“One man’s cult is another man’s religion.”
Orang yang hidup sebenarnya lebih berbahaya dari orang yang sudah mati. Terutama orang hidup yang enggak beriman kepada Tuhan. Dalam bahasa film ini; yang enggak sholat. Orang hidup dapat actually mencelakai kita. Dan pas mereka mati, orang-orang kayak gini akan bangun lagi, dan jadi hantu. Lagi-lagi menganggumu.
Pengabdi Setan (1980) hakikatnya adalah cerita kemenangan iman atas keingkaran. Tentang sebuah keluarga yang begitu gampangnya disusupi kekuatan hitam, diganggu, dan pada akhirnya dicelakai lantaran mereka memilih untuk berlindung kepada yang salah. Versi remakenya ini, however, masih mengeksplorasi aspek yang sama. Hanya saja kali ini digarap menggunakan teknik bercerita yang relevan dengan mainstream appeal jaman sekarang. Dan film ini sukses melakukan itu. Narasinya semakin diperluas, stake dan misterinya juga ditingkatkan.
Keluarga yang kita ikuti kali ini adalah keluarga dengan empat orang anak. Mereka ‘mengungsi’ ke rumah nenek karena rumah mereka digadai. It’s 1980s dan karir nyanyi Ibu mereka sudah meredup. Ibu sudah tiga tahun sakit parah sebelum akhirnya meninggal dengan misterius. Pasca kematian Ibu, Bapak berangkat ke kota untuk mencari penghasilan. Meninggalkan Rini, Tony, Bondi, dan Ian di rumah Nenek. Namun apa yang seharusnya anak-anak menunggu Bapak pulang, berubah menjadi mengerikan. Tanpa ada yang nunggu, Ibu mereka yang tadi baru dikubur mendadak pulang. Menebar ketakutan di tengah Rini dan adik-adiknya. Salah satu dari mereka akan diajak ke alam baka, dan Rini harus figure out siapa, kenapa, dan apa yang sebenarnya terjadi yang berkaitan dengan masa lalu orangtua mereka.
Atmosfer mencekam sedari awal sudah terestablish. Di babak awal, kita diperlihatkan kehidupan keluarga ini ketika Ibu masih hidup seadanya. Hanya bisa berbaring di tempat tidur. Ini adalah elemen yang tidak kita temukan di film orisinalnya. Kita tidak tahu seperti apa hubungan para tokoh dengan Ibu yang mayatnya sedang dikuburkan begitu film dimulai. Pengabdi Setan modern, memberi kita kesempatan untuk melihat seperti apa Ibu di mata masing-masing anaknya. At least, seperti apa Ibu saat sakit keras. And it was very interesting, kita ngeliat mereka takut kepada Ibu kandung mereka sendiri. Mereka sayang, peduli, dan ingin Ibu sembuh, namun di saat yang sama mereka tampak enggan untuk berlama-lama di kamar dengan Ibu berdua saja. Sakit Ibu yang misterius membuat sosoknya menjadi semakin menyeramkan. Bahkan Bondi terang-terangan mengungkapkan ketakutannya. Misteri ini juga langsung berpengaruh kepada kita, ada apa sebenarnya dengan si Ibu yang lagu hitsnya punya lirik bikin merinding itu.
The whole deal soal menjadi abdi setan mendapat eksplorasi yang lebih dalam. Motivasi akan dibeberkan kepada kita, but just enough. Film ini masih menyisakan misteri yang membuat kita berpikir ke mana arah cerita dibawa. Ada beberapa referensi ke film orisinalnya – tokoh maupun pengadeganan – yang diberikan dengan subtil, yang menurutku ada beberapa yang work, ada yang enggak. Dan film ini begitu pede dengan materi yang ia punya, sehingga berani mengambil resiko berupa benturan tone cerita demi mendelivery beberapa referensi ataupun jokes.
Untuk sebuah cerita tentang sekte, film ini termasuk pengikut lantaran dia banyak memakai trope-trope cerita horor yang sudah pakem. Meninggalkan kita dengan rasa yang enggak benar-benar fresh. Rumah di area terpencil, over reliance sama jumpscare – hanya sedikit sekali adegan-adegan subtil seperti hantu nongol di cermin, elemen komunikasi dengan lonceng, sumur, elemen anak kecil yang sulit bicara. Penggemar horor jangan kuatir, penampakan hantu; kostum mayat hidup, pocong, efek dan darah dan sebagainya jelas mengalami peningkatan. Kalo Pengabdi Setan jadul masih bisa bikin kalian ketakutan, maka versi baru ini jelas akan BIKIN KALIAN JEJERITAN.
Desain produksi film ini nomor satu banget. Build up adegan-adegan seram menjadi efektif olehnya. Sinematografinya juga all-out, teknik-teknik kayak wide shot dengan kamera melengok ke kanan dan kiri, Dutch Angle untuk memperkuat kebingungan dan kengerian secara psikis, close up shot, bahkan quick cut ala Edgar Wright juga digunakan untuk mengantarkan kepada kita pengalaman visual yang bikin kita penasaran-tapi-gak-berani-melototin-layar-berlama-lama. Musik dan suara dirancang untuk benar-benar menggelitik saraf takut. Most of them are loud, jadi buat yang demen dikagetin bakalan have a scary good time nonton ini.
Personally, meskipun digunakan dengan efektif, jumpscare dalam film ini terlalu keseringan. Ngikutin kesan beberapa teknik yang digunakan hanya karena bisa, maka karena aku bisa, aku akan menarik perbandingan antara horor dengan bercinta. Saat kita nonton horor, kita gak ingin cepat-cepat teriak “aaaaaaaaaaahhh!”. Kita ingin ada build up menuju adegan menyeramkan, membangun teriak ketakutan layaknya fore play. Dan jumpscare berujung ke premature orgasm, hanya akan membuat kita terlepas dari kengerian yang udah kebangun. Untuk kasus film ini, jumpscarenya malah sama dengan fake orgasm. Setiap kali ada setan muncul, penonton di studio ketawa sambil teriak ketakutan, lebih tepatnya ditakut-takutin. It’s annoying. Kesan yang ada adalah mereka teriak setiap kali ada hantu, untuk lucu-lucuan, atau hanya supaya dibilang berpartisipasi – kebawa reaksi video penonton premier Pengabdi Setan yang sempat rame di social media menjelang film ini rilis untuk umum.
Manusia adalah makhluk yang vulnerable. Selalu butuh untuk mencari tempat perlindungan. Kita cenderung ingin menyandarkan insecurity kepada sesuatu yang lebih gede dari kita, yang bisa kita percaya. Anak akan bersandar kepada orangtua. Orangtua yang beriman akan meneruskan cari perlindungan ke Tuhan. Dan tak sedikit yang terjerumus kepada hal-hal ghoib. Ini menjadi polemik, sebab sekte menurut satu orang adalah agama bagi orang lain.
Keluarga Rini tidak dekat dengan Tuhan, sebab Ibu yang menjadi pusat semesta mereka sudah lebih dahulu diam-diam menyandarkan bahu, meminta kepada setan. Journey Rini semestinya sudah jelas. Dia harus memegang kendali membawa keluarganya ke jalan yang benar. Akan tetapi, tidak seperti Pengabdi Setan dahulu yang less-ambitious – film tersebut dibikin hanya untuk menyampaikan baik melawan jahat, Pengabdi Setan versi baru ini terkesan ingin membuktikan bahwa dia bisa melakukan yang lebih baik, makanya dia banyak memakai teknik dan trope-trope film lain. Tak pelak, ini jadi bumerang. Dalam film ini, not even Ustadz dapat mengalahkan kekuatan setan. Dan ini menihilkan keseluruhan journey dan pembelajaran. Narasi film tidak terasa full-circle. Semakin mendekati akhir, revealing atas apa yang mereka lakukan terdengar semakin konyol. Like, “Tadinya gini, eh ternyata ada diralat.” Terasa seperti film ini bernapsu untuk mengupstage plot poin mereka sendiri dengan twist dan turn yang kelamaan makin gak make sense.
At its worst, film lupa untuk mengikat banyak hal, memberi banyak celah untuk kita nitpick. Editing di bagian kejar-kejar akhir agak off, eye tracingnya membuat kita bingung persepsi dan arah bangunan rumah. Beberapa poin cerita juga tersambung dengan aneh dan goyah banget. Sepanjang bagian tengah dihabiskan Bondi tampil kayak kesurupan; berdiri diam, dia bahkan ngambil pisau, dan tau-tau di akhir, dia menjadi baik saja. Sebelum Bapak pergi ke kota, anak-anaknya mencemaskan gimana kalo nanti ada apa-apa, Bapak bilang apa sih yang bisa terjadi? Beberapa hari kemudian, nenek bunuh diri, dan kita enggak melihat usaha dari Rini ataupun Tony untuk menghubungi ayah mereka. I mean, ibu dari ayah mereka baru saja tiada, alasan apa lagi sih yang ditunggu buat nyari Bapak? Ada adegan ketika mereka nunggu jam duabelas malam, Bapak menyuruh Rini dan Tony tidur duluan pukul setengah sebelas, dia bilang dia masih kuat nungguin bareng Pak Ustadz. Adegan berikutnya yang menampilkan Bapak, jam duabelas teng ketika all hell broke loose, kita melihat beliau bobok di ranjang. Tokoh ini tidak ada determinasi sama sekali. Well, yea, semua tokoh Pengabdi Setan memang ditulis seadanya. Selain Rini, enggak banyak karakter yang dapat development, selain beberapa di antara mereka ternyata punya pengetahuan tentang Ibu, dan beralih fungsi menjadi easy eksposisi.
Karakter terbaik dalam film ini adalah si bungsu Ian (M.Adhiyat mampu menafsirkan arahan dengan baik). Tingkahnya beneran seperti anak-anak, and he was so likeable. Ketika nyawanya terancam di bagian akhir, kita beneran peduli. Tokoh ini juga satu-satunya yang punya plot. Bahkan Rini, tokoh utama, enggak berkembang banyak. Karakternya cuma sebagai si Kakak Tertua. Tara Basro dan kebanyakan pemain sudah cukup kelimpungan oleh penggunaan aksen jadul seperti pemakaian kata ‘kau’, sehingga mungkin memang penulisan karakternya sengaja tipis-tipis saja. Tony adalah anak yang paling deket dengan Ibu, setiap malam dia nyisirin Ibu. Sementara Bondi, well, anak macam apa sih yang nyebut kuburan lengkap banget dengan “areal pekuburan”? I mean, bahkan Lisa Simpson aja enggak sekaku itu ketika dia mengadu ketakutan melihat kuburan dari jendela kamarnya dalam salah satu episode The Simpsons. Bondi adalah anak paling boring sedunia, he only good at screaming like a girl. Dan Hendra, oh boy, anak Pak Ustadz ini has the worst flirting tactic ever. Dia plainly bilang ke Rini dia ngestalk kuburan dan rumah mereka di malam hari, namun dia malah melihat hantu Ibu, dan ujung-ujungnya dia ngajak Rini nginap di rumahnya.
Remake dari horor cult classic Indonesia ini adalah contoh penerapan yang sangat baik dari template horor mainstream James Wan. Bahkan dengan twistnya – yang merupakan upaya untuk menutupi kegaklogisan plot-plot poin – film ini pun tidak pernah terasa benar-benar fresh. Tapi ini adalah horor yang sangat fun dan enjoyable. Design dan teknik produksi kelas atas. Beberapa adegannya akan mudah sekali membuat kita menjerit kaget. Merasa kita ketakutan. Terutama jika kita nonton ini bareng-bareng dan termakan sama strategi viral video reaksi penonton premier.
The Palace of Wisdom gives 6 out of 10 gold stars for PENGABDI SETAN.
That’s all we have for now.
Remember, in life there are winners.
And there are losers.
We? We be the judge.
