No Mercy 2017 Review

 

Simpati enggak melulu berbuah empati loh. Malahan rasa simpati lama-lama dapat berubah menjadi apati. Kalo enggak percaya, tonton deh WWE No Mercy 2017.

 

Lima minggu adalah waktu yang cukup lama untuk membuild up cerita dan menjelang No Mercy udah sukses bikin kita semua excited. Roman Reigns  melawan John Cena boleh saja mereka bangun seperti versi kekinian dari The Rock melawan Stone Cold Steve Austin, kita sudah bersorak, geregetan sendiri mendengar kata demi kata yang nyelekit terlontar baik itu dari mulut Cena ataupun Reigns. Di papan atas, kita melihat Braun Strowman dibangun benar seperti monster di antara manusia kala dia melempar tubuh sang juara dengan begitu tanpa-usahanya. Itu adalah untuk pertama kali kita melihat Brock Lesnar tampak kebingungan menghadapi lawan. Bahkan saat berhadapan dengan Godlberg, Lesnar tidak kelihatan setak-berdaya itu. Sulit untuk membendung antisipasi, lima minggu yang dihabiskan untuk mengestablish cerita perseteruan tak pelak menggiring kita ke konklusi-konklusi yang bukan hanya terlihat plausible, melainkan juga tampak paling logis. Namun, sama seperti Joko Anwar yang suka memasukkan twist ke dalam filmnya hanya karena dia bisa, WWE juga lebih suka membelokkan arah ketimbang menyuguhkan sesuatu yang sudah banyak diprediksi orang. Atau dalam istilah lain, ketimbang nurutin kemauan fans.

 

 

Creative: Ada ide nih, gimana kalo kita bikin Balor enggak bisa mengendalikan kekuatan Demon King
Vince: Terus?
Creative: Bray menantangnya, menyebut Balor curang, dan bilang dia bisa ngalahin Balor tanpa kekuatan.
Vince: Menarik, terusin
Creative: Bray menyerang Balor sebelum pertandingan, menghajarnya sampe babak belur sehingga Balor dibopong ke backstage. Bray mengejek Balor pengecut. Balor angot, lari balik ke ring sementara Bray terkekeh layaknya heel sejati.
Vince: Ide bagus! Kemudian Bray kalah clean!!
Creative: Tapi Pak, kan inti ceritanya…..
Vince: Ya ya aku suka! Kalah tepat di tengah.

 

 

Ini bukan sesepele ekspektasi melawan kenyataan. Aku kesel bukan karena yang aku inginkan enggak kejadian. It’s just that mereka melewatkan begitu banyak kesempatan dalam pertandingan Reigns melawan Cena. Matchnya dibooking dengan cara paling biasa yang bisa dipikirkan oleh tim penulis. Mereka sebenarnya bisa melakukan banyak. Dari cara feud ini terbuild up, dari segmen-segmen promo yang dilakukan di Raw setiap minggu, ada banyak layer yang mestinya bisa diconvey ke dalam narasi pertandingan. But instead, Roman Reigns melawan John Cena hanya berlangsung dengan formula standar “banyak-banyakan kick out dari finisher”. Empat AA (di antaranya ada Super AA), couple of Spears dan Superman Punch tidak benar-benar menceritakan banyak selain adu kekuatan. Which is sangat menyederhanakan muasal feud mereka. Jikapun ada layer, maka WWE berusaha menanamkan ke kita bahwa ini adalah pertandingan terakhir Cena, mereka membuatnya paralel dengan match Reigns melawan Undertaker di Wrestlemania, yang mana kali ini enggak terasa meyakinkan karena masalah Cena pensiun kentara terlalu cepat untuk diperbincangkan sekarang.

Elemen yang paling nyata absen dari pertandingan mereka ini adalah aspek mempermalukan lawan. Padahal di promo mereka building up to this match, aspek humiliating ini kuat sekali. Cena ngatain Reigns wannabe, Reigns ngatain Cena The Rock wannabe. Simpelnya sih, alur saling menggunakan finisher lawan dapat digunakan untuk memfatilitasi aspek ini. Kita sudah melihat saling curi finisher di masa lalu dapat dengan mudah mengangkat pertandingan menjadi semakin seru. I think Reigns melawan Cena butuh aspek ini. Meskipun Reigns bilang dia bukan John Cena nomor dua, tetapi apabila kita melihat dia begitu desperate sampai-sampai harus menggunakan, katakanlah AA, akan membuat konflik yang lebih gede untuk karakternya.

