini adalah jawaban yang tepat untuk USA Network, aku gak akan masalah menonton Raw dengan sisipan match cinematic seperti ini. Asalkan waktu dan kondisinya tepat.

 

 

So yeah, WWE TLC 2020 masih dapat digolongkan sebagai PPV yang harus-ditonton. Karena cukup banyak elemen fresh dan unik untuk disimak. Khususnya dua pertandingan dari Smackdown. Aku berikan MATCH OF THE NIGHT kepada Roman Reigns melawan Kevin Owens. Pertandingan-pertandingan dari Raw juga sebenarnya masih layak ditonton, meskipun banyak berisi aspek yang mengecewakan dan tidak maksimal dari segi bookingan. Jika kalian suka cinematic match (alias pertandingan yang udah diedit), FireFly Inferno jelas bisa jadi penghibur yang superseru. WWE mulai ‘bermain dengan api’, semoga ini jadi awal perubahan yang baik.

 

 

Full Results:

1. WWE CHAMPIONSHIP TLC Drew McIntyre bertahan dari AJ Styles, dan The Miz yang join di tengah pertandingan
2. SMACKDOWN WOMEN’S CHAMPIONSHIP Sasha Banks mempertahankan sabuk dari Carmella
3. RAW TAG TEAM CHAMPIONSHIP Hurt Bussiness’ Cedric Alexander dan Shelton Benjamin jadi juara baru ngalain The New Day
4. WOMEN’S TAG TEAM CHAMPIONSHIP Asuka dan partner-misterinya, Charlotte Flair merebut sabuk dari Nia Jax dan Shayna Baszler
5. UNIVERSAL CHAMPIONSHIP TLC juara bertahan Roman Reigns mengalahkan Kevin Owens
6. FIREFLY INFERNO Randy Orton membakar The Fiend Bray Wyatt!!

 

 

 

That’s all we have for now.

Remember, in life there are winners.
And there are losers.

 

 

 

 

 
We are the longest reigning BLOG KRITIK FILM TERPILIH PIALA MAYA

 

 

Share this:

  • Tweet
  • Email
  • Share on Tumblr
  • Pocket

Like this:

Like Loading...

Survivor Series 2020 Review

23 Monday Nov 2020

Posted by arya in Wrestling

≈ 3 Comments

Tags

2020, action, analysis, drama, funny, Music, result, review, spoiler, sport-entertainment, thought, wwe, wwe network

 

 

Yang spesial dari Survivor Series tahun ini adalah bukan saja ini merupakan acara yang semua pertandingannya adalah champion melawan champion – mempertandingkan juara-juara dari brand Raw melawan juara-juara dari Smackdown – melainkan juga acara yang bertepatan dengan tiga puluh tahun karir Undertaker bergulat di WWE. Acara ini adalah perayaan bagi Undertaker yang resmi menutup kiprah legendarisnya.

Undertaker, tak pelak, adalah salah satu karakter dengan karir tersukses seantero dunia gulat hiburan. Bagaimana tidak. Karakter supernatural yang penuh gimmick seperti itu tentu saja susah untuk dipertahankan, apalagi dikembangkan menjadi sesuatu yang dipedulikan banyak orang. Namun Mark Calaway mampu. Dia mendedikasikan diri kepada karakter yang dipercayakan kepadanya, no matter how over the top it might be. Taker mendapatkan respek besar karena kiprahnya menghidupkan karakter yang ‘mustahil’ tersebut. Benar kiranya, Undertaker adalah survivor dalam artian yang sebenarnya. 

 

Sayangnya, acara Survivor Series 2020 ini seperti tidak mampu merangkul dua kekhususan tersebut. Baik itu perayaan tutup-karir Undertaker maupun pertandingan-pertandingan tim dan juara antarbrand, tidak ada yang berhasil diperlihatkan benar-benar spesial, secara maksimal. WWE melakukan banyak pilihan-pilihan yang aneh. Dan juga penulisan atau booking yang, seperti standar acara mingguan mereka yang biasa, terasa seperti digarap mendadak. Acara selebrasi Undertaker itu dilakukan di akhir, setelah semua pertandingan selesai, sehingga terasa terpisah dari acara. Serupa dengan ekstra pada sebuah dvd/bluray film yang baru saja kita tonton. Penyelenggaraannya pun awkward sekali. Beberapa legend yang bersangkut paut dengan Undertaker datang berkumpul ke atas ring, mulai dari The Godfather, Savio Vega, hingga ke Shawn Michaels, Triple H, dan tentu saja Kane. I wonder if they would wanna bring all of the Streak’s victims tho, karena pastilah menarik kalo ada Randy Orton, Brock Lesnar, dan Batista. Dan CM Punk, anyone? lol..

Balik lagi ke acara, para legend yang berkumpul di atas ring itu tau-tau hilang semua setelah pemutaran video; digantikan posisinya oleh Mr. McMahon yang memanggil Undertaker. Taker datang dan ngasih speech, lalu berlutut, berpose untuk terakhir kalinya bareng hologram Paul Bearer. Kemudian acara berakhir, tidak satupun dari para legend tadi kelihatan lagi, tidak ada interaksi mereka dengan Undertaker. Which is weird, dan tampak pointless, buat apa mereka semua muncul kalo begitu. Buatku, tampak seperti ada perubahan rencana/acara yang dilakukan oleh WWE.

Semoga WWE gak lupa mereka pernah menggunakan lagu Katy Perry untuk entrance Undertaker dalam sebuah klip rekap Wrestlemania resmi.

 

 

Daya tarik yang dijual pada event perang-antar-brand seperti Survivor Series kali ini tentu saja adalah ketika juara masing-masing brand diadu. Superstar lain dari brand tersebut membentuk tim, lalu turut bertanding melawan brand saingan. WWE sudah sering melakukan ini. Dan pada setiap kali gimmick acara seperti ini dilakukan, WWE selalu kesusahan untuk membangun sesuatu yang benar-benar spesial. Seperti pada pertandingan-pertandingan kali ini. Yang paling terasa adalah kurangnya stake alias pertaruhan. ‘Best of the Best’ yang jadi tagline itupun hanya seperti ucapan basi. Mereka harusnya menciptakan sesuatu yang kongkrit untuk bisa dimenangkan oleh brand yang berhasil unggul atas brand lain. Brand supremacy sebagai hadiah tertinggi, katanya, tidak lagi menarik karena tahun demi tahun kita melihat kemenangan brand di Survivor Series tidak pernah berarti banyak. WWE harusnya membangun cerita yang lebih bermakna bagi para superstar yang bakal bertanding. Paling tidak bangun alasan kenapa mereka harus mau bekerja sama memenangkan brand mereka, kenapa mereka harus menang bareng, ciptakan kerugian atau kehilangan ketika mereka gagal. Seperti pada cerita film. Harus ada motivasi, harus ada ganjaran kalo gagal mencapai keinginan, harus ada dorongan yang membuat aksi mereka urgen. Semua itu tidak dapat kita temukan pada match-match di sini.

Padahal dengan adanya momen 30 Tahun Karir Undertaker, WWE bisa saja mengaitkan kemenangan brand tersebut. Like, mereka bisa bikin brand yang menang bakal dapat hak untuk mengirim delegasi sebagai ngasih tribute ke Undertaker. Atau sekalian saja, brand yang menang bakal dapat kehormatan mengirimkan salah satu superstarnya untuk melawan Undertaker di pertandingan terakhir sang Legenda. Seharusnya ada banyak hal/stipulasi kreatif yang bisa WWE lakukan untuk membuat pertandingan di Survivor Series punya lapisan, therefore menjadi jauh lebih menarik lagi.

Tapi nyatanya Survivor Series tahun ini justru semakin membosankan. Karena pertandingan antarjawara yang dihadirkan oleh WWE tidak punya dinamika face-v-heel. Baik melawan jahat. WWE seperti lupa bahwa juar-juara pada dua brand yang mereka punya ternyata pula formula yang sama. Juara Tag Team sama-sama face. Juara papan tengah sama-sama antagonis. Juara cewek juga sama-sama tokoh-baik. Tim di Tradisional Tag Teamnya juga gak ada yang bulet karakternya. Para superstar yang bertanding bisa jungkir balik berkali-kali, bisa ngeSuperkick ratusan kali, bisa ditimpuk ke meja ampe patah-patah pun, tapi tanpa dinamika karakter protagonis-antagonis, tanpa ada drama dan psikologi pada alur, semua yang mereka lakukan akan tetap terasa hambar. Karena bagi kita yang nonton, pertandingan mereka jadi bukan soal siapa yang menang dan kalah. Kita tidak bisa peduli kepada hal tersebut. Ketika yang kita tonton hanya aksi demi aksi, maka acara itu akan terasa garing, tidak ada naik turun. Tidak ada hasil dan konsekuensi. Apa bedanya bagi kita kalo yang menang New Day dan bukan Street Profits? Apa ngaruhnya ke greget kita kalo Smackdown berhasil menyusun Raw, kalo nantinya poin itu akan tetap disusun susul menyusul – karena WWE tidak mau ada brandnya yang kelihatan jadi benar-benar lemah; bisa-bisa mereka diprotes sama network penyiar yang namanya udah jadi bagian dari seragam masing-masing brand.

Bukan pekerjaan gampang, memang, menulis cerita pertandingan untuk partai yang sama-sama baik atau yang sama-sama jahat. Masalahnya, WWE di acara ini sama sekali tidak tampak berusaha maksimal. New Day melawan Street Profits, misalnya. Kedua tim sama-sama face. Persona karakter mereka buatku annoying semua, tapi mereka berempat punya in-ring work yang fantastis. Untuk ngasih bumbu pertandingan ini, WWE bisa saja memasukkan Big E ke dalam equation. Bikin Street Profits datang bersama Big E, untuk kemudian bisa dibikin Big E entah itu membantu mereka sebagai sesama Smackdown, atau malah balik membantu New Day; yang merupakan mantan rekan satu tim. Hal seperti demikian tidak akan merusak karakter, melainkan membantu memberikan lapisan kepada match dan kepada karakter superstar itu sendiri. Yang Intercontinental lawan U.S champion, lebih parah lagi. Juara yang satu suka main curang, yang satunya lagi suka main keroyokan. WWE ninggalin kita untuk bengong gak tahu mau jagoin siapa di antara dua karakter heel tersebut.

Mungkin kita harus jagoin ‘si anak bawang’ aja?

 

 

Melihat itu, aku jadi berpikir jangan-jangan WWE memang gak mikirin soal pemasangan juara ini sedari awal. Mereka gak ada rencana, dan hanya tersadar juara mereka ‘sama’ semua saat sudah masuk acara. The only working pair is Sasha Banks dan Asuka, itupun karena Sasha so good mainin karakter abu-abu (antara heel dan face) dan terutama karena Asuka dan Sasha sudah punya ‘sejarah’. Jadi saat menonton mereka, kita seperti melanjutkan babak baru. Pilihan finish yang dilakukan pun menurutku relatif aman, dan bisa jadi memang beginilah seharusnya. Ini satu lagi masalah yang bakal muncul ketika membuat match juara-lawan-juara; Para juara tersebut haruslah ‘dilindungi’. Naturally, semua pemegang sabuk harus di-book supaya terlihat kuat. Karena kalo tidak mereka jadi gak believeable, atau yang parah malah bisa-bisa sabuknya jadi turun prestise. Melindungi itulah yang sulit. Gak semua superstar berada dalam posisi serupa karakter Sami Zayn, yang masih bisa come out okay setelah dibuat terlihat lemah sebagai juara.

Satu lagi yang mestinya diperhatikan oleh WWE jika mereka memang ingin mempertahankan gimmick perang-brand adalah brand itu sendiri; Raw dan Smackdown, haruslah punya ‘karakter’ juga. Coba kita bedakan keadaan sekarang dengan keadaan saat baru-baru ada brand-split sekitar 2002-2003an. Raw dan Smackdown terasa sangat distinctive, udah kayak dua acara yang berbeda jauh. Punya manager yang beda visi, punya set panggung yang berbeda, punya daftar superstar dengan keahlian yang berbeda – Raw more of a hardcore, sedangkan Smackdown lebih ke cruiserweight. Karakterisasi khusus brand tersebut memudahkan kita untuk memilih favorit; kita lebih suka dan peduli sama brand yang mana, dan ketika mereka beradu kita akan mati-matian menjagokan salah satunya. Brand yang sekarang, selain warna dan musik pembuka, tidak ada lagi perbedaan yang mencolok. Semua sama, dari set hingga ke ‘kelakuan’ superstarnya.

