ETERNALS Review

“Love is the capacity to take care, to protect, to nourish.”

 

Bayangkan awal tahun bikin film yang menang Oscar, lalu di penghujung tahun yang sama bikin superhero yang paling membosankan se-cosmic raya, lol that’s some range. Eternals adalah jawaban kenapa Taika Waititi bisa demikian sukses saat menggarap superhero dewa dalam balutan full-komedi receh. Karena cerita tentang ultimate being yang mendalami makna menjadi manusia memang harus mendaratkan karakter-karakternya menjadi pada level yang sama dengan penonton. Membuat mereka berlaku komedi adalah salah satu caranya. Dengan begitu kita akan lebih mudah melihat mereka sebagai bagian dari kita. Sehingga kita jadi peduli menyelami kompleksnya konflik dan karakter mereka. Eternals yang menunjuk Chloe Zhao sebagai sutradaranya, however, pengen tampil sebagai cerita pahlawan dengan muatan filosofis. Eksistensi dan kemanusiaan. Dengan bahasan yang ‘berat’ dan karakter yang ditampilkan sebagai dewa di atas kita, Zhao berusaha mendaratkan Eternals dengan tema cinta. Tapinya lagi menonjolkan cinta-cinta sementara pada sepuluh karakter kompleks itu ada bahasan menarik yang dibahas harus sekilas karena bakal ‘ketinggian’, hanya berujung membuat film ini jatuh sebagai drama bucin antara karakter-karakter kaku yang ingin mencegah kiamat terjadi di dunia.

Jadi jauh sebelum Avengers terbentuk, jauuuh sebelum peradaban manusia terbentuk, bumi kedatangan sepuluh makhluk abadi buatan Celestial. Makhluk-makhluk ini dikirim untuk melindungi bumi dari makhluk monster bernama Deviant yang memangsa manusia. Sersi adalah salah satu dari makhluk pelindung bumi itu, dan dialah karakter utama kita. Sersi instantly jatuh cinta sama planet dan kehidupan di dalamnya. Dan setelah sekian lama hidup di bumi, Sersi dan teman-teman memang ngajarin manusia dan punya pengaruh besar dalam peradaban (sebagian mereka kayfabe-nya jadi origin kisah dewa-dewi), meskipun mereka punya aturan enggak boleh mencampuri urusan ‘pribadi’ makhluk bumi. Mereka hidup bersama di antara manusia, sehingga jadi tumbuh rasa peduli. Kepedulian ini lantas jadi konflik personal, berbenturan dengan purpose yang dirancangkan buat mereka. Maka perpecahan pun terjadi. Sersi dan teman-teman berpisah dan hidup masing-masing. Namun sekarang, Deviant yang lebih kuat dan mampu menyerap kemampuan Eternals. Membunuh pemimpin Sersi. Para Eternals harus berkumpul kembali untuk melenyapkan ancaman ini, hanya untuk mengetahui bahwa ancaman sebenarnya justru adalah diri mereka sendiri. Karena kenyataan pahit terkuak untuk Sersi; Eternals sebenarnya dikirim ke Bumi untuk memastikan kehancuran planet tersebut sesuai pada waktunya.

eternals1593996-9-fakta-tentang-sosok-sersi-di-eternals
Sersi sampai di kita jadinya Dewi Padi

 

Yea, sepuluh karakter diperkenalkan sekaligus dalam satu movie memang udah red flag. Sudah begitu banyak contoh cerita ‘team’ yang gugur dan berakhir sebagai nilai merah karena gagal mengeksplorasi karakter tersebut dengan berimbang. Baru-baru ini ada satu yang berhasil, James Gunn, tapi itupun lagi-lagi karena penggunaan komedi untuk mendaratkan. But hey, Eternals hadir dengan durasi yang jauh lebih panjang dari cerita ‘team’ sebelum ini. Dua jam setengah durasi seharusnya bisa menghimpun perspektif, development, dan range masing-masing karakter. Seharusnya…