Main event Lesnar melawan Strowman juga berjalan dengan formula yang persis sama dengan match Cena lawan Reigns. Lesnar kick out banyak finisher dari Strowman, dan berbalik memenangkan pertandingan dengan satu F5 pamungkas. Ini udah kayak kebalikan total dari gimana feud mereka dibangun. Aku paham mereka ingin melindungi finisher, tapi matchnya begitu antiklimatik seolah dari Braun looked strong ke dia kalah begitu saja seperti ada bagian yang keskip. In the end, match mereka ini yang terasa paling mengecewakan.

 

Toh ketika ada beneran yang di luar ekspektasi, hal tersebut menjadi high note yang masih bisa disyukuri dari keseluruhan acara. Celana baru Finn Balor bukan satu-satunya yang jadi highlight. Kejuaraan Wanita Raw mempersembahkan usaha-usaha yang luar biasa dari kelima pesertanya. Semuanya, terutama Nia Jax, terlihat kuat. Walaupun personally aku dukung Alexa Bliss nyaaaww, namun aku gak punya masalah sama siapapun yang menang di sini. My only problem adalah kalo mereka membuat Emma jadi korban pin. Dan hal tersebut sama sekali enggak kejadian. Matchnya begitu penuh energi sehingga semua prasangka buruk sirna, dan kita menikmati jalannya pertandingan.

Bukannya ingin kelihatan seperti penonton barbar yang haus darah, namun darah memang terbukti sebagai salah satu device yang penting dalam match-match WWE. Ketika kita melihat seseorang berdarah, apalagi yang enggak sengaja berdarah kayak Cesaro di acara ini, maka kita akan diingatkan bahwa pertandingan WWE adalah koreografi yang punya stake yang serius. Kita terbantu untuk mengingat bahwa superstar yang sedang kita tonton adalah tokoh-tokoh yang punya sesuatu yang mereka pertaruhkan, lebih daripada sabuk emas. Darah membantu kita untuk lebih menghargai superstar. Ada alasannya kenapa superstar-superstar jaman dulu lebih convincing dan punya aura ‘galak’ beneran. Kita sudah melihat Stone Cold Steve Austin bertopeng darah, Triple H mandi paku payung, The Rock dicurangii dengan brutal, Mick Foley jatuh dari kandang – dipukul pake kursi sampe muncrat, Eddie Guerrero’s over bladejob, even John Cena had earned our respect through a bloody match. Braun Strowman selamat dari ambulans maut dan emerging sebagai pahlawan di mata kita semua.

no mercy: no tooth, no cry

 

So yeah, blood helps, WWE shouldn’t shy away from it, dan darah (di luar eskpekasi) jualah yang membuat match yang hebat antara Cesaro dan Sheamus melawan Dean Ambrose dan Seth Rollins menjadi super hebat. Kita hanya bisa membayangkan apa yang bisa dilakukan empat superstar ini jika mereka benar-benar dibebaskan main sehardcore mungkin. Karena dengan limitation begini aja, mereka selalu berhasil menyuguhkan sesuatu yang seru dan menegangkan. Match mereka berhasil ngeupstage pertemuan mereka di Summerslam bulan lalu, aku pikir aku bisa menonton mereka sampai beberapa kali lagi.