Maka ketika mereka beradu dalam Traditional Tag Team, kita tidak benar-benar melihat mereka sebagai kubu yang berbeda. Partai Traditional Tag Team Cowok adalah match yang paling parah. Kelihatan hanya seperti random superstar yang dikumpulkan. Yang punya cerita cuma Seth Rollins dan Jey Uso. Keduanya berada di Smackdown, tapi kita tetap susah untuk mendukung Smackdown karena karakter mereka berdua berada pada titik yang membingungkan; kita tidak yakin mereka baik atau jahat at that point. Sehingga easily, match yang paling menghibur adalah Traditional Tag Team Cewek. Kedua kubu terasa sangat berbeda, dan mereka punya cerita masing-masing. Ada Bayley yang ngasih karakter ke Smackdown, dan – ya I hate it too – ada Lana untuk tim raw. Tonton dan perhatikan booking membuat Bayley yang heel tersingkir duluan; ini effectively membuat Smackdown tim face di sini, as opposed to Shayna dan Nia Jax, dan Lana. Dan meskipun kita bisa melihat ending yang bau-baunya bakal either menarik atau jengkelin, match ini tetap terasa lebih menarik di antara partai-partai sebelumnya.

“It doesn’t have to be pretty. It just have to be hurt” Exactly

 

 

On the paper, sure it is fun. Acara yang menampilkan adu-brand. Yang terbaik dari masing-masing brand saling berhadapan satu sama lain. Hanya saja pada praktiknya, para superstar just have less things to work with karena WWE enggak menyediakan ruang untuk dinamika karakter pada match-matchnya. Perayaan Undertaker pun seperti terpisah dari acara, padahal mestinya bisa dimasukin dan dijalin mulus ke dalam rangkaian acara. Diberikan weight lebih ke acara.

Bukti mutlak WWE gak punya cerita jangka panjang dan just scrap everything on the go adalah mengganti Orton sebagai juara WWE, dengan Drew McIntyre. WWE sebenarnya tentu paham menulis face-lawan-face atau heel-lawan-heel itu susah dan matchnya bakal ngebosenin, maka khusus untuk main event, mereka terpaksa untuk mengganti pemain. Randy Orton yang heel, meski baru saja jadi juara, tidak akan menarik jika ditandingkan dengan Roman Reigns yang lagi hot-hotnya setelah bertukar peran menjadi antagonis. Mengganti karakter Orton jadi face akan makan lebih banyak waktu. Maka WWE mengembalikan sabuk kepada Drew McIntyre yang sudah jadi salah satu babyface terbesar di Raw. Dengan efektif menunjukkan mereka jadiin Orton juara itu tanpa pemikiran sedari awal, tanpa kesadaran bahwa sebulan setelah itu mereka butuh partai seru juara melawan juara. Dan aku senang WWE comes to their senses pada match ini. Karena McIntyre lawan Reigns – udah kayak battle antara dua kepala suku – easily baik secara teori maupun eksekusi adalah MATCH OF THE NIGHT. Terbaik. Terseru. Endingnya make sense. Semua itu karena ada dinamika, ada drama, psikologi karakter mereka berjalan. Dengan baik pula.

 

 

 

 

Full Results:

1. TRADITIONAL SURVIVOR SERIES TAG TEAM Tim Raw (AJ Styles, Matt Riddle, Braun Strowman, Keith Lee, dan Sheamus) menyapu bersih Tim Smackdown (King Corbin, Jey Uso, Seth Rollins, Otis, dan Kevin Owens)
2. CHAMPIONS VS. CHAMPIONS Street Profits (Smackdown Tag Team Champions) ngalahin New Day (Raw Tag Team Champions)
3. CHAMPION VS. CHAMPION Bobby Lashley (United States Champion) bikin tap out Sami Zayn (Intercontinental Champion)
4. CHAMPION VS. CHAMPION Sasha Banks (Smackdown Women’s Champion) merebut kemenangan dari Asuka (Raw Women’s Champion)
5. TRADITIONAL SURVIVOR SERIES TAG TEAM Tim Raw menang dengan Lana sebagai sole survivor (Shayna Baszler, Nia Jax, Peyton Royce, Lacey Evans) mengalahkan Tim Smackdown (Bianca Belair, Liv Morgan, Ruby Riott, Natalya, Bayley)
6. CHAMPION VS. CHAMPION Roman Reigns (Universal Champion) unggul atas Drew McIntyre (WWE Champion)

 

 

 

That’s all we have for now.

Remember, in life there are winners.
And there are losers.

 

 

 

 

 
We are the longest reigning BLOG KRITIK FILM TERPILIH PIALA MAYA

Share this:

  • Tweet
  • Email
  • Share on Tumblr
  • Pocket

Like this:

Like Loading...

Hell in a Cell 2020 Review

26 Monday Oct 2020

Posted by arya in Wrestling

≈ 4 Comments

Tags

2020, action, analysis, drama, result, review, spoiler, sport-entertainment, thought, violence, wwe, wwe network

 

Sebagai atraksi setiap halloween, ppv Hell in a Cell selalu ‘dijual’ oleh WWE sebagai malam yang intens. Pertandingan-pertandingannya dipersiapkan untuk memiliki cerita yang benar-benar personal, sehingga ketika mereka ditempatkan di Hell in a Cell, pertandingan tadi jadi terasa berkali lipat lebih spesial. Tajuk yang diangkat sebagai tema besar Hell in a Cell tahun ini adalah ‘personal hell’.Tiga HIAC match yang dihadirkan mewakili seteru persahabatan, keluarga, dan kepercayaan. Tiga hal personal yang gampang untuk relate ke kita-kita yang bahkan bukan pegulat. Makanya ketiga pertandingan tersebut seketika menjadi menarik. Menjadikannya HIAC match hanya membuat mereka menjadi lebih seru lagi. Dengan berpijak dari situ, mestinya sudah hampir pasti yang disuguhkan oleh WWE ini adalah tayangan yang luar biasa.

Namun ternyata dari tiga HIAC, hanya ada satu yang benar-benar spesial. Ketiganya memang intens dan personal, tapi tidak terasa seluarbiasa itu. Tidak terasa seperti sebuah puncak, melainkan hanya seperti pengulangan. Dan memang begitulah adanya. Dua dari tiga match HIAC yang kita dapatkan di sini adalah pengulangan dari match di Clash of Champions 2020. WWE punya tugas untuk melanjutkan cerita tersebut, tapi tidak sepenuhnya berhasil melampaui keseruan yang sudah mereka hadirkan pada PPV sebelumnya itu.

Sebelum membahas yang kurang berhasil, kita akan ngomongin yang sukses dulu. Tiga kata. Bayley. Sasha. Banks. Satu-satunya yang failed dari pertemuan mereka ini (at last!) adalah failed-nya WWE dalam memposisikan pertandingan ini. Kejuaraan Wanita Smackdown ini seharusnya dijadikan partai terakhir. Dijadikan main event. Karena begitu seru, kreatif, dan sungguh cocok mengemban cerita dengan build up yang sudah demikian panjang. Ketertarikan kitapun tidak bisa lebih tinggi lagi. Kita masuk ke pertandingan ini mengetahui fakta bahwa Sasha Banks enggak pernah menang HIAC meskipun dia memegang rekor sebagai satu-satunya anggota Four Horsewomen yang paling banyak bertanding di HIAC – semuanya melawan sesama anggota Four Horsewomen! – dan juga fakta bahwa ketegangan antara Sasha dengan Bayley udah mencapai puncak ubun-ubun. Story mereka ditulis dengan sangat baik, setiap detil dijadikan hook. Rekor Bayley menjadi juara selama 380 hari dijadikan stake buat si juara bertahan yang jadi antagonis di cerita ini. Membuat posisi mereka jadi berimbang, keduanya punya stake, keduanya mungkin untuk menang. Membuat kita yang nonton geregetan.

Boss in a Cell!!

 

Menonton bentrokan Bayley dan Sasha Banks ini membuat ingatanku terpelanting ke belakang, ke saat menyaksikan dokumenter WWE Untold mereka yang membahas pertandingan Ironman legendaris mereka di NXT. Saat itu Sasha bilang, mereka gak bisa terlalu banyak latihan karena jika pegulat wanita ‘ketahuan’ melakukan banyak adegan diving berbahaya, maka senior dan para produser akan melarang dan menyuruh untuk mengurangi aksi mereka sedikit. Kenapa aku jadi terflashback ke sana? Well karena di HIAC kali ini aku melihat lutut Sasha Banks beterbangan ke sana kemari! Gerakan Meteora itu dijadikan Sasha sebagai signature dan di match ini kita melihat berbagai macam variasi. Dan semuanya tampak berbahaya. Yang paling mencengangkan adalah Meteora yang dilakukan oleh Sasha sambil berlari di atas meja (sebagai landasan/ramp) untuk kemudian meloncar dan menubruk Bayley ke kandang. Aku yakin sekali Sasha dan Bayley juga merahasiakan spot-spot mereka yang seperti ini, dan barulah mereka meledakkan semuanya ketika sudah live bertanding. Bayley dan Sasha di sini membuktikan kepada dunia gulat hiburan bahwa WWE – kendati strict dan paling main-aman – tetap mempunyai divisi gulat cewek terbaik.

Kecepatan tempo dan kreativitas dua pegulat cewek itu bahkan tidak mampu ditandingi oleh main event acara; Randy Orton dan Drew McIntyre. Keduanya justru stuck di tempo lambat dan alur tanding yang lebih metodikal. Dengan kata lain, partai Kejuaraan tertinggi di WWE Raw itu terasa membosankan ketimbang kejuaraan wanita barusan. Pada satu titik, terlihat seperti Orton dan McIntyre ingin melakukan sesuatu yang luar biasa. Mereka berdua memanjat kandang tinggi itu, dan melanjutkan berantem di atasnya. Namun selain shot epik dan pemandangan yang bikin penonton yang fobia ketinggian keringet dingin, tidak banyak yang kedua pegulat itu hasilkan di atas sana. Mereka hanya adu jotos sebentar, lalu kemudian turun lagi. Aksi menjadi lebih fisikal justru pada saat mereka sudah setengah turun. McIntryre pake gimmick darah di sini, ia muntah darah seolah ada internal bleeding setelah terbanting jatuh ke atas meja komentator dari dinding yang sedang mereka panjat. Sisanya, pertandingan tersebut terasa datar. Bahkan hasil akhir pertandingan ini tidak pernah benar-benar mengejutkan. But I guess kita semua udah mengharapkan pertandingan datar seperti itu ketika ada nama Orton tertera sebagai pesertanya. Dan bahkan sebenarnya match tersebut gak sedatar itu jikasaja mereka tidak harus punya Sasha dan Bayley sebagai patokan. However, di antara ketiga HIAC yang bisa dibilang paling mengecewakan buatku adalah Roman Reigns lawan Jey Uso, yang justru supposedly adalah yang paling unik karena merupakan HIAC pertama yang menggunakan stipulasi I Quit match.

Kurungan yang jadi personal hell itu bagi WWE sendiri sebenarnya adalah soal ke-strict-an mereka dalam mempersembahkan diri sebagai brand. WWE sebenarnya punya lebih dari satu kesempatan seperti HIAC ini untuk sesekali mengambil resiko dan menyimpang sedikit dari ‘rutinitas’ dan format presentasi aman yang mereka lakukan. Tapi tidak pernah hal tersebut dilakukan dengan maksimal. 

