ANNABELLE COMES HOME Review

“Keep your enemies closer”

 

 

Suka duka jika engkau adalah anak dari pasangan orangtua yang pekerjaannya sebagai demonologis alias pengusir setan cukup banyak. Di antara sukanya adalah, orangtuamu sering bepergian maka tentu saja akan sering bawa oleh-oleh. Dukanya, oleh-oleh yang mereka bawa berupa barang atau jimat terkutuk. Sukanya lagi, orangtuamu akan dianggap pahlawan oleh beberapa orang. Dukanya, kamu bakal sering di-bully oleh orang-orang yang menganggap kalian keluarga tukang-tipu yang aneh.

Judy Warren yang mulai beranjak berpikir angsty layaknya remaja, mau gak mau merasa tertekan juga dengan kerjaan ibu dan ayahnya. Selain babysitter yang cakep, Judy gak punya teman lagi. Dia pun mulai melihat makhluk-makhluk gentayangan di sekitarnya. Namun, Judy mau-tak mau akan belajar untuk menerima pekerjaan orangtuanya beserta segala resiko, juga untuk mengerti kenapa ‘keunikan’ keluarganya dibutuhkan oleh dunia. Percayalah, jika oleh-oleh yang dipajang di ruang bawah tanah oleh orangtuamu adalah boneka Annabelle, kalian pun akan mengerti seperti Judy.

satu yang pasti; Halloween di keluarga tersebut pastilah super menyenangkan

 

Annabelle Comes Home adalah film ketiga dari Annabelle dan seri ketujuh dalam Semesta Conjuring, yang seharusnya adalah film pertama dari seri Annabelle. Kejadian pada film ini langsung menyambung dari penutup The Conjuring pertama (2013) saat Ed dan Lorraine memutuskan untuk tidak menghancurkan Annabelle, melainkan membawanya pulang. Menyegel boneka yang tidak dirasuki itu di gudang barang-barang jahat di rumah mereka. Frasa ‘boneka-yang-tidak-dirasuki’ itu bener-bener ditekankan oleh film. Beberapa kali Lorraine nerangin bahwa ‘cara kerja’ Annabelle itu seolah suar kanal yang menarik dan menyalurkan hantu-hantu jahat. Jadi, ya, tidak perlu memang kita mengetahui asal usul hantu – kenalan sama roh – yang pernah menggerakkan boneka tersebut. Dengan kata lain, sebenarnya film ini juga ngakuin bahwa film Annabelle pertama dan kedua tidak lain dan tidak bukan hanyalah proyek cash grab semata. Untungnya Annabelle kedua – Annabelle: Creation (2017) – jadi kita gak rugi-rugi amat.

Ed dan Lorraine asli memang sudah tiada – film ini actually dipersembahkan untuk mengenang Lorraine yang baru saja tutup usia April yang lalu – tapi legacy dan berkas-berkas kerjaan mereka akan terus hidup dalam semesta film ini. Memanfaatkan nama Vera Farmiga dan Patrick Wilson yang muncul basically sebagai cameo yang kelewat efektif, Annabelle Comes Home seperti ingin tampil sebagai film drama horor yang bener-bener niat. Yang jadi anak mereka pun diganti pemerannya, Judy di film ini jadi diperankan oleh McKenna Grace yang udah buktiin betapa dia calon aktor masa depan lewat Gifted (2017) dan serial The Haunting of Hill House; baru-baru Grace sempet nongol juga jadi Captain Marvel semasa kecil. Penampilan Grace menakjubkan di sini. Padahal skrip film ini juga gak bagus-bagus amat. Tapi aktingnya kerasa jomplang banget lah kalo dibandingin sama akting aktor-aktor cilik dalam film dan horor lokal kita.