Thanks for the review.
samasama thanks udah mampir
Mau ikut nambahin dikit boleh ya…
D salah satu talkshow d kompas tv, opini klo ga salah, Joko Anwar pernah bilang, kalau masih brtanya-tanya, ada sedikit jawaban diatara lirik lagu si Ibu. “… kudatang menghampiri dirimu yang pernah berjanji sehidup dan semati. Bersandar di dadamu. Lupakan khianat yang lalu”.Kata joko anwar, “hayo siapa yg berkhianat?”. Nah menurutku itu clue banget. Tebakanku sih sebenernya si Bapak juga anggota sekte.dan bersumpah sehidup semati dengan istrinya. Tp kemudian si bapak “berhenti” ir something else. Ini kyaknya nyambung klo kita liat lg denfan dialog si bapak dengan ibu yg dtanyakan sm Rini tp g sempet kejawab krena anaknya ketakutan di bawah (kalo ga salah). Trus dialog di bapak lg saat dia, toni dan rini kekunci bertiga dan si Ian dlam bahaya nenek,si bapal minta tolong ke mawarni untuk nyelametin anak2 mereka dan minta maaf, mengakui klo dia salah(salah apa hayoo?). Trus scene ketika ian sudah ikut ibunya, si Ian manggil2 bapaknya (just bapak). Menurutku si Ibu dtang untuk menjemmput si Bapak (yg sudah bersumpah) dan Ian (si titisan iblis).
Nah, klo darminah dan barata ( fahry albar)-the harvester- itu mungkin bener ketua sekte. Yg pasti yg ingin mereka panen ialah orang-orang yg mau masuk ke sekte mereka dan ketika meninggal akan mereka jadikan budak. Mereka ingin menyebarkan benih2 setan k seluruh negeri (inget peta dan tulisan terakhir budiman “rencana iblis menyebar benih”) Ini nyambung sm dialog darminah d akhir Pengabdi Setan 1980.si bapak kn masih blm lepasdr sumpah tuh makanya si harvester msh mencari. Dan kemungkinan anak2 nya akan mereka rekrut (namanya jg panen). Jd kemunculan darminah dan batara itu bukab remah2. Justru itu penting. Si fachry albar jg pernah bicara. Dy ga menyesal cm kebagian scene dikit.karena kemunculan dy justru mengungkap semuanya.
Keseluruhan, ini film cerdas. Butuh pemikiran dalam untuk pexahin teka teki . Yg bikin joko anwar lho, orang jenius, the next pak habibie.
Thanks
haha setuju, jenius banget, Joko pinter mengonstruksi, memanfaatkan twist untuk membuat kita melupakan kelemahan struktur skenario. Film-film Joko selalu gede di outer journey, selalu sukses bikin kita-kita yang nonton mikirin apa sih yang sebenarnya terjadi, bikin teori banyak bermunculan dari diskusi penonton. Joko mampu membuat twist, and he did it. Tapi apakah twistnya benar diperlukan, atau apakah twistnya adalah satu-satunya resolusi yang mungkin dari cerita, atau apakah twistnya menutup main plot/inner journey, aku melihat film-film Joko cenderung tak-memperhatikan masalah tersebut. Di Pengabdi Setan – bagus berhasil membuat kita menebak-nebak tentang sekte dan orangtua Rini – namun paling enggak, Rini si tokoh utama di akhir film mestinya sudah mengerti apa yang terjadi di antara kedua orangtua mereka dan dia membuat satu keputusan besar soal keluarganya. Tapi kan enggak, inner journeynya enggak berkembang. Tapi banyak orang yang ngeoverlook ini, dan di situlah letak jeniusnya Joko
Numpang komen ya. Saya kaget isi review ini sama persis sama opini saya soal film ini. Banyak pertanyaan yang belum terjawab di film ini. Dan kisah tentang sekte sekte ini terlalu terburu2 buru. Siapa yang gedor2 kamar rusun setelah hendra pulang? Trus setelah mereka diselamatkan naik mobil, gimana nasib pocong pocong itu? Secara status mereka adalah pocong fisik (mayat hidup) bukan hantu. Apakah mereka nyebar ke rmh penduduk? Atau balik ke lubang kubur? Trus pas adegan mati lampu, si tono bilang bahwa semua rumah jg mati lampu.. padahal sepanjang film kita ga liat bahwa rumah merek deket sama rmh tetaangga. Dan adegan setelah ian ditarik2 dan kemudian dipeluk bondi, msh keliatan ada tali sling di pinggang ian.
Ahahahahaha ini asli lucu bagian tali sling, aku gak nyadar loh, pas baca komen baru ngakak. Bener, masih banyak loose end dalam ceritanya, banyak keterangan aneh yang terlontar kayak rumah sekitar mereka itu. Aku kira aku sendiri yang berpendapat begini, ternyata sekarang ada temennya 😀
kok kita sependapat ya? hahaha, dan 1 lagi, inget ga yang bagian akhir, lari dari rumah, padahal sebelumnya pintu kekunci dan mereka panik, abis itu *budiman (temen ibunya) tiba-tiba masuk dengan gampang. dan tau darimana dia tau alamatnya, tapi film ini buat saya seneng, takut(dikit) dan ngakak liat reaksi penonton yang ketakutan
Budiman ini sepertinya adalah X-Men, dengan kekuatan mutant ‘karena-terlalu-dekat-maka-tak-pacaran’, jadi udah matipun, nenek masih dekat dan bantuin Budiman membuka pintu, ngalahin anggota sekte yang datang, dan mungkin sekalian mijetin hahaha
*Spoiler alert.
Jejeritan? I’ve watched the original and I still think it’s scarier than the new one; bahkan karakter2 di film asli lebih bisa kita kenali and feel sympathy for. Versi baru ini menghibur sih, I agree with the cinematography, color and sound part, cuman penokohan dan kelogisannya punya banyak flaws. adegan bapaknya bobo di ranjang pas harusnya ngerayain ultah Ian emang lucu bener.
Menurut aku film ini alurnya lumayan lelet bahkan di tengah2 nyaris ngebosenin, hantu2nya masih muncul secara generik dan ketebak, tapi menjelang klimaks I must admit I started to freak out. Hantu2 digambarin muncul dari balik jendela dan pintu dan mereka bahkan ngejar2: itu serem banget sih. Meski buatku klimaksnya malah jadi antiklimaks karena adegan pas dijemput mobil itu kayak terlalu singkat.
Dan plot twist yang sejujurnya aku ga paham maksudnya. Apakah itu ketua sekte? I never liked Fachri Albar—he always looks like he’s high, ga di film, ga di real life.
Anyway, thank you for the quick review, baru beberapa jam rilis udah ada aja yang bikin reviewnya. Keep on writing.
Sure, hantu-hantu di originalnya freak me out. Di film ini, mata putih hantu jadi bahan guyonan doang haha. Jejeritan itu ungkapan halus kalo film yang baru ini bikin kaget, tapi enggak serta merta takut. Setuju soal dijemput mobil yang jadi penyelesaian yang mudah.
Iya, sepertinya Fahri sama cewek itu ketua sekte. Nama ceweknya sama dengan nama tokoh dukun jahat di film yang lama.
Thank you, sering2 mampir yaa, memang selalu berusaha bikin review langsung setelah nonton hehehe
Heavy Spolier Alert !!!
!
Saya baru saja menyaksikan Pengabdi Setan semalam tadi dan membaca review yang bagus ini benar2 mewakili apa yg saya pikirkan. Ian is so damn perfect with his acting, even better than Tara Basro.
Proficiat buat all technical aspects, music score termasuk jumpscore yg agak kebanyakan serta atmosphere horror rumah yang juga masih layak untuk diberikan acungan jempol.
Sayang beribu sayang konklusi cerita makin lama makin bleberan ga karuan, sampai ga terasa baru sadar apa gunanya juga kepala setan muncul dari dalam sumur kalau akhirnya dia ga ngapa2in juga… boro2 nguber ke atas sumur, nyolek betis si Bapak jg ngga…
Adegan setahun kemudian di 3 menit terakhir malah jadi bikin makin ilfil, setelah mulai merasa terganggu sebelumnya dengan adegan super klasik mobil ga bisa distarter saat lagi kritis… blahh..
Overall, still enjoyable kalau buat nonton ramean, tapi efek berkesan seram setelah pulang nontonnya jelas sudah hilang bahkan sebelum lampu bioskop menyala (sambil merenung, perlu bangetkah Fachri Albar nongol di film Joko Anwar ini).
~~
Berbagi tenar sama teman-teman mah itu kayaknya, sekalian ngarepngarep bisa dibikin sekuel ahahaha
Iya bener bingung, tadinya aku mau logisin dengan hantu di sumur itu karena hantunya baik, neneknya kan mati terus jadi hantu supaya bisa ngambil Ian duluan sebelum dijemput mayat2 hidup Sekte. Neneknya gak ganggu anggota keluarga yang lain. Cuma yang jadi pertanyaan jangan2 neneknya ikutan sekte lain? Abisnya kok dia bisa pasti abis mati bakal jadi hantu dan gak kena pengaruh sekte? Gajelas juga sih dibuat rule sektenya gimana
Katanya si hantu yang nongol di sumur itu hantu nenek, dan niatnya memang untuk membantu
Ahaha nice, terakhir lihat twet bang Raditya Dika juga bilang kalau film ini recomended! Tapi aing juga belum nonton IT ;(
langsung ditonton maraton, biar ajib ahahaha
Nice Review, secara garis besar gw setuju dengan perkembangan karakter dari para pemain, banyak kesan yang dipaksakan dan malah jadi terlihat tidak logis. ada satu scene dimana di hari sebelumnya mereka berhadapan dengan hidup dan mati salah satu keluarganya, namun di hari esoknya mereka terkesan seperti biasa saja dan seperti tidak terjadi apa”, dan ada scene tertawa dan menghibur yang sangat memaksa.
namun ngk bisa dipungkiri horror di film reboot ini bisa dibilang oke punya, lumayan lah buat bikin dengkul lemes.
Nice Review, secara garis besar gw setuju dengan perkembangan karakter dari para pemain, banyak kesan yang dipaksakan dan malah jadi terlihat tidak logis. ada satu scene dimana di hari sebelumnya mereka berhadapan dengan hidup dan mati salah satu keluarganya, namun di hari esoknya mereka terkesan seperti biasa saja dan seperti tidak terjadi apa”, dan ada scene tertawa dan menghibur yang sangat memaksa.
namun ngk bisa dipungkiri horror di film reboot ini bisa dibilang oke punya, lumayan lah buat bikin dengkul lemes.
itu kayaknya diniatkan jadi bagian false resolution. Lucunya film ini, adegan resolution benereannya malah dibikin kurang memuaskan, tantangannya mobil mogok haha.
Lumayan banget buat seru-seruan jerit jerit
Logis ga sih org tubuhnya keseret dibawah truck tapi muka doang yg hancur .. bajunya ga robek ga rusak cuma bercak darah doang itupun di atasnya aja wkwk ..
Kykny scene terakhir itu darminah msi muda deh soalny ini mungkin film yg menceritakan film sblum thn 80an ..
Msi penasaran juga yg gedor pintu rusun siapa ya haha sanpe kakekny bawa pentungan gtu ..
Perubahan emosi bondi yg drastis .. dr bengong jd sadar wkwk..
Tp film ini menghibur lah .
Untuk urusan sekte gtu mungkin nnti ada film sekuelny mungkin
Mestinya patah tulang tu yaa, remuk… Trus suratnya bisa pas banget jatoh di dekat Rini, padahal kecelakaan parah diangkat2 orang segala macem haha
Iyaa, antara itu Darminah yang sama dengan yang film lama, atau Darminah versi baru.. mungkin malah mau bikin sekuel tokoh utamnya Darminah
Sy juga sempet heran … biji merah dirumah darminah itu knapa bisa sampe ke rini ya hahahh mahluk ghoib kah yang bawa
si Darminah ama suaminya mungkin pernah ke sana.. Atau mungkin biji itu adalah setan, tinggal tanam di hutan dan tumbuhlah pocong-pocong mayat hidup yang seram, kayak biji ajaib di kartun Dragon Ball hahaha
Kalau yang aku tangkap setelah nonton, biji saga merah itu adalah penanda. Inget gak pas Rini bilang kalau anggota sekte datang ke rumah bukan buat jemput si anak, tetapi untuk memberikan tanda? Dan ada adegan orang2 pake baju dan payung hitam mengangkat tangan ke depan terus genggamannya seperti dilepas seperti menabur sesuatu. Biji saga itulah yang disebar mereka utk nanti nandain biar hantu2 pocongnya datang ke sana.
bener sepertinya begitu Berarti si Darminah bisa jadi adalah orang yang bagiin biji-biji itu ke anggota yang lain atau dia mungutin biji-biji buat dipakai untuk kepentingan pribadi, jhadi dia panen hantu untuk disummon hahaha
Kalau nggak salah, dalam salah satu adegan zombie outbreak, sekte-sekte berpayung hitam itu menebarkan sesuatu dari tangan mereka di tengah hutan. Mungkin itu biji yang akhirnya diambil Rini.