 

Hal terbaik dari Kejuaraan Universal itu adalah penerapan I Quit itu sendiri. Tidak lagi wasit nyodorin mic ke peserta yang tepar kayak jaman dulu. Melainkan langsung komunikasi verbal antara semua pihak yang terlibat. Dan berkat itu, Roman Reigns jadi kayak orang sakit jiwa, membuat karakternya menjadi semakin menarik. Nyuruh Jey untuk quit. Ngoceh-ngoceh sendiri soal dia kepala suku. Fresh melihat karakternya seperti ini. Sayangnya, pertandingan mereka ini secara naratif udah kayak pengulangan plek-plek dari pertandingan luar biasa mereka sebulan sebelumnya. Bahkan sekuen di endingnya mirip juga. Sehingga menontonnya jadi biasa aja, walaupun ada kandang neraka itu yang jadi playground mereka sekarang. Kemudian malah pertandingan ini jadi janggal karena hal-hal seperti melakukan gerakan submission yang mencekik lawan. Ini membuat si superstar yang melakukan jadi kelihatan blo’on karena inti I Quit ini kan supaya lawan menyerah dengan bilang “I quit”. Kalo lawan kecekek terus pass out, gimana mereka bilang kata tersebut? Matchnya gak bakal berakhir dong kalo lawannya pingsan. Dan lagi, si wasit juga gak kalah blo’onnya nanyain quit atau enggak setelah si superstar terlepas dari submission. Padahal kan logisnya orang bakal nyerah saat dia kecekek; setelah cekekan atau kuncian lepas, ya mereka gak ada urgensi lagi untuk bilang quit.

Selain proses match yang kurang logis, kejadian setelah ending pertandingan ini juga rada aneh. Development karakter dan cerita setelah ending itu adalah Jey menunjukkan kualitas sebagai orang yang care dengan saudara dan keluarganya. Ini penting karena masalah kedua superstar ini adalah membuktikan bahwa Roman Reigns cocok sebagai kepala suku keluarga gulat mereka. Nah di match ini diperlihatkan Jey cukup tangguh, dia bertahan gak mau menyerah – biarlah badannya sakit dihajar. Namun begitu saudara kembarnya yang disakiti, Jey langsung bilang I quit supaya Reigns menghentikan serangan. Jey berkorban dan memikirkan saudaranya. Tapi lantas, setelah match berakhir, Afa dan Sika muncul dan menyerahkan simbolik kepala suku kepada Roman Reigns, meskipun jelas si Reigns ini menunjukkan bahwa dia rela melakukan apa saja – termasuk menyakiti sepupu/keluarganya sendiri. Kita masih cuma bisa meraba kemana arahnya storyline mereka ini, tapi menurutku ini aneh keluarga besar Reigns justru mendukung dirinya jadi kepala suku. Aku gak tau. Apakah WWE menyelipkan kritikan soal pemerintah tirani – aku ragu writer mereka kepikiran sejauh itu.

Yang jelas bagi Reigns, dia gak akan membiarkan Jey quit seterhormat Khabib menyatakan dirinya quit.

 

 

The rest of the cards adalah match-match gak-spesial, yang mestinya bisa aja dilangsungkan di show mingguan. WWE pun tidak usaha banyak untuk membuat mereka spesial. Retribution dapat match hampa yang justru membuat mereka terlihat lebih lemah lagi karena anggotanya ditumbalkan begitu saja kepada Lashley. Jeff Hardy malah dibikin kayak gak peduli untuk memenangi pertandingan; karena situasinya dituliskan dia DQ gitu aja. Yang paling unfortunate buatku adalah Otis. WWE kayak kehilangan kepercayaan gitu aja ke superstar ini dengan mencabut Money in the Bank darinya. Padahal bukan salah Otisnya, kesempatan aja yang jarang diberikan kepadanya. Mestinya justru di sinilah kesempatan untuk Otis. WWE bisa membuat pertandingan ini sebagai push supaya Otis tampak kredibel dengan mengalahkan mantan juara WWE. Tapi enggak. WWE just give up on him. Menggantikan posisi MITB dengan Miz (alih-alih Morrison), and for some reason membuat Tucker jadi heel.

 

 

Hitam putih di sini bukanlah lagu Isyana, melainkan attire Sasha-Bayley dan Reigns-Jey. WWE membuat simbolik mereka sesederhana itu. Jahat hitam. Protagonis putih. Dan tampaknya memang keseluruhan acara ini enggak pernah berkembang jauh dari kesimpelan semacam itu. Simpel yang berarti kurang usaha. Kurang berani ambil resiko. Untuk acara dengan occasion seseram halloween, dengan gimmick sebrutal hell in a cell, acara ini justru terasa main aman dan datar-datar saja. The Palace of Wisdom menobatkan HIAC Sasha Banks mendobrak ‘kutukan’ melawan mantan sahabatnya, Bayley sebagai MATCH OF THE NIGHT 

 

 

 

 

Full Results:

1. UNIVERSAL CHAMPIONSHIP HELL IN A CELL I QUIT MATCH Roman Reigns bertahan sebagai juara dengan memaksa Jey Uso berkata “I quit”
2. SINGLE Elias menang DQ atas Jeff Hardy
3. MONEY IN THE BANK CONTRACT ON THE LINE The Miz merebut koper dari Otis
4. SMACKDOWN WOMEN’S CHAMPIONSHIP HELL IN A CELL Sasha Banks jadi juara baru ngalahin Bayley
5. UNITED STATES CHAMPIONSHIP Bobby Lashley defending against Slapjack (yea aku tau namanya bego)
6. WWE CHAMPIONSHIP HELL IN A CELL Randy Orton mengalahkan juara bertahan Drew McIntyre 

 

 

 

That’s all we have for now.

Remember, in life there are winners.
And there are losers.

 

 

 

 

 
We are the longest reigning BLOG KRITIK FILM TERPILIH PIALA MAYA

Share this:

  • Tweet
  • Email
  • Share on Tumblr
  • Pocket

Like this:

Like Loading...

Gold Rush: Clash of Champions 2020 Review

28 Monday Sep 2020

Posted by arya in Wrestling

≈ 1 Comment

Tags

2020, action, analysis, championship, drama, funny, result, review, spoiler, sport-entertainment, thought, violence, wwe, wwe network

 

 

Dulu bernama Night of Champions, dan buatku pay-per-view ini selalu punya pesona tersendiri. Karena ini adalah malam di mana semua pemegang sabuk di WWE turun ke arena untuk bertanding mempertaruhkan kejuaraan mereka masing-masing. Konsep ini menciptakan kesan bahwa kejuaraan tersebut benar-benar sakral. Buat para jawara, ini adalah ajang pembuktian. Buat para penantang, tentulah acara ini kepentingannya lebih grande lagi, sebab ini adalah kesempatan besar bagi mereka. Dan bagi sebagian besar superstar (at least, yang feud dan storyline mereka digarap dengan sungguh-sungguh), match di Clash of Champions selalu sangat personal. Terakhir, buat kita sebagai penonton, well, buatku menonton Clash of Champions ini terasa seperti ngeliat event boss-fight video game yang beruntun.

Klop Gladiator banget Clash of Champions diadain di Thunderdome!!

 

 

Tentu saja semua kesan tersebut berasal dari baiknya build up yang dilakukan oleh WWE terhadap bukan hanya para superstar (juara dan penantang), tapi juga ‘drama’ di antara mereka. Dan untuk tahun ini, Clash of Champions punya satu storyline yang digarap paling menarik di antara semua. Karena dia juga adalah yang paling fresh. Yang kita bicarakan di sini adalah pertandingan antara Roman Reigns mempertahankan sabuk Universal melawan salah satu saudara sepupu kembarnya; Jey Uso. Inceran WWE tentu saja adalah cerita gede yang melibatkan salah satu keluarga paling gede dalam sejarah dunia gulat. Yakni keluarga Samoa yang sudah generasi bergenerasi bekerja sebagai penampil untuk bisnis gulat hiburan. Heritage yang bisa ditarik dari Wild Samoa, ke Yokozuna, ke Rikishi. Umaga. Dan tentu saja The Rock. This family means money. This family means business. Maka WWE menyiapkan cerita dari keluarga tersebut untuk generasi sekarang. Roman Reigns. Dan Uso. Reigns putra dari Sika. Kembar Uso putra dari Rikishi. They are part of the Samoa’s Bloodline. Reigns dan Jey tumbuh bersama, di lingkungan wrestling. WWE membuat dua ‘ahli waris’ itu beradu. Membuatnya personal bagi kedua superstar.

Karena sabuk juara yang diperebutkan di sini bukan saja merepresentasikan siapa yang terkuat. Lebih dari pada itu, bagi kedua pegulat muda ini, sabuk itu adalah simbol kekuasaan. Pemimpin dalam keluarga besar mereka. Para komentator menyebutnya sebagai Penentuan Kepala Suku.

 

WWE bisa saja membuat match ini sebagai cerita underdog yang menarik. Jey sama sekali belum pernah memenangi kejuaraan solo, sementara sepupunya itu sudah malang melintang di kejuaraan dunia. Kalian yang niat ngitungin pasti tahu udah ada tujuh championship reigns di bawah kepimpinan Roman Reigns. Jey selama ini selalu bermain di divisi tag team berpasangan ama saudara kembarnya, Jimmy. Sementara Roman Reigns sudah jadi top single star bahkan saat dia merupakan bagian dari grup/stable. Motivasi Jey di sini pun cukup dramatis; dia mau mengubah pertanyaan ‘dia kembar yang mana?’, dia ingin supaya orang mengenal dirinya sebagai juara. Namun WWE sudah kukuh untuk membuat ini adalah cerita tentang Roman Reigns. Cerita tentang sisi gelap Reigns yang belum pernah kita lihat. Cerita bahwa Reigns begitu tinggi sehingga dia merasa perlu untuk diakui sebagai Kepala Suku alias The Tribal Chief. Pilihan ini tadinya kupikir bakal membuat storyline ini menjadi kurang nendang karena predictable. Tapi spektakular tetaplah spektakular. Karena WWE paham pada where the money is, dan eksekusi cerita ini pada Clash of Champions benar-benar luar biasa.

Mengutip sedikit jargon seorang pegulat paling ‘nyetrum(?)’; “It doesn’t matter!” Gak peduli kalo hasil akhirnya ketebak. Yang penting adalah bagaimana hasil tersebut disampaikan kepada kita. Roman Reigns melawan Jey Uso sukses berat dari segi penceritaan, dengan didukung juga oleh aksi ring yang benar-benar intens. WWE mempersembahkannya dengan sedramatik mungkin. Untuk membantu mengomunikasikan perubahan karakternya, Roman Reigns menggunakan approach bertanding sambil bicara. Dan ini benar-benar membantu kita untuk melihat Reigns sebagai pribadi yang telah berubah. Karena Reigns sebelum ini enggak pernah banyak omong, ataupun dia juga gak pernah melepas vest ‘armor’nya. Aksi yang disuguhkan menambah banyak kepada bobot cerita dan karakter. Bahkan sekuen Jey fired up aja dibuat sedemikian intens dengan Cole berteriak-teriak takjub dari meja komentator “He’s gonna do it! He’s gonna do it!!”. WWE lantas dengan sengaja mengangkat pertanyaan untuk menambah layer drama dengan membuat Reigns kick out pake gerakan yang ngelow-blow Jey. Sengaja atau tidak? Apakah Reigns perlu sampai curang untuk menang? Ending partai ini juga tak kalah spektakular dalam bercerita karena menampilkan adegan yang subtil buat Roman Reigns saat Jimmy datang menggunakan tubuhnya sebagai ‘shield’ untuk melindungi Jey dari pukulan.

Selain Jey, ada satu lagi superstar yang ‘naik kelas’. Tampil pertama kali sebagai penantang dalam perebutan gelar juara wanita, Zelina Vega memainkan perannya dengan maksimal. Membuat kita melihatnya sebagai penantang yang legit untuk juara sekaliber Asuka. Well, cerita pertandingan ini memang tentang Asuka yang sedikit ‘kaget’ akan kebolehan Zelina; Asuka diposisikan seperti kita; dia sedikit go easy on Zelina, tapi nyatanya dia harus mengerahkan tenaga lebih untuk menundukkan Zelina. Aku senang feud ini masih berlanjut karena rotasi karakter itu benar-benar kelihatan. WWE tidak lagi terlalu kentara memakai pemain-pemain yang itu-itu saja. Satu kekurangan buatku adalah betapa cepatnya Zelina tap out. Apollo Crews juga dibuat secepat itu tap out kepada kuncian Bobby Lashley di Kejuaraan United States. Sebaiknya mereka bertahan sedikit lebih lama sebelum tap out untuk memperlihatkan determinasi dan perjuangan itu kepada kita.