Jason Jordan dan Enzo Amore adalah personifikasi yang tepat untuk kalimat “dari simpati menjadi apati”. Storyline anak Kurt Angle dengan cepat berbalik menjadi target cacian fans, meski Jordan bermain dengan gemilang di atas ring. Matchnya dengan Miz berjalan menarik, pas banget ditaroh sebagai pembuka, akan tetapi tidak mendapat reaksi seperti yang diharapkan oleh WWE. Kasus Enzo Amore lain lagi; dengan mic skill dan penjualan merchandise yang tinggi, Enzo ketiban push gede, tetapi semua orang membencinya di atas ring. WWE tampaknya ingin membuat Enzo seperti Eddie Guerrero, menarik simpati dengan curang-untuk-menang, clearly that doesn’t work. Kemenangan Enzo membuat anggota divisi Cruiserweight lain yang sebelumnya pernah bertarung epic dengan Neville menjadi termentahkan, seolah mereka adalah afterthought. Melihat dari konklusi after match mereka, bisa jadi WWE ingin mengcapitalized reaksi penonton dan mengubah Enzo dan Jordan menjadi heel.

Sekarang kita tahu kenapa Austin Aries minta keluar.

 

 

Aku tidak bercanda soal simpati jadi apati, karena memang ada salah satu peserta nonton bareng yang bilang udah jadi gakpeduli lagi sama WWE begitu No Mercy berakhir. Ada banyak momen bagus, seperti Roman Reigns yang possibily menoreh prestasi memberhentikan Undertaker dan John Cena dalam tahun yang sama, yang menjadi garing karena semakin ke akhir, pertandingan-pertandingan dalam acara ini kehilangan intensitasnya. They practically cutting Neville’s leg to push Enzo. Braun lawan Lesnar enggak sesuai hype banget.  Sukur masih ada yang memuaskan seperti kejuaraan cewek dan intercontinental. The Palace of Wisdom menobatkan Tag Team Championship sebagai MATCH OF THE NIGHT.

 

 

Full Result:

  1. INTERCONTINENTAL CHAMPIONSHIP The Miz retains over Jason Jordan
  2. SINGLE Finn Balor mengalahkan Bray Wyatt
  3. RAW TAG TEAM CHAMPIONSHIPS Dean Ambrose dan Seth Rollins bertahan atas Sheamus dan Cesaro
  4. RAW WOMEN’S CHAMPIONSHIP FATAL FIVE WAY Alexa Bliss ngepin Bayley sekaligus bikin Nia Jax, Sasha Banks, dan Emma kecele
  5. SINGLE Roman Reigns ngalahin John Cena
  6. CRUISERWEIGHT CHAMPIONSHIP Enzo Amore jadi juara baru ngalahin Neville
  7. UNIVERSAL CHAMPIONSHIP Brock Lesnar menang atas Braun Strowman

 

 

That’s all we have for now.

Remember, in life there are winners.
And there are losers.

 

 

 

 

We? We be the judge.

Payback 2017 Review

 

Ketika dalam satu malam kita mendapat pertunjukan yang di dalamnya termasuk perpindahan sabuk juara, perubahan karakter dari baik menjadi jahat, main event brutal, dan pengalaman sinematik yang membuat kita seolah sedang menonton film horor dan lupa sejenak sedang menyaksikan gulat, semestinya kita akan merasa puas, dan hey, itulah yang kita inginkan. Perubahan, keseruan. Sesuatu yang tidak bisa diprediksi.

Namun, Payback bukanlah Wrestlemania. Payback adalah acara yang statusnya cukup complicated kayak mie goreng yang abis dikritingin; ia adalah katalis antara babak baru setelah Wrestlemania dengan alur saling silang akibat Superstar Shake Up dua brand acara. Dan karenanya, Payback tampil dengan terlalu ingin berbeda. Eksekusinya tidak pernah tampil seprima yang ingin dicapai. Dengan kata lain, Payback adalah ACARA YANG SOLID, JIKA KITA RELA MENURUNKAN EKSPEKTASI KITA SEDIKIT.

semoga gak ada ambulans yang terbalik setelah nyaksiin match House of Horrors

 

