Nocturnal Animals Review

“Revenge is a dish best served cold.”

 

nocturnna_final_onesheet

 

Sejak Enemy (2013), aku sudah ngambil keputusan bakal nonton setiap film yang dibintangi oleh Jake Gyllenhaal, because they tend to be super good dan menantang. Nocturnal Animals untungnya, belum berhasil membuktikan keputusanku salah karena film ini sungguh adalah tontonan yang unik, dengan gaya bercerita yang sangat unconventional. Director Tom Ford juga gak salah saat dia ngambil keputusan untuk stray sebentar dari kerjaannya sebagai fashion designer, karena Nocturnal Animals adalah (baru) karya keduanya dan merupakan film yang benar-benar bakal ngokohin namanya as he outdoes himself dalam film ini.

Jika kalian adalah tipe penonton yang suka ngerenungin film, hingga lama setelah ketika kalian menontonnya, bahkan sampai ingin menonton lagi just because kalian ingin melihatnya dari sudut pandang lain, maka kalian akan sangat mengapresiasi Nocturnal Animals. Film ini punya TIGA NARASI yang saling paralel. Begitu kita menyadari gimana tiga storyline tersebut berhubungan, kita akan mengerti bahwa ultimately mereka bakal membentuk suatu bigger picture dengan makna yang jauh lebih dalam dari kelihatannya. Aku actually sampe ngebawa tidur mikirin film ini, jadi kayak binatang malem beneran haha.

salah satu misteri yang belum terungkap adalah kenapa Jake Gyllenhaal belum dinobatkan sebagai greatest actor of this present time hingga saat ini.
Salah satu misteri yang belum terungkap adalah kenapa Jake Gyllenhaal belum dinobatkan sebagai greatest actor of this generation hingga saat ini.

 

Sebagai tubuh cerita, kita ngikutin Susan Morrow (Amy Adams is very good in here), seorang seniman dengan dandanan yang senantiasa cantik, tetapi not doing so great in her life right now. Susan kemudian mendapat kiriman naskah novel dari mantan suami, Edward (masih perlu aku bilang lagi kalo Jake Gyllenhaal mainnya luar biasa?). Sudah 19 tahun Susan tidak mendengar kabar tentang Edward. Susan mulai membaca dan terenyuh oleh kisah bestseller tersebut. Kita mendapat visualisasi dari yang ia baca – sebagai layer cerita kedua – kita get to see gimana cerita thriller tentang keluarga Tony Hastings yang mendapat masalah dengan sekelompok preman di jalanan ladang di Texas. Kita juga bakal dibawa mengarungi masa lalu saat Susan dan Edward pertama kali bertemu melalui flashback yang menyertai kegundahan Susan membaca cerita.

Kecantikan visual dan pesona para pemain membuatku kagum sama film ini. Dimainkan dengan extremely well. Michael Shannon yang jadi polisi, berlakon amat menakjubkan. Aaron Taylor-Johnson is flat out nyeremin sebagai salah satu preman dalam naskah cerita karangan Edward, dia beneran membuatku takut dan jijik. Dan itu pujian loh! Aaron supposedly memainkan seorang yang creep us so much, dorongan membenci karakternya sangat gede, dan Aaron sukses berat memportray karakter tersebut. Diarahkan dengan sangat baik, tone filmnya sangat intense. Film sesungguhnya adalah pengalaman subjektif, dan aku terkadang merasa film ini susah untuk ditonton. Nocturnal Animals patut dipuji untuk keberaniannya untuk menjadi aneh dan berbeda, I mean, adegan pembukanya saja sudah lebih dari cukup untuk mengeset tone betapa uniknya film ini.

Namun kedalaman filosofisnya lah yang membuatku tetap betah mengikuti cerita. You know, tidak susah untuk menganggap ini adalah cerita tentang balas dendam. Film ini penuh oleh petunjuk-petunjuk visual – jaga matamu untuk tetap terbuka! – dan terkadang mereka terpajang jelas seperti lukisan tulisan Revenge yang dipandangi oleh Susan.

I’d like to think this film is more than that.
Terlalu kekanakan kalo ending film ini adalah tentang Edward balas dendam dengan gak dateng ke janji makan malam dengan Susan, thok!