Frame demi frame dihiasi oleh gambar-gambar yang ditangkap dengan cukup perhitungan. Permainan warna dan visual mampu menimbulkan kesan yang eerie. Nyaris seratus persen kejadian dalam film ini berada di dalam rumah keluarga Warren. Di tangan film yang benar-benar kompeten, sempitnya ruang ini akan dimanfaatkan maksimal untuk bermain super kreatif demi menggali momen-momen horor yang tak biasa. Harus benar-benar memikirkan kejadian horor seperti gimana lagi yang menampilkan sesuatu yang bercerita, yang mendukung para karakter. Secara tampilan luar, Annabelle Comes Home memang menarik. Judy, dan dua babysitternya, dibuat seperti mengarungi wahana rumah hantu, padahal mereka sedang berada di dalam rumah yang sudah mereka kenal. Dan kenyataannya, memang cuma penampilan luar inilah yang dipunya oleh film.

Tentu, film ini dimulai dengan set up untuk memperkenalkan para pemain yang akan jejeritan di dalam rumah. Kita diberikan backstory masing-masing tokoh – Judy dan dua babysitternya. Sehingga film bisa menemukan alasan untuk salah seorang remaja itu mengambil kunci bawah tanah, masuk ke sana menyentuh setiap barang supernatural yang bisa ia pegang, dan membuka kurungan kaca gereja yang menyegel Annabelle. Kita juga mengerti semua kejadian mengerikan yang terlepas berikutnya adalah supaya Judy bisa belajar mengembrace keadaan keluarganya. Tapi tidak pernah film menggali plot lebih dalam – tidak pernah menyentuh lapisan ‘kenapa’. Ketika semua benda-benda terkutuk itu merajalela, semua makhluk seram mulai dari baju zirah samurai, hantu serigala, hingga gaun pengantin berdarah beraksi menjadikan film ini kayak versi lebih dark dari Goosebumps (2015) – semua adegan hanya berupa para tokoh berjalan dalam lorong gelap menuju rentetan jumpscare demi jumpscare tanpa ada bobot dan kepentingan untuk membentuk plot para tokoh. Semua horor tersebut jadinya menyenangkan. Kita tertawa-tawa setelah dikagetkan dan bersiap untuk kaget berikutnya, untuk kemudian tertawa lagi. Nonton ini udah kayak masuk virtual rumah hantu atau escape room beneran, alih-alih nonton film. Kita tidak merasakan film ini membangun sesuatu, kita tidak melihat pembelajaran karakter. Pembelajaran hanya datang ketika film sudah mau undur diri, ketika sudah waktunya sekuen penyelesaian. Tidak ada journey karakter untuk ke sana; Tidak ada plot.

setelah merantau ke film superhero, Annabelle mudik juga

 

Mungkin tampak berbahaya menyimpan barang-barang berhantu di bawah atap yang sama dengan keluarga yang dicintai tidur. Tapi bagi Ed dan Lorraine, benda-benda itu merupakan pengingat bahwa setan atau kejahatan ada di dunia, dan akan selalu ada. Makanya, lebih mudah menjaga diri darinya jika kita bisa melihat mereka ada, jika kita tahu persis mereka akan ‘menyerang’ dari mana daripada melawan sesuatu yang kita tidak tahu.

 

Yang menakutkan dari film ini sebenarnya adalah fakta bahwa dia bakal laris. Dua film sebelumnya sudah membuktikan. Sosok Annabelle sudah menjadi pop-culture. Salah satu ikon horor modern. Film ini akan menurunkan pengaruh kepada skena perhororan, dan kemungkinan besar yang akan ditiru oleh horor-horor seperti pada sinema tanah air kita adalah jumpscarenya. Mengkhawatirkan sekali jika tumbuh mindset pada kalangan pencipta, juga penikmat film, bahwa horor yang bagus adalah horor yang seperti Annabelle lantaran filmnya laris. Mereka akan totally missing the point bahwa keunggulan horor berlokasi satu seperti ini bukan karena lebih murah dan banyak jumpscarenya. Orang-orang akan mengesampingkan karakterisasi. Semua film akan jadi wahana rumah hantu. Padahal horor seharusnya datang dari psikologis manusia. Horor seperti Hereditary, The Babadook, The Witch bagus tapi butuh penulisan yang kompleks – usaha yang belum menjamin jumlah penonton. Orang kadang suka ide, tapi berusaha mencari cara lain yang lebih mudah. Jenis horor laku seperti Annabelle Comes Home menawarkan cara mudah tersebut, dan kemungkinan besar inilah yang bakal ditiru. I mean, kita sendiri udah nyaksikan horor lokal yang ceritanya ala Hereditary tapi penulisan karakternya sangat sederhana dan hanya mengandalkan gore dan jumpscare sebagai jualan.

