WrestleMania 38 Review

wmFPWWHb1UYAAgGFl
Dua malam paling ‘stupendous’ itu telah usai. Ngomong-ngomong, apa sih artinya ‘stupendous’? Kalo dari kamus sih, kata tersebut memiliki arti “menakjubkan, hebat, raksasa”. Dan memang begitulah ternyata adanya. WrestleMania 38 yang dilangsungkan di stadion AT& T, Dallas, Texas memang terasa begitu gede. Heboh. Super spektakuler. Begitu banyak kejutan untuk disoraki, begitu banyak pertandingan untuk dijingkrak-jingkraki, begitu banyak momen untuk diselebrasi! Semuanya merata disebar selama dua malam berturut-turut, masing-masing berdurasi sekitar 4 jam dan total 7 pertandingan. Bayangin gimana gak serak tuh suara yang pada nonton langsung di arena. Aku yang nonton livestream di pagi pertama puasa (yang biasanya masih nyenyak molor karena masih jadwal tidur masih beradaptasi dengan sahur) langsung dibuat melek oleh keseruannya. Mata udah gak peduli lagi cuma dipejemin dua jam. Ke’stupendous’an itu pun tak lantas sirna. Walau acaranya udah masuk ke buku sejarah dengan gemilang, ternyata masih ada satu pertandingan lagi untuk kita simak. Kita urusi. Because that’s what we do in the Palace of Wisdom; kita ngereview yang telah kita tonton. Jadi apa dong satu pertandingan yang masih nyisa itu?

Pertandingan siapa yang paling hebat di antara Malam Kesatu vs. Malam Kedua WrestleMania 38!

Pembagian acara menjadi dua malam ini bermula dari bencana yang berjudul WrestleMania 35 (2019). Bencana bukan exactly karena buruk, tapi karena begitu melelahkan bagi semua orang yang ada di sana (kita yang nonton di rumah sih enjoy-enjoy aja). Dua-belas pertandingan, delapan jam, terutama bikin lelah para penonton. Dampaknya, di paruh akhir, energi itu sudah habis. Keseruan match gak lagi bisa diapresiasi maksimal karena udah pada capek. Maka demi mengantisipasi keadaan itulah, tahun depannya WWE mengubah konsep WrestleMania menjadi dua malam, yang dipertahankan hingga sekarang. Keputusan tersebut tentu saja disambut bukan saja pro, tapi juga kontra.
Kebanyakan kontra datang dari fanatik dan penjaga kemurnian wrestling yang percaya bahwa WrestleMania sebagai acara puncak tahunan WWE haruslah tetap dibikin sakral. Dalam artian, tidak perlu menjadi sepanjang itu. WrestleMania harusnya sesuai dengan jargonnya – showcase for the immortal. Yang berarti yang berhak tampil, ya yang udah berhasil mencapai atau mendekati status ‘immortal’ tersebut. Spot pertandingan di WrestleMania harusnya diisi oleh yang superstar yang benar-benar pantas, oleh cerita yang benar-benar sudah dibuild up. Jadi para kontrarian melihat WrestleMania 35 sebagai awal dari WWE telah menggadaikan kesakralan tradisi WrestleMania itu sendiri. Pertandingannya terlalu banyak, sebagian besar tampak seperti filler yang gak perlu. Mengubah konsepnya menjadi dua malam berarti WWE tak lagi fokus merangkai sesuatu yang immortal, melainkan jadi bikin apapun untuk memenuhi kuota belasan pertandingan yang dibagi dua. Nah, kekhawatiran akan WrestleMania jadi ‘perayaan cuma-cuma’ itu jadi makin menjadi-jadi demi melihat susunan pertandingan yang sudah disiapkan WWE untuk WrestleMania 38 kali ini. Tiga pertandingan seleb, sementara tidak ada kejuaraan menengah seperti Intercontinental atau U.S. Lebih banyak nama-nama ‘aneh’, sementara talent beneran yang lebih populer (dan tentu saja yang belum dipecat) dianggurin.
Jujur aku sendiri juga gak kehype oleh overhype yang dilakukan WWE terhadap susunan match medioker mereka. Aku tertarik, paling cuma sama tiga match, di luar main event title unification juara lawan juara Brock Lesnar lawan Roman Reigns. Tapi WWE ternyata mengejutkan kita semua, baik itu yang pro ataupun yang kontra. Matches yang tampak lemah di atas kertas tadi disulap jadi suguhan yang bervariasi positifnya. Ada yang menghibur banget, ada juga yang klasik banget. Para seleb yang bertanding sebagai bintang tamu pun sukses menampilkan ‘gulat hiburan’ dalam versi mereka sendiri. Kalo disuruh milih mana yang paling bagus dan yang paling kusuka, well, yuk kita langsung breakdown aja, malam mana dari WrestleMania 38 yang paling oke.

wm00331-16490490187380-1920
Don’t let Mark Henry’s son stop you!

WrestleMania 38 Night ONE

wmcody-rhodes-wrestlemania-38
Malam Kesatu disusun berdasarkan satu hal. Kejutan. Hal yang paling diantisipasi dan diperbincangkan oleh fans di bulan-bulan awal tahun 2022 ini, dijanjikan akan diungkap di sini. Siapa yang bakal ngelawan Seth Rollins. Leading up to this show, intensitas semakin gede karena berseliweran nama-nama yang tampak sama mungkinnya untuk dipilih WWE sebagai kejutan. Mulai dari Undertaker yang tega banget bilang “Never Say Never” pada penutup pidato Hall of Fame-nya (yang efektif sekali bikin fans gak bisa tidur), hingga ke Shane McMahon yang di detik-detik terakhir masih dijadikan kecohan oleh Seth Rollins yang nyebut “Time is money!”. Aku sendiri sebenarnya gak nyangka WWE bakal berbaik hati ngasih yang actually benar-benar diinginkan fans. But there he is. Cody Rhodes yang diberitakan hengkang dari kompani gulat sebelah (yang turut ia bangun sendiri) akhirnya beneran muncul di atas panggung. Lengkap dengan attribut, musik, dan persona American Nightmare yang dibangunnya di kompani pesaing WWE tersebut. Malam Kesatu bakal memorable oleh momen ini. Ada banyak layer untuk dikupas dari peristiwa kembalinya Rhodes saja.
Kejutan gede berikutnya adalah Stone Cold Steve Austin. Semua sudah tahu Austin bakal muncul di Kevin Owens Show, Owens nantangin dan jelek-jelekin Austin (dan Texas). Tapi gak ada yang mengantisipasi legend dengan riwayat cedera leher, lutut, dan banyak lagi ini bakal turun kembali bergulat. And that’s what exactly happened. Tadinya aku memang merasa susunan match acara ini aneh. Kenapa Talk Show jadi main event. Itu hanya akan membuat acara ini seperti bersambung, tanpa penutup yang real. Keanehan tersebut terjawab ketika Austin menyetujui tantangan Owens untuk bertarung di NO HOLDS BARRED!! Bukan single match biasa, melainkan match tanpa-aturan.  Salut lihat Austin; ini adalah pertandingan pertamanya setelah 19 tahun (dan juga jadi pertandingan terakhir) dan dia buktiin dia benar-benar pantas disebut legend. Matchnya ini, katakanlah gak cengeng. Austin actually took bumps. Dia disuplex ke lantai, bayangin! Tentu saja ini juga berarti salut buat Kevin Owens yang udah buktiin dirinya dipercaya untuk nampil sefisikal itu terhadap legenda yang punya cedera.

wmFPY-E2UXsAMNgLE
Bayangkan kalo tampil di Indonesia, Owens bakal dicekal karena menghina kota, dan Stone Cold dicekal karena minum bir di depan orang puasa.

Susunannya match malam pertama terasa kurang penting, dan banyak yang gimmick dan yang gak penting, tapi kualitas pertandingannya tidak mengecewakan. Di luar ekspektasi semua. Aku bahkan happy dengan match Happy Corbin, karena at least ada rekor yang dipecahkan. Drew McIntyre jadi orang pertama yang kick out dari finisher End of Days. Match Rhodes lawan Rollins jangan ditanya, mereka bermain spam finisher tapi dengan intensitas yang benar-benar kebangun. Rhodes juga diberikan waktu luang untuk ngebangun karakternya sekarang, hingga nostalgia dengan karakter dan orang terpenting dalam karirnya. Bahkan match si YouTuber Logan Paul juga gak kalah seru. Paul earns viewer respects karena sanggup keep up dengan gulat hiburan gaya WWE. Paul mainin heel dengan gemilang. Dia niruin Eddie Guerrero coba, lancang kan. Tapi keren. Yang aneh dari tag teamnya bareng Miz lawan Keluarga Mysterio cuma setelah akhiran saat Miz tau-tau turn heel ke dirinya. Kejuaraan Tag Team yang membuka acara ini sebenarnya juga berpotensi seru, cuma sayang kemalangan menimpa Rick Boogs yang kakinya cedera beneran sehingga match tersebut terpaksa dicut short.
So far, match terbaik adalah Bianca Belair melawan Becky Lynch. Cerita tentang redemption Belair terbangun dan tersampaikan sempurna. Laganya berjalan dengan pace mantap, banyak close call, dan aksi-aksi keren. Bahkan entrance mereka asik punya semua. Berbeda sekali dengan kejuaraan cewek satu lagi antara Ronda Rousey dengan Charlotte Flair yang terkesan chaotic karena kayak terburu-buru. Banyak botch. Kegedean ego, dan fakta bahwa ini adalah match yang gak ada satu orang pun yang minta untuk terjadi.