Sepertinya memang biji itu yang jadi kunci kekuatan sekte
Setuju banget sama review ini. Film ini sama sekali nggak ngasih kesan apapun sama saya. Saya sempet mikir apa karena saya nggak nonton film originalnya, tapi nggak juga ah. Banyak kesan maksa baik di penokohan, alut cerita, bahkan dialog, penggunaan kata-kata “kau” itu sangat-sangat mengganggu. Saya sempet nangkep sekali si bapak nyebut “kamu” bukan “kau”. Scene terakhir bener-bener bikin saya pengen teriak kenceng “why?”. Hahaha.
Ya tapi dengan senjata andalan “ngagetin” film ini patut diapresiasi. Good job Bang Joko.
Kalo aku, pengen teriak kenceng “Why?!” pas si Hendra bilang dia ngeliat wanita serem di kuburan Ibu dan malam-malam dia balik ke kuburan untuk nyelidikin. I mean, why????
Setuju, dengan desain rpoduksi dan teknisnya, film ini menaikkan standar buat film horor lokal
Ending filmnya bikin gue bingung….
sengaja dibikin gantung sepertinya
besar kemungkinan film ini akan ada sequel nya
Pengabdi Setan Universe!!
Judulnya boleh sama tp ceritanya beda dgn versi orisinilnya walau benang merahnya sama,ada beberapa adegan yg hampir sama dgn versi orisinilnya,seperti Hendra yg tertabrak mobil,mayat2 hidup pada bangkit,rini yg lg sholat diganggu,suara orang penyakit asma
Tp yg lebih gue suka bag artistiknya,propertinya detail banget nuansa 80an,sandiwara radio butir2 pasir dilaut yg waktu itu hits banget
Overall film pengabdi setan termasuk film horror yg direkomendasikan bagus utk ditonton tp anehnya gue gak sampai jerit2 dibioskop ya hehehegeeee
Jeritnya udah terwakili sama penonton yang lain nih kayaknya hahaha… Bener, naik deh standar horor lokal berkat kualitas produksi film ini
kalo orisinalitas 80an nya, menurut saya ada yang missing. di bagian spreinya si bondi setelah di trauma liat neneknya itu seprei baru banget sprei 80an mana ada yang seperti itu
ada bocor satu item berarti ya
Sebetulnya setting dan propertinya itu bukan khas 80an, tetapi lebih tua lagi. Bagi gue lebih pas akhir 1960an. 80an beneran mah tidak sekuno itu barang2nya. Ya kecuali pakai logika, bisa aja mereka disitu sejak 1950-1960an, jadi di awal 80an wajar kalau barang2nya masih sama. Tahun 1980an, misalnya, sudah ada radio kecil, ga harus transistor besar seperti itu. Yang asik sebenernya setting rumahnya. Dapat aja ya rumah kayak gitu. (Rumah siapa tu yang dipakai, dan apa memang masih ditinggali?). Mirip rumah di Amerika atau Eropa, dinding, tangga, dll. semua kayu, ada kamar di atas, bagian atas dinding hampir semua ditutup wall paper kembang2 dsb. Tahun 80an rumah begini sudah kategori rumah kuno, bukan rumah 80an.
Gaya bahasa yang dipakai niatnya mungkin mau mencerminkan 80an juga kali yah? Bahasa Indonesia baku. Padahal di tahun 80an bahasa cakapan ya biasa-biasa sajalah. Lu, gue, ngapain, apaan dsb ya seperti itu. Jadi pakai bahasa baku itu niatnya supaya terkesan 80an (padahal aslinya nggak begitu) atau mau niru filem2 dulu yang memang pakai bahasa baku? … Karena pemeran sekitaran generasi milenial, wajar kalau bocor sana-sini karena yah gak adalah orang sekarang ngobrol pakai bahasa baku, bahkan di filem-filem. Tapi dari semua yang paling “awkward” bagi gue ya ketika Bondi nyebut “areall pekuburan”. Kan bisa “depan jendela kamar gue kuburan”.
Secara umum bagi gue filem ini ora pati mutu. Serba nanggung dan klise. Cerita nanggung, akting nanggung, serem nanggung. Dikepung vampir, datang penyelamat, lalu mobil gak bisa distarter-starter … klise.
Hahaha berarti ada missed juga di setting dan artistiknya ya. Rumahnya, btw, sekarang udah jadi tempat wisata horor gitu, Mbak. Untuk foto-foto, lengkap dengan pocong-pocongan.
Iya tuh, awkward banget denger anak kecil ngomong “areal pekuburan”. Kayaknya gak bakal ada deh di jaman manapun, anak kecil kata-katanya seboring itu. Selain terlalu baku, juga gak nguatin atmosfer seram. Penulisan dan karakternya kurang dieksplorasi.
Film ini membanggakan perihal mereka telah mendobrak klise ustad yang selalu menang melawan hantu. Tapi gak realized kalo film itu juga masih banyak menggunakan adegan-adegan klise lain. Mobil mogok wkwkwk, film tanpa-budget pun bisa bikin adegan horor kayak gitu xD
Nice and fair review. Meskipun saya ga bakalan berani nonton, tapi review ini yang paling fair mengulas film Pengabdi Setan. Makasih
Makasih jugaa.
Coba aja nonton, bakalan rame kok di bioskop 😀
ikutan nimbrung lah ya. gw barusan nonton semalem banget itu, urusan property, detail interior, lagu2 jadul, dll berpadan cantik nostalgic. Nyoba masukin vocab ‘kau’ biar tambah jadul patut diapresiasi, soalnya kepikiran gitu loh detail2 ginian. Untuk taste gw yg terlatih film horor serem ya kaga, ngagetin ya blas kaga. Namun film Pengabdi Setan ini membawa martabat film horor lokal elegant kembali, ga melulu tetek-paha yg disyut. Cuma ya memang masih ‘bocor’ disana sini menjelaskan ttg sistem ‘panen’ sekte ini yak. Ending menggantung gw maklumin lah, film horor itu kalo tuntas ya malah aneh, lebih enakan ‘gantung’ jd lebih misteri dan ada kesempatan bikin sekuel. :p
“ada kesempatan bikin sekuel” ini nih ahahaha 😛
Ayo film horor lokal lain, bisa gak bikin yang ngelebihin Pengabdi Setan? Bisa dong yaaa xD
Review yg dangkal.
ada satu treatment subtil yang aku masukin pas nulis review ini, coba deh cari xD
apaan tu bang ?
cari doong, petunjuknya: ada satu yang mestinya ada tapi kutiadakan sebagai ultimate kritik buat film ini 😀
Gaje ending film nya haha
biar bisa ada sekuelnyaaawwww hhihihi
Saya selalu jadi big fans atas tulisan tulisan anda dalam me review film. Jujur, detail dan tajam. Saya penggemar film original nya. Menurut saya salah satu horror yang menyeramkan mau di tonton dulu ketika saya kecil maupun sekarang. Atmosphere horrornya dapet. Pas tau ini di remake sama Joko Anwar saya lgsg masang ekpektasi tinggi dan ketika akhirnya nonton, pemikiran anda mewakili sedikit kekecewaan saya. Walaupun secara produksi well made, tapi ada bbrapa lobang2 yang jujur ganggu kematangan produksi tadi. Apalagi ending nya yang saya pikir bisa lebih di explore lagi, I mean,it could be better.
Waah, makasih Mas Muji yang suka memuji hehehe..
Exactly, it could be better. Score 6 memang aku berikan buat film-film yang could-be-better kayak gini.
Sayang memang, produksinya yang excellent tidak dibarengi dengan cerita yang memuaskan, atau paling tidak, tidak dibarengi dengan cerita yang tidak menimbulkan tanda tanya yang banyak.
Kelebihan film originalnya menurutku adalah ada rasa unsettling yang lebih besar, sebab keluarga itu gak tahu apa sebenarnya yang meneror mereka. Sedangkan pada film baru ini, mereka tahu ibunya datang sebagai hantu
1. masi bingung apa yang dibisikin budiman ke hendra
2. Gak nyangka budiman bisa lolos, padahal kayaknya mau dikeroyok sekte
3. Penasaran apa aja yang dibilang bapak ke ibunya
4. Ian dibawa kemana?
5. Biji merah itu biji apa dan buat apa
6. Panen maksudnya apaan dah yang dibagian akhir
Intinya gantuuungggg
Nice review btw
Makasiih
Iya ya, banyak poin gantungnya.
Budiman kayaknya bukan orang sembarangan, mungkin dia jago berantem bisa lawan orang banyak hahaha
Sepertinya harus nonton dua kali supaya kita bisa tahu persisnya apa yang dibilang bapak ke ibu, saat kita udah ngerti konteks besar ceritanya seperti apa.. nonton sekali kita cuma bisa menduga-duga
Kan si rini sampek berkali2 nanya ke bapak “apa aja yang bapak bilang ke ibu” dan bapaknya cuman bilang “kasian anak2”
Rini nanya berkali2 karena rini tau bapak gak cuman bilang itu aja ke ibu.. ehh, sebelum bapaknya ngaku uda denger teriakan si tony duluan..
Dan sebelum itu bapaknya minta maaf ke rini, seharusnya sih ga usah minta maaf yaa (walaupun tau kalo mereka bukan anak kandungnya) kan si bapak gak salah..
Nonton ini sama teman, dan teman saya bilang bagus banget. Tapi saya ga sependapat. Pas baca post ini happy akhirnya ada yang bisa menggambarkan apa yang saya simpulkan dari film itu, and couldn’t agree more.
Tambahan aja, menurut saya dari dialognya pun tidak konsisten. Menggunakan bahasa formal seperti “Aku – Kau” tapi dilengkapi kata “gak” dan “ngapain”, instead of “tidak” atau “sedang apa”.
Banyak adegan horrornya comot dari film horror lain yang sudah ada sebelumnya seperti ketika Bondi lempar selimut ke lukisan/foto ibu, malah nampak sosok manusia yang kemudian mengejar balik. Kalau tidak salah saya lihat adegan itu di film the orphanage.
Melihat endingnya muncul tetangga bernama Darminah (pembantu yang ada di film pengabdi setan versi 1980) sepertinya film yang sekarang dimaksudkan sebagai prequel. Tapi kenapa banyak sekali scene yang sama dengan yang versi 1980 contohnya ketika hendra kecelakaan tertabrak truk. Ditambah lagi namanya pun mirip hanya diubah sedikit seperti Rita dan Tommy di versi 1980 dan Rini dan Tony di versi 2017.
A-iyaa The Orphanage! aku pas nonton adegan balik dari sumur itu juga ngerasa pernah ada yang mirip, tapi couldnt put finger on it, baru keingetan sekarang haha
Bener, sepertinya gabisa gitu aja kita nuduh ini prekuel sebabnya ya itu tadi, banyak adegan yang sama/referensi dari orisinalnya. Sepertinya ini pure film atau mungkin franchise baru based on 1980’s Pengabdi Setan.