Makanya aku ingin menekankan kendatipun Annabelle Comes Home bukannya seram melainkan menyenangkan untuk ditonton, terutama oleh penonton yang suka dikaget-kagetin, kualitasnya sebagai film tidaklah benar-benar bagus. Ceritanya yang minus plot membuat semua kejadian jadi tidak punya unsur kejutan. Bahkan jumpscarenya pun kita semuanya pasti sudah tahu. Aku bertaruh; saat adegan tokohnya berjalan sendiri memeriksa sesuatu di tempat gelap, dengan suara latar dipelankan, kita semua sudah menutup telinga dan/atau menyipitkan mata. Kita sudah tahu apa yang bakal terjadi. Kita sudah tahu beberapa detik lagi akan ada jumpscare. Jadi apa bagusnya cerita atau katakanlah wahana yang kita sudah tahu titik-titik pamungkasnya? Atau malahan banyak sekali ketidaklogisan yang dipaksakan masuk supaya cerita bisa berjalan. Kita harus menerima bahwa seorang remaja dapat menjadi sebegitu begonya membuka kotak kaca berisi barang berhantu. Dia pastilah cukup percaya untuk mencoba, karena aksi remaja ini didasari keinginannya untuk minta maaf kepada ayahnya yang sudah tiada. Jika begitu, kenapa dia tidak minta baek-baek aja untuk dimediasikan sama Ed dan Lorraine? It’s okay kalo memang mencari tontonan untuk ketawa dan seru-seruan ama teman-teman, tapi setidaknya kita harus paham kenapa ini bukanlah film yang bagus. Supaya kita enggak mencampurbaurkan mana yang selera, mana yang beneran bagus. Karena toh yang kita suka tidak mesti selalu bagus.

 

 

Punya kreativitas yang cukup sehingga tampak seperti film horor beneran. Tapi film ini sesungguhnya hanya menggarap bagian luar tanpa benar-benar memperhatikan isi dalamnya. Karakternya tidak beneran punya plot. Mereka berubah dari A ke B tanpa benar-benar punya perjalanan. Karena isi film ini hanya berupa adegan demi adegan ketemu hantu. Jika ada yang dibangun, maka itu adalah jumpscare-jumpscarenya. Mereka lebih peduli kepada nampilin sebanyak-banyaknya setan, sehingga di lain waktu mereka punya kesempatan untuk membuat satu film khusus buat si hantu dan mengekspansi semesta ini. Film ini masih bisa menyenangkan untuk ditonton, tapi jika kalian berniat untuk nonton film horor beneran, kalian tidak akan mendapatkannya dengan membeli tiket film ini.
The Palace of Wisdom gives 4 gold stars out of 10 for ANNABELLE COMES HOME.

 

 

 

 

 

That’s all we have for now.

Menurutku kalian ada bedanya gak sih antara Annabelle dirasuki roh jahat dengan Annabelle enggak dirasuki melainkan hanya sebagai penyalur roh jahat? Kenapa menurut kalian film bersikeras membedakan hal tersebut?

Mumpung lagi mood tebak-tebakan, menurut kalian hantu mana di film ini yang bakal dibuatkan film sendiri berikutnya?

Share with us in the comments 

Remember, in life there are winners.
And there are losers.

 

 

 

 

We?
We are the longest reigning BLOG KRITIK FILM TERPILIH PIALA MAYA.