WrestleMania 38 Night TWO

wmWWE-WrestleMania-38-Edge-Entrance-1024x581
Sekilas susunan Malam Kedua tampak lebih solid dan somehow lebih serius dibandingkan Malam Kesatu. Tapi nyatanya, Malam Kedua gak mau kalah. Malahan sekalinya seru-seruan, Malam Kedua tampil lebih hura-hura loh!
Oh how I enjoyed match Sami Zayn lawan Johnny Knoxville, lebih daripada yang seharusnya. Karena itu bukan wrestling. Lebih seperti live action kartun Tom & Jerry, tapi memang begitu menghibur. Semua ‘perabotan’ Jackass keluar. Mulai dari kru hingga alat-alat prank konyol mereka. I got huge “Called it” moment tatkala sempat mikir di match ini mereka haruslah pakai adegan Wee Man datang bantuin Knoxville dari bawah ring, Hornswoggle style! Dan itu beneran kejadian. Wee Man also body slam Zayn hahaha. Party Boy juga muncul, begitu-begitu dia pernah tanding lawan Umaga. Meskipun yah, dihajar babak belur juga pastinya. Point is, ini jadi match hardcore terkocak yang bisa kita dapatkan di era kekerasan di televisi harus diperhalus. Match ini dengan gemilang memenuhi konteks dan fungsinya. Karena tentu gak bakal ada yang ngarepin Knoxville main di match yang serius.
Bukan berarti selebriti alias orang di luar pegulat gak bisa nyuguhin match wrestling yang kece. Logan Paul udah buktiin di malam pertama, dan di malam kedua ada Pat McAfee. Footballer yang baru banting stir menjadi pegulat. Pertandingannya melawan Austin Theory – anak baru juga – tidak tampak hijau. Melainkan sebuah cerita menggapai mimpi yang seru dan menghibur. Yang tampak hijau justru Omos. Raksasa yang lagi dapat push gede-gedean, dan di sini dia ditandingkan melawan Bobby Lashley. Omos keliatan banget masih ‘kasarnya’ dan butuh banyak latihan dalam penguasaan ring. Matchnya dengan Lashley tampak clumsy, Lashley seharusnya dibikin kayak jadi underdog di sini, tapi itu sama sekali gak kerasa berkat kecanggungan Omos, bahkan dalam bergerak.
Pat McAfee dan Austin Theory statusnya jadi makin terangkat dengan kehadiran Vince McMahon himself di pinggir ring. Menjagokan anak emasnya – Theory. Pemilik WWE itu kayak gak mau ketinggalan have fun, karena ujug-ujug dia juga turun bertanding. Kupikir nobody saw that coming. However, aku mendapat momen “Called it!” kedua saat berpikir pasti bakal kocak kalo Stone Cold ada di Malam Kedua ini, silaturrahmi sama Vince yang ‘kawan lama’nya. As soon as I’m done thinking that, musik kaca pecah itu muncul, dan datanglah Stone Cold Steve Austin!! Bisa ditebak arena langsung ikut pecah oleh sorak sorai. Agak sedikit terharu juga, ini 2022, Austin dan Vince masih berlaga menghibur kita semua.

wmIMG_6733-scaled
Kita semua tahu adegan ini bakal berujung apa hihihi

Pada akhirnya Malam Kedua jadi ‘receh’ juga. Dua kejuaraan tag team yang masing-masing melibatkan multiple team, terlalu cepat dan rusuh untuk jadi kejuaraan yang solid. The right teams win, tapi agak kurang terasa karena tempo yang cepat tersebut. Padahal ada momen Sasha Banks keluar dari kutukan selalu-kalah di WrestleMania. Dua match yang digadangkan bakal dahsyat, gak perform sesuai perkiraan. AJ Styles lawan Edge yang berusaha tampil klasik, justru jadi terasa lamban karena out of place dengan rest of the cards yang tempo matchnya luar biasa cepat semua. Storyline-nya pun ternyata masih kayak belum tuntas, karena match ini dijadikan awal dari sesuatu yang baru untuk Edge, yang tampil kayak Dracula di game Castlevania.
Yang bisa dibilang paling mengecewakan adalah main eventnya. Lesnar dan Reigns. Padahal dengan pembalikan role; Lesnar baik dan Reigns jahat, feud mereka bener-bener ter-refresh dengan pembawaan karakter masing-masing. Aku suka sekali gimana Lesnar ikut merebut mic dan memperkenalkan dirinya sendiri, sambil ngeledek gaya Reigns dan Paul Heyman. Namun sayang, WWE tidak mengubah apa-apa dalam match mereka. Tetap berupa saling spam finisher. Tidak ada match metodikal yang bercerita. Tidak match klasik seperti Styles-Edge. Receh juga enggak. Hanya itung-itungan finisher yang biasa. Akhirannya pun terasa ujug-ujug, karena gak ada yang ngarepin matchnya bakal begitu lagi. Dari build up yang dahsyat, dari cerita yang udah chapter kesekian, dari stake yang tinggi, penonton ngarepin sesuatu yang benar-benar epik. WWE enggak ngasih itu di akhir Malam Kedua.
WWE ternyata masih bisa menarik sesuatu keseruan dari apa yang tampak biasa-biasa aja, bahkan malah meragukan. WrestleMania 38 ini jadi buktinya. Tapi untuk menyimpulkan, ya Malam Kesatu terasa lebih hebat. Kalo disuruh memilih delapan match saja dan menjadikan WrestleMania ini sebagai satu show, maka dengan melihat bagaimana pertandingan tersebut dilakukan oleh WWE, maka aku akan banyak memilih pertandingan di Malam Kesatu. That is THE night. Dan matchnya, sampai Malam Kedua berakhir, ternyata pendapatku masih tetap. Bianca Belair vs. Becky Lynch tetap yang paling solid, paling aksi, paling bercerita. Kejuaraan Perempuan RAW itulah Match of the Stupendous Nights. 
Full Results:
FIRST NIGHT
1. SMACKDOWN TAG TEAM CHAMPIONSHIP The Usos bertahan dari Shinsuke Nakamura dan Rick Boogs
2. SINGLE Drew McIntyre mengalahkan Happy Corbin
3. TAG TEAM The Miz dan Logan Paul menang atas Rey dan Dominik Mysterio
4. RAW WOMEN’S CHAMPIONSHIP Bianca Belair jadi juara baru ngalahin Becky Lynch
5. SINGLE Cody Rhodes muncul jadi misteri opponent dan ngalahin Seth Rollins
6. SMACKDOWN WOMEN’S CHAMPIONSHIP Juara Bertahan Charlotte Flair ngalahin Ronda Rousey
7. NO HOLDS BARRED Stone Cold Steve Austin menghajar Kevin Owen

8. BONEYARD The Undertaker mengubur AJ Styles

SECOND NIGHT
1. RAW TAG TEAM CHAMPIONSHIP TRIPLE THREAT Tim RK-BRO Randy Orton dan Riddle masih juara atas Street Profits dan Alpha Academy 
2. SINGLE Bobby Lashley unggul dari Omos
3. ANYTHING GOES Johnny Knoxville bikin Sami Zayn babak belur
4. WOMEN’S TAG TEAM CHAMPIONSHIP FATAL FOUR WAY Sasha Banks & Naomi merebut sabuk dari Queen Zelina & Carmela, Natalya & Shayna Baszler, dan Rhea Ripley & Liv Morgan
5. SINGLE Edge mengungguli AJ Styles
6. TAG TEAM Sheamus dan Ridge Hollang (bareng Butch) menang atas New Day Kofi Kingston dan Xavier Woods
7. SINGLE Pat McAfee mengalahkan Austin Theory

8. SINGLE Vince McMahon balik mengalahkan Pat McAfee
9. WWE & UNIVERSAL CHAMPIONSHIP WINNER TAKES ALL Roman Reigns jadi Undisputed Champion ngalahin Brock Lesnar

That’s all we have for now.
Remember, in life there are winners.
And there are losers.
 
We are the longest reigning BLOG KRITIK FILM TERPILIH PIALA MAYA.

WWE Elimination Chamber 2022 Review

 

Welcome back, Alexa Bliss!!

Sama seperti blog ini, Alexa Bliss juga udah cukup lama gak keliatan di skena gulat. Menurut komentar si Michael Cole, terakhir kali Alexa bertanding itu adalah bulan September tahun lalu. That was Extreme Rules, where Charlotte destroyed her doll, dan itu seharusnya mengakhiri gimmick-pinjaman Alexa. Yah, setidaknya begitulah harapan penonton. Belakangan ini, Alexa muncul di segmen-segmen terapi, dan sekali lagi seperti mengindikasikan dia bakal kembali ke persona dirinya yang dulu. Match Elimination Chamber bakal jadi ajang comeback yang tepat untuk Goddess Alexa Bliss, mengingat dengan gimmick inilah doi pernah memenangkan match kandang barbar ini. So I was excited (begitu pula dengan ribuan penonton di Jeddah yang terdengar jelas menyorakkan namanya) 

Excitement dari antisipasi return ini ternyata bukanlah satu-satunya yang bikin orang penasaran sama Elimination Chamber cewek. Buktinya, begitu Alexa muncul – ternyata dengan tetap memakai gimmick ‘fiend/lilly’ (yang btw menang award Worst Gimmick 2022 dari Wrestling Observer Newsletter) – yang kuasumsikan tetap dipilih karena lebih gampang untuk ngikutin aturan kostum cewek di Jeddah, penonton tetap berapi-api. Match tersebut tetap dapat banyak sorakan riuh-rendah. Semua orang excited melihat semua superstar yang bertanding. Alexa, Bianca, Doudrop, Nikki, Rhea, dan Liv semuanya seperti punya kans yang sama besar untuk menang dan menantang juara Becky Lynch di WrestleMania kelak. Matchnya sendiri terasa sangat cepat – mungkin inilah match Chamber dengan catatan waktu teringkas – penuh aksi, drama yang cukup, dan setiap karakter mendapat kesempatan untuk memainkan kekhasan mereka. Ketika Alexa dan Bianca, dua superstar yang aku jagokan di match ini, jadi final-two; aku merasa seperti pemenang. The night is young (meskipun kita yang di Indonesia nonton streamingnya tengah malam buta!) dan aku benar-benar punya firasat bagus untuk acara ini.