Buatku yang menarik adalah karakter Kingo, Phastos, dan Druig. Kingo ‘menyamar’ hidup sebagai legenda Bollywood, dia punya kecintaan sama film, dan for some reason Kingo sepertinya adalah superhero pertama yang menolak muncul dalam final battle. Kumail Nanjiani udah jadi berotot gitu tapi karakternya malah gak mau bertarung di akhir, it is really weird. Phastos really conflicted saat manusia mulai berperang antarsesama, karena dia merasa bertanggungjawab; dialah yang membantu manusia menciptakan alat-alat sederhana. Sementara Druig, benar-benar benci melihat manusia berperang. Druig yang bisa mengendalikan pikiran straight up melanggar aturan, membentuk komunitas masyarakat sendiri sesuai kehendaknya. Tiga karakter menarik ini nyatanya dipinggirkan karena tokoh utama kita adalah Sersi. Yang konflik utamanya adalah cinta. Sersi jatuh cinta sama manusia. Sersi dicintai sama Ikarus, Eternal yang bisa terbang. Sementara Ikarus dicintai sama Sprite, Eternal yang gak bisa gede. Mereka juga punya teman Eternal yang sering menggila, dan Eternal yang bersedia selalu melindunginya karena cinta. Film Eternals menonjolkan segala drama kebucinan ini, sebagai usaha untuk membuat para karakternya ‘manusia’

Chloe Zhao ingin mengeksplorasi gagasan soal melindungi hal yang kita cinta. To protect; itulah yang membuat manusia, manusia. Para karakter Eternal menyadari mereka ingin melindungi karena mereka punya rasa cinta, dan itu membuat mereka menjadi manusia yang sama dengan yang mereka lindungi. Itu memberikan tujuan yang sebenarnya bagi eksistensi mereka yang menyedihkan. Furthermore, Chloe memastikan para karakter benar-benar diverse. Sehingga aksi saling melindungi, saling cinta itu semakin bermakna karena melalui berbagai perbedaan dan menyatukannya.

 

Dengan pesan kemanusiaan di balik narasi klise kehancuran bumi, Eternals sesungguhnya cerita yang punya bobot dan penting untuk kita tonton. Bukan sekadar aksi-aksi flashy superhero. Hanya saja Zhao tidak benar-benar memanfaatkan karakternya selain sebagai boneka penyambung pesan. Dia tidak berhasil membuat karakter tersebut hidup. Harusnya Zhao menonton serial kartun Steven Universe. Serius. Eternals ini sama persis plotnya dengan kartun anak-anak tersebut. Baru tahun kemaren aku melahap kelima season Steven Universe, aku juga bikin playthrough lengkap video gamenya di channel Youtube. Sehingga plotnya masih segar teringat, dan saat nonton Eternals, aku merasakan deja vu. Para Eternal adalah Crystal Gem di kartun Steven. Pasukan yang dikirim ke bumi untuk mengalahkan monster, tapi kemudian merasa betah dan tertarik hidup bersama manusia bumi. Celestial adalah Diamond, higher entity yang mengirim mereka. Bahkan senjata/kekuatan mereka pun mirip sama Crystal Gem. Long story short, Crystal Gem ini juga akhirnya mengetahui rencana penghancuran bumi, dan seperti Eternal mereka juga harus melawan sesuatu yang bakal bangkit dari dalam inti bumi. Druig adalah Steven, yang punya kemampuan pikiran untuk melakukan sesuatu terhadap makhluk yang bakal bangkit tersebut. Tema di balik plot itupun sama. Tentang cinta yang dirasakan. Eksplorasi eksistensi diri, melindungi yang dicintai, kebebasan untuk menjadi diri sendiri. Steven Universe bahkan memuat tema LGBT dengan lebih mendalam daripada Eternal yang hanya sekadar menyebut dan nunjukin ciuman. Kartun tersebut menyimbolkannya sebagai kekuatan (fusion).

Inilah yang kumaksud ketika Zhao harusnya nonton serial ini terlebih dahulu. Karakterisasi dan penyampaian tema dilakukan oleh serial tersebut lebih mendetil dan dalam dan menyentuh ketimbang yang ia lakukan pada Eternal. Karakter-karakter seharusnya tidak didefinisikan oleh aksi bucin mereka saja. Mereka harus hidup. Sersi menjadi boring karena teman-temannya yang lain memasak, main film, jadi orangtua. Sersi sibuk tenggelam sendiri. Film fokusnya malah ke karakter-karakter seperti Sersi ini. Namun bahkan karakter yang menarik pun kalo udah ngumpul bareng mereka cuma berbaris, menatap sok keren ke satu titik. Dalam cerita soal merayakan emosi dan vulnerability manusia, para karakternya gak pernah sepenuhnya tergambar seperti manusia.

eternals-richard-madden-gemma-chan-2
To be fair, Steven Universe punya lima season untuk ngembangin karakter. Maka film Eternals ini cocoknya jadi serial juga.