 

Comments

  1. Albert says:

    Kayaknya ini film buat promosiin Hantu2nya yang banyak itu. Mana yang responnya bagus mungkin bakal dibuat filmnya. Pengen yang Hantu Coin aja kayaknya ya paling unik hehehe. Mirip Si Doel sih udah tau filmnya ga gitu bagus tetao suka Memang bener sih ya ga usah susah2 bikin plot aja udah laku . Padahal yang bagus malah belum tentu laku juga.

    • arya says:

      pilihan tergampang kayaknya si Gaun Pengantin itu ya.. eh atau itu la llorona? aku belum nonton sih weeping woman yang tayang sekitar awal tahun ini

      • Albert says:

        Iya kayaknya bajunya hitam yang Weeping Woman. Mirip Kuntilanak gitu suka culik anak2. Ibu sama 2 anak ceritanya. Dulu bareng Sunyi itu aku nonton Marathon hehehe.

        • arya says:

          aku ngelewatin karena gak nyadar itu bagian dari universe conjuring.. pas filmnya udah turun baru nyadar hahaha, soalnya judulnya beda-beda sih, ada yang bilang la llorona ada yang bilang weeping woman xD

      • Albert says:

        Seingatku ceritanya lebih padat sih. Dibanding Anabelle yang tengahnya kan murni teror aja. Dukunnya nyentrik yang Weeping Woman kadang suka ngelawak. Tapi rasanya lebih suka Anabelle, mungkin bonekanya lebih imut daripada kuntilanak hahaha.

        • arya says:

          iya atuh, aduh kuntilanak udah hantu paling serem dah buatku ahahaha… kalo soal imut-imutan, mendingan annabelle asli atau annabelle yang versi film? xD

      • Albert says:

        Iya Gabby2 ajalah asal pengawalnya ga ikut aja hahaha. Itu boneka pengawalnya kayak sama dengan yang di Goosebump ya? Baru kutonton tadi Toy Story marathon sama Parasite. Coba aja Parasite mas. Bagus juga, endingnya terutama yang rada gila hehehe.

        • arya says:

          haha iya, boneka vetriloquist model defaultnya begitu semua

          selasa kayaknya aku nonton itu, kalo udah gak ada/tetep tayang sore; ya kayaknya aku nunggu versi internet aja xD

    • arya says:

      enggaklah, annabelle bukan cewek matre.. si ferryman tuh yang kapitalis, orang mati aja musti bayar pake koin – mati aja bayar coba! hihihi

  2. Dimas says:

    udah liat semua kecuali Rosemary hhehe. film lama ya min,yg 2000an dong min barangkali ada lagi. Lagi pengen ngumpulin horor “anti mainstream”..

    • arya says:

      haha iya, ‘nenek’nya horor yang mengangkat masalah ibu-ibu

      2000an apalagi ya… film-filmnya Mike Flanagan: Hush, Gerald’s Game, Absentia.
      Atau Personal Shopper juga bagus..

      Atau yang tokohnya cowok: The Wailing, The Devil’s Candy, Maniac

  3. Vaginaktilia says:

    Baru nonton tadi wkwkkwk ikut komen ah …Oke jd urutan film anabel itu anabel creation – anabell ajah – anabel comes home – the conjuring 1 . Nahhh yg mau ai tanya wkkwk si judi kan di the conjuring 1 masi kecil dan diasuh sama nenek2 pula . Kenapa di film ini dia udh bangkottan aja sih wkwkkw apa gw yg salah yaa ngurutin filmnya wkkwkw ??? Coba admin bisa kau pahami

    • arya says:

      kebaliiikk ahaha, urutannya annabelle creation – annabelle – conjuring 1 – baru annabelle comes home.. pemeran si Judy memang diganti sih, yang mainin judy di comes home beda sendiri ama judy-judy di conjuring dan annabelle yang lain

      • Vaginaktilia says:

        Bukanya di film ini lanjutan dari annabel ya kak .. kan patokan adegany waktu 2 gadis perawat yg diganggu boneka anabell .. diakhir film anabel kan bonekany klo ga salah di asuh ma gadis perawat yg tinggal diapartemen persis cuplikan awal the conjuring

        • arya says:

          annabelle kan tentang ibu hamil yang disatroni rampok yang mati masuk ke boneka annabellenya, terus nyambung ke conjuring, akhir conjuring boneka annabellenya dibawa pulang sama Ed dan Loraine, nyambung deh langsung ke annabelle comes home

      • Albert says:

        Menurutku ada jeda waktu beberapa tahun antara annabelle dibawa pulang dan film annabelle come home ini. Jadi peristiwa conjuring itu ada di antara 2 film annabelle ini. Makanya di annabelle come home judynya lebih tua daripada conjuring?