Ayunan adalah sebuah privilege

 

Bicara tentang acara ini sendiri, Elimination Chamber 2022 merupakan Elimination Chamber yang pertama yang go international. Diadain di Arab, dan actually inilah kali kedua aku nonton premium live-event (istilah baru untuk PPV) WWE yang diadakan di Arab. Tahu dong, beberapa tahun belakangan ini WWE mulai rutin ngadain show di negara para sultan tersebut. Tapi gak ada satupun yang menarik buat kutonton. Entah itu Crown Jewel, Super Showdown, atau bahkan Greatest Royal Rumble, semuanya terasa seperti house-show yang ‘diromantisasi’. Yang semua pertandingannya terasa seperti filler anime, you know, yang storylinenya gak ngaruh. Acara-acara WWE yang diadain di negara ini udah kayak pesenan para sultan, siapa yang bertanding, siapa yang bakal dimenangin; hanya untuk menyenangkan tuan rumah yang udah membayar mahal. Dan ini easy-money bagi WWE, karena apapun yang tayang nanti, penonton yang jarang-jarang ngeliat para superstar tanding live itu bakal tetap terhibur dan terkagum-kagum. TLDR, sudah jelas hanya ‘sebatas’ bisnis saja.

Tapi kali ini beda. Elimination Chamber sudah lama diposisikan sebagai salah satu jalan menuju WrestleMania, yang berarti pertandingan yang diadakan harus benar-benar punya efek untuk acara tersebut ke depannya. Merujuk ke komentator sekali lagi, Elimination Chamber membentuk WrestleMania. Penantang dan juara yang bakal berlaga di acara gulat terbesar itu benar-benar ditentukan di sini. WWE tentu paham pentingnya acara ini, dan mereka benar-benar menekankannya. And by God, mereka berhasil membuat Elimination Chamber di Jeddah tidak lagi terasa seperti show hura-hura.

Menempatkan match sepenting Roman Reigns melawan Goldberg di partai pertama adalah langkah yang sukses mengukukuhkan kesan spektakuler acara ini. Ketika ‘big boss’ beserta kejuaraan yang bakal jadi partai utama WrestleMania muncul duluan (dan ini actually adalah kali kedua berturut-turut mereka tampil sebagai pembuka) penonton akan ‘membaca’ bahwa penutup acara nanti pastilah raksasa hebohnya. Dan seketika hype itu terlandaskan. Acara ini dimulai dengan sangat kuat. Bahkan Goldberg tampak prima dan menyuguhkan yang terbaik yang ia bisa (dalam level ‘renta’nya yang sekarang).

Goldberg, you’re next!!! —in line for retirement.

 

Kesan show-penting memang berhasil dipertahankan. Match Drew lawan Madcap Moss yang basically adalah bathroom break terasa penting dan sayang untuk dilewatkan. Begitu juga dengan partai tag-team cewek yang jelas-jelas diadain supaya Ronda Rousey dan Charlotte gak gabut menjelang WrestleMania. Narasi kedua partai ‘esktra’ ini tampak matang. Hingga ke kostum superstar cewek yang diatur juga dimainkan oleh WWE ke dalam karakter dan plot pertandingan. Jadi jangankan soal membentuk acara berikutnya, acara ini sendiri sudah punya bentuk khas sehingga menontonnya jadi punya keseruan tersendiri.

Ada tiga pertandingan cewek yang dilangsungkan di sini. Semuanya digarap penuh respek dan juga alot of fun. Namun dari ketiganya, yang paling pecah adalah partai antara Lita melawan juara bertahan Becky Lynch. Crowd clearly loves Lita. Dan superstar legend itu menyambut cinta tersebut dengan respek luar biasa kepada penonton. Dilihat-lihat, si Lita ini cocok sih nampil di situ. Apalagi ada bagian dari musik entrancenya yang terdengar kayak musik Arab haha.. but in all of the seriousness, Lita melawan Becky adalah partai yang paling ‘bercerita’ malam ini. Secara aksi, memang masih ada sloppy di kanan-kiri. Ini bisa dimaklumi mengingat Lita memang bukan lagi pegulat aktif – dan enggak selincah waktu muda lagi. Di sini dia menunjukkan betapa dia pantas menjadi legend. Dan itu bukan semata karena dia adalah bintang attitude era, ataupun bukan semata karena aksinya, melainkan karena dia adalah pencerita yang hebat. Ada momen-momen ketika kita percaya bahwa Lita mungkin saja membawa pulang sabuk si Becky. Delivery cerita seperti ini tentu bukan karena satu orang saja. Becky telah sukses membangun karakter yang kuat, tapi tidak pernah mendominasi. Inilah juga kenapa champion cewek Raw adalah championship single terseru di WWE sekarang. Kompetitornya tidak terbatas untuk beberapa orang. Juaranya tidak dibuat harus lebih unggul dibanding yang lain. Kalo urutan match di acara ini menempatkan Chamber cewek setelah kejuaraan ini – dalam artian, kita tidak langsung menghubungkan Bianca pasti nuntasin urusan dengan Becky – niscaya semua penonton bakal benar-benar tersold out Lita yang bakal jadi juara baru. Sebegitu hidupnya kompetisi kejuaraan ini.

Sebaliknya, acara ini justru terhitung gagal membuat match yang benar-benar penting, match yang jadi profil utama acara, menjadi penting. Gagal membuatnya tampak urgen. Elimination Chamber cowok, yang dari nama-nama pesertanya tampak seru, malah jadi yang paling datar dan paling nge-cheat dilakukan oleh WWE. Kompetisi itu tidak diciptakan. Tidak seperti Becky Lynch yang tampak setara, Brock Lesnar dibikin jauh di atas yang lain. Brock Lesnar bahkan menghabisi dua mantan-juara dunia lain dengan gampang seolah mereka anak baru seperti Austin Theory. Padahal dengan enam superstar, ada begitu banyak cerita atau bookingan yang bisa diambil sebagai proses menuju kemenangan Brock Lesnar. Teksnya padahal udah ada disebutin di sana loh. ‘Ini adalah Chamber pertama bagi Lesnar’, mereka sebenarnya bisa saja menggali ini sebagai kekurangan Lesnar dibanding yang lain, sebagai celah untuk membuat persaingan mereka menjadi sederajat, yang tentunya bakal bisa bikin match berjalan lebih seru. Tapi enggak, WWE membuat ini tetap singkat. Lesnar menghajar semua superstar seolah dia dimainkan sama bocah di rental PS yang nge-full-in smek dan membuat peserta lainnya kosong.

Tentu saja melihat Lesnar membabi buta, kali ini dengan sentuhan karakter komikal, adalah hal yang juga tergolong seru. Tapi akan lebih seru lagi kalo match ini benar-benar dipersembahkan sebagai ‘pertandingan’. Bukan cuma ‘Lesnar destroys everybody’, alur yang sudah dilakukan berkali-kali. Dan bicara tentang hancur, WWE pulled out some really strange storyline untuk Bobby Lashley. Superstar yang harusnya mempertahankan gelar di sini, tereliminasi gitu aja setelah pod miliknya hancur dan dia – storyline wise – cedera kena puing-puing kaca (plastik). Dan ‘insiden’nya tersebut bahkan tidak ada sangkut pautnya dengan Lesnar, orang yang actually menantang sabuknya one-on-one.

Storyline cedera langsung invalid kalo dilakukan setelah ada superstar yang sakit beneran tapi tetap lanjutkan match

 

 

 

Elimination Chamber akhirnya jadi acara yang aneh. Match-match secondary fun dan terasa penting karena benar-benar dibentuk. Sementara match utamanya justru sederhana, predictable, dan terasa membuang waktu untuk ditonton. Ini adalah salah satu show WWE modern yang paling singkat, tapi durasi sesungguhnya bukan jadi alasan. WWE hanya tidak mau memberikan kompetisi untuk superstar-superstar terpilih. And sikap WWE ini bisa berujung kepada hal yang jauh lebih buruk, seperti ketika mereka basically meniadakan kejuaraan tag team di acara ini. Ujug-ujug dibikin no contest!! Dan acara ini memang membuktikan, hal tersebut berdampak buruk kepada elemen-elemen lain di dalam acara. Hanya memberikan hiburan gampangan, sementara potensi entertainment sebenarnya enggak digali. Aku nonton ini tengah malam, tapi gak sekalipun merasa ngantuk, yang berarti ini acaranya gak bikin bosan kayak Royal Rumble bulan kemaren. Certainly, ini adalah yang terbaik dari show-show yang pernah dilakukan WWE di Arab Saudi. Tapi sesungguhnya ini bisa jadi jauh lebih baik. The Palace of Wisdom menobatkan Becky Lynch versus Lita sebagai MATCH OF THE NIGHT

 

 

 

Full Results:

1. UNIVERSAL CHAMPIONSHIP Roman Reigns mempertahankan sabuk dari Goldberg
2. WOMAN’S ELIMINATION CHAMBER Bianca Belair memenangkan hak menantang Raw Women’s Champion di WrestleMania
3. TAG TEAM Ronda Rousey dan Naomi mengalahkan Charlotte dan Sonya DeVille
4. SINGLE Drew McIntyre menghajar Madcap Moss
5. RAW WOMAN’S CHAMPIONSHIP Becky Lynch tetap juara ngalahin Lita
6. SMACKDOWN TAG TEAM CHAMPIONSHIP batal tanding, why even mention this…
7. WWE CHAMPIONSHIP MAN’S ELIMINATION CHAMBER Brock Lesnar jadi juara baru

 

 

That’s all we have for now.

Remember, in life there are winners.
And there are losers.

 

 

 

 
We are the longest reigning BLOG KRITIK FILM TERPILIH PIALA MAYA.