Hasil-hasil pertandingan acara ini sesungguhnya sangat memuaskan. Aku enggak akan bohong, aku senang sekali Cantikku yang malam itu pake attire bertema Ironman menangin sabuk dan jadi superstar cewek pertama yang pernah menyandang gelar juara wanita Smackdown dan Raw. Mudah memang mengoverlook Alexa Bliss yang literally lebih kecil dibandingkan Charlotte yang diasosiasikan dengan sosok Ratu yang agung sekaligus anggun. Banyak yang komplen soal gimana Alexa (atau sebagaimana aku suka memanggilnya Aleksya karena kedengerannya lebih imut) sudah tiga kali juara dalam jangka waktu empat bulanan, membuatnya selalu menang nyaris setiap kali dia menantang juara bertahan. But in no way Aleksya dijejelin gitu aja kayak Roman Reigns atau John Cena. Kali kedua Alexa jadi juara Smackdown hanyalah transisi yang disebabkan oleh juara benerannya cedera out of kemediokeran. Little Miss Bliss sudah mengalamin perkembangan karakter yang signifikan sejak bertutu biru di NXT, and she’s so over right now dengan karakter heelnya. Dalam match melawan Bayley, kita bisa melihat personality dan character work Alexa kian meningkat, sehingga Bayley terlihat begitu bland bersanding dengannya. Dari segi skill di dalam ring, baik Alexa dan Bayley sama-sama konsisten – meski masingmasing perlu memperhatikan timing sedikit – dan deliver. Adegan terakhir dari match mereka terlihat meyakinkan (baca: bikin aku ngelus-ngelus kepala sendiri). Walau memang mereka berdua sudah pernah nunjukin kemampuan dan gerakan yang lebih seru, namun dalam kapasitas bercerita, dalam pertandingan ini mereka sukses berat nunjukin laga antagonis dan protagonis dengan efektif.

Sukar dipercaya, di tahun 2017 nama seperti Chris Jericho dan Hardy Boyz mencuat sebagai pemenang kejuaraan. Terlebih saat salah satu dari dua pihak tersebut dirumorkan bakal cabut sebentar dari ring. Ini adalah semacam cara WWE ngetroll kita dalam menjadi unpredictable. Stipulasinya membuat kita menyangka Owens akan memenangkan pertandingan. There’s no way gimmick The Face of America yang dibawakannya berakhir dengan prematur. Dan lagi, siapa yang bakal menebak Walls of Jericho ternyata masih ampuh buat bikin lawan tap out, maksudku, selama ini Jericho selalu memenangkan pertandingan dengan Codebreaker. Jika ada apa-apa, maka bisa jadi kejadian ini adalah tanda bahwa keseluruhan acara bakal diselimuti oleh aura tak-terduga. Yang bikin pertandingan mereka makin seru adalah kepiawaian kedua superstar memanfaatkan angle ‘bertahan dengan satu jari’, konklusi pertandingan ini berpusat kepada angle ini, yang memang worked out dengan sangat baik.

Aleksya jangan mau dipeluk ama Bayley, dipeluk aku aja nyaaawww

 

Mungkin yang paling ngerasa surprise malam itu adalah Jeff Hardy. Tentu saja enggak ada yang memperingatkannya soal giginya bakal ditendang terbang oleh Sheamus. Ini menunjukkan betapa brutal semangat acara malam itu. Tim Penulis did such a great job ngebook gimana sebuah pertandingan keras berlangsung dengan tidak membeberkan terlalu banyak apa yang sudah mereka persiapkan sebagai surprise. Aku benar-benar enggak nyangka Sheamus dan Cesaro turn heel, dengan Cesaro jadi orang yang pertama melayangkan cheap shot kepada Hardy Boyz yang tengah merayakan kemenangan. Dan ini membuat kita semakin penasaran bagaimana cerita ini akan bergulir dan terutama dengan gimana mereka bakal mengaitkan semuanya dengan gimmick Broken dari Hardy Boyz, yang sudah jadi rahasia umum, bakal kejadian cepat atau lambat. Tapi untuk sementara ini, mengubah peran Cesaro dan Sheamus menjadi antagonis adalah keputusan yang tepat dan tak pelak bakal menambah rame scene tag team di brand merah.

Payback 2017 adalah pertunjukan yang membuat kita jadi enggak enak sendiri. Kita semua mengharapkan ada perubahan, baik secara aksi maupun presentasi storyline. Namun ketika kita sudah mendapatkan itu semua, masih saja kita mencela dan berharap mereka enggak perlu membuatnya menjadi senorak dan sepointless apa yang kita dapat dari acara ini.