 

Walau durasi sudah ekstrapanjangpun, film ini tetap terasa sesak dan penuh berjejelan oleh informasi dan eksposisi. Timeline dalam narasi actually melintang sepanjang sejak awal waktu. Kejadian mereka tersebar dalam periode-periode peradaban manusia. Film ini menggunakan alur bolak-balik antara kejadian di masa sekarang untuk memajukan plot, dengan kejadian di masa lalu untuk mendalami backstory kejadian (mereka pisahnya gimana, mereka ada masalah apa, dsb) Dengan cara memuat seperti begitu, praktisnya tidak ada lagi tempat untuk benar-benar mengembangkan kehidupan karakter. Akibatnya lagi, karakter ‘setua’ itu kayak sama aja mau itu kita melihat mereka di periode tahun berapapun. Yang paling gak bertumbuh itu adalah karakter Makari. Ini sayang sekali. Superhero deaf pertama MCU, berkekuatan bisa lari secepat kilat, tidak diberikan apa-apa oleh film. Dia hanya nunggu di ‘pesawat’. Hanya dimunculkan di menjelang akhir. Dia di masa lalu ama yang sekarang benar-benar gak ada bedanya. Kalo anak sekarang bilangnya ‘nolep banget’

Film ini tenggelam dalam filosofis dan pembicaraannya sendiri sehingga gagal melihat hal-hal menarik yang bisa diangkat dari karakter. Mereka punya Angelina Jolie sebagai Goddess of War – Angelina-frickin’-Jolie!! Dan hal menarik bagi film ini buat karakternya cuma namanya Thena, bukan Athena. Nama itu terus diulang-ulang. Film tidak tertarik menggali personal karakter ini – fungsi dia sebagai wakil karakter mental illness sudah dipenuhi dengan just exist there. Film tidak tertarik ngasih adegan aksi yang memfokuskan Jolie kembali beraksi. Film tidak tertarik ngasih adegan aksi. Period. Kenapa aku bilang begitu? Karena adegan-adegan berantem film ini basic banget. Gak ada yang wah. Sepuluh kekuatan special itu gak pernah jadi terasa seperti experience berantem yang out-of-the-world, yang seru. Zhao kayak sebodo amat ama template aksi superhero yang udah disiapkan studio. Hanya ada satu kayaknya, satu adegan berantem yang memperlihatkan kerja sama efektif, like, combo kekuatan super karakter mengalahkan lawan. Padahal mereka ini digambarkan gak benar-benar kuat on their own. Mereka harus bekerja sama. Ini seharusnya kesempatan ngerancang kombo-kombo spektakuler. Tapi film ini cuma kayak ‘hmm meh..!”

Satu-satunya hal menarik di film ini adalah bagaimana sepertinya Marvel telah membuka ‘pintu terlarang’. Seperti WWE yang tau-tau ngajak superstar dari perusahaan gulat sebelah (Impact) untuk tanding di acara mereka, Eternals tau-tau menyebut Batman dan Superman – dua karakter superhero dari studio sebelah – di dalam narasi. Nyebut nama-nama Avengers kan udah biasa tuh, film-film Marvel selalu ‘ngiklanin’ mereka, terutama kalo si film ini gak langsung bersangkut paut banget dengan kejadian Avengers. Nah menariknya kali ini, Batman dan Superman juga disebut dengan gamblang. Marvel mengacknowledge keberadaan superhero lain di dunia mereka. Apakah ini mengisyaratkan Marvel sudah open untuk crossover yang lebih menggemparkan? Bagaimana menurut kalian? Share pendapat kalian di komen yaa

 

 