 

WWE Royal Rumble 2022 Review

Awal tahun 2022 menyimpan kejutan buat penggemar WWE seantero Indonesia. There’s some rumbling about the Rumble. Ya, acara WWE dikabarkan bakal resmi tayang di platform streaming Disney+Hotstar, dan Royal Rumble 2022 bakal jadi acara premiernya. Berita gembira ini bukan datang tanpa drama. Setelah sempat rame di sosmed, pemberitaan soal penayangan tersebut hilang dari dunia maya. Link-link beritanya jika diklik hanya membawa ke halaman kosong. Setelah sempat suudzon sama Peacock/Hulu sebagai distributor resmi WWE di Amerika, aku pun bersorak histeris ketika Disney+Hotstar merilis poster dan trailer Royal Rumble. Yang berarti kabar penayangan itu ternyata beneran, dan kita-kita penggemar WWE tidak perlu susah-susah lagi subscribe Network ataupun memupuk dosa dengan menonton di link bajakan. Kita akhirnya bisa ikut seru-seruan nonton WWE secara live, gak perlu lagi takut-takut mantangin sosmed dan kena spoiler.

rumblebrock-lesnar-wwe-royal-rumble
Sekarang, kita bisa ngasih spoiler duluan!

 

 

Yang jelas, kejadian ini kudu dirayakan. Iya dong. Tahun ini resmi didistribusikan di Indonesia, siapa tahu tahun depan WWE bakal ngadain show live di GBK. WWE kembali melirik pasar Indonesia, yang telah berani nge-ban mereka sejak 2006. Maka, aku, yang sudah sekitar empat bulan ini absen nonton dan mengulas WWE – sebagai bentuk ngambek tayangan WWE kualitasnya jongkok di tempat (yaiyalah mana ada jongkok sambil jalan-jalan) – memutuskan untuk comeback. More hype than ever. Tapi juga more judgemental than ever. Karena kini aku udah seperti penggemar baru. Aku hanya tahu sebagian kecil storyline. Aku gak banyak tahu pemain-pemain baru. Antisipasiku gak memuncak untuk surprise-surprise. Aku jadi membayangkan diriku ini sebagai orang yang baru nonton WWE, orang yang lihat di platform kesayangan mereka ada acara gulat, dan coba menjajalnya. Aku ingin mencoba menjawab apakah WWE Royal Rumble ini bisa tampil menarik/punya appeal buat penonton casual, entah itu yang udah lama gak nonton WWE atau yang sama sekali belum pernah menonton. Apakah jika ini benar-benar pertama kalinya aku nonton WWE, acara ini bisa membuat aku suka.

So yea the stakes are high. And so does the opening match. Roman Reigns melawan Seth Rollins. Kurasa penonton awam cukup familiar dengan dua nama ini. Karena memang mereka adalah salah dua dari nama terbesar yang dipunya WWE era modern. Keduanya kharismatik. Keduanya sama-sama hebat di atas ring, baik itu beraksi maupun bercerita sebagai karakter. Benar saja, pertandingan mereka memperebutkan sabuk juara di acara ini akan sangat menghibur bagi mata manapun yang melihatnya. Bagi penonton yang setidaknya tahu riwayat mereka, match ini adalah tentang riwayat tersebut. Yang circled back ke masa kini. Reigns dan Rollins yang dulu satu tim tapi pecah karena Rollins berkhianat. Alur pertandingan kali ini merefleksikan itu semua, dengan poetic justice berupa role yang bertukar. Rollins tampil dengan musik dan pakaian tim lama mereka saja sudah cukup untuk bikin penggemar menggelinjang. Bagi penonton baru, match ini menarik karena aksinya bakal penuh drama. Ini adalah perfect hook buat ke partai berikutnya.

Pertandingan Royal Rumble cewek. Ya, bagi yang belum tahu: WWE sekarang memang sudah punya mode pertandingan-pertandingan besar yang dilangsungkan khusus untuk pegulat wanita. Yang seringkali gak kalah serunya ama versi cowok. Seperti Royal Rumble Cewek kali ini. Buatku, para superstar cewek berhasil menyuguhkan laga yang lebih menghibur. Ada lebih banyak nostalgia juga, buat penonton lama. Aku ngakak ketika musik sirene annoying berkumandang dan muncullah si Ivory dalam balutan dress putih yang tertutup rapat. Kontan saja aku terflashback ke jaman 2000an saat tim Right to Censor sering banget muncul jadi buzzkill. Dan gak cuma nostalgia. Ada lebih banyak momen-momen yang memanfaatkan karakter dari superstar yang ikut bertanding. Seperti saat Molly Holly yang datang gimmick superheronya bertemu dengan Nikki A.S.H. yang juga menggunakan gimmick superhero di era modern. Dan ngomong-ngomong soal kostum, interaksi antara Sasha Banks yang berdandan mirip Sailor Moon dengan Melina yang bergaya just like her legendary gimmick juga super duper fun.

WWE selalu jago dalam menampilkan surprise. Streamku sempat macet di menjelang akhir pertandingan Cewek ini. Bener-bener berhenti di itungan ketiga saat countdown kemunculan the next peserta Rumble. Dan begitu streamingnya lancar lagi, aku sudah mendengar lagu “I don’t give a damn about my reputation!” Seketika itu juga aku langsung berdiri jingkrak-jingkrak di sofa. Ronda Rousey balik dan langsung bikin geger arena. Rousey juga sempat diberikan momen bekerja sama dengan Shayna Baszler, sahabatnya di dunia real-fight, yang kusayangkan cuma WWE gak membuat mereka sebagai the final two. 

rumble960
Charlotte harusnya dapat treatment yang sama dengan Muhammad Hassan di Royal Rumble 2005; dikeroyok sampai tereliminasi oleh para superstar lain

 

Memang, belakangan ini WWE gak benar-benar kuat dalam bidang membangun antisipasi. Ini actually adalah salah satu alasan kenapa aku sempat berhenti menonton. WWE used to be great at both surprise and anticipation. Tapi sekarang, misalnya contoh Rousey ataupun Rollins yang ujug-ujug datang mengenakan gimmick The Shield tadi, WWE hanya kuat di menjaga kejutan saja. Membangun antisipasi semakin sering dinomorduakan. Bukti yang paling terasa di match ini adalah soal Mickie James. Juara dari perusaahan gulat sebelah, Impact, yang diundang untuk bertanding di Royal Rumble. Kejadian sebesar ini – WWE akhirya membuka ‘pintu terlarang’ dan mengakui ada gulat lain selain mereka – direveal begitu saja di sosial media. Tidak ada pembangunan antisipasi lanjutan. Dan saat match, Mickie James walaupun diperlakukan dengan penuh hormat sebagai juara, hanya seperti berada di sana. Padahal sebenarnya di atas ring saat itu ada Women’s Champion WWE. Tapi intensitas ataupun interaksi mereka tidak pernah digali. WWE menganggap kejadian ini cuma bagus untuk suprise di sosmed aja, mereka enggak melihat potensi storyline dari situasi tersebut. 

Antisipasi dan surprise. Keduanya sebenarnya tidak bijak untuk dipisahkan. Seperti countdown Royal Rumble itu sendiri. Mereka perlu untuk menghitung mundur dari sepuluh, supaya antisipasi terhadap siapa superstar yang bakal masuk bertanding, sehingga kemunculan tersebut dapat menjadi kejutan yang maksimal. 

 

Ini berdampak kepada pertandingan Royal Rumble Cowok. Mickie James yang nyebrang brand itu jadi dianggap sebagai bentuk dari antisipasi kejutan yang lebih besar oleh penonton. Itulah sebabnya kita mulai berspekulasi sendiri. Jangan-jangan nanti ada superstar Impact lain di partai cowok. Jangan-jangan ada superstar dari acara gulat lain. Tentu saja itu semua hanya ekspektasi kita. Pertandingan tersebut jadi kita tonton dengan mengharap surprise yang kita percaya atau kita adakan sendiri. Tau dong apa yang terjadi jika terlalu banyak berharap? Pertandingan Royal Rumble Cowok jadi terasa menjemukan. Tidak ada surprise (at least, tidak ada surprise yang kita harapkan) Ini membunuh momentum pertandingan tersebut. Pertandingan yang memang sedari awal sudah datar, berlubang botch (aduh Kofi Kingston riwayatmu kini) dan hampir sangat-sangat obvious hasil akhirnya bakal seperti apa. Aku menonton ini vibenya udah kayak Royal Rumble 2004. Cuma sekadar “oh” dan “meh”.

Pertemuan singkat AJ Styles dengan Robert Roode at one point of the match jadi penawar buat penonton. Komentator juga ngomporin pake kalimat “There are massive ‘impact’ between these two”. Para superstar memang terlihat bersenang-senang, apalagi banyak juga dari mereka yang baru pertama kali tampil. Tapi kupikir mereka belum benar-benar konek ke penonton. Aku yang udah lama gak nonton mau gak mau memperhatikan musik entrance. Banyak musik-musik baru, bahkan pemain lama juga musiknya ternyata udah ganti. Berganti menjadi sesuatu yang terdengar generic dan gak membantu untuk karakterisasi mereka. Soal antisipasi ini, Johnny Knoxville did a better job dalam membangun build up kemunculan Jackass ketimbang yang dilakukan oleh WWE haha.

rumble17587459
Kenapa Knoxville jadi mirip sama si Noob Noob dari kartun Rick and Morty?

 

Aku sebenarnya udah excited banget untuk pertandingan antara Brock Lesnar melawan Bobby Lashley. Apalagi video promo perseteruan mereka yang diputar sebelum match benar-benar seperti diedit untuk menguatkan narasi bahwa ini adalah pertemuan impian, pertarungan antara dua powerhouse yang udah buktikan diri di ajang kompetisi bela diri beneran tingkat dunia. Namun antisipasi ini tidak bertemu dengan hasil akhir yang memuaskan. Jauh lebih intens videonya ketimbang actual match. Maklum sih, WWE juga punya kepentingan (selalu punya kepentingan) untuk memajukan narasi atau storyline. Kita cuma bisa berharap ke depannya (soon in near future) Lesnar dan Lashley bisa bertemu kembali dalam pertandingan yang lebih serius. 