Penting bagi kita untuk mengingat bahwa kita memandang film ini dari perspektif Susan. Bayangkan saja jika kalian tiba-tiba mendapat kabar kesuksesan langsung dari mantan yang dulu kita putusin lantaran kita pikir dia was not that good. We would think that is an ultimate “suck it!” phrase dari si mantan, bahwa mungkin ada maksud mengejek atau apa darinya. Susan langsung menghubungkan apa yang ditulis Edward dalam cerita yang intens oleh kebencian dan kemarahan dan kekerasan itu dengan apa yang pernah terjadi di antara mereka berdua. Ada begitu banyak simbolisme dan metafora yang, kadang terlalu jelas, membuat Susan dan kita mengaitkannya dengan masalalu mereka. Reaksi pertama Susan adalah menghubungi putrinya karena tokoh putri keluarga di dalam cerita Edward mengalami nasib naas. Semakin terlarut membaca, Susan menginterpretasikan bahwa yang dialami tokoh Tony adalah refleksi terjujur dari apa yang selama ini Edward rasakan akibat dari akhir hubungan mereka. Hal ini membuat Susan jatuh cinta lagi kepada Edward, karena as the film shows us, Susan senantiasa terpikat oleh inner strength yang ia akui tidak dia miliki. Kita juga belajar soal relationship Susan dengan pasangannya-sekarang, she’s unhappy. Kata ‘balas dendam’ tetap terpatri di dalam diri Susan. She is a woman of action. Dan ini membuatnya failed melihat apa sebenarnya tujuan Edward mengirimkan naskah yang diberi judul sama dengan her old nickname.

Nocturnal Animals adalah binatang yang beraktivitas di malam hari. Tulisan Edward mempengaruhi Susan so much, dia tidak lagi bisa tidur tenang. Oleh kegelisahan. Oleh rasa bersalah. Film Nocturnal Animals diperuntukkan kepada orang-orang yang begitu larut dalam kegalauan, sehingga sedih dan sesal terpancar dari matanya, seperti yang diungkapkan oleh Edward. Sengaja atau tidak, Edward sudah mengirimkan novel yang membuktikan kesalahan Susan. Yang dikirim Edward pada dasarnya adalah ‘balas dendam’ yang actually beribu kali lebih sakit daripada tindak yang dilakukan Susan, for naskah ceritanya sudah memberikan sesuatu yang ditafsirkan Susan sebagai harapan, yang dibiarkan menggantung sampai menjadi dingin.

 

 

Aku sangat menikmati film ini walau ada beberapa momen yang terasa sedikit terlalu pretentious dan orchestrated. Saat kita mulai menyambungkan petunjuk-petunjuk visual yang menghubungkan kejadian di masa lampau dengan apa yang terjadi di masa kini, ataupun dalam cerita novel, kerja Tom Ford dalam menyampaikan tema terdalemnya kadang terasa sedikit sloppy. Seperti lukisan tulisan Revenge tadi, sometimes things terlalu literal dan enggak begitu kohesif. Ada beberapa pertanyaan yang tak-terjawab, namun sebenarnya masih bisa dimaafkan mengingat ini adalah jenis film yang memiliki kadar metafora yang tinggi.

Cerita Tony adalah pesan yang nunjukin Edward-yang-lama sudah mati; bahwa kini Edward sudah menjadi better person. Keindahan cerita ini sebenarnya terletak di motivasi Edward yang dibiarkan tetap terbuka bagi interpretasi masing-masing penonton. Mengundang kita untuk berpikir. Mengundang berbagai teori bermunculan soal alasan ketidakmunculan Edward di ending. Apakah dia memang sengaja? Apakah Edward masih takut terluka jika kembali bertemu Susan? Atau apakah Edward meninggal – entah bunuh diri atau punya terminal illness seperti tokoh polisi dalam ceritanya? Aku pribadi lebih suka menganggap Edward simply sudah bisa move on, bahwa mengirimkan novel tersebut adalah tindaknya mengakhiri 19 tahun episode buruk dalam hidupnya, dan Susan is too late menyadari hal tersebut.

Keadaan terpuruk mendorong kita untuk menjadi semakin kreatif. Seperti kebanyakan lagu hebat tercipta dari pengarang yang patah hati. Edward mungkin tidak akan pernah bisa menulis novel sehebat Nocturnal Animals jika ia tidak mengalami semua yang telah dilakukan Susan kepadanya. Film ini pada dasarnya bicara tentang kekuatan mengekspresikan hati lewat seni. Melalui tulisan, Edward overcome kelemahannya. Dan Susan adalah kebalikan total dari Edward; Susan terlalu sibuk sama impresi. She puts on art shows, she puts on make up. Susan tidak menyipta, ia tidak menyinta, ia tidak mampu untuk mengeskpresikan dirinya. Itulah sebabnya kenapa Susan tidak bahagia.

To express, not to impress.
To express, not to impress.

 

 

 

 

 

Film yang berani tampil beda ini punya arahan yang hebat. Didukung penampilan dahsyat. Tiga storylinenya ditutrkan dengan sungguh intens. Bertebar banyak simbolisasi dan metafora, film ini berpuisi lewat visual. Ada lebih dari sekadar soal balas dendam yang ingin disampaikan. Ini adalah apa yang terjadi jika kita membiarkan cinta pergi dari hidup.
Let me know apa interpretasi kalian terhadap akhir cerita Nocturnal Animals, I’d like to read and discuss about it, sampe enggak tidur – kalo perlu.
The Palace of Wisdom gives 8 out of 10 gold stars for NOCTURNAL ANIMALS

 

 

 

That’s all we have for now.

Remember, in life there are winners
and there are losers.

 

 

 

 

 

 
We? We be the judge.