Seharusnya dengan adanya sepuluh karakter superhero dewa berarti ada sepuluh kali kesempatan lebih banyak bagi film ini untuk menghasilkan sajian yang sepuluh kali lebih dahsyat daripada biasanya. Tapi nyatanya, film ini jadi kayak sepuluh kali lebih membosankan. Karakter-karakternya cuma baris berpose sok keren. Karakter utamanya bucin, maka melodrama cinta-cintaan itulah yang jadi fokus utama.Total bleergh buatku adalah adegan Ikarus dibikin memenuhi takdir namanya, dengan konteks dia malu udah berbuat jahat dan gak dicintai lagi sama kekasihnya. Hal-hal semacam ini yang mengesampingkan hal-hal menarik yang actually dipunya oleh beberapa karakter lain. Udah dikasih durasi panjang, tapi tetap saja film ini tidak terisi dengan efektif. Film bahkan lupa punya monster antagonis yang bisa meniru kemampuan dan berkembang jadi lebih kuat dan manusiawi. Karakter itu lenyapnya dengan gampang aja. Dikembangkan dengan tidak imbang. Ini superhero yang gak tertarik sama aksi, melainkan lebih kepada filosofi eksistensi. Mending nonton kartun Steven Universe aja deh. 
The Palace of Wisdom gives 3 out of 10 gold stars for ETERNALS

 

 

 

 

That’s all we have for now

 

 

Thanks for reading.

Remember, in life there are winners.
And there are losers.

 

 

 

We?

We are the longest reigning BLOG KRITIK FILM TERPILIH PIALA MAYA

Comments

  1. NP says:

    Apakah eternals ini harusnya dibikin series saja ya. Soalnya sy nonton dan merasa sedih aja banyak karakter potensial bs dikembanhin tetapi kesannya jd side kick. Kalaupun jd series sy rasa ga cukup sampai 10 episode.

    • arya says:

      Cocoknya series sih memang. Biar bisa matang ceritanya. Banyak banget yang bisa dibahas. Aneh sih si Marvel ini. Mereka udah punya disney+ khusus buat series, malah tetap maksain madetin segitu banyak di satu film kayak gini

  2. arya says:

    Parah banget si Sersi, saking planga plongonya dia lupa abis literally dibackstabbing ama Sprite. Me like, “hmm so’ mulie lu mbaak..mbak”
    Hahaha aneh banget filmnya lebih milih nunjukin planga plongo padahal di situ ada bibit-bibit cerita menarik di Druig, di Phastos, di Kingo dan Karun.

  3. dru.wrote.it says:

    Setuju sih, untuk film dgn 10 karakter utama dan cm dikasi durasi 2,5 jam tuh gak cukup bgt. Mending dibikin series minimal biar semua karakternya bener-bener digali. Film ini jg rada boring alur maju mundur gak ngerti mau dibawa ke mana terlalu fokus sama drama bucin sersi sampe karakter lain kebuang sia-sia.

    • arya says:

      Boring bangeeetttt.. kalo mau seru dikit mestinya bikin Sersi udah curiga ada yang berkhianat kek, atau mereka saling berantem kek, apapunlah selain bucin drama doang. Gila kalo di bioskop mungkin aku udah ileran saking bosannya ahahaha

  4. Vin says:

    Penyebutan Batman dan Superman bukannya malah menutup kesempatan crossover, ya? Soalnya mereka di mention sebagai tokoh fiktif. Kalo Batman real, mereka nggak mungkin kenal Alfred.

    • arya says:

      Ya kalo crossover pun mereka bisa aja dibikin tahu, mereka sudah ada sedari jaman batu.
      Trus si anak Phastos kan nyangka Ikarus Superman dari tayangan berita, berarti ada Superman asli dong di dunia
      But still, kenapa mesti Batman-Alfred. Kenapa gak nyebut Jarvis-Stark aja – kenapa gak nyebut dari universe mereka sendiri aja.

  5. Albert says:

    Oh bener jelek berarti ya? Kukira aku yang enggak ngerti ceritanya. Rasanya MCU paling jelek, kalau enggak paling jelek ya paling menyiksa, karena durasinya yang panjang. Dulu bareng Venom ini tayangnya tapi aku masih mending Venom masih bisa ketawa walau kosong isinya. Dan ada kreditnya yang nyambung Spiderman walau akhirnya ga guna juga. Btw ga ada Eternal yang kusuka lho. Yang mending sebetulnya Ikaris yang mati sama yang pemain Bolywood itu tapi dia ga ikut berantem pas ending tapi lagi ikut diculik juga.