 

 

 

Jadi, untuk menjawab pertanyaanku sendiri: Royal Rumble ini sebenarnya tepat sekali untuk memperkenalkan kembali WWE kepada penonton di Indonesia. Banyak kejutan dan nostalgia yang sudah disiapkan. Aku bisa bayangin penonton bakal excited melihat Edge tag-teaman dengan istrinya, ngeliat anak Mysterio sekarang sudah jadi high flyer mumpuni ngikutin jejak bapaknya, ngeliat Jackass, ngeliat drama dan aksi, tertarik untuk pengen tahu kelanjutan story, serta bersorak melihat beragam superstar lama yang muncul menghibur untuk satu malam. Tapi aku tak yakin acara ini saja cukup untuk menggaet penonton yang sama sekali baru. Masih penasaran, mungkin. Tertarik untuk sesekali ngikutin, mungkin. Tapi benar-benar ngefans, susah juga. Wong fans benerannya aja masih jauh dari kata puas menyaksikan ini. The Palace of Wisdom menobatkan Women’s Royal Rumble sebagai MATCH OF THE NIGHT

 

 

Full Results:

1. UNIVERSAL CHAMPIONSHIP Seth Rollins menang tapi gak juara karena Roman Reigns kena diskualifikasi
2. 30-WOMAN ROYAL RUMBLE Ronda Rousey comeback dan langsung menang
3. RAW WOMEN’S CHAMPIONSHIP Becky Lynch tetap juara ngalahin Doudrop
4. WWE CHAMPIONSHIP Juara Bertahan All Mighty Bobby Lashley menang atas Brock Lesnar
5. MIXED TAG TEAM Edge dan Beth Phoenix menghajar The Miz dan Maryse
6. 30-MAN ROYAL RUMBLE Brock Lesnar masuk di nomor 30 dan menang!

 

 

 

That’s all we have for now.

Remember, in life there are winners.
And there are losers.

 

 

 

 

 
We are the longest reigning BLOG KRITIK FILM TERPILIH PIALA MAYA.

 

SummerSlam 2021 Review

 

Pekan menjelang 21 Agustus merupakan pekan paling heboh bagi penggemar olahraga hiburan pro-wrestling. Ya, meski diawali dengan kembalinya CM Punk ke ring promosi gulat sebelah (setelah tujuh tahun absen karena merasa getir dan makan ati sama bisnis yang ia geluti ini), tapi WWE sebenarnya memegang kunci untuk mengapitalisasi keriuhan penonton/penggemar gulat yang terbakar kembali semangatnya. Akan sangat gampang bagi WWE untuk menyambung euforia tersebut dengan suguhan dan kejutan yang lebih keras lagi, sebab 21 Agustus sudah dimiliki oleh mereka. SummerSlam yang sudah lama dijargonkan sebagai ‘Pesta Terbesar di Musim Panas’ tak pelak akan dihadiri oleh penonton gulat yang enggak sabar, bukan saja untuk melihat kelanjutan/puncak dari beberapa match yang supergede (dream matches kalo boleh dibilang), namun juga enggak sabar untuk melihat langkah counter dari WWE kepada promosi gulat saingannya tersebut.

Antisipasi membendung gede, dan kini semuanya terserah kepada Vince McMahon dan pasukannya!

summerb9b90cc46d000557-600x338
And yet, they still did this

 

Dan dalam sense menutup pekan heboh musim panas, WWE memang melakukannya dengan gemilang. Partai Utama SummerSlam ini adalah pertandingan impian antara dua anak-emas, dengan didasari oleh storyline yang benar-benar mumpuni. Setidaknya kali ini pertemuan antara Roman Reigns dengan John Cena (fresh from The Suicide Squad!) clear dalam peran mana yang baik, mana yang jahat. Reigns dalam selang waktu yang cukup lama meneror Smackdown dengan reign kejuaraan yang licik, tapi juga kuat. Mengakar kepada pandangan sinisternya soal kepala keluarga. Ini mendapat tantangan yang luar biasa ketika John Cena, de facto leader dari generasi pegulat WWE era modern, kembali untuk memberi Roman Reigns pelajaran. Cerita pertemuan kedua nama gede ini aja udah exiciting. Ini kayaknya pertama kalinya, sejak waktu yang lama, aku nonton partai utama starring John Cena dengan semangat. Aku bahkan excited sama kaos baru John Cena yang mash up ama game Mario Bros 3!

Bahkan kesalahan WWE mengadakan stipulasi yang membuat pertandingan mereka jadi ketebak hasil akhirnya (“Jika Reigns kalah, dia keluar dari WWE” – iye iyein aja WWE membiarkan hottest superstar mereka hengkang) hanya mengurangi sedikit keseruan match ini. Match yang udah kuat mengakar karena tiga hal. Storyline yang udah mengakar kuat. Roman Reigns yang aksi dan karakter-work nya semakin kuat serta believable. Serta John Cena yang ngehype jalannya pertandingan dengan pendekatan seolah dia sedang akting dalam film laga! Serius, perhatiin deh Cena di match ini aktingnya ‘lebay’, misalnya ketika dia menyadari itungan wasit dan bergegas menarik tubuh Reigns yang tepar abis kebanting di meja komentator ke atas ring. Besides tiga hal itu, ada satu lagi yang disimpan WWE sebagai kejutan paripurna. The Return of Brock Lesnar!! Ini arena pecah. Hype itu di ubun-ubun ketika Lesnar datang right to Reign’s face. Reign yang langsung ditarik mundur oleh Paul Heyman; ya, Paul Heyman yang sebelum ini kita semua kenal sebagai advokat untuk Lesnar. The Drama!!!

summer841504508
Bray Wyatt ternyata enggak dipecat. Tapi difusionkan dengan Brock Lesnar!!

 

Partai lain yang bikin excited dan dilakukan dengan benar oleh WWE adalah Seth Rollins lawan Edge. Feud yang apinya dimulai sejak tujuh tahun yang lalu. Saat batang leher Edge berada dalam belas kasihan pijakan kaki Rollins. The Architect didn’t pull the trigger, dan di pertandingan ini, Rollins bersumpah dia akan melakukannya. Di lain pihak, Edge mengakui kejadian tersebut membuatnya masuk ke tempat gelap dalam dirinya. Tempat gelap yang sudah lama dia tinggalkan. Dan kita dapat lagu entrance The Brood yang serem itu menghiasi seteru mereka ini! Keren adalah satu kata yang kupakai untuk menggambarkan konflik mereka. Edge yang menggunakan kalimat pertama yang ia ucapkan di atas ring WWE untuk mengintimidasi Rollins menambah banyak kepada bobot cerita mereka. Eksekusi matchnya dilakukan dengan perfect. Sejak dirinya clear untuk beraksi lagi, Edge sebelum ini selalu berusaha membuktikan diri. Match-match dia semuanya kepanjangan. Kali ini tidak. Edge tampak lebih fokus kepada yang actually bisa dia lakukan ketimbang membuktikan diri. Dan hasilnya sebuah match yang seru dan intens. Rollins di sini bertugas sebagai algojo; dia terus mengincar leher belakang Edge. Match mereka jadi ada ritme dan tensi, dan purpose. Inilah yang membuatnya enjoy untuk diikuti. Kita peduli sama setiap gerakan, bantingan, dan counter yang dilakukan.

Keseruan dan physicality match ini diikuti ketat oleh pertandingan Damian Priest melawan Sheamus. Ini melampaui ekspektasiku. Pertandingan mereka nyaris kayak pertandingan gede yang dibuat oleh acara NXT. Mereka saling bergantian mengenai lawannya dengan gerakan-gerakan yang terlihat sakit. Aksinya memang tak sempurna, karena sesekali kita temukan gerakan yang timingnya kurang pas. Either Sheamus tampak menunggu terlalu lama, atau Priest kagok dikit sebelum nyerang. Tapi kalo mengingat ini adalah dua orang berbadan gede yang berantem, kekagokan dan semua itu tadi malah menambah ke aspek realisme yang dipertontonkan. Pertandingan mereka ini terasa seperti yang gak diniatkan untuk bagus, tapi Sheamus dan Priest give it all and make it good.

Dua pertandingan Tag Team yang dijadwalkan mestinya mencontoh hal tersebut. Kejuaraan Tag Team dari Smackdown adalah soal keluarga, sedangkan yang dari Raw adalah soal persahabatan. Mereka sama-sama punya tema, sama-sama melibatkan tim yang sudah terbukti sanggup bikin penonton melotot menatap. Namun kedua pertandingan tersebut hanya berakhir secukupnya. Asal sudah memenuhi fungsi saja. Orton dan Riddle memuaskan penonton lewat kerja sama mereka menumbangkan Omos (dan AJ Styles). Kembar Uso membuktikan mereka bisa kembali kompak sehingga bisa memberi pelajaran pada duo ayah-anak Rey dan Dominik. Match mereka gak pernah terasa lebih besar daripada itu. Aksi dan alurnya pun standar-standar aja.

Itulah, WWE di sini punya kesempatan untuk all-out melakukan counter yang heboh. Mereka punya penutup yang keren, tapi perjalanan menuju klimaks tersebut tidak benar-benar digarap dengan baik. WWE masih pada formula selang-seling antara pertandingan bagus dengan pertandingan cooling-down. Tapi kali ini, cooling downnya agak sedikit kebanyakan. WWE memang punya counter-measure, tapi mereka meletakkannya ke tangan yang salah.

 

Aku yakin gak satupun dari lima puluh ribu penonton di arena itu yang kepikiran bahwa Goldberg lawan Lashley ternyata akan berat di drama. Apalagi drama yang ‘protagonis’nya adalah Goldberg. Dan anaknya. Yang masuk gitu aja, dan gak bisa akting! See, kecenderungan WWE (yang lama-lama bisa jadi penyakit) adalah mereka lebih memilih menampilkan kejutan dibandingkan mengambil langkah yang benar tapi telah diduga oleh penonton. WWE tu kayak alergi menuruti keinginan penonton. Kita ingin Lashley menang dari Goldberg, dalam match yang ‘beneran match’. WWE memberikan match yang ternyata tak lebih dari cutscene dalam video game, Lashley memang menang tapi matchnya gak penting, melainkan cuma untuk memperpanjang story. Sebenarnya ini bagus untuk membangun karakter beringas Lashley, tapi bahkan untuk itu saja pun WWE kayak ngasal aja. Editing Lashley unleash kursi, misalnya, direkam dengan frantic alias terlalu banyak cut. Dramanya jadi gak kenak.