Mirip adegan Anabelle Creation jg. Joko Anwar could’ve done it so much better. Sayang bgt storylines nya berkesan terburu-buru banget like its faster than bunnies ejaculations. Blm apa2 udah ngecrot aja #eh
Terus yg bikin gengges tuh knp si bapak dibikin stylish bgt. His haor & outfit really swag. Kyk pas scene pemakaman si ibu. Like dude you’re so damn classy & dandy with those outfit & shades! Trs pas si bapak mau tidur pake blue satin pajamas I wouldn’t mind lying next to him #eh
Bandingin sm tokoh Hendra. OK lah Hendra mgkn semacam pemuda kampung yg sengaja style nya ala kadarnya. But holly shit his hair is really ridiculous. I mean klo emg pgn rambut gondrong ya dipanjangin kek atau cari wig yg keliatan lebih natural. Ini asli konyol bgt. I can’t even…..
Saking stylishnya, bapaknya kayak kemudaan yaa, kayak gajauh beda umurnya sama Rini ahahaha
Udah usang berarti taktik selimut hantu itu, udah banyak film yang makek. Satu lagi reaksi yang ‘aneh’ itu pas Bondi ama Ian jalan di lorong, mereka ketakutan tapi jalannya pelan banget. Kalo aku sih, bakal langsung lari masuk kamar biar gak lama-lama mandangin lukisan Ibu, lari miring ngadep tembok kalo perlu xD
Hendra oh Hendra, kamu mati wigmu ikutan masuk neraka, kasian sekali ckckck
kalo ak nonton pengabdi setan versi 1980 akhir filmnya juga gantung ketika ayah, dan dua anak selesai sholat , baru nyampek tangga depan masjid tiba-tiba ada wanita didalam mobil berhenti tidak jelas itu siapa, apa mungkin wanita itu darminah yg bangkit kembali atau darminah sudah taubat? hehe
ya diakhiri dengan open-ending, tapi cerita/plotnya toh tidak gantung. Film mau diakhiri dengan happy ending, bad ending, atau open ending gak masalah asalkan plot satu cerita itu selesai. Ada awal-tengah-akhir. Di yang original ada penyelesaian konflik; ini adalah tentang keluarga yang jauh dari agama yang selamat karena mereka mendekatkan diri kepada agama. Perjalanan tokoh utamanya tuntas. Kalo di Pengabdi baru kan gak jelas, Rini masih pribadi yang sama di awal dan akhir cerita, perjalanan inner Rini belum berakhir di film ini.
Couldnt agree more.
Karakter yg paling disuka cm Ian sm Toni.
Sisanya kaku.
Sama setan ibunya oke dehhh.
Tapi banyak banget kejanggalan di ceritanya.
Tp biar keren di twist aja deh.
Iya gak mas joko.
Ditwist aja biar semua janggalnya terlupakan xD
***SPOILER ALERT***
Yes. Setuju banget sama review ini. Filmnya penuh dengan bad expositions. Hampir semua important expositions dan plot revealing dalam film ini dijelaskan terlalu convenient. Bahkan terkesan maksa, clunky, dan konyol. Contoh bad expositions dalam film ini:
Plot revealing hanya dijelaskan melalui artikel seorang Budiman yang kemudian direvisi di pertengahan cerita. That’s some lazy writing over there. Kenapa tiba2 Budiman bisa merevisi artikelnya? Apa dia mantan anggota sekte? Apa dia punya informan di sekte? Tidak pernah dijelaskan. Lebih berkesan bahwa Joko Anwar sedang memaksa kemunculan plot twist supaya alur cerita bisa tiba2 berubah. Boom. Ternyata Ian adalah jelmaan iblis, padahal di scene sebelumnya, Bondi lah yang terlihat bertingkah seperti Damien dalam film The Omen. Sampai ambil pisau buah buat ngebunuh Ian. Sangat inkonsisten.
Sumpah bagian revisi itu konyol banget. Mereka kayak punya aturan, terus dibantah sendiri. Budiman, neneknya, dan orang-orang yang penting untuk plot dimisterius-misteriusin sehingga jadi banyak hole yang gak terjelasin.
Kalo soal Ian dan Bondi kayaknya kekuatan iblis Ian memang baru bangkit saat dia menginjak usia 7 tahun, sedangkan Bondi dirasuki nenek yang ingin membunuh Ian sebelum ia ulangtahun, tapi kemudian hantu neneknya like, fuck it, this kid body is weak! dan dia keluar gitu aja hihhihi
Baru tau maksud bondi kesurupan dan knp mau bunuh ian. Tapi katanya kalau saling menyayangi, ian tdk akan diambil, padahal mereka sepanjang film saling peduli satu sama lain, lalu kenapa diambil ya?
Ternyata ada revisian lg kalo Ian adalah titisan iblis. Asli gak paham… Cerita ttg sekte banyak sekali yang lost gitu aja. Cuma cerita lewat mulut, majalah atau album foto aja. Coba dikasih sedikit gambaran ttg masa lampau ibunya atau konflik antara ibu dengan neneknya
film ini ngejelasin dengan cara yang convenient, dan bahkan dengan itupun masih banyak yang tak mampu tersampaikan. Padahal, betul, akan emnarik kalo kita dikasih lebih banyak soal sekte atau juga konflik ibu dan nenek. Hmm kebayang kalo ada adegan hantu ibu lawan hantu nenek ahahaha
Hear, hear, everyone, ini poin yang lengkap summing everything yang goyah di cerita!
oke poin oomer satu kocak bgt, bener juga sekuat apa sih tenaga anak kecil bertahan, kecuali memang sengaja untuk foreshadowing kekuatan setannya
entah kenapa endingnya saat zombie hantu2 lokal citarasa indonesia berdatangan ,, memngingatkan saya dengan RESIDENT EVIL 😀 ,, rasa2 ingin di shootgun 😀
Hahahaha keren banget kalo ada adegan pocong ditembak pake shotgun XD
“Kita harus baik sama mereka, kita jgn membiarkan mereka pindah karena sebentar lagi kita akan panen”
Apa yg mau dipanen dari keluarga rini? Itu yg jadi tanda tanya
panen biji-biji setan it kali hahaha…kayaknya memang sengaja ndak dijelasin, atau mungkin perlu ditonton dua kali
Overall menurut saya film ini sudah cukup bagus, seperi nama saya! Tapi, saya paling males kalau nonton film yang punya banyak hal ga jelas di ending, ga bisa tidur mikirinnya.
– Setelah temen nenek jelasin ke si Hendra kan pintunya digedor-gedor, kirain bakal dibunuh, tapi diakhir malah dateng lagi. Jangan-jangan beneran tukang pijet yang gedor pintu?
– Kenapa artikelnya ga dibacain aja biar penonton bisa tahu penjelasan lengkap tentang sekte kesuburan itu.
– Pas muncul twist yang Ian, jadi bertanya-tanya apakah cuma Ian yang dihasilkan dari anggota sekte, tiga kakaknya itu anak bapaknya beneran?
– Setelah Hendra meninggal kan ada scene Rini tangannya ditarik dari jendela terus Pak Ustadz liat dan ngebiarin aja kaya ga peduli gitu dan tiba-tiba datanga nginep di rumahnya Rini. Saya sempet mikir ini Ustadz mencurigakan banget, apa dia salah satu anggota sekte yang mungkin mau nyulik Ian. Diakhir ternyata cuma di korbankan.
Dan masih banyak hal lain yang ga dijelasin. Asli suka ga bisa tidur kao abis nonton film yang begini.
Scene paling serem menurut saya dimulai waktu Bondi bangun terus liat Ian komat-kamit di pinggir jendela, muncul pocong, dan Ian ketawa-ketawa sambil jalan-jalan.
7/10 kalo saya.
Terus Ian tiba-tiba ngomong gitu kan, padahal tadinya dia gagu. Bener, adegan Ian itu serem gila, Ian ngerayain ultah setannya ama pocong-pocong ahahaha. Keren lah itu aktor cilik yang meranin Ian
Inilah kelemahan terbesar film Pengabdi Setan, masih banyak hal yang tak (mampu) terjelaskan, padahal produksinya udah kayak nama Mas xD
kalau menurut saya, ian gagunya itu ngomong tetapi di reverse, sama seperti piringan hitamnya. jadi saya bisa duga di awal kalau ian ini anak si iblis.
ketika bapaknya pamit, dia bilang “apa sih yang bakal terjadi selama bapak pergi”, eh neneknya meninggal, trus Hendra pamit bilang “aku akan kembali” eh gak kembali. this is so mainstream, and predictable. walaupun sinematografinya ciamik, tetapi sepertinya lubang-lubangnya harusnya ditambal dulu kali ya. mungkin kalau durasi filmnya sekitar 3 jam, dan penceritaannya lebih pelan dan tak terburu-buru mungkin lebih bisa menjawab semua pertanyaan dan lubang-lubang dari film ini kali ya
bener juga, kayaknya mantra yang diucapkan ibu di adegan pembuka juga mesti didengerin reverse deh biar tau artinya.
semoga di masa depan ada filmmaker lain yang ngeremake dengan lebih kompeten dan memuaskan
wah hebat, saya ga kepikiran sama sekali. mungkin masih terlalu sedikit film horror yang baru saya tonton.
wah review nya jadi pingin liat nih secara langsung
ayo ke bioskop, sebelum filmnya turun 😀
Saya menyasar ke blog ini karena terlalu penakut untuk nonton film horor tanpa dikasih “briefing”, dan di bawah adalah kesan saya sepanjang membaca tulisan mas Arya.
Secara isi, informatif. Garis besar cerita ada, kekurangan dan keistimewaan film juga disebutkan. Tapi secara bahasa dan tutur kalimat saya dibuat pusing, tidak nyaman. Contoh: “Atmosfer mencekam sedari awal sudah terestablish”, “benturan tone cerita demi mendelivery”. (Padahal bisa memilih kata “terbangun” dan “tersampaikan”, kenapa harus ada “terestablish” dan “mendelivery”?)
Saya pikir tidak perlu dipaksakan mengunakan terminologi bahasa Inggris kalau hanya akan merusak aliran kalimat. Dilihat dari isi tulisan mas Arya, kelihatan kok kalau mas ini cerdas. Saya harap bisa dijadikan masukan supaya ke depannya tulisan mas lebih menarik dan nyaman dibaca.
Terima kasih mas (atau mbak?) Z,
hahaha mas Z tinggal membacanya saja pusing, bayangkan aku yang harus ngeklik italic setiap kali pakek kata asing. Malah sering ada yang kelewat. Sebenarnya bukan terlalu rajin atau pintar atau gimana, tapi saat ngetik ada pilihan-pilihan yang harus dilakukan. Sebab selain mengulas film aku juga punya tujuan untuk mengembangkan karakter blog. Di blog ini aku bicara lewat sebuah karakter. Ada gimmick. Persona. Dan demi itu semua, pembaca sedikit bingung adalah sesuatu yang sudah diperhitungkan dan kuanggap sebagai creative-risk (resiko kreatif) yang bersedia aku ambil. Jadi ya, kadang bekerja baik, kadang enggak. Kadang kebanyakan. Tidak sedikit juga yang protes langsung, dan aku makasih banget, udah diingetin. Aku akan selalu perhatikan masalah kata ini, diusahakan untuk dapat penempatan dan komposisi yang tidak kelewat mengganggu.
“Bingung” karena tidak paham terminologi dan “tidak nyaman” karena kalimat yang nggak enak dibaca itu dua hal yang sama-sekali berbeda sih, mas.
Titik perhatian saya hanya kapan dan bagaimana suatu istilah dimasukkan dalam kalimat, bukan di ada-tidaknya penggunaan bahasa asing. Agak sayang kalau persona yang terbentuk di benak orang justru “Movie reviewer yang wording di kalimatnya gak enak”.
Semoga ke depannya bisa lebih baik.
Persona itu sifat, bayangkan tokoh protagonis dan antagonis. Aduh gak seru sih sebenarnya kalo dibeberin, tapi blogku memang diniatkan sebagai antagonis. Dan untuk mencapai itu dalam konteks gimmick entitas bijak yang tidak berkata kasar, aku mencoba bermain di pemilihan kata; membuat orang sebal, gak nyaman, merasa digurui dsb.