Nonton ini dijamin kita gak perlu pasang mata boboho kayak Jeff Hardy

 

Selain itu, ada dua lagi match yang berlangsung sangat fun. Yakni Kejuaraan Intercontinental yang dilangsungkan sebagai Ladder Match dan Kejuaraan WWE dalam Ambulance Match. Kalolah ada juara terkreatif, maka aku jelas akan menobatkan titel itu kepada Ladder Match di sini. Sami Zayn, Jeff Hardy, dan AJ Styles sudah barang tentu mampu melakukan aksi-aksi yang bikin tahan napas dengan tangga. Namun di match ini mereka bahkan bekerja dengan lebih kreatif lagi. Gimmick boleh jadi kuat di sini, tapi dilakukan dengan sangat unik dan menghibur. Belum pernah aku melihat taktik memborgol orang ke tangga lewat lubang kupingnya ataupun memborgol lawan ke tangan sendiri. Match ini sungguh original karenanya. Ambulance Match antara Drew McIntyre melawan Randy Orton juga sebrutal dan seasik itu. Spot ketika McIntyre terbanting keras ke kaca depan ambulans (punggungnya ampe luka-luka!) bakal membuat kita bernostalgia ke era gulat hardcore. Selebihnya, Ambulance Match juga kuat di gimmick. Beberapa superstar legend yang ‘dimatikan’ oleh Orton sepanjang build up ke match ini sejak berbulan yang lalu, bergantian muncul untuk membalas dendam kepada Orton. WWE menggunakan aturan No-DQ dan bertarung hingga ke backstage sebagai device untuk berkreasi dengan kemunculan mereka. I kinda wished mereka ngetwist sedikit atau apa, like, buat Ric Flair di akhir namun ternyata malah menyerang McIntyre, tapi aku cukup senang dengan mereka membuat Ric Flair sebagai supir ambulans yang membawa Orton yang kalah keluar arena. Karena buatku itu juga masih bisa dimaknai ambigu sebagai Flair membawa Orton dan menyelamatkannya. Seriously, aku menolak untuk percaya Flair gak up to something bad hahaha…

Jika bukan karena pandemi, tentulah acara ini bakal lebih seru lagi. Clash of Champions terpaksa meng-cut dua pertandingan karena superstar yang terlibat di dalamnya tidak diijinkan bertanding karena ‘masalah medis’. Shayna Baszler dan Nia Jax (meski ini aku curiga jangan-jangan ditarik karena Nia Jax masih sodaraan ama Reigns dan Jey sehingga WWE gak mau menarik perhatian kita ke arah sana). Dan Nikki Cross. ‘Mitigasi bencana’ WWE untungnya cukup cepat tanggap. Match Bayley dengan Cross diganti menjadi Bayley melawan Asuka (dobel duty!). Intensitas storylinenya tetap hidup, dan masih nyambung ketika WWE butuh ‘cutscene’ kemunculan Sasha Banks. From the looks of it, WWE sepertinya mengincar pertandingan Hell in a Cell antara Bayley dan Sasha bulan depan. Yang membuat episode Sasha melawan four horsewomen di HIAC terus berlanjut.

Toh WWE cukup tersandung juga ketika terjadi ‘bencana’ yang cukup mendadak. Ending Kejuaraan Tag Team antara Street Profits melawan Andrade dan Angel Garza tampak begitu awkward. Matchnya dihentikan prematur karena Garza mengalami cedera saat melakukan Knee Strike (ketarik terlalu jauh kayaknya uratnya). Namun komunikasi antara semua pihak di ring tidak berhasil dilakukan dengan mulus. Andrade tetap kick out saat wasit seharusnya menghitung sampai tiga. Bahkan Angelo Dawkins pun tampak kaget dan sedikit emosi sebelum akhirnya sadar dengan kondisi Garza di luar ring.

 

 

Dikawangi oleh dua match yang sangat menghibur dan dramatik di awal dan akhir match, menonton Clash of Champions 2020 benar-benar terasa seperti naik wahana superseru. Tadinya kupikir karena pertandingannya berkelas semua maka WWE akan mengambil arahan klasik dan menjadikannya serius dan sesuai format standar. Tapi ternyata ada banyak hal kreatif dilakukan. Ada banyak gimmick yang dipakai, tapi tidak membuat pertandingan berkurang urgency ataupun kepentingannya. Bahkan dengan perubahan di last-minute, WWE masih mampu kembali asik setelah tersandung tersebut. The Palace of Wisdom menobatkan Tribal Fight antara Roman Reigns melawan Jey Uso sebagai MATCH OF THE NIGHT 

 

 

 

 

Full Results:

1. INTERCONTINENTAL CHAMPIONSHIP TRIPLE THREAT LADDER MATCH Sami Zayn membuktikan bahwa dia juara sesungguhnya dengan mengakali Jeff Hardy dan AJ Styles
2. RAW  WOMEN’S CHAMPIONSHIP Asuka bikin Zelina Vega tap out
3. UNITED STATES CHAMPIONSHIP Bobby Lashley retains over Apollo Crews
4. RAW TAG TEAM CHAMPIONSHIP Street Profits unggul lagi atas Andrade dan Angel Garza
5. SMACKDOWN WOMEN’S CHAMPIONSHIP Bayley nyelametin sabuknya dari Asuka 
6. WWE CHAMPIONSHIP AMBULANCE MATCH Juara bertahan Drew McIntyre masukin Randy Orton ke ambulans
7. UNIVERSAL CHAMPIONSHIP Romain Reigns ngalahin Jey Uso ampe babak belur 

 

 

 

That’s all we have for now.

Remember, in life there are winners.
And there are losers.

 

 

 

 

 
We are the longest reigning BLOG KRITIK FILM TERPILIH PIALA MAYA

Share this:

  • Tweet
  • Email
  • Share on Tumblr
  • Pocket

Like this:

Like Loading...

SummerSlam 2020 Review

24 Monday Aug 2020

Posted by arya in Wrestling

≈ Leave a comment

Tags

2020, action, analysis, championship, drama, funny, result, review, spoiler, sport-entertainment, thought, wwe, wwe network

 

Apa asiknya ngadain pesta tapi tanpa orang. Maka WWE pun memutar otak mereka, hingga akhirnya menemukan konsep baru yang membuat SummerSlam, si Pesta Terbesar di Musim Panas kali ini bisa tetap meriah oleh penonton yang hanya bisa menyaksikan dari rumah. Pada SummerSlam 2020 kita melihat aplikasi dari konsep yang disebut WWE sebagai ThunderDome.

Tribun penonton di sekeliling ring disulap menjadi barisan LED, yang akan menampilkan wajah ratusan fans yang menonton dari webcam masing-masing. Such a fun concept, kita yang di Indonesia juga bisa mendaftar untuk jadi penonton di sana, dan ternyata memang konsep ini terlihat keren di TV. WWE berhasil menemukan cara untuk membuat wajah-wajah penonton ini mendistraksi kita dari atraksi yang sesungguhnya. Mereka melakukannya demi mendapatkan keriuhan fans yang tepat untuk menghidupkan suasana. Tepuk tangan dan sorakan itu jelas jauh lebih baik daripada yel-yel maksa dari ‘penonton’ di Performance Center, seperti yang selama ini kita dapatkan semenjak pandemi. Menonton SummerSlam kali ini, rasanya nyaris sama seperti menonton acara WWE sebelum Corona. Dan untuk membuat hal lebih greget, WWE yang kayaknya lagi murah rezeki, mengembalikan pyro ke arena! Jadi, ya, pesta kali ini memang beneran rame oleh sorakan, lighting, pyro. Dan cup!

Kalo di Indonesia, mungkin acara ini udah masuk rekor Muri sebagai Pertunjukan TV Live dengan Penonton Virtual Terbanyak

 

 

As exciting as seeing Street Prophet’s entrance, kita-kita penonton gulat ini tentulah akan tetap menomorsatukan aksi di atas ring. SummerSlam 2020 tidak punya pertandingan spesial, dengan momen atau spot yang luar biasa mencengangkan. Walau sekilas itu terdengar seperti sesuatu yang buruk, tapi pada kenyataannya tidak sejelek itu. Karena pada pay-per-view itu semua partai terasa berimbang. Dengan outcome yang terarah, entah itu sesuai dengan gimmick/tema acara ataupun didesain untuk mendeliver cerita. Jadi, meskipun tidak ada satu pertandingan yang mencuat, acara ini sebaliknya juga tidak punya banyak kelemahan. Hanya ada satu pertandingan yang benar-benar terasa kurang memuaskan, kita akan bahas itu di bagian akhir.

Untuk sekarang aku mau bicara soal seorang non-pegulat bikin kejutan di atas ring! Well, sebenarnya dua orang, karena that happened twice dalam dua hari ini! Pertama kita melihat Pat McAfee menyuguhkan pertandingan yang lebih menghibur daripada keseluruhan acara Raw minggu lalu di NXT TakeOver hari Sabtu. Dan kini, di SummerSlam ini kita melihat anak Rey Mysterio, si Dominik, berhasil membuat kita berjingkrak-jingkrak seru saat melihat dia membanting tulang demi ayahnya, berhadapan dengan Seth Rollins. Yea, time flies fast – rasanya baru SummerSlam kemaren kita menonton Rey dan Eddie Guerrero rebutan hak asuk Dominik yang gemetar jadi saksi di pinggir ring, dan sekarang kita melihat Dominik itu terbang dengan jurus-jurus Rey dan Eddie! Jelas bukan hanya waktu yang bisa terbang di sini! Namun sebenarnya, yang membuat partai ini menghibur adalah character-work yang kuat dari kedua kubu. Rollins sedari awal sudah menunjukkan permainan heel yang istimewa dengan muncul mengenakan attire tribute untuk kostum pertandingan legendaris Mysterio di WCW. Bergerak mulai dari sana, Rollins menunjukkan pemahamannya terhadap psikologi yang diniatkan oleh cerita. Karena tidaklah logis jika Dominik bisa mengungguli Rollins yang sudah tinggi jam terbang, maka Rollins ‘memberikan’ Dominik celah untuk mengoutsmart dirinya dengan kerap meledek atau talk trash. Ada satu momen ketika Dominik berhasil menghindar dari Curb Stomp, dan nyaris mencuri pertandingan. And that was really good. Walaupun match ini agak kepanjangan, tapi mereka berhasil mendeliver cerita, dan itulah sebabnya jadi tetap terasa menghibur.

Narasi-narasi drama di WWE belakangan memang lagi keren-kerennya. Salah satu yang paling dipush adalah soal Bayley dan Sasha Banks, dengan perjuangan Asuka sebagai bumbu yang bikin sajian ini semakin pedes. Di sini Asuka bergulat dua kali, melawan Banks dan Bayley, memperebutkan sabuk mereka bergantian. But really, di drama ini Sasha Banks adalah tokoh utamanya. Urutan pertandingan tersebut jadi kunci yang penting, dan SummerSlam melakukannya dengan benar. Pertama Banks dibuat khawatir saat Asuka berhadapan dengan Bayley, karena bukan saja dia mencemaskan sohibnya, Banks juga mencemaskan bakal berhadapan dengan Asuka yang seperti apa nanti. Apalagi komentator juga memberikan subteks bahwa Bayley dan Asuka merupakan yang paling berprestasi dari NXT, keduanya telah mencapai semua. Perbedaan Asuka dan Bayley adalah Bayley belum pernah menang Royal Rumble, dan reigns NXT Bayley diakhiri oleh Asuka sendiri. Ini menciptakan tekanan – yang terdeliver keren lewat ekspresi Banks. Maka Banks aktif membantu Bayley. Dan saat tiba giliran dia melawan Asuka, kita bisa merasakan urgensi darinya.