Gulat itu mesti imbang, akting dan aksi. Showmanship dan in-ring skill. Dalam match Jinder Mahal lawan Drew McIntrye kita akan melihat gimana parahnya kalo keseimbangan tersebut gak ada. Matchnya jadi datar sekali. Seteru itu mestinya personal buat Mahal dan Drew, apalagi karena mereka dulunya satu tim. Tapi personal itu sama sekali gak kelihatan dalam pertandingan mereka. Melainkan cuma bag-big-bug yang bahkan gak seru-seru amat. Karena keduanya gagal dalam menceritakan. To their defense, mungkin mereka berdua juga bingung sama psikologi match karena WWE juga gak bener dalam ngedevelop feud tersebut. WWE malah membuat inti dari masalah mereka adalah soal rusak-rusakin barang. Beda lagi kasusnya dengan Alexa Bliss lawan Eva Marie. Dua superstar ini harusnya adalah karakter yang hebat di akting. Mereka seharusnya membuktikan permainan akting mereka bisa membuat pertandingan mereka menarik, menutup kekurangan di departemen aksi. BUT, akting mereka di sini ternyata gak kalah buruknya. Apalagi Eva Marie. Tidak ada intensitas dalam cerita yang mereka sampaikan. Bliss mencoba sekuat tenaga, tapi ternyata dia berakting ngomong sama boneka masih lebih menarik dan meyakinkan dibandingkan dia berakting sama Eva Marie. 

summerbliss-lilly-e1629597888172
Jangan-jangan kerusakan teknis yang terjadi sana-sini di arena itu adalah ulah Lilly?!!

 

Ngomong-ngomong soal superstar cewek, di sinilah SummerSlam yang paling failed. WWE once dikenal sebagai promotion dengan divisi cewek terbaik. WWE seperti menyangka di situlah kesempatan mereka menjegal pesaing, sayangnya justru dalam upaya mempertahankan itu, WWE jadi terjegal sendiri. WWE jadi gak berani ngambil resiko, dan memilih untuk menyerahkan kembali kepada superstar seperti Charlotte, dan Becky Lynch (Ya, Becky returns di acara ini), superstar yang sudah terbentuk, untuk menjadi ujung tombak. Cara pengembalian kepada Charlotte dan Becky itulah yang dilakukan salah oleh WWE.

Dua kejuaraan cewek dalam acara ini sama-sama membuat superstar muda yang butuh untuk dipush dan dibentuk, kalah dalam cara yang merusak momentum karakter mereka. Pada Raw, Nikki A.S.H kalah clean, dia tap out kepada Charlotte, padahal itu pertandingannya adalah Triple Threat. Umum kita ketahui, pertandingan Triple Threat biasa diadakan untuk melindungi sang juara. Supaya title bisa pindah, tanpa membuat sang juara bertahan terlihat lemah. Yang juara itu gak kalah dipin atau submit. Nah, di match SummerSlam ini, Charlotte bukan saja mengalahkan Nikki yang juara bertahan, dia juga membantai Rhea Ripley – another young star in the making. Ini overpush yang keterlaluan.

Tapi yang lebih parah adalah, kejuaraan cewek di Smackdown. Sebagai pengganti Sasha Banks yang entah karena Covid atau apa, Bianca Belair harus melawan penantang baru. Tadinya yang datang adalah Carmella, tapi kemudian muncul Becky Lynch. Penonton pun ke-hype. Bianca setuju untuk melawan Lynch. Bianca Belair yang baru-baru ini dapat penghargaan atas matchnya di WrestleMania, yang dipush gede-gedean sebagai EST saat feud dengan Bayley, yang bisa ngangkat dua orang sekaligus, dibikin kalah disucker punch dan dimanhandle oleh Becky Lynch dalam 20 detik saja (jika kita anggap kata-kata Michael Cole sebagai kebenaran, maka nama jurus baru Becky Lynch yang mirip jurus The Rock itu adalah The Manhandle Slam). Booking yang sangat mencederai karakter Bianca. WWE, sekali lagi, seperti alergi menuruti keinginan penonton – melihat match beneran antara EST melawan The Man, yang bisa saja mereka bikin saat itu. Tapi enggak. WWE memilih cara yang paling merugikan pemain barunya. Heck, ada Carmella juga di sana, mereka bisa saja bikin ini Triple Threat dan membuat Lynch ngepin Carmella instead. Dari cara kejadiannya berlangsung, Lynch seperti diniatkan untuk jadi heel. Tapi, dengan membuatnya mengorbankan superstar yang lebih butuh untuk ‘dijaga’, yang jadi heel di sini – di mata penonton – justru adalah bookingan WWE itu sendiri.

 

 

 

 

Dalam situasi persaingan yang semakin ketat, WWE seharusnya mengambil langkah yang lebih bijak dalam memperlakukan bintang-bintangnya. SummerSlam mau tak mau akan dipandang sebagai langkah counter dari WWE kepada pesaing. Setidaknya jadi langkah untuk menunjukkan WWE really care about karakter, dan produk mereka secara overall. Kejutan-kejutan memang menyenangkan. Tapi dalam konteks WWE, kejutan bisa berarti superstar favoritmu bisa kalah atau malah dipecat kapan saja. SummerSlam ini udah benar-benar kayak mencerminkan situasi WWE seputar bagaimana mereka menghandle olahraga hiburan ini. Mereka butuh untuk berhenti melempar dadu, dan menjadi benar-benar serius. Dari sekian banyak match di sini, yang benar-benar enjoyable untuk wrestlingnya hanya, dua atau tiga match. Selebihnya datar, enggak spesial, bahkan gak sedikit yang gak jelas poinnya apa – both di dunia hiburan dan di dunia olahraga-hiburan. Untuk pertandingannya sendiri, Edge melawan Seth Rollins kunobatkan sebagai sebagai Match of the Night.

 

 

 

Full Result:

1. RAW TAG TEAM CHAMPIONSHIP Riddle dan Randy Orton jadi juara baru ngalahin AJ Styles dan Omos
2. SINGLE Alexa Bliss menang dari Eva Marie 
3. UNITED STATES CHAMPIONSHIP Damien Priest merebut sabuk Sheamus
4. SMACKDOWN TAG TEAM CHAMPIONSHIP Jimmy and Jey Uso bertahan dari Rey Mysterio dan Dominik
5. SMACKDOWN WOMEN’S CHAMPIONSHIP Becky Lynch ngesquash juara bertahan Bianca Belair
6. SINGLE Drew McIntrye defeat Jinder Mahal
7. RAW WOMEN’S CHAMPIONSHIP TRIPLE THREAT Charlotte jadi juara lagi, ngalahin Nikki A.S.H dan Rhea Ripley
8. SINGLE Edge mengungguli Seth Rollins 
9. WWE CHAMPIONSHIP The All Mighty Bobby Lashley menang karena Goldberg cedera
10. UNIVERSAL CHAMPIONSHIP Roman Reigns tetap juara menang atas John Cena

 

 

 

That’s all we have for now.

Remember, in life there are winners.
And there are losers.

 

 


We are the longest reigning BLOG KRITIK FILM TERPILIH PIALA MAYA.

Money in the Bank 2021 Review

 

Sebagai manusia kita ngertilah soal keselamatan dan resiko. Sedapat mungkin, kita biasanya nyari yang resikonya paling kecil, like, kalo lagi nyebrang kita akan cenderung untuk milih nunggu ampe benar-benar kosong sebelum menyeberang daripada harus berjalan cepat-cepat di antara seliweran kendaraan dengan resiko tertabrak. Makanya, gak banyak dari kita yang bisa ikut main-main saham. Dalam investasi keuangan, ada yang namanya risk dan reward, dengan prinsip semakin tinggi resiko, maka rewardnya pun akan semakin gede pula. Kenapa kita ngomongin ini di artikel gulat? Karena WWE punya pertandingan yang juga berhubungan dengan ‘money’ dan prinsip risk-reward tersebut.

Pada Money in the Bank – sebagaimana yang diberitahukan dengan epik oleh video pembuka acara ini – resiko itulah yang menjadi reward. Ketika kalian harus bersaing dengan tujuh superstar lain, berebut naik tangga untuk meraih koper berisi kontrak kejuaraan, mau tak mau kalian harus mengambil semua resiko. Cedera, luka, patah tulang, semua itu akan menjadi reward, bersama dengan kesempatan emas. 

 

Inilah kenapa Money in the Bank selalu jadi jaminan seru (kecuali mungkin MITB tahun lalu yang lebih mendekati ke arah lucu). Hampir dipastikan, kita bakal mendapat aksi-aksi seru karena para superstar akan ngegas melakukan apa saja dengan tangga-tangga tersebut untuk memastikan lawan-lawannya tetep bobok cantik di lantai. Faktor lain yang bikin seru adalah bahwa biasanya pemenang pertandingan ini tidak terduga. Bahkan jika bisa diduga pun, pemenang MITB biasanya selalu adalah superstar fresh alias wajah baru dalam title pictures. Karena memang konsep MITB difungsikan sebagai ‘tangga’ untuk menaikkan talent papan tengah menjadi superstar papan atas. Main Eventer. Dan dua faktor seru itulah yang persisnya kita dapatkan dalam dua pertandingan MITB pada acara Money in the Bank kali ini. 

