Hell in a Cell 2017 Review

 

Tidak akan ada lagi pertandingan Hell in a Cell di era PG yang lebih hebat dan lebih kreatif  dari dua pertandingan HIAC yang kita saksikan di PPV Smackdown malam ini. Serius deh, sepertinya tidak akan pernah lagi.

Early on, kita dibuat bersorak seru oleh pertandingan HIAC yang mempertemukan New Day dan The Usos yang sejak Money in the Bank bulan Juli lalu sudah berturut-turut bikin kita takjub dengan pertandingan berkualitas tinggi. Kali ini, untuk pertama kalinya ada tag team dalam environment kandang raksasa, dan peraturan tornado tag – yang basically ‘enggak-ada peraturan’ – kedua tim malah tampak semakin bebas lagi mengekspresikan keliaran mereka. Segala macem senjata dibawa keluar; tongkat kendo, kursi, rantai, bahkan gong dan cowbell,  dipergunakan dengan kreatif. And it was really violent. Ada satu spot di mana Woods memukul wajah Uso mentah-mentah dengan tangan berbalut rantai. New Day tampak menunjukkan bahwa mereka bisa bermain serius, they play hard and work even harder. Sedangkan Kembar Uso just totally sadis. Mereka perlu banget buat ngewujudin Uso Penitentiary semengerikan yang mereka bisa. Rasa saling benci menguar banget di antara kedua tim. Mereka ingin menyiksa lawan. Kendo Stick dijadikan kurungan mini oleh Woods dan Big E, dan kemudian Uso membalas dengan memborgol kedua juara bertahan. Seolah mereka ingin mereka adegan film Gerald’s Game (2017), langsung ke bagian penyiksaannya. Dalam match brutal ini ada banyak momen ketika kita menyangka satu tim bakalan menang, namun hitungan satu-dua- tersebut tidak sampai ke tiga.

Harus ada yang ngingetin Jimmy dan Big E bahwa terjun kepala duluan ke luar arena berkandang itu adalah hal yang berbahaya

 

Bakalan susah untuk menandingi keseruan  tornado tag HIAC tersebut, tapi WWE paham dan mengajak kita untuk sama-sama berpikir di luar kotak. As in kandang Hell in a Cell adalah kotak, dan mereka mulai mengeksplorasi bagian luar dari kandang tersebut.

Shane McMahon dan Kevin Owens memberi kita suguhan aksi yang mengerikan, kita dibuat literally berjengit setiap ada tubuh yang terbanting keras. If anything, stipulasi ‘falls count anywhere’ yang ditambahkan di menit-menit terakhir episode Smackdown sebelum PPV mengisyaratkan bahwa pertandingan ini akan berakhir begitu satu aksi dahsyat dieksekusi. Pertanyaan bagi kita yang menonton adalah Aksi yang Mana? Ada begitu banyak crash-and-burn yang ikhlas dilakukan oleh kedua competitor, kita melihat Owens menjadi bola kanon menghancurkan meja, kita menyaksikan Shane terbanting keras setelah menyebrang Coast to Coast, dan liat gak sih gimana setelah terjun dari kandang tubuh Shane mantul keras di meja? Shane melakukan banyak moves yang kita gak sangka bisa ia lakukan, berkali-kali orang ini bikin kita respect sama dia. Aku sendiri takjub banget dia bisa ngecounter Pop Up Powerbomb menjadi Triangle Choke. Dan ketika mereka berdua memanjat kerangkeng dan bertarung di atas kandang, mataku sudah tak bisa menyipit lebih kecil lagi. Aku nutup mata setiap kali ada dari mereka yang kebanting. Ngeri dan ngarep bercampur menjadi satu. They played it off so good, ngetease ada yang terjun.

Tapi tentu saja, ada alasannya kenapa Mick Foley menjadi legenda. Enggak semudah itu bikin spot kelempar dari atas, dan ketika Owens dan Shane turun kembali, penyelesaian mereka dilakukan setengah dari ketinggian kandang, I don’t mind. Malah justru sedikit lega. Namun ternyata, tentu saja itu semua hanyalah false resolution. Karakter kedua superstar juga tampil kuat di sini. Shane McMahon, mungkin memang sedikit pantang-tak-top, menolak selesai sebelum terbang. Dan ini menghasilkan efek dramatis, bukan saja karena sekali lagi sifatnya itu yang membuat dia kalah, tetapi juga menghasilkan semacam insult subtil buat Kevin Owens. Beberapa menit sebelumnya kita melihat Owens berperang dengan dirinya sendiri, dengan galau frustasi mutusin terjun menyerang Shane dari atas kandang atau tidak – ini juga worked out nicely dengan karakter Owens, for he is one calculated and smart fighter.

Judul theme Owens: Dedek Gemes. “De-de-de-dek, De-de-de-dek. De-de-de-dek, De-de-de-dek, messshhh!”

 

Kita bisa menjadi penjahat dengan mengkhianati teman. Namun WWE adalah gulat. Dan gulat itu gila. Di sini kita juga bisa menjadi penjahat karena  membantu seorang teman.