        • arya says:

          hmm.. sepertinya begitu, jadi setelah prolog yang nyambung langsung Conjuring, ada jeda setahun-dua tahun sebelum plot Comes Home masuk ya.. makanya kotak musik yang di Conjuring juga udah ada kan di ruangan Comes Home

  4. Vaginaktilia says:

    @Albert tapi di film annabelle comes home kan bonekany setelah dibawa pulang ceritanya . Terbukti langsung diberkati kan ma pastor . Trus ed n lorren malah pergi ngurus kasus entah kasus apa . Yg jelas dirumah judi bilang ngurus gaun pengantin berdarah baru2 ini .
    @admin bukany scene boneka dibawa pulang itu cuplikan awal the conjuring yah . Di akhir filn kan ed malah simpen sesuatu dari rumah perron klo gasalah kotak musik , admin merhatiin gak di suatu ruangan rumah ed n loreen ada lukisan rumah perron ? Soalny aku nonton kurang jelas . Klo misalny ada lukisan rumah perron aku setuju komentar @albert bahwa film ini tuh ada jeda waktu antara annabelle the conjuring annabelle comes home ..

      • Albert says:

        Plot

        In 1968, demonologists Ed and Lorraine Warren confiscate the Annabelle doll from nurses Debbie and Camilla, who claim that the doll often performed violent activities in their apartment. During the drive back home, the doll summons spirits to attack Ed, but he narrowly survives. Annabelle is locked in a sacred glass case in the couple’s artifacts room that is blessed by Father Gordon to ensure the evil is contained.

        Four years later, the Warrens welcome Mary Ellen, who will be in charge of babysitting their daughter, Judy, at the house while they travel overnight to investigate another case. At school, Judy notices the spirit of a priest that begins following her. Mary Ellen’s friend Daniela arrives uninvited to the Warrens’ home, who is secretly curious about speaking to the dead. She sneaks into the artifacts room and starts examining artifacts, ultimately trying to contact her late father. She abruptly leaves Annabelle’s glass case unlocked, and the terror begins shortly afterward with the spirit of Bee Mullins unleashed. That night, Annabelle begins releasing other spirits, such as the Ferryman, the Bride, a Feeley Meeley board game, and the Black Shuck.

        Ini kucopas 2 paragraf pertama dari wikipedia. detail gambar2nya ga ingat sih ada apa enggak rumah perronnya

  5. Arif says:

    Mimin mau nanya emng lla lorona satu universe sama the conjuring ??? Perasaan didlm film itu cuma ada pastur anabel aja sama cuplikan film anabel 1 . Apa adegan ed loren suruh puter balik yg ktny ada kecelakaan itu sbnry adegan film la lorona yg 2 bocil tenggelem . Soalny terowongny sama persis sm film anabel comes home ini di awal2 adegan min patokany klo mau liat . Tapi knp time line waktuny beda ya yg comes home 1972 la lorona 1973

    • arya says:

      Iya sih, satu universe. Si Pastor itu yang jadi penyatu dunianya haha.. Tapi setahuku aslinya Ed dan Lorraine gak ada nangani kasus Lorona. Jadi mungkin hanya sebatas spin off saja.

      Kayaknya mirip doang sih.. soalnya beda kota kan mereka. Lorona ini kalo gak salah di Los Angeles. Si Ed dan Lorraine rumahnya di Connecticut. Tapi gak tau juga sih, aku udah lupa adegannya haha

Leave a Reply to aryaCancel reply