Sungguh akan membosankan jika jalan yang ditempuh lurus-lurus saja, maka Fastlane 2019 memastikan setiap protagonis dalam masing-masing storyline mereka berjalan di jalur yang penuh tikungan tajam, sehingga perjalanan mereka menuju Wrestlemania terasa sangat dramatis.
Para favorit penonton, seperti Kofi Kingston dan Becky Lynch, tidak diberikan jalan keluar yang pasti. WWE benar-benar cakap dalam menggali drama, sehingga sekalipun Fastlane 2019 masih terkesan sebagai acara filler – seperti bagaimana Captain Marvel (2019) juga ‘hanyalah’ singgahan sebelum suguhan utama yakni Avengers: Endgame – namun kali ini WWE berhasil memadatkannya. Fastlane 2019 dijadikan ajang showcase buat aksi-aksi akrobat yang selama ini agak sedikit dikesampingkan oleh cerita utama dan juga jadi cara WWE untuk mengikat berbagai lose-end entah itu dalam cerita, maupun yang timbul dari keadaan darurat seperti injury tak-terduga dari superstar-superstar yang mereka miliki.
Hometown-boy The Miz menemukan jalannya berliku tatkala secara mengejutkan Shane McMahon, pasangan tag teamnya, frustasi dan menyerang dirinya dari belakang setelah pertandingan mereka yang dijadikan pembuka acara. ‘Mengejutkan’ lantaran banyak yang mengira WWE tidak berani mengambil resiko dengan memposisikan Miz sebagai tokoh face yang sengsara seperti demikian. Penonton di arena Quicken Loans begitu terinvest ke dalam partai kejuaraan tag team tersebut, semuanya mengelu-elukan The Miz yang berasal dari daerah mereka, Cleveland-Ohio, bahkan ayah Miz kembali hadir dan menonton di barisan depan. Miz dan Shane jelas sekali adalah tokoh utama dalam cerita mereka, Shane actually juga dapat huge-pop setelah spot keren dan penuh presisi yang ia lakukan – Shane menyetop serangan Uso di udara! – semua bangunan cerita itu seolah Miz yang akan balik menyerang Shane. Jadi menurutku akan menarik bagaimana WWE akan menangani karakter yang bisa dibilang ‘baru’ buat The Miz yang nyaris sepanjang karirnya jadi tokoh jahat yang songong tapi pengecut.
Tokoh-tokoh heel dibuat mendominasi dalam acara ini. Tim Sasha Banks dan Bayley, meskipun menang, namun mereka pada akhirnya dihajar oleh Tamina dan Nia Jax. Dan bahkan setelahnya, kita melihat tim Samoan Slaughterhouse tersebut menghajar Beth Phoenix, yang datang sebagai komentator tamu, perfectly ngeset up pertemuan di Wrestlemania bagi yang peduli pada Nia Jax. Karena kalo mau benar-benar jujur, hal paling jahat yang bisa kita dapatkan dari title defense pertama kejuaran tag team cewek tersebut adalah banyaknya botch yang kedua belah pihak lakukan. Sasha bermain se-sloppy yang biasa ia lakukan, dan aku gak ngerti gimana Nia bisa kehilangan keseimbangan menangkap Sasha yang memiliki postur kurang dari setengah badannya. Melihat Nia dan Tamina membuatku teringat pada Rikishi dan Haku yang sempat mendominasi di era 2000an, hanya saja dari segi skill dua cewek ini masih jauh di bawah konterpart cowok tersebut. Satu lagi kejuaraan yang melibatkan superstar cewek – Asuka defending against Mandy Rose – seharusnya adalah kesempatan emas buat keduanya mempertontonkan apa yang mereka punya. Sayangnya, match mereka dikasih drama yang sebenarnya gak perlu, pun dieksekusi dengan awkward, sehingga enggak ada sama sekali kesan yang dihasilkan