Belum nonton, baca reviewnya jd bertanya ini itu dalamhati
hahaha ayo segera ke bioskop~
Aku gak mgerti scene piringan hitam d reverse. Jelasin pliss
Ada pesan tersembunyi gitu, aku juga gak denger jelas sih. Mungkin ada commenter yang nangkep semua kata-katanya?
Gak understand sama review nya, language nya di campur campur sih between indonesia and enggres
bajak laut juga kalo ngumpetin harta karun bikin peta yang bikin bingung yang baca 😀
Apakah hanya gue di sini yang sadar ada penampakan, minyak urang aring…?? 😀
Overall review ini membantu bgt mengembangkan pemikiran gue tentang film ini, sebagai peminat film horror, BETUL banget kalau film ini membuat standar baru film horror Indonesia untuk lebih baik lagi, dari komposisi warna, setting, make up. Semoga ga akan ada lagi tuh film horror yang cuman ngumbar paha pemainnya sama gimmick bernatem biar sukses, dan juga ga perlu ngedatengin bintang porno sebagai “pemanis” (yang nggak ngaruh). Semalem nonton film ini dan keganggu banget sama penonton belakang gue yang (super) berisik banget karena setiap adegan dia komenin dan ngomongnya kenceng banget.
Adegan setelah bondi liat si IBU gambar di mainan itu, mainannya di lempar, itu gue sama temen gue kompak bilang “kaya adegan apa ya?” yang menurut gue itu adalah adegan khas CONJURING.
Mas joko sukses membawa gue sebagai peminat film horror masuk ke atmosfir tahun 80-an, kengerian di sumur, kondisi ibu yang sakit, kelambu kamar IBU, suara radio “butir butir pasir”.
Adegan favorit gue ada di :
0. Adegan awal film mulai si IBU baca mantra (atau apapun itu sebutannya)
1. BONDI pas dengerin radio dan si IBU minta sisirin
2. Setiap adegan IBU (sebelum sakit)
3. Suara mantra yang diucapin Ian
4. Suara sesak nafas nenek
5. Scene dan Adegan si Sumur, pintu sumur itu bikin merinding kalo dibayangin, even adegan pipis ian sama Bondi, apalagi adegan Rini lagi Wudhu.
Karakter yang disuka : gue suka Ibu, sama Ian, rini bagus tapi Tara (bikin gagal fokus mulu, apalagi adegan terakhir) celananya pendek banget ahahhaha
Adegan pocong bermunculan??? ga serem sih buat gue. hahaha…spoiler banget nih
setuju banget sama balasan balasan review ini, ada banyak kejanggalan adegan , apakah karena kita terlalu berharap tinggi dari Pak Joko Anwar???
banyak yg penasaran “maksud” dari fachry albar dan asmara abigail di ending, sepenting itukah?, gue lebih penasaran kenapa nama DIMAS aditya, kok ga muncul di jajaran nama nama cast di awal film? atau gue ga baca? did i miss it?
Di mana minyak urang aring? Di manaaaa
Sumur itu tempat paling horor dari seluruh film.. btw misterinya di sini adalah itu kenapa poin favoritnya dimulai dari nol kayak pom bensin? xD
Gak perhatiin juga sih nama castnya, mungkin Dimas Aditya sengaja disamarin biar wig kerennya keliatan hhihi
Di mana minyak urang aring? Di manaaaa
Sumur itu tempat paling horor dari seluruh film.. btw misterinya di sini adalah itu kenapa poin favoritnya dimulai dari nol kayak pom bensin? xD
Gak perhatiin juga sih nama castnya, mungkin Dimas Aditya sengaja disamarin biar wig kerennya keliatan hhihi
kalo seinget gue bang, adengan Rini sholat (ada muncul minyak urang aring) yang khas botol nya…haduh anak 90 an pasti tau HAHAHA…..oiya Ralat, bukan Bondi yang dengerin radio , tapi TONI, itu inget masih kecil sih kalo lagi cari channel radio , dan sandiwara radio itu horror banget hahaa..
kenapa dari 0? gue mikir nih film starting nya aja udah SETAN banget…haha…
Dimas lebih “banyak muncul” tapi itu termasuk dari “why” nya gue dan bikin bertanya tanya…semoga gue yg salah , ngelewatin nama Dimas Aditya
kenapa dari 0? gue mikir nih film starting nya aja udah SETAN banget…haha…
Dimas lebih “banyak muncul” tapi itu termasuk dari “why” nya gue dan bikin bertanya tanya…semoga gue yg salah , ngelewatin nama Dimas Aditya
Klo itu memang ibu -_- kita bilang sama dia untuk cepet pergi ke meikarta
Hahaha kayaknya itu yang dibisikin bapaknya yaa, ayo bu pindah ke meikarta, kasian anak-anak XD
gw heran sama orang film kita. udah banyak referensi baik teori maupun contoh kasus. sampai tidak terhingga banyaknya. tapi kenapa kalau buat film yg gw nilai universal / genre apapun itu seperti ada sesuatu yang kelebihan ,ibarat masakan combine semua bumbu itu ngk bisa pas di lidah. pasti ada dan selalu ada. bukannya bagus malah aneh dan enek. emang sih imajinasi itu ngak ternilai dan ngomong jauh lebih gampang ketimbang eksekusi langsung, tapi setidaknya nalar jalan lah jangan terlalu jongkok apalagi nyungsep. resource yg memadai gini, mubazir tidak dimaanfaatkan
kadang-kadang memang dalam produksi film, masih banyak yang terlalu mikirin ‘kesukaan penonton’. jadi kayaknya suka ngerasa insecure kurang, atau ada bagian yang dicut dan diganti, jadi biar aman semuanya dicombine
mungkin Pengabdi Setan versi Joko Anwar ini masih ada hubungannya dengan film film dia sebelumnya. Pintu Terlarang, Kala, ama A Copy of My Mind (di awal soalnya ada ‘CJ Entertainment’). Masalah endingnya, iya itu Darminah. di Pengabdi Setan 80’an emang dijelaskan kalau Darminah itu engga mesti berwujud seperti Darminah yg diperankan Ruth Pelupessy. dia bisa berwujud apa saja. bisa lebih muda, lebih cantik. sedangkan Fachri Albar disitu mungkin Gambir (Pintu Terlarang).
jadi menurut saya, Pengabdi Setan Joko Anwar ini sekuel dari Pengabdi Setan 80’an. dan sepertinya Joko Anwar pingin bikin universe sendiri.
ngga tau kenapa semua plot hole sama inkonsistensi nya Pengabdi Setan ini ga terlalu bermasalah buat saya pribadi. ketutupan sama film nya secara keseluruhan. after all these years, akhirnya ada juga film lokal yang bener bener horor. kliatan kok emang usahanya bikin biar film ini berasa bener bener horor asli Indonesia. sulit sepertinya bikin film horor di era universe-nya James Wan.
satu hal yang terasa melenceng sekali dari Pengabdi Setan 80’an, kenapa peran ustadz harus dimatikan oleh Joko. seolah Joko Anwar ingin menyampaikan bahwa ‘agama tidak menyelesaikan masalah.’ pemunculan karakter ustadz aja terasa sedikit ‘maksa’. padahal di versi 80’an nya jelas jelas agama adalah penolong. it’s just my own thinking.
Boleh saja menciptakan universe sendiri, tapi tentu akan lebih baik kalo bisa membangun universe sekaligus tidak membuat filmnya goyah dan inkonsisten. Dan enggak kerasa dilakukan hanya karena bisa. Film luar juga banyak yang terlalu fokus ke universe sehingga end product filmnya enggak sekuat, malah kayak kurang dieksplorasi.
Nah, menurutku horor asli indonesianya ini enggak keliatan. Pengabdi Setan menggunakan banyak sekali trope dan elemen dari film horor luar yang sudah pernah kita lihat sebelumnya. Satu-satunya elemen yang terasa asli Indonesia adalah soal minta anak ke setan, dan itu enggak pernah dibahas dengan kuat dan dalem.
Soal agama juga kayak afterthought doang kan ya, padahal keindonesiaan juga mestinya bisa datang dari sini. Film paling enggak bisa poke fun soal gimana di film jadul horor selalu adalah agama melawan setan. Aku setuju kalo film ini melenceng dari plot Pengabdi Setan 80. Malah ingin mengatakan bahwa agama tak menyelesaikan masalah. Rini aja tak pernah sholat, eh sekalinya sholat malah diganggu hantu, dan kita gak pernah lagi liat dia sholat ataupun lakuin hal agamis setelah itu. Seharusnya itu adalah resolusi cerita, tapi di film ini malah kayak bagian false resolution. Twistnya adalah: berarti film ini tentang apa dong?
‘Kalau agama yang menang di film horror, bukan film horror dong namanya. Jadinya lebih ke arah religi ?’ Mungkin itu yang dipikirkan Joko Anwar saat mere-boot film ini. Ha-ha-ha. Harap maklum sajalah toh namanya juga film horror. Jangan terlalu dianggap serius lah. Tapi terkadang ada benarnya juga menurut saya, bahwa agama saja tidak akan menyelesaikan masalah. Tanpa kebiasaan-kebiasaan baik di kehidupan nyata yang mendukung keagamaan kita, atau karena kekuatan setan yang terlampau besar seperti di kejadian ‘Exorcism of Emily Rose’ misalnya, kekuatan satu orang ustadz saja yang walaupun sangat beragama, tidak akan cukup mengalahkannya. So pesan moralnya adalah jangan main-main dengan setan, it can harm you more than you ever thought.
Ya gapapa kalo mau nampilin ide bukan agama yang menyelesaikan masalah, tapi kan film ini tidak memberikan penyelesaian sama sekali. Poinnya adalah Pengabdi Setan yang original masih lebih baik karena ceritanya ada penyelesaian (lewat agama). Pengabdi Setan yang baru menggantung penyelesaian ceritanya.
Love your reviews, sama bgt dengan apa ya aku pikirin, film ini emang gak cukup fresh karena kerasa banget insodiousnya dan anabellenya tapi dengan kearifan lokal, bahkam kalo boleh bandingin film gak ninggalin rasa ngeri kaya setelah aku nonton keramat, penyelesaiannya terlalu mudah, banyak adegan yg kosong dan ga perlu kaya pas ada tukang pijet ga pake kacamata I don’t feel it’s funny, tapi buat plot twist menurut aku cukup berhasil sih soalnya aku selalu suka aja sama plot twistnya joko anwar, overall film ini memberi cukup angin segar buat film horror indonesia, mungkin bakal seru kalo ada sekuelnya atau prekuel yg dibikin dengan lebih baik lagi dengan katakter yg lebih kuat dan plot yg lebih tertata
Terima kasih sudah mampiiiir.
Aku juga gak ketawa pas tukang pijit datang. Kayaknya itu adegannya poke-fun ke hantu di film versi jadulnya, kan di situ mata hantunya putih.