    • arya says:

      Aneh banget itu si Bollywood. Masa bener-bener gak ikut sama sekali di final battle. Film bener-bener bikin kayak dia tu gak eksis pas sekuen itu aja, gitu loh hahaha.
      Gak ada aura superheronya ya mereka. Apa salah casting apa gimana, gak tau juga hahaha.. Kayak sekadar ensemble yang mewakili diversity aja.
      Ya iyalah, dibanding borefest masih lebih mending yang sereceh Venom sekalian, at least ada personalitynya. Dibandingkan Thor Dark World yang datar banget ajapun, aku lebih mending nonton film itu daripada Eternals ini. Kharisma satu orang Darcy Lewis lebih gede dibandingkan gabungan kesepuluh Eternals XD

  6. arya says:

    Padahal kalo memang mau bikin ada yang nunggu doang di pesawat, yang lebih masuk akal ya si Ajak sebagai bos mereka. Sebagai yang nyuruh mereka hidup masing-masing. Makari yang cocoknya hidup di peternakan terasing, biar bisa main pacu larian sama kuda-kuda sepanjang hari wkwkwk
    Mendingan kisah cintanya Wonder Woman ama cowok baru itu aja sekalian daripada Sersi yang gak ada wise-wisenya sama sekali

    • arya says:

      Kasian Zhao jadi tumbal haha.. Sebenarnya udah tren Hollywood, nunjuk sutradara-sutradara indie untuk project franchise/blockbuster, dan sebagian besar awalnya memang flop tapi they went on semakin bersinar. Kayak James Gunn, Alfonso Cuaron. Zhao yang pertama kali yang diambil pas udah di atas, gatau deh apa dia kapok blockbuster lagi atau enggak ke depannya haha

      • soearadiri says:

        Yg lain pada hype, sutrada pemenang Oscar nge-Direct film Marvel, saya malah khawatir. Apalagi saya ngikutin Zhao dari mulai Feature film dia yg pertama dan jatuh cinta banget sama cara nge-direct dia. Film Marvel? Itu udah kayak dunia yg baru buat dia. Gk usah liat film2nya deh, dari kepribadian dan personal appearance-nya yg humble aja, itu buat saya gk menjanjikan untuk ngedirect film2 macam gini. Jadinya saya dari awal gk mau buang2 waktu Dateng ke bioskop. pas keluar di Disney+ aja saya lebih milih nonton bajakan (karena pembayaran saya belum diperbarui :p). Dan, oh Shit, I hate when I’m right

        • arya says:

          Aku tau perasaan kesel karena kita benar itu hahaha..
          Kalo diliat-liat memang kayaknya ini mah agenda Marvel Disney doang sih, nunjuk-nunjuk Zhao mentang-mentang mereka ada plan bikin superhero yang berbeda jalur, yang lebih filosofis dari biasanya. Ngeliat Zhao ‘brand image’nya cocok, ya ditawarinlah. Namanya sutradara, cinta film, suka bikin film, pasti mau. Tapi aku ngerasa, dari kabar-kabar yang sempat beredar soal Marvel sebenarnya sudah punya blueprint untuk adegan-adegan pada upcoming film mereka, Zhao di sini banyak ‘ngikut’ itu aja. Bagi Zhao this is just her learning making big superhero movie

  7. Zizy says:

    Wahh akhirnya nemu review eternals, kaget sih waktu liat nilai nya segitu padahal aku lumayan suka sama film ini yang emang sedikit “berbeda” dan dari seluruh film marvel yang tayang di bioskop tahun ini dan aku nonton semua dibioskop except for black widow hahahah dan aku lebih suka eternals daripada shang chi, memang sih untuk cerita memang gak begitu bagus tapi cinematography nya gila sih cantik banget, sayang banget sih lu gak nonton di bioskop hahaha

  8. Zizy says:

    Wahh akhirnya nemu review eternals, kaget sih waktu liat nilai nya segitu padahal aku lumayan suka sama film ini yang emang sedikit “berbeda” dan dari seluruh film marvel yang tayang di bioskop tahun ini dan aku nonton semua dibioskop except for black widow hahahah dan aku lebih suka eternals daripada shang chi, memang sih untuk cerita memang gak begitu bagus tapi cinematography nya gila sih cantik banget, sayang banget sih lu gak nonton di bioskop hahaha

    • arya says:

      Haha iya nih, telat banget nontonnya gara-gara waktu itu belum bisa ke bioskop. Tapi fair-lah karena Black Widow dan Shang Chi juga gak nonton di bioskop xD

Leave a Reply to ZizyCancel reply