Nikki A.S.H (Almost Super Hero) memenangi partai MITB cewek dalam sirkumtansi yang bener-bener cocok dideskripsikan sebagai ‘tak-terduga’. Bukan saja karena gimmicknya yang sekarang ternyata lebih dianggap serius ketimbang gimmick ‘cewek edan’ dia yang dulu, tapi juga karena kemenangan Nikki – cara match ini berakhir – terasa sangat berbeda sekali. People surely will be divided by this. Kalian bakal either suka, atau enggak. Kemenangan Nikki terasa kayak playful take dari skenario yang mungkin pernah kita ucapkan saat nonton drama MITB. You know, sekali dua kali mungkin kalian pernah ‘capek’ juga ngeliat superstar ngambil koper kelamaan dan sibuk ganti-gantian manjat, sehingga kalian bilang “Langsung ambil aja kek”. Kemenangan Nikki terasa kayak seperti itu. Hebatnya, in the end, momen itu tetep terasa spesial. Karena keseluruhan match-nya sendiri memang enggak keren-keren amat. In fact, partai MITB cewek ini tampak lebih soft. Impact dari aksi-aksinya banyak yang ditolong oleh cut camera. Ironisnya, WWE mungkin gak mau ngambil resiko lebih banyak terhadap superstar cewek dalam waktu Bayley cedera cukup lama ini. Tapi dalam cahaya yang lebih positif, aku percaya dalam partai pembuka show ini – yang juga berarti partai pembuka dari acara yang akhirnya bisa ditonton langsung oleh fans ini – WWE pengen ngepush karakter ketimbang aksi. Makanya kita lihat Liv Morgan dan Alexa Bliss, yang sama-sama fans favorite, diberikan kesempatan bersinar dengan character-work mereka. Begitu juga dengan Tamina dan Natalya yang perlu untuk membangun kharisma sebagai juara tag-team.

mitbd3cb7ed531b58f17-600x338
WWE mengganti penyebutan Nikki menjadi Nikki A.S.H karena Nikki Ash kedengarannya kayak Nikki pan(sensor)

 

Sebaliknya pada partai MITB cowok yang muncul belakangan, barulah fans mendapat apa yang sudah lama diinginkan. Single push untuk Big E! Fans sudah lama menunggu gebrakan besar seperti ini sejak Big E dipisah dari tim New Day. Tapi dari yang terlihat di acara ini, aku punya dugaan kalo chapter Big E dengan rekan-rekan New Day bakal punya lanjutan sedikit. Aku akan ngomongin nanti, sebentar lagi, saat bahas match Kofi Kingston dengan Bobby Lashley.  For now, match MITB partai cowok ini sendiri juga sangat seru. Penuh oleh sekuen di mana kedelapan superstar akan berusaha naik tangga bergantian, menyerang dengan moves gede bergantian, dan setiap sekuen tersebut selalu diakhir dengan ‘punchline’ yang benar-benar keras. Salut buat Kevin Owens yang paling banyak kebagian jadi receiving end ‘punchline-puncline’ tersebut. Pertandingan ini juga dipakai untuk meneruskan storyline antara Drew Mcintyre dengan Jinder Mahal (yang bukan peserta match) sehingga jadi punya layer dan kedalaman. Pertandingan ini bahkan terasa extend ke luar sebab WWE menggunakan sket komedi sebelum pertandingan ini dimulai. Sket yang berfungsi untuk memperkuat karakterisasi beberapa superstar yang akan berlaga, yang nantinya menambah konteks adegan saat mereka beneran berantem di ring. Sket komedi itu berupa Riddle dan Shinsuke Nakamura, bersama Rick Boogs, ngerock bareng nyanyiin lagu tema Randy Orton, dengan Kevin Owens ‘terpana’ – ngeliatin sambil kayak, “Ini lawan gue nanti? ckckck” – di belakang mereka. I genuinely laughed at that scene.

Demi menyambut fans kembali ke arena, WWE tampak lebih bermurah hati. Mereka sudah mempersiapkan fans untuk pulang dengan excited dan bergembira. Karena tiga match terakhir acara ini berlangsung dengan sangat menghibur. MITB cowok yang penuh aksi-aksi tadi, lalu match Rhea dan Charlotte yang kuat banget di storytelling (ugh yea, aku gak nyangka aku harus bilang suka sama match yang ada Charlotte-nya) dan main event antara Reigns lawan Edge yang penuh drama. Plus WWE punya kejutan di akhir match tersebut.

Ada begitu banyak development dari awal hingga ke akhir pertandingan Rhea Ripley melawan Charlotte. Konteks seteru mereka dilandaskan dengan gemilang oleh video package, dan kemudian pertandingannya sendiri sudah seperti film! Alur match mereka udah kayak ada babak-babak tersendiri. Dari Rhea yang confident, ke Charlotte yang lebih ‘senior’ mulai menghormatinya, ke keduanya sama-sama desperate, dan berakhir pada low point pada kedua karakter, dengan karakter yang lebih licik berhasil memenangkan pertandingan. Aku gak suka sama Charlotte – is not even gak suka karena heelnya dia bagus – Aku juga berpikir Charlotte gak perlu nambah angka kejuaraan. Tapi both Charlotte dan Rhea bercerita dengan baik di sini. Mereka melakukannya dengan excellent sembari beraksi dengan sangat-sangat kuat. Aku selalu suka dengan pertandingan yang bercerita dengan baik, seperti ini. Dan kedua superstar berhasil. Pertandingan mereka benar-benar terlihat seperti kejuaraan tingkat elit. Not even chant “We want Becky” dari penonton membuat mereka slow the match down.

Main event, however, akan membuat kita bernostalgia sama pertandingan di era Attitude dan Ruthless Agression. Karena punchlinenya adalah drama seperti yang biasa kita lihat pada WWE jaman 2000an. Interferensi curang, wasit yang gak sengaja terjatuh, berantem brutal hingga ke pinggiran ring, susul menyusul finisher. Paruh akhir Edge melawan Roman Reigns superseru! Perfect match untuk partai terakhir, kejuaraan pula. Tapi match ini punya dua masalah. Pertama, paruh awalnya lambat banget. Dengan cerita mereka yang sudah memanas, seharusnya pertandingan dimulai dengan langsung ngegas aja. Kedua adalah durasi yang kepanjangan. Pertandingan Edge, sejak dia kembali berlaga di atas ring, selalu punya masalah ini. Edge no doubt punya passion tak tertandingi terhadap gulat. Kita tahu dia cinta sama bisnis ini, dan dia rela ngambil resiko supaya bisa terus melakukan apa yang ia cintai ini. Sehingga, menurutku, Edge sebenarnya tidak perlu lagi untuk membuktikan semua itu. Dia enggak perlu untuk melakukan match yang ekstra panjang. Kita semua respek Edge, dan percaya dia lebih dari sekadar “pemain lama yang balik nongol sesekali”. But I do think there’s an ‘ego’ here. Sama kayak nulis, yang kadang-kadang sebenarnya kepanjangan dan kita perlu untuk mengedit diri sendiri. Aku pikir, Edge juga perlu untuk ‘mengedit’ pertandingan yang hendak ia lakukan seperti demikian.

mitblashmitb-1000x600
New Day perlu bikin game sendiri sebagaimana Bobby Lashley perlu untuk nge-squash Kofi Kingston di sini

 

Dua pertandingan lagi yang belum kusebut sebenarnya enggak jelek, cuma memang adalah low-point dari acara ini. Kejuaraan Tag Team antara A.J. Styles dan Omos melawan Viking Raiders seharusnya bisa jadi kontes yang brutal, tapi yang kita lihat hanyalah match yang kikuk.  Secara formula, tag team ini solid. Tapi karena sebagian besar Omos-lah yang ada di driver seat, maka kekikukan itu kentara. Omos benar-benar mengintimidasi saat dia diam, dan saat dia dalam mode menyerang. Namun begitu dia harus ngesell gerakan lawan, Omos ini hampir sama ‘anggun’nya dengan Great Khali. Dia mestinya bisa mengimprove ini dengan diberikan kesempatan untuk mengeksplor sisi vulnerable karakternya. Jangan melulu diberikan tugas untuk ngesquash.

Berbeda dengan Lashley lawan Kofi Kingston, yang memang harus dibuat sebagai squash. Kofi harus dihajar habis-habisan di sini, karena ini adalah cerita Lashley tentang dia yang membuktikan dirinya tidak berubah menjadi soft. Ini adalah push bagi Lashley, untuk mempersiapkan dirinya menghadapi Goldberg, seperti yang sudah diberitakan. Membuat Lashley sedikit kepayahan melawan Kofi aja bakal membuat kredibilitas partai gede itu turun. Lashley butuh untuk benar-benar tampak kuat. Kita toh berharap Lashley yang bakal menang atas Goldberg, kan? Dibantainya Kofi juga membuka peluang untuk satu lagi storyline, yakni Big E. Seperti yang sudah kusinggung dikit di atas. Saat kemenangan MITB Big E, komentator sempat menekankan bahwa Big E bisa menantang juara brand yang ia pilih. Mengingat Reigns bakal sibuk dengan John Cena yang made a very surprising and welcome return, Big E bisa saja mampir ke Raw untuk ‘menyelamatkan’ teman-temannya. Benturan physical antara Lashley dan Big E certainly akan membantu kedua-duanya untuk menjadi karakter yang lebih kuat.

mitbe8a705f436ba6b7a-1200x675
ICONIC!!

 

 

2021 benar-benar tahun yang aneh. Aku gak nyangka bakal senang lihat John Cena balik, bakal gak marah lihat Charlotte menang sabuk lagi, dan aku gak nyangka bakal bilang match yang involving A.J. Styles adalah match yang paling lemah dalam satu acara WWE. But hey, mungkin ini justru menunjukkan betapa standar Money in the Bank 2021 memang tinggi! Storyline demi storyline fresh terset up dengan baik untuk membuat kita excited menunggu SummerSlam, ada Seth Rollins-Edge, Roman Reigns-John Cena, Alexa Bliss-Nikki, possible Big E-Lashley, dan bahkan Jinder Mahal-Drew McIntyre. Untuk penilaian, well, meskipun Charlotte dan Rhea certainly lebih kuat, tapi karena aku gak suka Charlotte dan ini seharusnya subjektif, maka aku menobatkan Money in the Bank cowok sebagai MATCH OF THE NIGHT.