Setiap kali bertanding, Asuka dan Banks selalu menyuguhkan pertarungan yang keras, dengan banyak gerakan counter yang seperti dilakukan impromtu karena keduanya sama-sama intens. Dalam SummerSlam ini juga seperti demikian. Dan jika ini sebuah film, maka ini adalah cerita tentang kegagalan Sasha Banks. Kejadian akhir pada match Banks dibuat mirip dengan kejadian akhir di match Bayley. Perbedaannya tentu saja terletak pada kali ini siapa yang berada di luar dan seharusnya membantu.

Tampangmu ketika menyadari kau tak pernah menang setiap mempertahankan sabuk di PPV

 

Menakjubkan gimana WWE berhasil menarik-ulur dan menggoda kita dengan storyline Banks-vs-Bayley. Kita sudah dapat kisah ‘persahabatan’ mereka ini dari tahun 2018 loh. Aku gak tau, mungkin WWE bingung mau ngasih posisi face dalam skenario tersebut untuk siapa. Yang jelas, dengan build up dan pengembangan seperti ini, kupikir kita semua bisa berharap untuk pay off yang bener-bener pecah. Karena toh yang sesimpel storyline Mandy Rose dan Sonya DeVille saja bisa worked greatly. Semua orang respek sama Sonya sekarang, aku yakin; setelah promonya yang keren di Smackdown sebelum acara ini. Akan menarik untuk memantau bagaimana WWE mengakali stipulasi ‘loser leaves’ ini, mungkin setelah kasus yang menimpanya di real life Sonya memang butuh rehat sebentar, tapi kita bisa yakin bahwa dia akan comeback one way or another.

Match teraneh di acara ini adalah Kejuaraan WWE antara Drew McIntyre melawan Randy Orton. Aneh dalam artian yang sebagian besar positif. Partai ini, menilik dari storyline dan star power, seharusnya jadi main event. Namun WWE mengincar sesuatu yang benar-benar ‘you’ll never see it coming’ untuk menutup acara. Sehingga partai Kejuaraan WWE ini mendapat arahan yang berbeda, meski sama-sama masih dalam lingkup tajuk ‘you’ll never see it coming’. Dan inilah yang membuatnya jadi aneh-tapi-menarik. Both Orton dan McIntyre sudah sah jadi papan atas, mereka punya semua; kharisma, skill, segala macam. Interestingly, dalam pertandingan ini tidak satupun dari mereka yang berhasil menyarangkan special move masing-masing. Tidak ada RKO. Tidak ada Claymore (so it would be clay-less xD). Pertarungannya seru, kelas partai utama, tapi tidak berlangsung seperti yang kita semua sangka. Malah, seingatku aku belum pernah menyaksikan pertandingan sekaliber ini, dengan superstar top semacam mereka, yang berlangsung tanpa finisher.

Dengan tema You Will Never See It Coming, dalam acara SummerSlam ini WWE ingin membuktikan bahwa mereka masih bisa memberikan kita kejutan.

 

‘It’ dalam ‘You’ll never see it coming’ ternyata merujuk kepada Roman Reigns. Sungguh sebuah kejutan baik yang beneran tidak terduga. Bukan saja menyelamatkan kita dari main event yang uninspiring antara The Fiend melawan Braun Strowman, tapi sepertinya juga penyelamat rating acara WWE untuk ke depannya. Tapinya lagi, ‘It’ di situ ternyata juga merujuk kepada Alexa Bliss. Yang benar-benar tak kelihatan wujudnya. Padahal Bliss jadi faktor penting dalam storyline antara Strowman dengan Bray Wyatt. Aneh jika karakter ini tidak dimunculkan karena jadi tidak ada pay off. Semua orang sudah terinvest ke dalam cerita mereka yang melibatkan Bliss. Membuatnya tidak ada hanya membuat penulisan/bookingan seperti trying too hard untuk menjadi tak-tertebak. It’s also weird saat ada juara dan ada pemenang MITB di satu tempat, tapi saat sang juara tak berkutik, si Mr. MITB tidak datang menggunakan kesempatan.

Padahal aku sekalian pengen lihat gimana kocaknya The Fiend kena Caterpillar

 

 

 

Geng Retribution juga absen di sini. Padahal selama ini mereka selalu datang mengganggu acara WWE. Mereka di sini hanya nongol di video package. Yang menariknya adalah kaos baru si Roman Reigns. Tulisannya ‘Wreck Everyone and Leave’. Apakah menurut kalian Reigns ada sangkut pautnya dengan Retribution? Anyway, SummerSlam 2020 cukup menghibur. Matchnya fairly good, enggak ada yang terlalu unggul, ataupun terlampau jelek. Main event-nya lah yang paling parah, tapi tertebus oleh kejutan yang menyusul. Selebihnya ada yang bagus tapi agak kepanjangan kayak matchnya anak Mysterio, ada yang terlalu ngikut tema kayak Kejuaraan WWE. Milih Match of the Night di sini cukup susah, tapi aku akan membagikannya kepada pertandingan yang punya storyline yang paling matang, dan aksi yang garang. MATCH OF THE NIGHT dijatuhkan kepada Asuka melawan Sasha Banks.

 

 

 

 

Full Results:

1. SMACKDOWN WOMEN’S CHAMPIONSHIP Bayley mempertahankan gelar dari Asuka
2. RAW TAG TEAM CHAMPIONSHIP Street Prophet retains over Andrade and Angel Garza
3. NO DISQUALIFICATION LOSER LEAVES WWE Mandy Rose dikalahkan meja, eh maksudnya, Mandy Rose mengalahkan Sonya Deville
4. STREET FIGHT Seth Rollins menghajar Dominik Mysterio
5. RAW WOMEN’S CHAMPIONSHIP Asuka merebut kembali sabuk dari Sasha Banks
6. WWE CHAMPIONSHIP Juara bertahan Drew McIntyre ngalahin Randy Orton
7. UNIVERSAL CHAMPIONSHIP The Fiend Bray Wyatt jadi juara baru mengalahkan Braun Strowman 

 

 

 

That’s all we have for now.

Remember, in life there are winners.
And there are losers.

 

 

 

 

 
We are the longest reigning BLOG KRITIK FILM TERPILIH PIALA MAYA

Share this:

  • Tweet
  • Email
  • Share on Tumblr
  • Pocket

Like this:

Like Loading...

The Horror Show at Extreme Rules (Extreme Rules 2020) Review

20 Monday Jul 2020

Posted by arya in Wrestling

≈ Leave a comment

Tags

2020, action, analysis, championship, drama, funny, horror, result, review, spoiler, sport-entertainment, thought, wwe, wwe network

 

 

Pertama-tama, marilah kita panjatkan apresiasi kepada poster, yang mungkin sebenarnya gambar teaser, tapi tak pelak merupakan salah satu promo terkreatif yang pernah dirilis oleh WWE. Memejeng Sasha Banks berpose seperti Florence Pugh dalam poster film Midsommar (2019) bukan saja ide pinter, melainkan juga berfungsi sebagai penegas bahwa acara ini adalah cara WWE membuat film horor versi mereka sendiri.

Extreme Rules sudah dikenal sebagai acara yang berkonsep ekstrim. Selama ini selalu dijual sebagai ‘malam di mana WWE bermain keras’. Atau dalam penerapannya; malam kala semua pertandingannya punya stipulasi yang tak-biasa. Tahun ini, WWE menghadirkan Extreme Rules dengan penekanan kepada elemen horor yang ditimbulkan dari storyline dan jenis pertandingannya itu sendiri. Ada dua konsep atau stipulasi pertandingan yang jadi ujung tombak acara ini. SWAMP FIGHT dan EYE FOR AN AYE MATCH. Yang belakangan particularly interesting karena WWE menjanjikan akhir pertandingan yang brutal; untuk menang dalam pertandingan ini kau harus mencabut bola mata lawanmu. Ini membawa kita kembali pada permasalahan ‘kegedean nama’ yang membayangi Backlash bulan kemaren yang memejeng The Greatest Match Ever sebagai nilai jual. Sekali lagi kita bertanya; bagaimana WWE akan melakukan itu?. Sekali lagi kita meragukan.

Mungkin Horror di sini merujuk pada keadaan Covid-19 yang semakin parah, ya gak Apollo Crews?

 

Konsep Eye-for-an-Eye, pada kenyataannya, menjelma menjadi pertandingan yang seru. Stipulasi ini membuka berbagai cara baru yang bisa digunakan oleh Seth Rollins dan Rey Mysterio untuk saling menyerang. Mereka menggunakan benda-benda seperti kaki kursi, ujung kendo stick, dan bahkan pulpen sebagai senjata yang langsung menarget mata. It was pretty violent, untuk standar WWE. Secara cerita, ini adalah pertandingan yang sangat personal bagi Rey yang matanya sudah dilukai duluan oleh Rollins. Jadi ini adalah ajang balas dendam bagi superstar bertopeng tersebut. They are not just out to stab opponent’s eye, melainkan ada bobot drama sehingga pertandingan ini jadi lebih intens lagi. Kita masuk ke pertandingan ini dengan pemahaman bahwa ini bakal jadi pertandingan terakhir Rey di WWE, bahwa dia either menyerahkan estafet perjuangan ke anaknya, atau si Dominick itu justru bakal membelot ke geng Greater Good-nya Rollins. Di lain pihak, kita juga penasaran dan mulai membayangkan bakal sekeren apa Rollins dengan penutup mata kayak Nick Fury; karena biasanya dalam pertandingan dengan stake fisik kayak gini (hair vs. hair atau mask vs. mask) tokoh heel yang kalah karena mereka perlu bertransformasi seperti CM Punk yang dibotakin dulu. Jadi pertandingan ini benar-benar membuat kita penasaran karena hasilnya masih belum kebayang; bukan saja seperti apa cara mereka menang, melainkan juga kedua superstar punya kans yang sama – mereka sama-sama punya kepentingan untuk dibuat ‘kalah’.

Dan aku akan oke kalo ini beneran jadi match terakhir Rey jikasaja endingnya tidak dibuat konyol seperti yang kita lihat pada menit ke-tujuhbelas saat bel berbunyi. Kegedean-nama itu benar-benar jadi backlash di sini. Kita sudah terbuild up untuk sesuatu yang sadis – heck, Rollins datang dengan memamerkan semacam tang, for god sake! – Kita sudah percaya WWE pada titik ini sudah mampu mengimplementasikan efek dan teknik editing yang mumpuni untuk sesuatu seperti mencongkel mata. Namun WWE nge-php kita dengan malah mengeksekusi ending match ini dengan konyol. Mata Rey digencet ke steel steps, dan voila, tau-tau bola mata palsu itu muncul, Rollins muntah melihatnya, dan dia dinyatakan menang. Kesannya jadi seperti antiklimaks. Bayangkan kalo nanti match ini ada di video game, dan cara kita memenangkannya adalah dengan memepet lawan ke steel steps dan menekan X, gitu aja.

Swamp Fight antara Braun Strowman dan Bray Wyatt – yang merupakan another take WWE dalam menggarap so-called cinematic match – juga enggak berprestasi lebih baik. Alih-alih mengeksplorasi environment dan hubungan kedua karakter ini lebih jauh, kita malah diberikan ‘kilas balik trippy’ lagi. Match ini adalah soal Bray yang berusaha membujuk Strowman kembali ke ‘rumah’, dalam artian kembali menjadi dirinya yang dulu. Yakni monster tanpa-hati yang diciptakan oleh Bray Wyatt. Yang kita dapatkan di sini adalah aksi gulat yang semakin minim (digantikan oleh pertarungan melawan minion, ala sinetron) dan beberapa adegan yang supposedly mengerikan dan surealis karena enggak make sense untuk terjadi. Salah satunya – dan yang paling menarik buatku – adalah ini:

Mimpiku malam Jumat nanti

 

Sebelum aku heboh sendiri bilang itu adalah biggest cinematic revealed in 2020, aku harus nahan diri karena semua kejadian ini dilandaskan kepada kita terjadi di ‘dunia Wyatt’. Jadi bisa aja semua ini hanya ada di kepala Strowman. WWE menempatkan kejadian di match ini terletak di antara bego-dan-gakmungkin dengan mungkin-dan-makesense. It could be an illusion, karena di awal kita diperlihatkan Strowman ketemu dengan dirinya sendiri. Namun juga masuk akal karena Alexa Bliss punya sejarah ama Braun. Baru pas nonton Smackdown kemaren aku mikir mereka harusnya bawa Bliss ke feud ini biar seru. And while at it, they should bring Nicholas too lol. Yang jelas, Swamp Fight ini berakhir dengan menimbulkan segudang pertanyaan baru. Sehingga jelas ini sebenarnya adalah ‘cutscene’ penambah cerita feud doang.