Cukup disayangkan sebenarnya match-match single dalam acara ini kebanting oleh partai ramean, karena buatku partai satu-lawan-satu selalu punya urgensi yang lebih tinggi – psikologinya lebih aman terkena bias-bias aksi. Belakangan ini WWE membuktikan mereka mampu membuat partai ramean yang enggak sekadar ‘aksi tabrakan’. Namun di Fastlane 2019 ini, partai rameannya gak benar-benar berisi karena diutilisikan sebagai ajang showcase, dan oh boy, aksi-aksi yang disuguhkan di acara ini beneran cepet dan bertenaga. Aku bisa pastikan kita semua sangat enjoy menyaksikan kejuaraan tag team Raw yang melibatkan tiga tim; juara bertahan The Revival melawan Bobby Roode-Chad Gable melawan Aleister Black-Ricochet. Tiga tim yang semua pesertanya berangkat dari NXT ini benar-benar sudah jaminan seru. Mereka semua sukses terlihat kuat oleh match ini, membuat kita merindukan pertemuan mereka di kemudian hari. Begitu pula dengan kejuaran United States yang diperebutkan oleh empat orang; Samoa Joe, Andrade, Mysterio, dan R-Truth. Meskipun kepentingan partai ini mungkin lumayan rendah, sebab kita sudah melihat pertandingan ini beberapa hari sebelumnya. Namun berkat itu pulalah, chemistry di antara keempat superstar jadi terlatih dan mereka berhasil menyuguhkan kontes yang fast-paced penuh oleh gerakan-gerakan menarik. Kedua match tersebut, minim kepentingan cerita, dan hanya berfungsi untuk memberi ruang kepada banyak superstar untuk dikenal lebih jauh; catatan pentingnya adalah fungsi tersebut berhasil tercapai.
Dan sepertinya memang aksi berbicara lebih lantang ketimbang kata-kata. I mean, jika kalian ingin tahu seberapa hebatnya Mustafa Ali, tonton saja partai kejuaraan WWE antara Ali melawan Kevin Owens melawan Daniel Bryan. Di awal-awal pertandingan tersebut, penonton menggerutu karena mereka pengen Kofi Kingston yang berada di sana. Untungnya bukan tanpa alasan ketiga superstar itu disebut sebagai profesional. Owens tampil berapi-api, Bryan memainkan karakter heelnya dengan baik, dan Ali; Ali was over the place. Seiring berjalannya pertandingan, gerutuan dan teriak-teriakan “We want Kofi!” penonton berubah menjadi decak kagum demi melihat apa yang dilakukan oleh Ali. See, menurutku penonton memang agak cinta-buta dalam kasus Kofi Kingston ini. Tentu, Kofi pantas mendapatkan posisi yang lebih baik, dia berhak untuk dikenal lebih dari dirinya yang sekarang, namun banyak penonton yang mengabaikan fakta bahwa Kofi di Elimination Chamber bulan lalu hanyalah pengganti Ali yang cedera. Kofi terpilih karena dia lincah, seperti Ali, jadi alur match Chamber itu gak perlu banyak dirombak. Kini setelah Ali sembuh, tentu saja WWE ingin mengarahkan kembali ceritanya ke jalan yang benar. Dan sebagai perusahan bisnis yang udah survive lebih dari 30 tahun, WWE tentu paham untuk memanfaatkan reaksi penonton terhadap Kofi sebagai peluang untuk menggali cerita baru seputar dirinya. Maka kita mendapat ‘episode 1’ cerita Kofi tentang bagaimana dia di-screw oleh Vince McMahon pada Fastlane ini.
Aku selalu menonton dan menilai acara WWE layaknya menonton dan menilai film, tapi sesungguhnya ada satu perbedaan yang signifikan di antara keduanya. Jika dalam menilai film, kita harusnya hanya bicara tentang filmnya. Kita tidak mempedulikan seberapa jor-joran promo jualan yang dilakukan. Kita tidak menyangkut-pautkan hal-hal pribadi ataupun kontroversi yang dilakukan oleh pemain ataupun pembuat filmnya. Dulu Depe dan almarhum Jupe sempat rela berantem hingga masuk penjara demi menjual film horor yang mereka bintangi, namun kualitas promo tentu saja tidak berhubungan langsung dengan kualitas filmnya. Nah ini berbeda dengan WWE. Dalam WWE, promosi adalah bagian dari storyline, termasuk ke dalam unsur storytelling. Malah jaman dulu, para superstar dituntut untuk tetap in-karakter meski berada di luar arena, karena yang namanya backstage itu ya di manapun kecuali di dalam stage alias ring. Di era digital, WWE mengambil langkah yang lebih jauh dalam mempromosikan ceritanya. Mereka menggunakan sosial media untuk menambah bumbu-bumbu seteru, menyuruh superstar untuk memposting cerita bersama hal-hal personal demi mengaburkan garis batas cerita dengan kenyataan. I mean, lihat gimana ayah kandung Miz dimasukkan ke dalam cerita Miz dan Shane di awal. Seperti twitwar yang viral antara Becky Lynch dengan Ronda Rousey. Nice work yang mereka lakukan untuk membuat perseteruan mereka semakin panas sehingga ketika pada saatnya keduanya bertanding di Wrestlemania, segala bangunan emosi itu meledak dan kita yang terinvest kebawa emosional olehnya. Masalahnya adalah, kedua superstar yang adu twit bawa-bawa keluarga itu ternyata tidak berdua.
Dalam Fastlane kita melihat episode berikutnya dari perjalanan Becky Lynch, dan di mana ketika seharusnya mereka merapikan cerita ini, WWE malah membuatnya semakin rumit dan gak make-sense. Mari kita rekap sebentar; Lynch kalah melawan Asuka di Royal Rumble, jadi nasibnya di Wrestlemania belum jelas. Jadi Lynch mengambil spot Royal Rumble Lana yang kebetulan cedera, dan Lynch sukses memenangkan Royal Rumble. Menjadikannya berhak menantang juara cewek yang ia pilih. Lynch memilih Rousey. Tapi kemudian, Lynch juga cedera dan dia menolak ke dokter. Setelah dipaksa, Lynch akhirnya ke dokter dan dititah clear untuk bertanding, meski sekarang dia pake crutch untuk berjalan. Hanya saja Vince gak suka sama sikapnya, sehingga Lynch disuspend selama 60 hari dan digantikan posisinya oleh Charlotte. Menanggapi ini, Rousey ngamuk dan meninggalkan sabuk juaranya. Stephanie kemudian mencabut suspensi Lynch, dan Rousey tiba-tiba jadi heel saat Lynch diharuskan bertanding melawan Charlotte untuk posisi yang secara sudah ia menangkan di Royal Rumble. Ribet banget! Banyak kelokan cerita yang gak perlu dan gak masuk akal. Match Lynch melawan Charlotte di Fastlane ini berakhir prematur setelah Rousey datang, memukul Lynch, dan memastikan dirinya melawan dua orang alih-alih satu di Wrestlemania. Logika yang aneh, karena Charlotte sama sekali tak-penting di sana, terlebih mengingat promo dan ‘perang’ yang dilakukan berdua oleh Lynch dan Rousey di twitter.
Kalo aku yang nulis cerita, aku akan bikin Lynch menang di Fastlane dengan susah payah – kakinya masih cedera. Dan di Raw menjelang Wrestlemania, Rousey menghajar Charlotte sampe babak belur – dengan gampang karena dia nyerang dari belakang – sehingga Charlotte tak clear untuk bertanding. Ini akan membawa kita kepada Lynch melawan Rousey, satu-lawan-satu, dengan rintangan yang sungguh besar bagi Lynch – mengeset dirinya sebagai ultimate babyface, dengan Rousey sebagai penjahat utama, dan Charlotte sebagai katalis yang berperan penting untuk pembangunan dua karakter sekaligus.
But still, betapapun gak make sensenya arahan cerita yang diambil oleh WWE terhadap Lynch, Charlotte, dan Rousey, match mereka di Fastlane ini masih punya purpose. Masih masuk ke dalam gambaran-besar jalan berliku yang harus dilalui oleh protagonis cerita. Fastlane dan build-upnya penuh oleh superstar yang tiba-tiba ‘muncul’ atau diganti sebagai bentuk usaha WWE merapikan storyline. Salah satu kemunculan kembali itu adalah Roman Reigns yang beberapa bulan setelah Wrestlemania tahun lalu mengundurkan diri karena penyakit leukimia yang ia derita. Sebagai comeback yang pantas dirayakan, yang timingnya juga pas sekali dengan rumor bahwa Dean Ambrose akan hengkang dari WWE begitu kontraknya habis tak berapa lama lagi, maka WWE impromptu membuat match yang digadang sebagai pertandingan terakhir The Shield. Seth Rollins yang bersiap untuk tanding melawan Lesnar di Wrestlemania ditarik ke match ini, Ambrose yang berpaling dari Shield begitu Reigns mengundurkan diri ditarik kembali bergabung, dan ya kita melihat partai utama Fastlane berupa match Shield melawan tim Baron Corbin, Drew McIntyre, Bobby Lashley – yang lumayan seru, yang emosional karena ini supposedly adalah perayaan memenangkan penyakit mematikan, tapi tidak benar-benar terasa fit ke dalam apapun. Match ini adalah epitome dari yang namanya sebuah filler; tidak mempropel storyline yang sedang berlangsung. Enggak benar-benar punya purpose, selain mengantarkan penonton pulang dengan hati yang puas.
Setelah semua ini, kupikir kita semua lumayan bergairah demi menunggu Wrestlemania. WWE sendiri cukup berhasil menyuguhkan tiga pay-per-view yang bagus secara berurutan di tahun 2019 ini. Fastlane 2019, masih sebuah filler, tapi punya kualitas di atas rata-rata. The Palace of Wisdom menobatkan Triple Threat Kejuaraan WWE sebagai Match of the Night; salah satu triple threat terseru yang pernah aku tonton.
Full Results:
1. SMACKDOWN TAG TEAM CHAMPIONSHIP The Uso mempertahankan gelar mereka atas Miz dan Shane McMahon.
2. SMACKDOWN WOMEN’S CHAMPIONSHIP Asuka bertahan dari Mandy Rose.
3. HANDICAP ONE-ON-TWO The Bar mengeroyok Kofi Kingston.
4. RAW TAG TEAM CHAMPIONSHIP TRIPLE THREAT The Revival kembali juara mengungguli Aleister Black-Ricochet dan Bobby Roode-Chad Gable.
5. UNITED STATES CHAMPIONSHIP FATAL FOUR WAY Samoa Joe tetap juara mengalahkan Rey Mysterio, Andrade, dan R-Truth.
6. WOMEN’S TAG TEAM CHAMPIONSHIP juara bertahan Bayley dan Sasha Banks defeating Nia Jax dan Tamina
7. WWE CHAMPIONSHIP TRIPLE THREAT Daniel Bryan kembali bawa pulang sabuk setelah ngalahin Mustafa Ali dan Kevin Owens
8. SIX-MEN TAG TEAM The Shield menghancurkan Baron Corbin, Drew McIntyre, dan Bobby Lashley
That’s all we have for now.
Remember, in life there are winners.
And there are losers.
We are the longest reigning BLOG KRITIK FILM TERPILIH PIALA MAYA.
asuka kasian amat, hype dia di tahun lalu abis dah, kaga ada gregetnya lagi meski dia juara di sdl bisa dibilang kaga bakal ada yg sepadan lah. terus becky emang bagus bgt lah promonya, entah kenapa ini becky, charlotte, ronda kok berasa pas benoit, hhh, sama hbk dulu
universal champion masih ngaso aja hahah
kayaknya wwe memang gak punya ide buat ngapain sama Asuka, sayang amat tuh cewek-cewek smekdon juga gakepake.. paling nenak memang jadi si brock wkwkwk