 

 

Menampilkan dua pertandingan antarbrand, Payback 2017 sayangnya tidak berhasil membuat semuanya menjadi sama penting. House of Horrors menderita dari statusnya yang turun derajat dari rematch Wrestlemania (yang mestinya pertandingan kejuaraan) menjadi device untuk ‘promoin’ show bulan depan. Kemenangan Bray Wyatt tidak membuatnya terlihat kuat di sini. Dan matchnya sendiri, well yea, it’s bad. HOUSE OF HORRORS TERLIHAT SEPERTI FILM HOROR BUDGET RENDAH YANG SANGAT CHEESY. Oh ya, aku bisa bicara banyak kalo nyangkut kritik film. Beberapa set rumah ‘hantu’nya memang lumayan seram, namun tone yang dibangun tidak pernah selaras. Alih-alih seram, kejadian di pertandingan ini malah bikin ngakak. Dan ketika kita menyangka ini lucu, WWE ngingetin kita bahwa ini adalah match yang serius. Itulah kenapa pertandingan yang konsepnya seger dan menarik ini enggak bekerja dengan baik. Kontennya menganggap diri terlalu serius. Kita ingin melihat properti menyeramkan digunakan untuk saling melukai, akan tetapi yang kita dapet adalah sebuah kulkas dengan editing adegan yang sangat kasar dan amatir. Susah sekali menggabungkan konsep ‘gak make sense’ dengan konten yang real; pertandingan ini membuktikan hal tersebut.

“MTV, rumah gue!!”

 

Aku enggak tahu apa ini memang disengaja oleh WWE dalam rangka mau menjadi tak tertebak, banyak match dalam acara ini yang diakhiri dengan jurus yang bukan finisher. Alexa menang dengan DDT. Neville menang dengan wasit ngomel-ngomel. Rollins menang dengan roll up. Bisa dimaklumi juga sih sebenarnya, mereka harus ngelindungi Samoa Joe dan Austin Aries dari kekalahan telak, namun semestinya mereka bisa mikirin cara lain untuk melakukan hal tersebut dengan membuat ending yang lebih compelling. Untuk pertandingan Samoa Joe melawan Seth Rollins, ini adalah pertandingan paling bosenin. Filler dengan profile paling gede. Respek buat kedua superstar, hanya saja memang pertandingan tersebut sudah kehilangan kepentingan karena Rollins sudah membereskan urusan dengan Triple H. Yes, Joe adalah orang yang bikin Rollins cedera, namun toh cedera tersebut tidak menyetop Rollins dari kemenangan di Wrestlemania. Feud dengan Samoa Joe ini akan berfungsi dengan lebih baik jika Rollins kalah melawan Triple H, dan kita semua tahu itu adalah outcome yang nowhere near satisfying. Rolins menghajar Triple H, dan kita enggak perlu lagi balik mundur dalam narasi melihat dia menyelesaikan urusan dengan Samoa Joe.
Setelah House of Horrors dan Samoa Joe lawan Seth Rollins, main event yang menampilkan Braun Strowman menghajar Roman Reigns habis-habisan adalah pemandangan yang sangat menyegarkan. Bekerja dengan proper sebagai penutup acara. Sebagai karakter device, however, pertandingan ini terasa enggak benar-benar menyampaikan apa yang diniatkan. Penonton tetap tidak bersimpati kepada Reigns, malahan teriakan “Thank you, Strowman!” semakin lantang membahana di arena. Pertandingan main event ini selayaknya kesimpulan dari Payback ini; acara yang digarap sedikit berbeda dari yang biasa, dengan hasil yang memuaskan, meski eksekusinya aneh dan bisa banget lebih bagus lagi jika mereka mengubah beberapa hal.

Kejuaraan Amerika, Kejuaraan Tag Team, dan Kejuaraan Cewek sama-sama menyuguhkan pertandingan dan penceritaan yang di atas rata-rata. But aku bener-bener demen saat Jericho mulai ngamuk sama jari Owens. Pertarungan keras mereka terasa genuine, The Palace of Wisdom menobatkan Chris Jericho melawan Kevin Owens sebagai MATCH OF THE NIGHT.