Joko Anwar bisa dibilang sebagai M. Night Shyamalan Indonesia kali ya hhihi
pleasure for my eyes hehehe iya emang ga ampe mikirin adegan2 yg janggal sih…tp setuju pendeskripsian rasa sayang anak ke si ibu dapet banget..sy jd agak bias krn sdh terlalu seneng pelem horor favorit diremake lg hehe…nice review smoga ada sequel yg lbh baik lg..
makasih mbak, iya semoga film berikutnya bisa bercerita dengan lebih baik
Hi! I’ve been watched it last night, and still looking for jawaban dari banyak pertanyaan karena pas abis nonton kok rasanya bukan malah terpuaskan atas penghiburan yang disajikan tapi malah kaya… film yang sengaja dibuat untuk bikin penasaran karena bang sutradara pengen bikin sekuelnya. Terima kasih, ternyata banyak juga orang yang merasa film ini agak kurang di beberapa bagian. Terima kasih juga komenters di atas yang sudah menjawab pertanyaan yg menganjal fikiran saya sepanjang malam (lebay). hehehe Semangat terus review filmnya yaaa
thankyouu
bener, kayaknya sengaja banget dibikin gak tuntas, ceritanya gak nutup. Eh tapi film ini dapet nominasi Skenario Adaptasi Terbaik FFI tahun ini, loh. Bayangkan 😀
IMHO : kasian peran si ustad datang hanya untuk mati ,, seakan simbol agama tak dapat menolong melawan kegelapan ( setan ) sangat berbeda dengan inti cerita versi aslinya ,,
Rini juga sekalinya sholat, langsung diganggu setan. Dijamin kapok ibadah ckckck
<<<>>>
hello mas arya, i just hv watched that movie last night and this is exactly what i thought bout it!!!
menurut saya Joko Anwar could’ve been done way more better krn biasanya film2 dia yg terdahulu tuh mantep bener.
jujur, pengembangan ceritanya agak maksa dan plot nya yang semula bikin merinding sampe berkali-kali nutupin mata pake tas (i’m so lame here) tapi kesini-sini kek “apa sih?” sambil mengerenyitkan dahi wkwkwk, apalagi scene habis klrg nya si Rini (Tara Basro) melarikan diri dari zombie2. bnyk explanation yg hrsny jelas kek penjelasan si Bapak ke Rini, apa yg dibisikkin tmen neneknya Rini ke si Hendra tp malah jd rancu. (entah mungkin ini tanda2 sequel)
Bondi disini jg gaje bgt, dia kan kerasukan jd diem2 aja malah kek mau bunuh si Ian tp tiba2 pas “arwah2” atau (apalah itu namanya) masuk ke rmh nenek mereka dan ngincer klrgnya dia malah ngikut lari (lah? awkward bgt).
but somehow latarnya (tempat, waktu & suasananya), shot technique dan cinematography nya keren bgt. ini poin plusnya film ini jd agak bisa ditaruh di bawah film2 James Wan (berlebihan ga sih?)
Ian, pemeran anak ini bener2 jenius. Asli. selain polos dan cuteable di awal hingga pertengahan film, anak ini jg bisa jadi sangat menyeramkan begitu dia reveal himself as satan’s child di akhir film. Dan anehnya klrgny ini gak kaget like “WTF HE CAN TALK?!” pdhl yg mereka tau si Ian ini gagu. Tp masih ada kejanggalan ketika dia takut sama setan wktu main ke luar sampe ngumpet di boks. Ngapain takut jg kalo trnyta dia sendiri jg bagian dr iblis?! ini salah satu plot twist yg maksa.
So far, adegan paling serem bknnya si Rini diganggu setan pas solat, bkn si Toni dengerin sandiwara radio tp diganti jd lagu emaknya, not even their mother died. Tapi ketika si Hendra (Dimas Aditya) ditabrak truk sampe keseret2 mukanya. I swear itu gore bgt. bahkan habis nonton dr Gandaria City utk naik motor ke Depok itu gue takut abis (dan gilanya, helm gue ilang hbis nonton itu)
Yaa semoga sih bener ada sequelnya, btw thanks mas udah mencurahkan impression saya thdp film ini dan semangatnya dlm review film lainnya…
halo mas Subi, thanks juga sudah sudi mampir hehehe
bener setuju, kalo soal Ian ada dua kemungkinan; pertama kekuatan setannya baru keluar pas dia nginjek umur tujuh tahun. Jadi sebelum itu, kayaknya dia memang anak kecil biasa. Atau bisa juga karena hantu neneknya ‘musuh’ dari hantu sekte, jadi makanya dia takut.
hahaha hati-hati jangan ngebut sambil pake wig naik motornyaa
Nonton lagi kedua kalinya kmren malam setelah baca comment2 disini dan experience it different. Karena pertanyaan2nya udh berhasil kejawab. Walapun lobang2 d plot nya blom bisa d maafkan (apalagi datang nya dari seoarang Joko Anwar yang saya tau pay attention sama hal2 detail atau mungkin kerena udh masang ekspektasi yang tinggi juga kali ya. Tapi makin kesini makin yakin, pertanyaan2 gantung itu mungkin di sengaja, buat potensi sekuel. And yes, we deserve a sequel/ prequel atau spin off atau apalah itu buat ngisi susunan puzzle2 disini biar lengkap.
wah udah dua kaliii… udah ada bayangan belum kira-kira apa yang dibilang Bapak ke Ibu? Terus ada tanda-tanda gak sih kalo Rini di akhir film jadi anggota sekte?
Bisikan belom ada teori pasti sih haha. Tapi curiga aja, apa jangan2 sebenarnya si Bapak yang member sektenya dan nyuruh ibu buat berkorban atau di korbankan (supaya bisa hamil). Karena ada di satu scene, si Bapak teriak ke arwah si ibu buat minta maaf dan selamatin anak2. Dan Rini, apa mungkin si darminah sengaja masukin ‘benih merah’ nya ke dalam makanan agar tidak bisa hamil? Dan nanti di arahin buat bisa join sekte kesuburan itu? Seperti halnya ibu. Apakah itu yg di maksud darminah ‘g sabar lagi untuk panen (anak setan dari Rini)? IMO.
wah second viewing malah nambah kemungkinan yaa, rumit nih film.
cari angin keluar dulu yuk, jalan-jalan ke hutan… eh ada benih merah! jeng-jeng!!
Keminggrisnya kebanyakan. Nggak enal banget dibaca
Setidaknya penggunaan kata bahasa inggris adalah pilihan, sedangkan typo adalah kesalahan
Nice review. Heavy spoiler Well menurut g film ini bagus bgt di awalnya tp syg nya along the way malah downhill trus. Dr nongolnya si tao ming se yg flirtingnya parsh bgt. Trus adegan dia kecelakaan yg predictable bgt. Yg gedor2 pintu pak budiman siapa. Hantu neneknya yg udh kebaca bgt maksudnya. Tp malah jd basi. Utk twist si ian itu menurut g cukup mantab la ketika dia tiba2 bsa ngomong g yg ky holy shiettt denger ketawanya itu loh hahaa. Tp adegan paling parah adalah ketika babehnya plg. Pak ustad yg mati sia sia. Adegan pocong pd berdatengan yg menurut g maksa bgt ud gtu slow bgt pas adegan kejer2an nya maklum pocong jalannya susahhh. Dan disini g ngerasa mereka berusaha bgt copy elemen conjuring yg pas setan nya nongol rame2. Tp bedanya ini maksa and ga dapet feel nya malah boring. Trus adegan terparah mobil klasik…. ditutup dengan ending cewe eksotis angkat2 ketek yg mengangkat birahi.
overall buat g ini film terlalu bagus reviewnya. Entah marketing and media nya yg berhasil
Tp menurut g biasa2 aja ga sampe jadi the best horror movie like some people said 🙂
Mobil yang bisa datang tepat di saat kritis, tapi pas pulangnya malah sok mogok yaa ahahaha..
Menurutku film ini meledak karena brand; nama Joko Anwar sudah jadi semacam brand sendiri, dan penonton biasanya memang bias sama brand. Produk yang biasa-biasa aja, bisa dianggap jadi luar biasa hanya karena ada brand yang sudah terkenal.
akhirnya, bukan cuma aku yang anggap remake film Pengabdi Setan ini gak seseram versi originalnya,…yang paling keren cuma adegan mayat” hidup (pocong) pada keluar,..selebihnya, akibat tokoh ian yang aktingnya bagus…filmnya jadi lucu
review nya bagus, suka ^_^
samasamaa, makasih
Ian untuk Pemeran Anak Terbaik Piala Citra yaay!
Nice review. Aku belum nonton sih, so it’s quite helpful. Jadi ini masih soal black magic ya, sama kaya film asli-nya. Darminah juga penyebabnya. Kalau Fahri Akbar sih dia memang aktor favorit Joko Anwar. Pasti muncul terus. Hehe.
Btw, one question before watching. Pengabdi Setan in film horor yang recommended karena emang bagus ATAU karena film2 horor lokal lain jarang ada yg sebagus ini?
Thanx.
Haha iya, Fahri sama Tara udah musenya Joko tuh, bakal ada terus kayaknya.. Tema besar ceritanya masih sama, tokoh-tokohnya juga ada yang namanya sama kayak si Darminah, ada juga yang diplesetin dikit dari versi asli, kayak Tommy jadi Tony.
Pilihan yang kedua sih; kalo kita bandingkan dengan horor lokal lain, Pengabdi Setan ini yang paling lumayan. Tapi ya, kompetisinya enggak sekuat itu
Kalau ngak nnton 2 kali kamu ngak bakal nyimpulin atau menerka terlebih dahulu ini tipe film yg harus nnton 2x biar ngak bingung,pertama mungkin kita hanya akan menikmati film tidak sempat menganalisa tapi setelah nnton yg kedua saya yakin pertanyaan akan terjawab sendiri.
Secara umum semua film memang begitu, kalo mau ngerti banget (maksud dan pesan tersembunyi, dll) ya harus ditonton berulang. Di komentar atas, ada Mas Muji yang udah nonton 2 kali dan katanya, dia malah makin banyak pertanyaan. Tapi kita harusnya sudah bisa ngeliat gambaran besar skenario (struktur, plot, dsb) setelah nonton film sejak dari pertama. Dari dari convenientnya penyelesaian, ditambah dengan plot yang gak full-circle, keliatan film ini skenarionya agak lemah, Makanya aku heran juga kok bisa kepilih masuk nominasi Skenario Adaptasi Terbaik FFI tahun, padahal kan penilaian skenario bukan dari ada twist belaka.
Saya juga sudah nnton 2x dan dan bisa menjawab dan menerka sendiri pertanyaan pertanyaan yang di anggap plot hole pada saat mrnonton yang pertama, walau masih ada sedikit pertanyaan yg blum bisa terjawab terlepas dari perdebatan ,saya bisa menganggap film ini cerdas mengambil pasar ,berbagai jumscare dan tetek bengek sengaja ditujukan utk orang2 yang mrnggemari film macam jailangkung danur,the doll, dll yg notabene down dimata critikus tapi banyak jumlah penonton. Dan segala cerita yg tersirat ditujukan utk para penggemar film dan membuat penasaran utk segala hal yang blom terjawab sehingga mesti nnton 2x ,merka kemudian menebak dan membuat spekulasi sendiri maksud2 yg tersirat membangun perdebatan dan diskusi di berbagai media masa ,banyak yg membicarakan sehingga banyak yang semakin penasaran dan akhirnya menonton ,skenario marketnya joko anwar sutradara yg cerdas.
Adapun plot hole yg d maksud disini adalah scene2 yg seperti di bikin simple untuk di selesaikan. Misal nya saja, di scene rumah mati lampu dan Toni bilang kalau rumah tetangga yang lain juga padam, pdhal dari awal, di sekeliling rumah mereka tidak keliatan ada rumah yang terjangkau mata. Atau seperti yang mas fatahilah bilang di atas, dimana budiman dengan gampang msuk ke rumah,padahal pintu dlm keadaan terkunci menjelang akhir film. Dan saya setuju, pertanyaan2 gantung di film bisa jadi di bikin untuk membiarkan penonton ber spekulasi sendiri, Karena joko anwar terkenal membuat film dg twist yang membiarkan imajinasi penonton menyimpulkannya sendiri atau bisa jadi gantung tadi d tujukan untuk potensi sequel nanti ke depannya.
Ohhh kayaknya memang harus dibikin simple sih walau banyak pilihan seperti toni bisa saja jawab ngak tau, atau toni cek langsung ke generator listriknya ,tapi itu pilihan yg buat scenario,, dan masih masuk logika kok kalau kalian pernah kehutan malem2 kamu masih bisa lihat bias cahaya lampu penfuduk meski dalam jarak jauh karena mata kita akan mrnangkap cahaya, tentang pak budiman kita juga bisa berspekulasi jika nnton kedua kali, kayaknya memang ad rencana sekuel melihat animo dan banyak misteri yg harus dijelaskan
Tentang nominasi aku gak mau terlalu bertanya karena banyak yang mesti ditanyakan di nominasi lainya,kita punya nominasi sendiri ,kenapa alex abbad dan tio dari night bus,mengapa dion wiyoko dari CTS ,kenapa dedy sutomo ,dan lain2 tapi yg tau hanya juri kita cuma bisa menebak2 saja,
Hahaha iya, kredibilitas FFI cerita lain. Poin aku menyebutnya tadi adalah; jangankan penonton biasa, juri penghargaan aja terbukti bisa bias oleh twist, brand, dan hype sebuah film. Pengabdi Setan benar jenius menebak selera pasar dan cara menjual. Tapi Pengabdi Setan tidak punya cerita yang contained. Dan it’s okay, kita bebas suka, ngasih penghargaan, atau malah gak suka, asal kita bisa melihat kekurangan dan kelebihannya.