Main event sesungguhnya acara ini – I’d like to believe – adalah kejuaraan WWE antara Drew McIntyre melawan Dolph Ziggler. Karena Ziggler begitu uninteresting di titik kita sekarang, WWE tampaknya kerja ekstra keras dalam memberikan stipulasi. Berbeda dengan dua stipulasi utama di atas, stipulasi pada pertandingan ini lebih simpel tapi berdampak lebih gede dan bekerja dengan lebih baik – baik dari segi kayfabe alias karakter, maupun dari segi hiburan. Ziggler membeberkan stipulasi pilihannya beberapa menit sebelum match dimulai, and it was: Extreme Rules match yang hanya berlaku untuk dirinya. Sungguh pilihan (alias konsep) yang cerdas. Jadi, Ziggler boleh ngapain aja, boleh menyerang pakai senjata apapun yang ia mau, boleh curang tanpa takut didiskualifikasi. Sementara Drew enggak boleh. Drew akan kehilangan gelarnya kalo melakukan semua itu. Ini menciptakan semacam kevulnerablean bagi Drew – sesuatu yang ia butuhkan karena kita perlu sesuatu untuk percaya dia dalam bahaya sehingga lebih mudah bagi kita untuk mendukung juara bertahan ini untuk menang. Match ini berlangsung singkat, tapi sangat menarik. Karena banyak momen-momen seru saat Drew harus menahan diri, dan di lain waktu dia harus mengerahkan seluruh tenaganya hanya untuk bangkit dan gak count-out. Ending Claymore vs. Superkick itu juga sangat spektakuler. Kalo diberikan lawan yang lebih up-to-date lagi, niscara pertandingan ini bisa berkali lipat lebih seru.

Ziggler menciptakan Drew McIntyre. Bray Wyatt menciptakan Strowman. Kita menciptakan horor kita sendiri. Makanya, harus kita sendirilah yang berjuang balik menghadapinya.

 

 

Satu lagi hal penting untuk dibahas adalah Bayley dan Sasha Banks. Guilty karena mencuri skit “Cringe Hallo” milik The Iiconics, mereka toh memang lagi over-overnya. Dan gimmick heel mereka sebagai role-model dengan dua belt (empat kalo digabung!) semakin memperdalam relationship dan incident yang paling kita tunggu-tunggu; perpecahan keduanya. Perlu kita perhatikan, meskipun kini mereka sedang di-push sebagai top tag-team dari kedua brand, WWE tetap menanamkan benih-benih untuk angle permusuhan dengan memperlihatkan Sasha memilih untuk mengenakan kejuaraan wanita milik Bayley di pinggangnya (sabuk tag team mereka hanya disandang di bahu) saat megangin sabuk-sabuk tersebut di match Bayley melawan Nikki Cross.

‘2 Beltz Banks’? I prefer ‘Dos Intros Boss’

 

Poster itu juga mengungkapkan bahwa Sasha Banks bisa jadi adalah bintang utama di sini. Dan ya, memang Sasha begitu on fire tonight. Matchnya melawan Asuka harusnya jadi Match of the Night di review gulat manapun. Sasha dan Asuka mengisi pertandingan mereka dengan spot-spot unik dan keren. Mereka seringkali bertukar jurus dengan fantastis, misalnya spot German Suplex dari pinggir ring. Sasha memberikan match ini energi dan berhasil membuat Asuka tampak mengerikan, seperti pada jaman mereka di NXT dulu. Sempat ada botch saat dia terjatuh dari posisi hendak melompat menyerang dari turnbuckle, tapi Sasha berhasil menutupinya dengan permainan karakter, yang juga langsung ‘disambut’ dengan baik oleh Asuka. Kedua superstar ini menunjukkan komunikasi dan penguasaan ring yang cerdas. Sayangnya, match ini harus dinodai oleh ending yang enggak jelas. Sehingga batal menjadi Match of the Night. Drama gak-perlu yang menjadi penutup pertandingan ini berfungsi untuk membuat kita semakin benci kepada Bayley, sehingga mungkin jika Bayley dan Sasha beneran berantem, Sasha-lah yang melakoni peran babyface.

 

 

 

Jika aksi yang kalian cari, ada fair amount of really good wrestling dalam acara ini. Jika hal unik yang kalian cari, The Horror Show at Extreme Rules menawarkan banyak momen unik, yang seringkali tidak tergolong menyenangkan untuk diingat. Seperti ending yang lemah dan cinematic match yang ‘serius enggak konyol juga enggak’. I must say; acara ini terbaik saat dia menggunakan stipulasi kreatifnya untuk mendorong inovasi dalam aksi gulat. Seperti yang kita nikmati pada partai yang menjadi pilihanku untuk MATCH OF THE NIGHT, Drew McIntyre melawan Dolph Ziggler.

 

Full Results:

1. SMACKDOWN TAG TEAM CHAMPIONSHIP Cesaro dan Shinsuke Nakamura jadi juara baru ngalahin The New Day (Nakamura tiga tahun berturut-turut menang sabuk di Extreme Rules!) 
2. SMACKDOWN WOMEN’S CHAMPIONSHIP Bayley bertahan dari Nikki Cross Sheamus mengalahkan Jeff Hardy
3. UNITED STATES CHAMPIONSHIP MVP menang W.O. karena Apollo Crews ‘cedera’
4. EYE FOR AN EYE Seth Rollins pop out mata Rey Mysterio
5. RAW WOMEN’S CHAMPIONSHIP Sasha Banks merebut sabuk dari Asuka
6. WWE CHAMPIONSHIP Drew McIntyre bertahan ngalahin Dolph Ziggler
7. SWAMP FIGHT Bray Wyatt menenggelamkan Braun Strowman 

 

 

 

That’s all we have for now.

Remember, in life there are winners.
And there are losers.

 

 

 

 

 
We are the longest reigning BLOG KRITIK FILM TERPILIH PIALA MAYA.

Share this:

  • Tweet
  • Email
  • Share on Tumblr
  • Pocket

Like this:

Like Loading...

Backlash 2020 Review

15 Monday Jun 2020

Posted by arya in Wrestling

≈ 3 Comments

Tags

2020, action, analysis, championship, drama, funny, result, spoiler, sport-entertainment, thought, wwe, wwe network

 

 

Nama adalah doa. Bukan sekadar merek penanda, melainkan ada hembusan harapan – ada ekspektasi – yang tersematkan ketika seseorang memberikan nama kepada sesuatu. Makanya agama melarang kita memberikan nama-nama atau julukan yang bermakna buruk. Dumbledore aja tau pentingnya sebuah nama, ia menegaskan kepada setiap orang untuk memanggil Voldemort dengan nama yang benar karena julukan hanya akan memperbesar ketakutan. Sebegitu besar pengaruh nama, ia dapat mempengaruhi kepribadian ataupun cara kita memandang sesuatu. Orang-orang dulu percaya nama bahkan bisa mempengaruhi kesehatan; ada banyak cerita tentang anak sakit-sakitan karena ‘enggak cocok nama’ dan lantas beneran sembuh begitu namanya diganti secara resmi oleh orangtuanya. Dan aku tau ini adalah paragraf yang aneh untuk memulai sebuah ulasan acara gulat, maka aku pastikan bahwa kalian enggak salah baca artikel, atau aku enggak keliru ngepos artikel, karena semua ini berhubungan dengan WWE yang memberikan nama “The Greatest Wrestling Match Ever” kepada pertandingan Edge melawan Randy Orton yang jadi main event di Backlash 2020.

See, nama dapat menjadi beban. Kita meletakkan begitu besar tekanan dengan menyebut, atau bahkan menjanjikan sesuatu sebagai ‘sesuatu-yang-terhebat’. I mean, misalnya aku gak akan mempromosikan blog ini sebagai ‘The Greatest Review Blog Ever’ meskipun boleh jadi itu memang strategi pemasaran yang ampuh. Tentu aku berharap blog ini suatu hari bakal jadi yang terbaik, tapi memasang itu sebagai plang identitas hanya akan membawa beban, karena aku bakal terus kepikiran bagaimana jika ‘janji nama’ tersebut tidak terpenuhi. Ini akan membuat menulis jadi less-mengasyikkan dan more-of-a-work. Persis itulah yang terjadi kepada match Edge dan Randy Orton, hanya beberapa saat saja setelah partai tersebut diumumkan secara resmi.

Orang-orang mulai mempertanyakan langkah seperti apa yang bakal dilakukan WWE. Sebagian besar curiga nama itu hanya gimmick untuk mendongkrak rating di tengah terpuruknya performa acara ini semenjak format ‘new-normal’ akibat pandemi. Awas aja kalo jadi sok-sok cinematik lagi begitu komentar salah satu temanku terhadap match ini. Low key; ekspektasi terhadap WWE untuk menghasilkan pertandingan sesuai janji semakin gede. Dan begitu menonton match ini, jelas WWE beneran terberatkan oleh ekspektasi ini. Sebelum mulai, komentator mengumumkan partai utama ini akan di-enhance oleh audio sorakan penonton (ngasih ambience ekstra di belakang teriakan-teriakan awkward pegulat development yang disuruh jadi penonton suruhan), direkam duluan dan enggak live seperti match-match lain pada acara ini, dan menggunakan sudut kamera unik (which means, cut-cut impossible yang dimasukkan untuk menambah dramatisnya pertandingan, seperti shot momen wajah Edge sesaat sebelum dibanting di bawah pitingan yang jelas gak bakal bisa direkam kalo match-nya live dan tanpa cut). Dua dari tiga hal tersebut nyatanya tidak diperlukan sama sekali, karena hanya membuat match ini menjadi tontonan yang semakin awkward. Juga berlawanan dengan pengertian ‘match terbaik’ sebab gulat sejatinya adalah live performance, jadi terbaik dalam konteks ini adalah hal yang berlangsung on-the-go, bukan yang sengaja di-recreate.

Dua hal tersebut juga tidak diperlukan karena Edge dan Orton, toh, benar-benar sanggup menyuguhkan pertandingan gulat tradisional yang kuat secara in-ring psikologi dan menyampaikan cerita dengan efektif. Dua superstar ini tidak membutuhkan perlakuan spesial untuk dapat memberikan kepada kita pertandingan yang katanya terbaik sepanjang masa.

bukan Edge lawan Orton kalo gak ngereference-in Chris Benoit

 

Tentu, match itu jelas bukan terbaik sepanjang masa, tapi ini adalah yang terbaik yang bisa kita dapatkan sejauh era pandemi ini. This is way better than those cinematic matches. Orton dan Edge mengambil moniker nama itu, bukan sebagai beban, melainkan sebagai tantangan yang mereka inkorporasikan menjadi konteks pertandingan. Match yang durasi tiga-puluh-menitan ini diarahkan untuk memuat berbagai reference atau throwback dari pertandingan-pertandingan klasik yang tak pelak merupakan kandidat kalo kita nyebut pertandingan terbaik sepanjang masa di WWE. Edge dan Orton akan ‘menirukan’ laga Savage lawan Steamboat dari Wrestlemania 3, menggunakan jurus-jurus dari legenda semacam Ric Flair, Kurt Angle, Bret Hart, The Rock. It was really fun; fun dalam artian fun positif konteks gulat tentunya. Mereka at some points juga memakai jurus dari superstar yang berpengaruh dalam karir mereka, seperti Orton menggunakan Pedigree milik Triple H yang dulu jadi mentornya di stable Evolution, dan Edge yang menggunakan The Unprettier milik rekan tag team dan sahabat sejatinya di real life, Christian. Alur pertandingan ini sungguh seru karena kedua superstar bertarung dengan mati-matian. Edge kick out dari sejumlah RKO, begitupun Orton masih idup walau udah terkena Spear dan Edgecution berkali-kali.