 

 

 

Full Results:
1. WWE UNITED STATES CHAMPIONSHIP Chris Jericho merebut sabuk Kevin Owens
2. WWE CRUISERWEIGHT CHAMPIONSHIP Austin Aries menang DQ atas juara bertahan Neville
3. WWE RAW TAG TEAM CHAMPIONSHIP Hardy Boyz mempertahankan gelar atas Sheamus dan Cesaro
4. WWE RAW WOMEN’S CHAMPIONSHIP Alexa Bliss jadi juara baru ngalahin Bayley 5. HOUSE OF HORRORS Randy Orton ditiban pake kulkas oleh Bray Wyatt (bersambung)
6. SINGLE MATCH Seth Rollins mengalahkan Samoa Joe
7. HOUSE OF HORRORS (lanjutan) Bray Wyatt ngalahin Randy Orton
8. SINGLE MATCH “Braaauuuunnn!!!” destroys “UuuuuuuuAAAAAA!”

 

 
That’s all we have for now.

Remember, in life there are winners.

besokbesok pasti banyak yang dateng bawa List of Jericho hhihi

And there are losers.

 

 

 

 
We? We be the judge.

Fastlane 2017 Review

 

Hidup berjalan dengan cepat. Kata papa Alessia Cara, saking cepetnya kita jadi kayak rumput, we are just withering away. Ferris Bueller sih bilangnya “Life moves fast but if you don’t stop and look around once in a while, you just might miss it.” Kevin Owens mungkin ngambil dan ngaplikasikan saran dari film terrific tersebut, namun sayangnya Ferris Bueller belum pernah bertemu satu-lawan-satu dengan Goldberg. Karena it just doesn’t work like that di hadapan Goldberg. Pertandingan berjalan dengan cepat, tapi ketika kau mencoba ngestall dan berjalan berkeliling beberapa kali, you just might be the next in line kena kombo Spear-dan-Jackhammer.

Sudah kodratnya sebagai acara terakhir sebelum Wrestlemania, ATRAKSI GULAT YANG HEBAT BUKANLAH MENU UTAMA yang dihidangkan oleh Fastlane. Misi show ini adalah buat ngebungkus storyline yang ada, yang kemudian jadi landasan terang buat agenda narasi di Wrestlemania empat minggu kemudian. Namun bukan berarti pertandingan di Fastlane jelek-jelek semua. Malam 5 Maret iu penonton di arena Chicago menyaksikan langsung beberapa momen yang unexpected – agak mengesalkan, toh tetep sebuah kejutan – yang muncul berkelabatan di antara momen-momen filler yang membebani acara ini.

dan Stephanie mau motong ‘bola’ Mick Foley

 

Musik entrance Neville yang sejak heel temponya diperlambat adalah salah satu bukti bahwa memang terkadang kita perlu go slow untuk mencapai hasil yang maksimal. Jika Neville adalah hal terbaik yang timbul dari konsep Cruiserweight yang coba dibangkitkan oleh WWE, maka pertandingan kejuaraan antara Neville dengan Jack Gallagher adalah match pertama yang bikin divisi ini terlihat urgen, sekaligus compelling sebagai suatu eksistensi yang serius dan berpotensi gede. Sering kita salah paham dengan menganggap cruiserweight adalah soal kecepatan dan gerakan-gerakan terbang semata. Style gulat untuk superstar berbobot menengah ini sebenarnya juga adalah soal teknik. It’s about the preciseness. Seperti yang sudah diperlihatkan oleh both Gallagher dan Neville dalam match ini. Pertandingan mereka terasa khas dengan tone dan gaya yang benar-benar berbeda, bukan hanya dari keseluruhan acara malam ini, melainkan juga dengan pertandingan cruiserweight yang kita liat di ppv sebelum-sebelum ini. Rebound-German Suplex dari Neville sangat mulus. Headbutt Galagher telak banget bersarang berkali-kali, adegan Neville terkapar di atas turnbuckle terlihat begitu surreal. Pertandingan yang penuh oleh energi yang juga semarak dengan spot-spot segar dari karakter kedua kubu. Jack Gallagher sangat intriguing, karena jarang banget kita ngeliat karakter komikal yang benar-benar mampu membuat kita percaya dia bisa memenangkan sabuk kejuaraan.