Baru masuk juga belum tentu menang aq malah ngak terlalu suka kalau untuk skrnario adaptasi terbaik dimenangkan oleh pengabdi setan saya lebih setuju night bus karena dikembangkan dari cerita pendek , alasan juri memasukan pengabdi setan mumgkin karena ada perubahan yang berani dari cerita aslinya yang mungkin menjadi apresiasi tersendiri bagi juri,
iya, lebih kuat skenario Night Bus .. haha bener, semoga memang karena alasan itu, bukan karena cuma Pengabdi Setan yang beneran ditonton oleh para juri xD
Tapi untuk penata suara sama sinematografi saya kurang setuju night bus masuk soalnya seingat saya kuranglah .selain itu keselnya reza ngak masuk itu aja hahaha
Padahal Reza bisa aja dimasukin ya, nominasinya baru empat, kategori lain aja ada yang lebih dari lima hahaha… misterius banget pilihan-pilihan yang diambil juri FFI tahun ini xD
setelah nonton film ini, banyak plot hole nya dan beberapa scene yang terlalu dipaksakan sekaligus tidak terjawab. seperti nenek mati dibunuh atau bunuh diri (padahal kursinya di ruang tengah lho), si rini yang kok bisa2nya punya inisiatif ngebalik kasetnya dan denger suara aneh, statement (pak ustad atau siapa lupa hehe) orang mati tidak akan bangkit lagi dari kubur yang bangkit hanya roh jahat –> ini terpatahkan dengan roh neneknya yang nolong keluarganya (baik), pak ustad yang cuma liatin aja pas rini ditarik tangannya di jendela, gerombolan pocong fisik, dan kegunaan sosok ustad disini, bisa dibunuh sama hantu, wtf –> menurut saya ini justru melemahkan isi dan pesan moral yang dipetik, kebaikan justru kalah sama keburukan. Tapi saya sangat suka pengambilan gambarnya, sinematografinya, tempatnya (kok bisa ya nemu tempat seserem itu), nuansa 80an yang selalu konsisten dihadirkan dari cara berpakaian, dandanannya, mainan si ian, motor hendra dan lain2. Joko Anwar sepertinya totalitas soal ini. Selingan joke2 kecil yang menggelitik juga perlu dihadirkan supaya ngga suram melulu. Sound effectnya juga lumayan buat ngedukung jumpscare nya. musik yang dibawakan Aimee Saras juga cukup terngiang-ngiang di kepala wkwk…saya recommend kalo untuk nyari jumpscarenya, tapi kalo nyari takutnya kayaknya ngga deh–> keluar bioskop udah lupa semua hahaha (ngga ada after tastenya soalnya). Scene akhir kayaknya emang dibuat nggantung saya setuju hanya saja tidak didukung sama plot cerita yang kuat. overall good lah film ini, bisa jadi titik balik film horror Indonesia lainnya, ngga melulu ada esek2nya wkwk….
btw nice review bro
Sama-sama Mas, makasih juga masukannya yang padet dan mengena.
Perihal nenek, ini yang membuatku tertarik pengen nonton lagi. Asumsiku setelah nonton memang si nenek ini bunuh diri, terus jadi hantu yang bisa nolong keluarganya. Tapi aku nemuin tanda tanya di situ; apakah si nenek memang sengaja bunuh diri biar jadi hantu – apa mungkin si nenek punya sekte sendiri? Atau berdasarkan kata ustadz soal hanya hantu jahat yang bangkit, apa nenek segitu takutnya akan sesuatu yang ia tahu akan datang sehingga dia nyerahin tugas ke budiman terus bunuh diri (dia cari aman) but later come back as a ghost dan redeem herself dengan bantuin keluarganya?
Atau mungkin simpel aja, dia mati dibunuh hantu dan bangkit untuk balas dendam ke hantu ibu?
thank reveiwnya, kereenn saya bukan penggemar film horor, karena asli penakut, jika dah nonton film horo maka bisa terbayang – banyak sampe bermingg-mingggu, yg berani cuma nonton film zombie, nah jika ada film baru yg orang sebut-sebut sy suk apenasaran jadi nya karena takut ya baca review filmnya sja .. thank yaa
samasamaa… walah susah juga ya kalo suka kepikiran gitu, zombie juga sebenarnya serem juga makan daging haha
Pengunaan bahasa dalam review kurang membumi. Hiks.
ahahaha tanya di komen aja kalo ada yang bingung
gak perlu membumi….yang penting kt paham
Kalo soal biar pembaca paham sih, sebuah karya – baik tulisan, film, musik atau malah puisi – enggak bisa berbuat banyak. Kita tidak bisa bikin senang semua orang, bikin semua gampang. Yang kita bisa adalah menghormati semua orang sebagai ekual; sama-sama mau berpikir, berusaha, dan enggak sudi diperlakukan manja
Saya lebih serem melihat bahasa rujak “Indonesian with some sprinkle of english here and there” yg dipakai di review hilm ini. Hehehehebe
Terlepas dari itu saya setuju banget sama reviewnya.
gak pake jumpscare lagi ya reviewnya, malah lebih serem hhihihi
Review yang mewakili pemikiran saya. Film ini menjadi “booming” hanya berkat tim marketing yang bekerja dng cerdas.
Jika film ini diberi 6/10, saya malah berpikir 4/10.
Efek horror dan mencekam seketika musnah saat adegan “penjemputan” paksa.
Overall, film ini cukup horror dr awal sampai tengah, sisanya hanya menyisakan tanda tanya yg hilang saat lampu dinyalakan, tidak ada horror yg tersisa saat perjalanan pulang.
Benar, film ini lupa untuk jadi “film”; cerita yang punya awal-tengah-akhir.
Banyak yang pinter jualan, tapi tak seberapa yang mampu bercerita dengan baik. Di masa lalu, Joko udah buktiin dia bisa bercerita, semoga tak bablas merasa nyaman dengan film yang gede di marketing
Btw teman teman sempat nyadar seh…Mas Joko Anwar ikut ambil peran, pas adegan bagian awal, rani menghadap ke bapak untuk minta royalti album ibunya..,..hehehehe
hahaha iya ada cameo si empunya film
Keren reviewnya. Setuju, adegan bapak yang tiba-tiba tidur ketika mau ngasih surprise itu freak sih.
sama-sama makasih
kasian pak ustadznya dicuekin di meja makan ahahahah
Only 6 stars? anyway I would give it 8 out of 10.. simply because I think that this movie is – so far – the best Indonesian horror movies out there (since Jailangkung and Pocong).. Fresh air amid all these so-called “horror/porn/soap opera (aka Sinetron)” horror movies out there. Good Job Joko Anwar!
Yea you are right, therefore I think this movie deserves stronger competitors than just “horror/porn/soap opera”s. Honestly, Indonesian horror scene is not much of a competition. I put this movie in the middle of a grander scale, because there are a lot more out-of-the-box, personally haunting, art-crafting, original horrors out there. Six in my grade is a place for ‘could’ve been better’ movies, I simply think Joko, and our other filmmakers, should aim higher.
Saya termasuk penggemar film horor yg males mikir.. Horor ya horor aja… Dan untuk remake-nya, kebingungan akan jalan cerita membuat hilangnya efek kejutan dan keseraman saat hantu muncul..tida seperti di film orisinilnya yg jelas diperlihatkan pemujaan kepada setan oleh darminah di kamarnya, di versi terbaru tidak pernah terungkap bgaimana cara si ibu atau malah si bapak berhubungan dgn sekte yg para membernya masih manusia…yang pasti versi orisinilnya lebih menyeramkan…
Setuju, film originalnya seram natural karena kita dikasih liat apa yang dilakukan oleh antagonis (Darminah). Di film baru ini, sekte seperti belum ditetapkan, apa yang mereka lakukan, kengerian apa yang mereka bawa yang bisa sampai kepada penonton, twistnya membuat kita terlepas dari keseraman
Makasih, ya sudah nulis ulasan untuk film ini. Aku suka karena poinnya dapet. Sebenarnya aku belom nonton pengabdi setan sih, ngebayanginnya aja gak berani ^^, By the way, kalau boleh banget kritik, baca tulisan ini bikin aku agak bingung karena selipan kata-kata bahasa inggrisnya. Aku tau itu susah soalnya aku juga masih begitu nulisnya ^^,
samasama, makasih juga kritiknyaa, akan lebih diperhatikan…
haha coba aja nonton mumpung masih banyak yang nonton jadi di dalam studio bioskopnya rame, enggak angker sepi sendiri xD
om, setelah gue nonton dua kali, gue mau ralat, ternyata nama DIMAS ADITYA ada, hahahha….maafkan. 🙂
hahaha ngumpet di mana namanya?
Btks utk mas Arya & reviewer lain yg sdh mengulas scr detail utk film ini. Sy sgt setuju, film remake ini kurang ‘penyelesaian’ konflik, beda dgn versi aslinya.
Sy hargai usaha mas Joko Anwar yg tdk melulu menghadirkan agama sebagai penyelesaian masalah. Mgkn krn Beliau berpikir agama yg tdk dibarengi dgn tingkah laku yg benar & perbuatan baik juga tdk akan menyelesaikan mslh. Namun, dlm hal derajat keseraman, versi originalnya jauh lebih nendang dan gak nanggung di bagian klimaks meski plotnya simpel; agama yg jadi solusi.
Setuju jg dgn beberapa review di atas, yg plg buat sy msh penasaran:
apa yg dilakukan si Bapak selama di kota? memang dibilang dia mencari uang, trus stlh balik mengaku sdh banyak uang. Apakah si Bapak meminta bantuan dari para anggota sekte? dan si Bapak sempat meminta maaf ke arwah istrinya. Keterlibatan si Bapak dlm sekte jg semakin kuat ketika Bapak tampak enggan dan tidak ikut mengucapkan kalimat Tauhid ‘Laa ilaha Illallah’ bareng para tetangga dan Ustad ketika akan menguburkan istrinya.
Sy berpikir jg ada hub antara Budiman dgn karakter Batara ‘the Harvester’ (Fachri Albar), jangan2 yg menggedor pintu Budiman adalah Batara. Keanehan yg timbul dibenak sy ttg si Budiman bermula ketika Budiman merevisi artikelnya. Keanehan ini menguat ketika rumah yg dikepung ‘mayat hidup’ dari segala sisi, si Budiman bisa menemukan jalan utk meloloskan keluarga Suwono.
Bisa jd setelah digedor mgkn oleh si Batara atau siapalah org misterius itu, Budiman menjadi ‘terhipnotis’ dan mengarahkan keluarga Suwono utk pindah ke rusun dan tetanggaan dgn Batara & Darminah (Asmara Abigail) walaupun hal ini tdk eksplisit digambarkan di film. Jadi, karakter Budiman jg msh sgt misterius & perlu dieksplor, tdk hanya si Nenek.
Trus sama spt bbrp reviewer lain, penasaran dgn apa yg dibilang si Bapak ke istrinya yg buat Rini jg penasaran, apa yg dibilang Budiman ke Rendra sblm pintu Budiman digedor, dan…….nasib Ian stlh ‘resmi’ jd titisan setan.
Overall, dlm hal sinematografi & konsep film horor yg gak melulu murni setan/hantu, film ini patut diacungi jempol. Setuju jg bahwa Ian adalah karakter yg plg natural seremnya dan akting M. Adhiyat plg keren dari semua aktor yg main di film ini.
Harapan sy, semua yg menggantung bisa terjawab dan yg lebih penting, lebih nendang seremnya di versi sekuelnya.