WWE benar-benar berusaha keras bukan saja ‘membantu’ match ini jadi lebih seru, melainkan juga karena mereka ingin untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama pada match Edge melawan Orton di WrestleMania bulan April lalu. Elemen enhance-audio memang cukup membantu meramaikan suasana, apalagi sekarang komentatornya benar-benar aktif dan semangat mengomentari. Dan memang begitulah seharusnya. Karena bagaimana pun juga ini adalah pertandingan gulat, bukan sebuah kejadian kriminal or something. Komentator gak perlu sok-sok hening dramatis dan ekstra berpura-pura match yang mereka komentari adalah hal mengerikan. Buatlah penonton terus excited dan berikan reaksi dan insight-insight supaya match semakin seru dan kita percaya dengan keseruan tersebut.

Setiap orang, sadar atau tidak – langsung atau tak langsung, akan terdorong untuk bersikap sesuai nama yang ia berikan atau yang diberikan kepadanya. Kita akan berusaha keras memenuhi citra yang diciptakan duluan alih-alih berkembang membentuk citra yang natural. Pemberian nama dapat menghasilkan backlash yang merugikan ketika kita tidak mampu memenuhi hal tersebut. Acara WWE Backlash 2020 menghadapi masalah demikian. Namun ini adalah wrestling show, ia tahu cara ‘bergulat’ dan yang kita dapatkan adalah one-hell-of-a-fun ride!

 

Pertandingan-pertandingan lain yang kita dapatkan di Backlash kali ini juga seru-seru. Aku bahkan oke sama Jeff Hardy melawan Sheamus, walaupun punchline feud mereka terbilang konyol. Nyiramin pipis itu tipikal Vince McMahon banget; komedi yang cuma dia sendiri yang menganggapnya lucu. Untungnya match mereka yang lambat masih punya beberapa momen yang bikin melek, mainly karena Jeff Hardy yang jago nge-bump. Satu lagi filler yang enggak-jelek adalah handicap untuk Universal Championship. Ada penambahan stipulasi yang berfungsi sebagai stake. Aksi dari Miz dan Morrison tampak bervariasi dan sangat balance dengan gaya-tarung Strowman yang powerhouse. Match ini berhasil membuat ketiga superstar yang terlibat tak tampak konyol, dan Twist kecil di akhir membuat pertandingan ini jadi sedikit lebih berarti. Memberi match ini secercah story dan menunjukkan kepada kita Morrison dan Miz kalah bukan exactly karena Strowman, melainkan karena Miz yang naluri egoisnya muncul. Ini bisa jadi permulaan story baru untuk team Dirt Sheet.

Lagu itu mestinya jadi entrance mereka aja untuk memaksimalkan waktu tho

 

 

It would be cool kalo Morrison jadi juara, tapi kita tentunya tak mau ada situasi yang sama persis ama story Bayley dan Sasha, yang btw sudah berlangsung lama banget. Kita dari tahun lalu udah gregetan pengen liat dua sahabat ini pecah dan berantem, WWE dengan cerdas mengulur-ngulur. Dan mereka mulai growing on me, honestly. Story relasi mereka ini bekerja jauh lebih baik sekarang karena mereka berdua adalah heel, alih-alih babyface kayak tahun lalu. Karena kedua superstar cewek ini so good sebagai heel jadi kita menebak bagaimana cerita perpecahan bakal ditangani oleh WWE. Yang berkhianat adalah yang menjadi face, ini kejadian yang lebih langka dibanding yang berkhianat berubah menjadi jahat yang sudah kita lihat berkali-kali.

Kejuaraan Tag Team Cewek itu comes full circle karena melibatkan tim-tim yang punya peran terhadap eksistensi sabuk tersebut, seperti yang dijelaskan panjang lebar oleh komentator. Thus make this match interesting. Mereka juga menyuguhkan aksi yang segar, karena kali ini WWE menggunakan rule triple threat yang ketiga perwakilan tim aktif di ring di saat yang bersamaan, instead of two. Peyton Royce paling menonjol di sini. Kedua adalah Alexa Bliss yang di sini terlihat lebih agresif daripada biasanya. Ini bisa jadi karena pengaruh bullying yang baru-baru ini ia terima dari seorang podcaster yang mengkritik performanya dalam bergulat. Alexa tampak benar-benar ingin membuktikan dia adalah The Goddess, sesuai namanya, dan aku senang melihatnya. Sahabat Alexa Bliss, Nia Jax, juga mengalami masalah yang sama. Dalam matchnya melawan Asuka di sini, Nia tampak bermain berbeda dari yang biasanya, dan kemungkinan besar itu karena belakangan ia santer dihujat karena bermain dengan terlampau ugal-ugalan. Nia Jax dengan sukses membuat WWE melarang jurus Buckle Bomb saat ia mencederai Kairi Sane dengan menggunakan jurus tersebut. However, match dia melawan Asuka terasa standar dan cukup boring. Meskipun Asuka berkali-kali melancarkan stiff kick, tapi match ini powerless, apalagi karena endingnya yang basically memperpanjang feud mereka.

Satu lagi yang suffer from bad ending adalah match perebutan sabuk WWE antara Drew McIntyre melawan Bobby Lashley. Padahal partai ini dimulai dengan intriguing. Semua yang terlibat, termasuk MVP yang jadi manager Lashley, punya peran yang membuat match ini sangat berimbang antara aksi dengan story. Lashley dan Drew punya potensi gede, mereka tampak mampu menghasilkan match powerhouse yang seru. Namun keinginan kita tersebut tidak terwujud di sini. Karena, you guessed it, Lana muncul and ruined everything.

Menurutku WWE masih harus terus menilik ulang prioritas mereka. I know, dalam sebuah show, enggak bisa untuk terus memberikan match bagus dan penting, card harus diimbangi dengan match filler, match komedi, main event, promo, dan sebagainya. Hanya saja harusnya posisi filler atau komedi sebaiknya tidak diberikan pada match championship. Perpanjangan feud bisa dilakukan tanpa menjadi mengecewakan. Pada Backlash ini, sebagai bathroom break/pengurang tensi/apalah namanya, WWE menggunakan kejuaraan tag team dalam environment match ‘sinematik’. Dan ini konyol sekali. Street Profits dan Viking Raiders bukannya bergulat, mereka malah kayak main power ranger-power rangeran. Battle komedi yang melibatkan ninja anak motor dan flashback sequece ke lomba-lomba konyol yang jadi feud mereka setiap minggu di Raw sebelum acara ini. Yea, ini fun, ini bekerja memenuhi fungsinya pada struktur acara, but it also is a giant waste of time. Aku bisa ngebayangin Jim Cornett ngumpat-ngumpat ‘pertandingan ini.

 

 

 

Tapi honestly, aku senang WWE tidak lagi menganggap serius ‘cinematic match’ mengingat posisinya sebagai bridge alias bathroom break di acara ini. WWE kembali mementingkan gulat dalam artian yang lebih tradisional. Match Edge melawan Randy Orton, meskipun masih jauh dari Greatest Match Ever, tapi easily adalah MATCH OF THE NIGHT, karena benar-benar menawarkan aksi seru, psikologi yang tepat, dan cerita yang padu. Match-match lainnya, meskipun beberapa punya ending yang males (dan malesin), juga dibangun dengan actual wrestling yang seru. WWE harus menyadari bahwa mereka mampu menghadirkan sesuatu yang spesial, aku percaya mereka masih bisa, dan mengurangi bergantung pada hal muluk dan penggunaan nama-nama yang berlebihan seperti ‘greates ever’ atau ‘first time ever’ yang jatohnya malah jadi annoying duluan.

 

 

 

 

Full Results:

1. WOMEN’S TAG TEAM CHAMPIONSHIP TRIPLE THREAT Sasha Banks dan Bayley tetap juara ngalahin Alexa Bliss dan Nikki Cross, dan The IIconics 
2. SINGLE Sheamus mengalahkan Jeff Hardy
3. RAW WOMEN’S CHAMPIONSHIP Asuka menang ring-out atas Nia Jax
4. UNIVERSAL CHAMPIONSHIP HANDICAP Braun Strowman retains over John Morrison and The Miz
5. WWE CHAMPIONSHIP Drew McIntyre masih juara ngalahin Bobby Lashley
6. RAW TAG TEAM CHAMPIONSHIP The Street Profits dan The Viking Raiders malah ngelawak
7. THE GREATEST WRESTLING MATCH EVER Randy Orton unggul dari Edge  

 

 

 

That’s all we have for now.

Remember, in life there are winners.
And there are losers.

 

 

 

 

 
We are the longest reigning BLOG KRITIK FILM TERPILIH PIALA MAYA.

Share this:

  • Tweet
  • Email
  • Share on Tumblr
  • Pocket

Like this:

Like Loading...

Money in the Bank 2020 Review

11 Monday May 2020

Posted by arya in Wrestling

≈ Leave a comment

Tags

2020, action, analysis, championship, comedy, family, funny, result, review, spoiler, thought, wwe, wwe network

 

 

Tangga Korporat, WWE mengumumkan, adalah yang akan dipanjati oleh para superstar yang berlomba untuk mendapatkan kontrak pertandingan kejuaraan tahun ini, alih-alih ‘tangga-pertandingan’ yang biasa. Sebagai bukti geliatnya konsisten menghadirkan tayangan olahraga hiburan di tengah pandemi, langkah ini jelas menarik. Premis pertandingan Money in the Bank yang berbeda menjanjikan banyak hal-unik karena akan ada begitu banyak kemungkinan yang terjadi. Terlebih, penonton masih ter-wah-kan oleh konsep ala-sinematik yang dihadirkan pada Boneyard Match dan Firefly Funhouse di WrestleMania sebulan sebelumnya. The buzz was loud. The expectation was high. WWE pun dengan cepat menangkis skeptis yang menganggap seunik apapun bakal boring karena ada dua MITB yang disuguhkan, dengan pengumuman lanjutan bahwa MITB cewek dan cowok akan dilangsungkan pada saat bersamaan! Jadi, dengan lebih banyak superstar yang terlibat, seperti apa kiranya MITB diadakan?

Acaranya sendiri masih diadakan di Performance Center. Tanpa penonton live. Hanya pertandingan MITB yang diboyong ke kantor alias markas besar WWE di Stamford. Para superstar yang menjadi peserta match tersebut (enam masing-masing partai men and women) akan memulai ‘memanjat’ dari lantai bawah gedung. Dua koper yang berisi kontrak digantung di atas ring, di atas puncak gedung! So yea, it could be a really massive hunt game. Ada begitu banyak potensi. Perebutan di atap outdoor itu sekiranya bisa menegangkan kayak acara Fear Factor. Sementara, brawl di dalam gedung akan menarik. Dulu WWE sering ngadain match di mana para superstar bertarung sambil ‘jalan-jalan’ ke backstage; ada begitu banyak momen seru dan kocak dari sana. Namun baru kali inilah WWE benar-benar ‘menjual’ latar tempat sebagai obstacle course alias elemen penting pada konsep pertandingannya. Mereka bisa membawa kita ke semacam tur isi kantor WWE. Mau dipersembahkan sebenarnya keadaan kantor, atau mereka bisa menjual tempat itu sebagai a make-believe place, like, mereka bisa mendandani beberapa ruangan, menjadikannya sebagai set-piece yang bakal digunakan secara kreatif. MITB cowok dan cewek yang dilangsungkan bersamaan juga bisa dijadikan sebagai semacam tes intergender match. Ada Asuka, Nia Jax, Shayna Baszler, Dana Brooke yang masuk akal bertanding melawan laki-laki. Bahkan Lacey Evans, si superstar feminis, bakal jadi tontonan menarik diberikan interaksi bersama superstar cowok semacam King Corbin.