Partai Cruiserweight udah kayak pelanduk nyisip di sela-sela matchnya pegulat supergede. Sepertinya memang roster Raw padet banget ama powerhouse. Hampir semua card di acara ini ada monster gedenya. Samoa Joe adalah aset ‘monster’ teranyar yang dipunya oleh Raw, dan langsung diberikan push demi memperlihatkan dominasinya. Ada kemungkinan arahan karakter Samoa Joe ini pada awalnya berbeda dari yang kita lihat sekarang, things could be different jika Rollins enggak cedera. Malang memang tak-dapat ditolak, cedera tersebut enggak juga bikin ‘rugi’ Sami Zayn dan Joe, in some ways. Pertandingan mereka lumayan hebat dan klop banget sebagai pembuka acara. Kedua superstar ini harusnya bisa nyuguhin jauh di luar kotak ‘pertandingan yang didominasi oleh Samoa Joe’. Aku perlu nekanin sekali lagi, niatan nomor satu acara Fastlane adalah buat negasin storyline, match bagus hanya bonus, jadi di sini mereka hanya perlu Sami sebagai babyface charismatic yang ‘dihancurkan’ oleh si mercenary killer Samoa Joe. The match delivered that purpose perfectly. Namun, kita sesungguhnya baru melihat secuil ujung dari gunung es kemampuan gulat kedua superstar. Dan menurutku, di poin karir masing-masing, pertandingan ini enggak berarti banyak untuk mereka berdua.

Bicara soal yang gede-gede, let’s just address the elephants in the room. Roman Reigns dan Braun Strowman. Kedua superstar ini berbaku hantam dalam sebuah pertandingan yang kita semua bisa nebak hasilnya gimana. Meski memang kita enggak ngerti kenapa hasilnya harus seperti itu. Braun Strowman punya winning streak yang mestinya bisa dipecahin dalam circumstances yang lebih menarik lagi. But you know, we need to make Roman look strong, so yea. Faktanya, pertandingan mereka sebagus apa yang bisa kita harapkan dari dua powerhouse brutal. Seharusnya bisa lebih bagus kalo dibikin straight-to-the-point; diperpendek dan diperkeras lagi. Strowman berhasil menjalan tugasnya dengan baik. Ada kalanya ketika dia enggak butuh ‘boncengan’ Roman. Malahan, dia terlihat ‘ngebonceng’ Roman di sini. Badan gede bukan batasan bagi Strowman in terms of in-ring work. Movenya keras, intens, aku suka gimana dia mengounter Spear menjadi PowerSlam, just like that.

Mamam nih sepatu keren gue; boleh minjem dari Uso

 

Essentially, WWE kudu mikirin gimana cara ngejual dua-puluh-satu detik kekalahan Kevin Owens dengan menarik. Kita semua paham kenapa pertandingan Goldberg wajib untuk dibikin singkat. They are saving Goldberg’s full potential buat Wrestlemania karena dengan umur yang sudah kepala lima, mereka tidak ingin Goldberg mengalami ‘tragedi’ yang sama dengan yang kejadian ama Sting. Akibatnya adalah menjelang peristiwa 21 detik itu terjadi, kita dicekokin banyak momen-momen filler buat mengisi waktu. Enggak semuanya bisa tampil sekocak dan sengeselin Owens yang enggak masuk-masuk ke dalam ring. Mantan Juara Universal Terlama ini piawai sekali memainkan karakter hellnya.

WWE Fastline malah come out sebagai show dengan pace yang sangat lambat, yang terasa banget diulur-ulur, berlawan sekali dengan judulnya.