Twist gede di akhir match adalah bukti dari berpikir di luar kotak yang ditekankan oleh WWE. Skenario gulat adalah soal unpredictability, dan aku yakin enggak banyak orang yang memprediksi apa yang dilakukan oleh Sami Zayn. Build up dari tindakan mengejutkan tersebut sudah ditanam bukan hanya di beberapa episode Smackdown leading up to this show, tapi mereka juga bisa mengatakan bahwa dinamika Owens dan Zayn sudah menghantarkan kita kepada resolusi ini. It was interesting untuk melihat apa yang bisa mereka lakukan dari cerita ini. Menyaksikan match ini, dan juga HIAC tag team di awal acara, akan mengingatkan kepada kita kenapa kita suka nonton gulat sedari awal. Kita butuh cerita yang meyakinkan, sekaligus aksi yang seru dan brutal. Di Warung Darurat saat nobar, kebetulan ada dua pengunjung non-wrestling fan, dan bahkan mereka berteriak seru menyaksikan main event Shane lawan Owens.

Kadang kita memang harus BERPIKIR OUTSIDE THE BOX, tapi tentu saja ada alasannya kenapa harus ada box in the first place. Kaitannya dengan Hell in a Cell adalah, pertandingan-pertandingan lain yang tidak featuring HIAC, tidak bekerja dengan begitu baik. Sabuk tertinggi mestinya dikonteskan di HIAC, namun kita malah mendapat pertandingan normal yang begitu normal sehingga membuat Jinder Mahal dan Shinsuke Nakamura tampak membosankan. Alih-alih intens, feud kedua superstar Asia ini malah konyol. Mereka ngebuild Mahal dengan sangat lamban, dia tidak diberikan banyak tindakan heel untuk dilakukan selain mengejek fisik dan kebangsaan Nakamura. Offense sang Maharaja di atas ring pun tidak spesial. Begitu juga Nakamura; here they have a King of Strong Style, dan WWE seperti gak tau harus membangunnya seperti apa. Mereka menyebut Nakamura sebagai The Artist dan so far, hanya entrancenya saja yang tampak unik.

Dolph Ziggler ada benarnya soal  lebih sering daripada enggak WWE kebanyakan gaya. Flashy entrance bekerja sebagai pelengkap karakter, bukan sebaliknya. It’s a part of the gimmick. Apa yang mereka lakukan di atas ring tersalurkan, tersirat dalam aksi entrance. Namun, sekarang banyak yang enggak dibook live up ke entrance atau bahkan ke gimmick mereka. Seolah sekarang mereka cuma punya entrance untuk unjuk kebolehan. Nakamura, Mahal, Bray Wyat di Raw, bahkan Bobby Roode adalah beberapa contoh untuk kasus ini. Mereka tidak diberikan aksi yang cukup untuk mendukung gimmick atau karakter mereka. Roode di debut PPVnya ini tidak bersinar sama sekali. Begitu musiknya habis, aksinya keliatan generik, dan ini tentu saja adalah salah bookingan; skrip dan arahan.

Tye Dillinger semestinya dimasukin ke U.S. Championship sedari awal, atau – demi karakternya – tidak sama sekali. Dan kenyataannya memang match tersebut adalah untuk memberikan jalan kepada Styles naik ke kompetisi papan atas, sekaligus memberikan Corbin pushnya yang tertunda. Sedangkan Dillinger, meski berbakat dan cukup over, tak lebih dari replacable piece.  WWE kerap menaroh orang yang salah di tempat yang salah. Natalya dan Charlotte sepertinya lebih baik bertukar peran sebab sebagai heel Natalya boring dan sangat basic, dan Charlotte memang lebih dominan sebagai antagonis daripada sebagai babyface. Dan Orton-Rusev, oh boy, apa faedahnya bagi Orton memenangkan ini? Rusev juga mengalami kekalahan terus menerus dari feud yang ia kobarkan sendiri. Rusev need this more than Orton, harusnya match berakhir saat Rusev ngecounter RKO dengan Accolade entah dari mana! Dan certainly aku gak masalah harus ngerayain Rusev Day sekali-kali.

 

 

 

 

Yang worth ditonton adalah pertandingan paling awal dan paling akhir. Di antaranya terasa dipanjang-panjangin. Show ini mencapai note yang sangat tinggi, namun juga sangat gak konsisten. Drama yang kuat – pertandingan mereka terasa sangat personal, dan diimbangi oleh aksi yang violent yang memenuhi harapan kita tentang bagaimana seharusnya Hell in a Cell match dilaksanakan, The Palace of Wisdom menobatkan New Day melawan The Usos sebagai MATCH OF THE NIGHT

 

Full Result:
1. SMACKDOWN TAG TEAM CHAMPIONSHIP HELL IN A CELL TORNADO TAG Jimmy dan Jey Uso merebut sabuk dari Xavier Woods dan Big E
2. SINGLE Randy Orton ngeRKO Rusev
3. WWE UNITED STATES CHAMPIONSHIP TRIPLE THREAT Baron Corbin mengalahkan AJ Styles dan Tye Dillinger
4. SMACKDOWN WOMEN’S CHAMPIONSHIP Charlotte Flair menang DQ atas juara bertahan Natalya
5. WWE CHAMPIONSHIP Jinder Mahal retains over Shinsuke Nakamura
6. SINGLE Bobby Rhodes sukses debut dengan curang ngalahin Dolph Ziggler
7. HELL IN A CELL Kevin Owens menang dari Shane McMahon

 

 

 

 

That’s all we have for now.

Remember, in life there are winners.
And there are losers.

 

 

 

 

 

 

We? We be the judge.

 

 

 

Leave a Reply