And it could be symbolic too. Superstar yang saling berlomba dari lantai paling dasar, menerjang apapun untuk bisa sampai ke atas. Benar-benar merepresentasikan perjuangan karir seseorang yang ingin berhasil di WWE. Kita banyak mendengar soal ‘glass-ceiling’, ‘brass-ring’, ataupun politik-politik di belakang panggung semacam Triple H yang suka nge-bury, John Cena yang menggunakan privilege golden boy untuk mengatur hasil pertandingan, atau locker-room leader yang nunjukin kesenioran. One could hope WWE menempuh jalur meta, dan memasukkan adegan-adegan simbolik dari elemen-elemen itu ke dalam plot atau bookingan pertandingan MITB ini. Yang tentunya bakal tampak pintar dan edgy. Mainly, kebanyakan kita mengharapkan pertandingan sinematik yang mirip film action. Hanya saja, bukan itu semua yang diberikan oleh WWE. MITB kali ini actually lebih over-the-top daripada Boneyard atau Firefly Fun House sekalipun. Arahan yang diambil WWE membuat pertandingan ini tampak konyol, hampir seperti film kartun.

Money in the Bank 2020 gak bisa dibilang jelek-total. Karena toh memang mampu menghibur; tujuan acara ini diadakan untuk menghibur penonton. Tertawa di tengah corona. Tapi tetap bukan tayangan gulat yang bagus. Karena ‘menghibur’nya itu bisa diperdebatkan. Cara terbaik menilai acara ini adalah dengan mengatakannya, simply, sebagai pengingat bahwa WWE sudah mengambil arah yang berbeda dari yang membuat kita jatuh cinta pada awalnya.

 

Sedih juga sih nonton food fight saat siang-siang lagi puasa

 

Aku menyadari hal tersebut sejak nonton film The Main Event (2020), kolaborasi feature pertama antara WWE dengan Netflix. Dari situ terlihat jelas bagaimana WWE bermaksud menjual brand mereka ke luar. Sebagai kartun live-action. Sebagai fantasi. Anak kecil mampu bergulat dengan kekuatan super. Poin yang dibuat film itu, yang merupakan cara WWE memandang mereka sendiri sebagai jualan adalah, di WWE apapun bisa terjadi. Tidak perlu berpijak pada logika. Karena yang terpenting adalah menghibur seluruh lapisan keluarga.

So yea, pada MITB ini tidak akan ada brawl backstage seru, tidak akan ada frantic chase, melainkan hanya skit-skit komedi yang disebar. Pertandingan bahkan mengandung sedikit sekali wrestling. Yang kita dapatkan di sini adalah cameo-cameo seperti Paul Heyman yang mau makan tapi buffetnya dan seantero ruang makan itu dijadikan arena food fight oleh peserta MITB (WWE cukup tega membuat Shayna harus ikutan perang makanan konyol ini). Jangan salah, ini memang menghibur. Aku bahkan tergelak melihat muka John Laurinaitis kena lempar pie. Tapi ini bukan pro-wrestling yang biasa kita santap. Ini bukan aksi-aksi bergizi yang jadi asupan hiburan kita yang biasa. Aksi dalam match ini berupa banyolan. Ada satu adegan para superstar cewek berlari di ruangan yang sedang dipel, kemudian Dana Brooke jatoh kepleset seolah dia bernama Dono. Corbin comically melempar Mysterio dan Black dari pinggir arena ring, like he kill them. Dan pada satu titik, AJ Styles lebih peduli mencari di mana Daniel Bryan ketimbang buru-buru berlari supaya sampai ke atap lebih duluan daripada yang lain. Sedikit sekali memang elemen dalam pertandingan ini yang masuk akal. Sehingga melihat Vince McMahon cuci tangan pake sanitizer aku jadi curiga, jangan-jangan itu bukan sekedar candaan coronoa, melainkan dia sedang menyampaikan pesan “gue kagak ikut campur tangan sama kekonyolan ini”

Outcome dari match itu sesungguhnya menyenangkan. Serta mengejutkan. Menarik sekali Otis menang, aku penasaran mau dibawa ke mana storyline dia dan Mandy berikutnya dengan kemungkinan sabuk di tengah-tengah mereka. Hanya ‘cara bercerita’nya saja yang mestinya bisa dilakukan lebih baik lagi. Masalahku buat ending MITB cowok ini persis seperti masalahku pada kejuaraan tag team Smackdown di WrestleMania 36; they’re trying too hard to be different. Yang MITB cewek masalahnya lain lagi. Setelah berkali-kali bereksperimen dengan teknik edit dan kamera, WWE tidak kunjung membaik. Setelah Asuka mendapatkan kopernya (dalam situasi aneh kenapa dia menghajar Corbin yang mau naik ngambil koper bagiannya), kamera ngecut gitu aja sehingga superstar cewek lain yang masih ada di ring seperti lenyap gitu aja. Jika kalian juga suka nonton film, dan terbiasa mengamati gerak kamera dan cut-demi-cut adegan, aku yakin kalian juga bisa melihat editing yang dilakukan WWE masih ‘kendor’. Setiap sambungan seperti lazily stitched together. Dan bukan hanya pada match MITB, yang membawa kita ke rest of the whole show…

2020 bukan tahunnya Corona, tapi Tahun Otis

 

Match Bray Wyatt melawan Braun Strowman juga memanfaatkan editing untuk menyampaikan cerita. Partai ini sebenarnya adalah yang paling komplit; gulatnya beneran banyak, ‘gimmick’ juga jalan. Alur pertandingan ini lumayan menarik, soal Braun yang berusaha melawan bujukan Wyatt untuk kembali ke sisinya. Namun eksekusinya, seperti skipped a beat. Pertandingan ini berakhir saat Braun yang jatuh ke luar ring, abruptly muncul dengan topeng hitam yang dulu ia kenakan saat masih jadi hamba Bray Wyatt. Seharusnya timing dan cerita matchnya bisa digarap dengan lebih baik lagi, berikan waktu sedikit lebih banyak supaya plot poin pertandingan ini bisa berkembang sempurna.

However, WWE toh memang tampak memberikan perhatian yang lebih untuk event-event dan segmen cerita. Terlebih karena sekarang penonton mereka semuanya menyaksikan dari rumah. Aksi di dalam ring tidak akan maksimal karena gulat sejatinya membutuhkan penonton live. Superstar dilatih untuk perform live, dan mereka bergantung kepada reaksi penonton. Dengan absennya penonton di studio, aku tidak tahu bagaimana mereka bisa mengimprove pertandingan. Mereka gak bisa begitu saja meningkatkan intensitas dengan menyuruh superstar melakukan jurus-jurus berbahaya sepanjang waktu untuk memancing teriakan geunine dari komentator. Jadi mungkin itu sebabnya kenapa WWE tidak terlihat begitu perhatian sama partai-partai yang mengutamakan pada tradisional wrestling.

Semua match di acara ini berlangsung standar. Tag Team fatal 4 way yang jadi opening berjalan dengan tempo cepat, karena mereka berfungsi sebagai pemancing hype. And just that. Matchnya sendiri enggak spesial, hanya para superstar bergantian menyarangkan jurus masing-masing. Bayley melawan Tamina adalah yang paling parah – jika kita menganggap squash match Lashley lawan R-Truth sebagai pengisi durasi aja. Lambaaaat banget, aku gak yakin apakah Tamina ini ogah-ogahan atau memang gerakannya selamban itu. Hanya ada satu pertandingan yang benar-benar aku apresiasi sebagai tontonan gulat, dan itu adalah Seth Rollins melawan Drew McIntyre. Man, kalolah arena penuh penonton, dijamin match mereka ini akan mendapat tepukan “this is awesome!” setiap beberapa menit sekali. Pertandingan ini tidak diberatkan oleh gimmick; it’s just two guys performing the best they can, sambil mengembangkan karakter mereka. Penilaianku buat Drew mainin peran babyface-nya masih belum final, tapi aku bisa melihat Seth Rollins mulai enjoy sebagai Monday Night Messiah. Dia bahkan keliatan seneng dapat musik baru.

 

 

Ketika kita memikirkan wrestling match yang menghibur, Rollins melawan McIntyre adalah yang paling dekat dengan pikiran kita. Namun tampaknya, hiburan gulat seperti demikian – superstar yang keliatan seperti ‘benar-benar’ bertarung, bukannya melakukan sebuah segmen – mulai menjadi langka. Karena keadaan membutuhkan WWE untuk mencari alternatif hiburan lain. Dan arahan yang dipilih WWE; some of you will love it or some will hate it. Aku, personally, lebih suka tradisional seperti Rollins melawan McIntyre. Aku pikir hiburan yang bisa dinikmati anak-anak enggak mesti jadi receh, dan sebaliknya juga, brawl yang lebih serius pun gak mesti harus ekstrim. WWE di MITB ini buatku masih terlihat berada di tengah-tengah anak tangga menyesuaikan diri dan strugglingnya sebagai bisnis di tengah pandemi. The Palace of Wisdom menobatkan Seth Rollins vs. Drew McIntyre sebagai Match of the Night.

 

 

 

 

Full Results:

1. SMACKDOWN TAG TEAM CHAMPIONSHIP FATAL 4 WAY The New Day pertahankan gelar dengan berhasil atas Lucha House Party, Miz and Morrison, and Forgotten Sons
2. SINGLE Bobby Lashley squashed R-Truth
3. SMACKDOWN WOMEN’S CHAMPIONSHIP Bayley bertahan mengalahkan Tamina
4. UNIVERSAL CHAMPIONSHIP Braun Strowman retains over Bray Wyatt
5. WWE CHAMPIONSHIP Drew McIntyre masih juara ngalahin Seth Rollins
6. MONEY IN THE BANK CORPORATE LADDER Asuka menang di partai cewek, dan Otis menang di partai cowok 

 

 

That’s all we have for now.

Remember, in life there are winners.
And there are losers.

 

 

 

 

 
We are the longest reigning BLOG KRITIK FILM TERPILIH PIALA MAYA.

Share this:

  • Tweet
  • Email
  • Share on Tumblr
  • Pocket

Like this:

Like Loading...
← Older posts

Recent Posts

  • STAND BY ME DORAEMON 2 Review
  • Elimination Chamber 2021 Review
  • WRONG TURN Review
  • MONSTER HUNTER Review
  • JUDAS AND THE BLACK MESSIAH Review
  • MALCOLM & MARIE Review
  • DON’T TELL A SOUL Review
  • EARWIG AND THE WITCH Review
  • ALL MY FRIENDS ARE DEAD Review
  • SAINT MAUD Review

Archives

Follow MY DIRT SHEET on WordPress.com

Tags

2017 2018 2019 action adaptation comedy drama family fantasy friendship funny horror life love mature relationship review spoiler thought thriller

Categories

  • Books
  • Merchandise
  • Movies
  • Music
  • Poems
  • Toys & Hobbies
  • Uncategorized
  • Wrestling

In the world of winners and losers, we have risen above to bring you: the Dirt Sheet!

We are here to enlighten your fandom with updated news and reviews of movies, books, wrestling, technologies. Yeah, you're welcome.

Explore, and feel the power of wisdom!

Twitter updates

  • Di hari pernikahannya, Nobita Dewasa malah menghilang! Tentu saja ini membuat Doraemon dan Nobita di masa kini berg… twitter.com/i/web/status/1… 9 hours ago
  • @EmirAuliya Some say Big Show nya yg turn heel kepada WWE hahaha Good for him tho.. mungkin dia udah lama kepengen… twitter.com/i/web/status/1… 16 hours ago
  • @dysanaufar 'Big Surprise' xD 18 hours ago
Follow @aryaapepe

Meta

  • Register
  • Log in
  • Entries feed
  • Comments feed
  • WordPress.com

Blog at WordPress.com.

Cancel

 
Loading Comments...
Comment
    ×
    loading Cancel
    Post was not sent - check your email addresses!
    Email check failed, please try again
    Sorry, your blog cannot share posts by email.
    Privacy & Cookies: This site uses cookies. By continuing to use this website, you agree to their use.
    To find out more, including how to control cookies, see here: Cookie Policy
    %d bloggers like this: