ANORA Review

 

“Genuine love is not transactional”

 

 

Kisah Cinderella memanglah buah impian banyak, bukan hanya perempuan tapi juga laki-laki. Karena cerita tersebut generally perceived as “kisah seseorang yang sudah lama berjuang dan menderita, hingga akhirnya mendapat apa yang ia dambakan”. Cinderella dibully ibu dan saudara tirinya, lalu tau-tau ada pangeran yang kepincut sama dia, dan jadilah dia princess di istana. Klasik happy ending! Tapi ternyata mengharapkan kisah Cinderella terjadi di kehidupan nyata merupakan suatu harapan yang muluk.  Ngimpi di siang bolong. Sutradara dan penulis skenario, Sean Baker, memotret impian seperti begitu ke dalam kisah Anora. Rom-com ternyata cuma hiasan bak sepatu kaca bagi film ini, karena aslinya kisah Anora yang jatuh cinta sama ‘pangeran’ kaya raya cukup tragis, as in, the rich will always f*ck the poor, no matter what!

Anora yang lebih suka dipanggil Ani, memang mengira kisah hidupnya seperti Cinderella. Perempuan 23 tahun itu setiap malam menari untuk klien di klub, tak jarang dia juga harus ‘menemani’ mereka-mereka yang memesan paket VIP. Meski Ani gak seperti Cinderella yang meratapi nasib – Ani cenderung lebih blatant dan justru galak sama orang yang lecehin pekerjaannya – toh dia melayang juga ketika seorang anak konglomerat yang belakangan jadi langganan, mengajaknya menikah. Ani begitu gak sabar tinggal di istana Ivan sampai-sampai gak melihat red flag di balik sikap kekanakan ‘sang pangeran’. Dan benar saja, beberapa waktu setelah mereka menikah, orangtua Ivan di Rusia mengirim anak buah untuk ‘menangkap’ Ivan dan Ani. Memaksa pernikahan tersebut untuk dianulir. Tinggallah Ani yang ternyata harus berjuang sendiri mempertahankan pernikahan, karena Ivan langsung kabur entah ke mana begitu tahu kedua orangtuanya juga bakal menyusul ke Amerika.

Ani ani yang terANIaya

 

Energi film ini membuat cerita yang sebenarnya tragis tidak pernah terasa menye-menye, tapi akan benar-benar menohok di penghujungnya. Energi confident chaotic yang menghidupkan film ini terpancar dari karakter utamanya, si Ani. Yang tentu saja worked out perfectly berkat penampilan akting Mikey Madison. Gilak! Mikey sudah jelas menambah ramenya medan pertempuran untuk Aktor Perempuan Terbaik awards musim ini. Dia memainkan Ani dengan begitu meyakinkan, kita bisa merasakan vulnerabilitynya sebagai perempuan, dengan pekerjaan yang dilecehkan banyak orang, vulnerability yang dia timbun di balik sikap mantap dan profesional sekaligus mimpinya untuk kehidupan yang lebih baik. Ini adalah karakter kompleks yang bisa dengan mudah lenyap jika film yang menaunginya memutuskan untuk membuat dunia yang terlalu ‘genre’. Dunia yang nanti ceritanya hanya terasa soal kejadian. Film Anora berhasil menghindari garis terlalu ‘genre’ tersebut. Ceritanya jadi berjalan ‘ajaib’ tapi begitu grounded oleh emosi dan energi si Ani yang benar-benar keluar genuine dari Mikey Madison. See, film ini gak harus repot ngeset yang gimana-gimana gitu untuk ngasih tahu tengah film ini bakal ‘chaos’. Mereka cukup mengandalkan senyum cegilnya Mikey Madison aja kok!

Ada transisi subtil pada babak-babak cerita. Film lain mungkin akan menggunakan ‘chapter’ untuk membatasi babak ceritanya. Film ini memilih untuk enggak pake, dan hasilnya Anora mampu terasa lebih fluid walaupun filmnya bergerak di luar ekspektasi kita. Jadi di babak awal, ceritanya udah kayak romcom biasa. Ani dan Ivan yang anak sultan Rusia (ngerasa) saling jatuh cinta, jadi mereka menikah saat tengah berlibur di Vegas ngabisin duit orangtua Ivan. Sebagian besar babak awal ini diisi oleh Ani dan Ivan bersenang-senang. Part ini mungkin yang paling susah dinikmati, karena establishment karakternya masih berlangsung dan mereka berdua terlihat kayak orang yang taunya cuma bersenang-senang aja. Tapi ada concern di wajah Ani yang tampak sengaja ia abaikan sendiri. Concern bahwa pria ini masih belum dewasa. Belum matang pemikirannya. Ada dialog saat Ivan atau nama bekennya Vanya ngeledek Ani yang menurutnya bersikap kayak tante umur 25 hanya karena Ani mengutarakan sebuah reason yang masuk akal kepadanya. Film nunjukin hal-hal manis yang mereka lalui bersama kepada kita, dengan pace yang cukup cepat, dalam upaya membawa kita ke dalam mindset karakter utamanya saat itu. Bahwa ini adalah kesempatan yang harus Ani perjuangkan. Film bahkan membuat Ani burn the bridge dengan kerjaannya dulu karena dia udah percaya hidupnya jadi cerita Cinderella. Lalu tamparan kenyataan datang mengetuk pintu mansion mereka. Vibe film berubah menjadi chaos saat Ani benar-benar tidak tahu apa yang terjadi. Kenapa anak buah orangtua Ivan datang. Kenapa pernikahan mereka harus dianulir. Dan kenapa Ivan malah kabur meninggalkan dirinya bersama para anak buah yang necis tapi – quoting Ani – pandangan matanya ‘rapey’ semua kepadanya.

Ketika hal menjadi tidak terkontrol itulah kita juga baru menyadari daging cerita film ini yang sebenarnya. Vibenya sebenarnya kocak. Para anak buah ternyata gak jahat-jahat amat, justru galakan Ani. Dan mereka terpaksa bekerja sama demi mencari Ivan yang ngabur entah kemana. Takut mempertanggungjawabkan perbuatannya kepada orangtua yang bakal menyusul datang beberapa jam lagi. Dinamika para karakternya mulai kelihatan. Ani justru terasa lebih relate dengan para anak buah dibandingkan dengan Ivan. Romansa film ini pun tampaknya lebih genuine tumbuh antara Ani dengan salah satu anak buah yang dianggap Ani paling sus, yaitu si Igor. Karena kita bisa lihat Igor satu-satunya orang yang beneran perhatian dan melihat Ani sebagai human being, bukan dari pekerjaannya. Igor dan Ani juga berada di posisi yang sama – orang yang cuma dibayar untuk melakukan tugas. Film dengan sengaja sering menempatkan dua karakter ini dalam satu frame untuk menekankan perbandingan mereka.

Mikey ini mirip Raline Shah versi cegil

 

Dunia yang digeluti Anora adalah dunia di mana hubungan bersifat transaksional. Seseorang membayar untuk mendapatkan suatu layanan. Memang, di dunia nyata juga hubungan seperti ini dibutuhkan. Hanya saja, selain itu ada yang namanya hubungan yang genuine. Yang memberi tanpa karena apa-apa melainkan demi cinta. Anora mau itu. tapi yang ia dapatkan adalah humiliation dari orang kaya – orang yang menganggap semua hanya urusan bisnis. Anora tak menyangka, yang dia cari justru datang dari orang yang juga ia sepelekan.

 

Menurutku itu jualah salah satu alasannya kenapa Ani menangis seperti kesal di dalam mobil Igor, saat ending. Bukan cuma realita tentang kejadian yang baru saja ia alami akhirnya menghantamnya – memang dia dapat duit tapi basically  dia tidak jadi Cinderella dan sudah tidak bisa kembali ke kehidupannya – tapi juga dia menyadari bahwa dia juga sama seperti keluarga Ivan. Dia juga telah terlalu menganggap dunia sebagai tempat transaksional semata. Pernikahannya juga adalah salah contoh kontrak yang ia sadari bukan berasal dari tempat yang tulus. Perhatikan kembali adegan ending tersebut, Ani mulai menangis beberapa saat setelah ia ‘ngegas’ Igor yang diam dan menatap dirinya penuh concern. Tangisan Ani mengisyaratkan dia sekaligus sadar, hal keahliannya itu juga salah satu bentuk transaksi dan bukan sesuatu yang tulus. Ending ini jadi begitu tragis karena meninggalkan Anora di antara dua keadaan. Bisakah dia melihat ketulusan pada Igor, atau dia juga akan melihat Igor ada di sana karena bagian dari kontrak kerjaannya sebagai anak buah.

 




“He f*ck me harder than he f*ck you!” keluhan salah satu pesuruh orangtua Ivan menguarkan sekali lagi salah satu tema besar film ini. Di dunia yang serba transaksional, orang bawah hanya akan jadi mainan buat orang kaya. Di balik yang katanya komedi romantis, film ini ternyata juga mengkritik hubungan sosial kita yang semakin matre. Film ini adalah lonceng kedua belas dalam kisah Cinderella, menyentakkan kita dari mimpi, dan harusnya menyadari genuinity atau ketulusan justru lebih mudah tumbuh ketika tidak ada uang ataupun power yang terlibat di dalamnya. Ceritanya sendiri memang bertempat di dunia yang dewasa, tapi dibiarkan tetap mengalun ringan dan kocak banget. Aku gak expect bagian tengahnya bakal ngakak banget. Tapi di balik itu, ya film ini dalem.  Pandangan karakternya benar-benar di-examine. Kita bakal pahamlah kenapa Sean Baker getol banget pengen ngecast Mikey Madison buat mainin Ani. Karena memang perfect banget vibenya. Ani adalah Cinderella modern dan realistis, yang juga membuatnya sebagai anti-Cinderella itu sendiri.
The Palace of Wisdom gives 8.5 out of 10 gold stars for ANORA.

 

 




That’s all we have for now.

Meski itu nama lengkapnya, tapi Ani gak suka dipanggil Anora. Kira-kira, menurut kalian kenapa ya? 

Silakan share pendapatnya di komen yaa

Yang pengen punya kaos film lebaran Siksa Kubur versi My Dirt Sheet bisa pesen di sini yaa (ada 2 model, loh!) https://www.ciptaloka.com/+mydirtsheet/

Bagi kalian  melewatkan di bioskop, atau pengen nonton ulang Killers of the Flower Moon, film ini bisa ditonton di Apple TV. Kalian bisa subscribe dari link ini yaa https://apple.co/3QWp4Yp

 

Get it on Apple TV
Remember, in life there are winners.
And there are losers.

 

 

 

We?
We are the longest reigning BLOG KRITIK FILM TERPILIH PIALA MAYA and BEST BOOK REVIEW HORROR & THRILLER EDITION ON TWINKL

 



Comments

Leave a Reply