Sori…typo error, bkn Rendra tp Hendra, anaknya pak Ustad
Batara kemungkinan benar seperti yang mas bilang, aku suka teorinya. Ya sepertinya mereka memang baru akan menjawab semua di sekuel. Sinema jaman now, banget ya hahaha, kalo dulu kan penonton minta sekuel karena puas sama film pertamanya sehingga pengen lebih, kalo sekarang film2 sengaja dibikin ga tuntas biar penonton penasaran dan minta sekuelnya
Bener bgt mas. Sekuel film jadul dibuat krn animo penonton sblmny. Tp khusus utk film Pengabdi Setan ini, sy rasa jg sengaja dibuat byk yg menggantung spy penonton, khususnya yg tipe pemikir, stlh nonton film ini sekali jd penasaran dan ingin menonton ulang lg spy bisa ‘paham’ keseluruhan alur ceritanya, macam strategi marketing gitu…he3x… jenius jg sih.
lebih jenius lagi kalo bisa bikin penasaran sekaligus membuat film pertamanya sebagai kisah yang bertutup. Kayak Star Wars, petualangan satu film selesai, musuhnya kalah, dan masih ada kelanjutan cerita baru yang bikin penasaran
lebih jenius lagi kalo bisa bikin penasaran sekaligus membuat film pertamanya sebagai kisah yang bertutup. Kayak Star Wars, petualangan satu film selesai, musuhnya kalah, dan masih ada kelanjutan cerita baru yang bikin penasaran
Wah baru sempet nonton sih.emang saya juga agak kecewa dengan banyaknya konflik yang dibiarkan menggantung.Paling gak terima ketika pak ustadnya mati.Padahal dia bisa jadi sosok yang lebih baik.
Tetapi film ini cukup menghibur kok..Hmmmm…kalo dibikin sekuel bakal makin ngaco gak ya ntar..
asal gak dipaksain jadi sekuel mestinya sih gak makin ngaco hihihi
Film ini terlalu viral jd penonton ekspetasi nya terlalu tinggi.pas di awal2 adegan ibu masih sakitdi ranjang sebetulnya udh meyakinkan sih,kebayangnya bakal kerenbgt ni film
Tp syg jalan ceritanya kurang paham,atau sy yg lemot.hehe,
Scene yg menurut saya absurd
-pas pa ustad ikut nginep sm keluarga bapa,ko itu ustad dibiarin tidur di meja makan sih,ga sopan bgt bapa ga nawarin pa ustad tidur di kamar,eh si bapa malah enak2 tidur di kasur.hahaha
-ekspresi pa ustad pas rini ditarik tanganya dari luar jendela tuh apakah takut/ga mau bantu/”dasar anak2 pada bercanda”
-budiman ngerevisi surat tuhkenapa ya?apa masukan dari dosen pembimbing ato gmn?
-kenapa cuma ian yang jd titisan setan?bukan nya anak2 yg lain jg hasil minta ke setan?secara kan mandul
-nenek punya feeling darimana kalo ibu sm bapa pernah punya perjanjian sama setan?
nah ini, bener banget…
mari kita coba jawab:
1. gakebayang gimana cara si bapak ninggalin pak ustadz, mungkin dia permisi ke wc, abis tu diam-diam tidur gitu aja hahaha
2. sepertinya itu ekspresi “mamam tuh setan, salah sendiri gara-gara elu anak ane mati”
3. masukan dari fachri albar yang masuk ke film ini tanpa tedeng aling-aling
4. karena cuma ian yang aktingnya bagoesss
5. nenek suka kepoin insta story ibu
Hahaha,jawaban cerdas
Menurut saya seolah film ini bermaksud dibuat kaya sama cerita masing2 karakter,yang nantinya bisa dibuat prequel atau sequel.
Pendapat atau bisa jadi tebakan saya film selanjutnya pengabdi setan lebih baik mundur(prequel),kalao maju ibaratnya kalkulus 1 belum lulus udh lanjutin kalkulus 2
nah bener, film ini semuanya masih terasa ada di babak set up, babak penyelesaiannya kayaknya bakal di sekuel, atau malah bisa jadi di film ketiga. Padahal kan mestinya satu film itu mencakup babak setup-tengah-penyelesaian
ahahahah analogi keren, aku banget itu kalkulus D, ogah sp, eh malah mau langsung lanjut kalkulus 2. Prekuel mestinya lebih menarik ya, bahas ibu dan ayah masuk sekte gitu
joko anwar sdh bilang dia gk mau filmnya sm spt originalnya yg tema good vs evil dimana evilnya musnah dibacain ayat2 suci. standar horor indo jadul. film ini mau bergaya horor modern luar, mungkin spt jelangkung dulu yg temanya mirip2 film luar (ghost hunting sains). versi ori nya juga gw bingung waktu nonton kenapa tuh rumah di datangi darminah yg nyamar jadi pembantu?? dan darmnah kan manusia (dukun hitam) mati meledak di bacain ayat suci.
versi baru ini juga sempat dikecam warganet yg kecewa sm peran ustad yg “gk guna”, ane juga dah yakin pasti bakalan ada yg protes. krn kebiasaan ustad dgambarkan baik, mulia, sakti dll. tapi kata joko juga ustad juga manusia. waktu dia gk nolongin rini kemungkinan dia takut juga, kesal krn keluarganya rini anaknya jadi korban.
ending film gantung ane rasa juga style horor luar, yg endingnya selalu muncul lagi hantunya atau penjahatnya, . again gk spt film horor indo klasik yg musnah hantu, cerita selesai, pulang tenang. anak2 muda jaman now bisa bosan. film gini walau emang banyak holenya tapi termasuk film indo horor kedua stelah jelangkung yg ane minat nonton. setelah hype jelangkung, film2 horor lain ikutan nebeng tapi yg dijualnya balik lagi paha dada, sama juga spt horor teen slasher amrik yg jualan sex buat laku, tapic erita gk ada, baru ada hype lagi di film ini. bahkan Danur katanya yg di hype dari kaskus,novelnya malah kayak boring dan kendor penjualannya…
dengan jatah durasi 100 menit, ya jgn harap detail aplagi jika joko anwar berniat mengupas sekte ini. bagian menariknya sebenarnya di sekte ini, agak mirip rosemary baby ceritanya. dan sektenya bunuh2in orang yg dianggap mengganggu. bagian waktu Hendra mau diceritakan rahasia yg dia setel musik kencang2 seakan Budiman curiganya ada mata2 yg dengarkan. trus rumahnya di satroni dan hendra di bunuh di jalan dengan style kecelakaan. semoga bagian keduanya dijelaskan sektenya, fokus ke sana, tapi berarti minus hantu2? kita berharap sekuelnya jangan jelek seadanya spt sekuel jelangkung yg klo gk salah sdh ditinggalkan sutradara aslinya.
Iya tren sengaja bikin film gak tuntas/gak contained biar penonton penasaran sehingga jadi bisa ada sequelnya memang gaya film zaman now. Sekarang adalah masa di mana film mesti punya universe sendiri. Joko tampaknya menerapkan ini juga di Pengabdi Setan (meski belum jelas juga bakalan ada sekuel atau enggak) – jadi ini bukan langkah jenius dari segi filmmaking; dari segi jualan barang, iya.
Filmmaker yang jenius mestinya bisa memadatkan cerita, ada awal-tengah-akhir, dengan durasi 100 menit, yang mana adalah standar film panjang.
Di Hollywood sana, film-film yang sengaja biar ada sekuel ini juga jadi masalah, karena logikanya sama kayak bangun rumah dua lantai, tapi lantai satu sengaja dibuat seadanya dengan alasan nanti lantai dua pasti lebih bagus. Karena mestinya sebuah film itu harus bisa berdiri sendiri, tidak perlu nonton kedua agar bisa ngerti yang pertama, juga sebaliknya. Banyak kok contoh film yang ada sekuel namun cerita di film itu sendiri tuntas, Star Wars misalnya. Conjuring.
Persoalan di Pengabdi Setan bukan karena misteri sektenya gak diungkap, melainkan karena perjalanan tokoh utamanya yang gak selesai. Apa perkembangan tokoh Tara Basro di sini. Pengabdi yang lama, meski masih tradisional dan sederhana, memenuhi syarat sebagai film yang contained. Sedangkan Pengabdi Setan yang baru, mau ntar ada sekuel atau enggak, penulisannya lebih lemah karena plot tokoh utamanya masih terbuka.
Adegan yang paling bikin tegangnya the best pas waktu mobil budiman gak nyala2,hahaha,setuju gak?
setujuuuu ahahaha. antagonis utama film ini tuh, mobil yang menolak nyala di saat genting
kalo menurut ane yang paling aneh ada discane
“knpa pak ustad pas tangan si cewek ditarik gk nolongin, mlah keliatan seolah2 takut”
“gak sopan amat tu suami si hantu, masa ada tamu ditinggal tidur sendirian”
“trus masa iya ustad kalah sama hantu”
Pak Ustadznya mungkin dendam haha..
Lucu banget ditinggal tidur, ini kayak ada adegan yang keskip apa gimana..
Ustadz juga manusia, tapi ada dong sisi baik kerjaan ustadznya menurut film ini?
Dari baca komen diatas sepertinya saya punya interpertasi yang berbeda menurut saya ian bukan lah titusan iblis , orang yang menggedor pi tu budiman dan membunuh hendra adalah anggota sekte yang mensabotase surat budiman kehendra dan merubah isinya sehingga rini dan keluarga merekan ian dengan berfikir bahwa ian adalah titisan iblis , kemunculan budiman di akhir cerita juga menjadi make sense karena dia ingin meyakinkan rini dan keluarga bahwa ian adalah titisan iblus atas ancaman yg didapat dari sekte yg menggedor pintu budiman. Dan surat hwndra ditukar dan disabotase saat dia mengalami kecelakaan karena di adegan ada orang mencurigakan yang menywbabkan hendra kecelakan
kalo bukan titisan iblis, berarti Ian adalah titi’san dora hihihi
Halo mas arya, makasih buat reviewnya bagus. tapi masalahnya saya pribadi aga kurang nyaman dengan gaya penulisan mas yang suka mencapur adukkan bahasa Indonesia. Kalo memang mas arya punya “style” monggo silahkan, tapi alangkah baiknya konsisten. Kalo memang mau terlihat keren, mending sekalian buat review bahasa Inggris mas. Dengan begitu justru saya malah salut dengan kemampuan bahasa Inggris anda.
Terima kasih, mas. Lah “style”nya konsisten kok, di setiap reviewku di blog ini aku selalu menggunakan bahasa yang dicampuraduk, karena “style” yang demikian itu ada maksudnya dan jelas tujuannya bukan untuk pamer atau untuk minta salut-salutan.
late comment boleh lah ya hehe saya penikmat film tapi tidak bisa membahas sampai terlalu detail gitu. tapi dari sudut pandang saya adalah ciri khas mas joko anwar yang selalu membuat plot twist itu agaknya memang agak susah diterima khalayak ramai di Indonesia…kadang sebel juga ada orang yg ngomong “pengabdi setan membingungkan, endingnya gak jelas banget orang nari-nari” sumpah gua gedek banget dengernya . baru nonton pengabdi setan aja kayak gitu…gimana lu nonton “Modus anomali”
tapi overall film ini lumayan mengerikan menurut saya, karena imajinasi saya adalah hantu2 di Indonesia itu lebih mengerikan. makanya sensasi ngeri saya di film ini lebih tinggi ketimbang conjuring, insidious ataupun film2 horor Impor.
dan akhirnya sensasi ngerinya tergantikan berkali lipat oleh Sebelum Iblis Menjemput 😀
Joko Anwar jago membuat twist tapi terkadang dia melakukan twist hanya karena dia bisa, kayak di Pengabdi Setan ini. Twistnya tidak menambah apa-apa terhadap perjalanan tokoh utama. Sebelum Iblis Menjemput enggak pake revealing gede, toh serem dan ceritanya lebih terasa enjoy diikuti. Sekali-kali mungkin Joko perlu untuk nyobain bikin horor dengan narasi yang compact, you know, hanya untuk buktikan dia bisa 😀