 

Kita nyaksiin Roman lawan Strowman yang durasinya kelewat panjang. Kita ngeliat New Day keluar promo dengan gerobak es krim. Kita nyengir-nyengir ngeri saat Sasha Banks diobok-obok sama Nia Jax selama beberapa menit sebelum akhirnya menang dengan roll-up doang. But maybe it was okay because Nia is not like most girls. Kita nepok jidat sehabis kejuaraan tag team karena apparently hal yang paling diingat dalam pertandingan yang cukup lama tersebut adalah gimana Enzo ngebotch gerakan Rocket Launcher, finisher tag team mereka. Ada tujuh match dan kita dapet dua match extra yang involving Jinder Mahal dan Rusev, yang aku beneran bingung ke mana arah match tandem ini. Like, apa mereka beneran nyuruh kita peduli ama Jinder Mahal gitu aja tanpa tedeng aling-aling. Penempatan match dua superstar yang mau bubaran tag team ini terasa begitu maksain. The real purposenya memang semata buat mengisi durasi.

Tapi dosa terbesar Fastlane adalah ke Charlotte. Streak kemenangan di ppv putri Ric Flair ini kandas dengan antiklimaks. Reaksi yang dihasilkan enggak seheboh yang harusnya bisa didapat, jika mereka mau menunggu dan dieksekusi dengan lebih properly. Adalah sesuatu yang ganjil melihat tokoh babyface menang dengan enggak murni. Match Charlotte melawan Bayley berakhir setelah ada interference dari Sasha Bank. Dan entah karena semua hal di Fastlane supposedly berlangsung secepat kilat sehingga wasitnya khilaf, atau memang wasitnya dongok, kita tidak pernah mendengar bel tanda pertandingan didiskualifikasi. Padahal jelas-jelas Sasha Banks made contact dengan Charlotter, ada pukulannya yang masuk. Eventually pertandingan ini berakhir dengan memberikan kesan lemah kepada Bayley. Pertama, dia sempat ngotot ngelakuin gerakan di turnbuckle yang obviously got set up in a wrong fashion, dan akhirnya kejadian jualah botch itu. Kedua, kemunculan Sasha Banks membantu enggak benar-benar membantu statusnya sebagai juara yang pantas.

 

 
Selain pertandingan Goldberg, tidak ada lagi yang cepat di Fastlane. Namun demikian aku gak bilang acara ini membosankan karena enggak ada pertandingan yang bagus. Untuk sebagian waktu, penonton cukup terinvest ke dalam story yang jadi elemen utama acara ini. Bookingan acara lah yang bikin event ini enggak special dan, yea, boring. Masukin match dengan maksain. Finishing yang seadanya. Aku juga masih heran kenapa Jericho merasa perlu buat costing Owens that Universal Title match. Kalo aku jadi Jerciho, aku malah ngarep Owens retain jadi aku bisa balas dendam sekalian ada kesempatan ngerebut titlenya. Aku setuju sama teman-teman nobar yang bilang acaranya enggak beda ama nonton Raw. Match yang bener-bener keren dan patut ditonton adalah Cruiserweight Championship antara dua Englishmen; Neville dengan Jack Gallagher. MATCH OF THE NIGHT!

 

 

Full Results:
1. SINGLE MATCH Samoa Joe defeated Sami Zayn.
2. RAW TAG TEAM CHAMPIONSHIP Luke Gallows and Karl Anderson retains over Enzo and Big Cass.
3. SINGLE MATCH Sasha Banks mengalahkan Nia Jax.
4. SINGLE MATCH Cesaro ngalahin Jinder Mahal.
5. SINGLE MATCH The Big Show ngehajar Rusev dan rambut barunya.
6. WWE CRUISERWEIGHT CHAMPIONSHIp Neville mengalahkan Jack Gallagher
7. SINGLE MATCH Roman Reigns defeated Braun Strowman.
8. RAW WOMEN’S CHAMPIONSHIP Bayley bertahan dari Charlotte.
9. WWE UNIVERSAL CHAMPIONSHIP Goldberg jadi juara baru ngalahin Kevin Owens.

 

 

 

 

That’s all we have for now.

Buat yang di Bandung, kami akan mengadakan nonton bareng pay-per-view WWE, so yea you are very welcome buat ikutan. Senantiasa cek facebook Clobberin’ Time buat info nobar selanjutnya

 

Remember, in life there are winners.
And there are losers.

 

 

 

 

 
We? We be the judge.