 

 

Full Results:

1. WOMEN’S MONEY IN THE BANK LADDER MATCH Nikki A.S.H mengungguli Alexa Bliss, Liv Morgan, Asuka, Zelina Vega, Tamina, Natalya, Naomi
2. RAW TAG TEAM CHAMPIONSHIP Juara bertahan A.J. Styles dan Omos mengalahkan Viking Raiders
3. WWE CHAMPIONSHIP Almighty Bobby Lashley menghajar Kofi Kingston 
4. RAW WOMEN’S CHAMPIONSHIP Charlotte merebut sabuk dari Rhea Ripley
5. MEN’S MONEY IN THE BANK LADDER MATCH Big E dapat koper ngalahin Riddle, Ricochet, Seth Rollins, Kevin Owens, Shinsuke Nakamura, John Morrison, Drew McIntyre
6. UNIVERSAL CHAMPIONSHIP Roman Reigns retain atas Edge

 

 

 

That’s all we have for now.

Remember, in life there are winners.
And there are losers.

 

 

 

 

 
We are the longest reigning BLOG KRITIK FILM TERPILIH PIALA MAYA

 

 

Hell in a Cell 2021 Review

 

Terhitung hingga ulasan ini beres ditulis, ada empat puluh delapan pertandingan Hell in a Cell yang telah diselenggarakan oleh WWE sejak pertama kali diciptakan 24 tahun yang lalu. Dari otak Jim Cornette-lah pertandingan kandang neraka ini berasal. Cornette melakukan ‘lempar batu sekali, dua burung kena’ saat menciptakan itu.

Konsep Hell in a Cell ini originally bukan sebagai gimmick pertandingan semata, melainkan juga untuk memperkenalkan karakter baru. Idenya adalah mereka ingin munculin karakter baru yang seram dan kuat di luar batas wajar manusia sebagai counterfeit dari karakter Undertaker. Musuh-abadi dari pegulat dengan kekuatan supernatural tersebut. Jadi membangun situasi untuk mendukung ‘ilusi’ karakter baru tersebut, supaya penonton dalam sekali lihat bisa langsung percaya bahwa monster ini adalah ancaman yang legit untuk Undertaker. Jadi, mereka membuat kandang, menempatkan Undertaker dengan Shawn Michaels (juara saat itu yang suka bermain curang dengan dibantu oleh rekan-rekannya) untuk bertanding di dalam, dan ngebuild up kandang tersebut sebagai struktur kuat yang akan menjamin tidak akan ada yang bisa mengganggu dua superstar yang bertanding di dalamnya. Dan datanglah Kane. Monster dengan topeng, dengan lampu merah redup dan ilustrasi api seolah dari neraka. Mencabik pintu kandang dengan gampangnya. The rest are history. Cornette sukses berat membentuk Kane, dan Hell in a Cell itu sendiri sebagai yang akan diingat oleh penonton selamanya.

Kenapa aku malah membahas kejadian berpuluh tahun lalu alih-alih langsung ngereview pay-per-view yang baru saja kita saksikan? Well, tentu saja untuk membandingkan. Yang tentu saja berkaitan erat dengan menilik keadaan produk WWE sekarang ini. Hell in a Cell jadi studi kasus yang menarik, karena jelas sekali dari sejarahnya tersebut, pertandingan ini benar-benar dibangun dengan konsep yang baik. Pertandingan WWE di tahun segitu benar-benar terkonsep dengan baik. Di era modern ini, sebaliknya, Hell in a Cell hanya terasa sebagai environment. Gimmick tanpa ada bobotnya. Malah, Hell in a Cell berubah menjadi pay-per-view yang selalu ada setiap tahun; tidak lagi dilangsungkan karena kebutuhan skenario. Kayaknya langka sekali sekarang ada match Hell in a Cell yang benar-benar memanfaatkan struktur kandang itu sendiri, entah itu untuk storyline seperti yang dilakukan Jim Cornette pada awalnya, atau sekadar untuk hardcore-hardcorean seperti yang dilakukan oleh Undertaker dan Mick Foley.

Beruntungnya kita, dalam acara yang disebut sebagai pay-per-view terakhir yang berada dalam kandang Thunderdome ini (bulan depan WWE akan kembali tampil di depan penonton di dalam arena), dua match Hell in a Cell yang diberlangsungkan sangat mewakili HIAC di era kekinian dan di era lampau!

 

Pertama adalah main eventnya; Drew McIntyre lawan Almighty Bobby Lashley. Pertandingan Hell in a Cell mereka sangat terkonsep. Udah kayak match di jaman dulu itu. Di sini, kandang itu benar-benar kembali difungsikan sebagai ‘penangkal gangguan’. Dibuild-upnya adalah supaya Lashley tidak bisa dibantu oleh MVP, manajernya. Karena stake McIntyre juga dibuat gede; ini adalah kesempatan terakhirnya untuk menantang kejuaraan. Jika dia kalah, maka dia tidak bisa lagi menantanng kejuaraan ini selama masih dipegang oleh Lashley. See, ada desain di baliknya, ada stake dalam cerita. Inilah sebabnya kenapa partai ini berhasil membuat aku tertarik untuk nonton lagi. Not gonna lie, belakangan ini memang minatku untuk ngikutin Raw dan Smackdown berkurang jauh. Aku bahkan gak bergairah untuk mengulas WrestleMania Backlash bulan lalu – karena aku benar-benar benci sama namanya hahaha… Cerita Lashley dan McIntyre – walaupun pertandingan mereka kerap diulang-ulang – tak pelak membuat aku penasaran juga sama eksekusi konsepnya.

hiac20210620_HIAC_Bliss-c1b03933a430ade45d9cf464e2be6a43
Di samping itu, aku juga tertarik sama Bayley-Bianca, Alexa Bliss, dan Roman-Mysterio (yang sayangnya dicancel dari acara)

 

For the most part, the match was really great. Cerita dan konsep itu dengan cepat dipick up oleh kedua superstar yang memainkan ‘tarian’ dengan tempo cepat. Dan, katakanlah, brutal. Karena memang banyak menggunakan senjata-senjata, seperti kursi, kendo stick, meja, steel step, dan lain-lain. Mereka juga mainnya keras banget, jadi semakin terasa urgennya pertandingan ini. Terutama bagi McIntyre yang berhasil bikin dia kelihatan perlu banget untuk menang. Konsep Hell in a Cell itu dimainkan dengan baik saat ternyata justru McIntyre-lah yang membuat kandang itu bisa ‘dijebol’ oleh MVP. Sayangnya, cerita yang dimainkan di sini mulai terasa payah saat masuk ke pilihan ending. Dan inilah salah satu penyakit dari penulisan WWE jaman sekarang ini.

Mereka tau mereka punya talent-talent yang luar biasa. Mereka terbukti bisa memanfaatkan talent tersebut untuk match yang seru. Namun seringkali match akan berakhir kentang karena WWE gak punya visi storyline yang jelas. Mereka hanya mengulang formula yang sama. Sehingga banyak match WWE jadi terkesan jelek, berkat ending yang tidak memuaskan. McIntyre dan Lashley udahan lewat pin yang simpel. Begitu juga dengan Cesaro dan Seth Rollins yang matchnya kita saksikan cukup seru. The right person is winning, hanya saja cara kalahnya selalu entah itu terasa tidak konklusif, atau tidak membantu apa-apa terhadap superstar yang kalah.   

Contoh terparah dari kasus ini dapat kita lihat pada pertandingan antara Rhea Ripley melawan Charlotte. Man. Aku gak ngerti kenapa WWE terus saja memprotek Charlotte padahalnya harusnya mereka ngepush Rhea, si juara, yang actually disukai oleh penonton. Dalam match ini keliatan banget, Charlotte dibikin kuat sementara Rhea tampak seperti orang yang seperti berusaha keras untuk membuktikan diri berada di level Charlotte. Storyline kayak gini oke saat Rhea baru debut tahun lalu. Tidak sekarang. Match mereka berakhir awkward oleh DQ yang seolah Rhea terdesak banget. Partai mereka ini harusnya jadi final buat feud mereka, dengan dilangsungkan di Hell in a Cell. Tapi kita semua tahu, alasan match ini tidak di dalam kandang dengan aturan no-dq itu adalah karena WWE enggan membuat Charlotte kalah bersih.

hiacbobby-lashley-drew-mcintyre-hell-in-a-cell
Paduka Anak Emas sendiri sering membuktikan bahwa dirinya tak lebih pantas untuk dipush dibandingkan orang lain.

 

Partai Hell in a Cell kedua (meskipun lebih tepatnya pertama, karena jadi partai pembuka) tidak punya konsep. Persis kayak HIAC modern kebanyakan. Hanya pertandingan dengan senjata, di dalam kandang. Kandangnya tidak digunakan maksimal, paling cuma untuk benturin-benturin musuh dan dipanjat-panjat dikit. Namun toh, pertandingan ini tetap asik untuk diikuti karena Bayley (I called her ‘Lady Loki of WWE’) dan Bianca Belair benar-benar sudah matang dalam permainan karakter masing-masing. Terutama Bayley, karakternya sudah fleksibel banget. Sehingga, kalah pun gak bakal melukai karakternya. They know this dan benar-benar bermain sesuai keunggulan masing-masing. Kita melihat penggunaan rambut Belair dalam cara yang lumayan kreatif. Begitu juga dengan taktik heel Bayley yang gak kalah kreatifnya. Jika ini bukan Hell in a Cell, aku akan berikan nilai tinggi untuk match ini. Really. Satu-satunya hal bego di sini cuma Michael Cole yang sekali lagi membuktikan dia ngomentari match itu sambil baca skrip doang. Bayley belum ngambil double kendo stick aja, si Cole udah bilang duluan hahaha…

 

 

WWE memang masih jadi tempat tujuan jika kita mencari hiburan gulat yang gak sekadar aksi, tapi juga kuat di karakter. Cuma memang, nonton WWE ini kudu siap sebel aja. Karena bookingannya yang seringkali menurunkan nilai match-match yang tadinya sudah bagus. WWE bagus dalam gimmick match, tapi mereka terlalu cuek dan gampang banget mengorbankan konsep dan gulat itu sendiri. Match Alexa Bliss dan Shayna Baszler misalnya, it’s nothing melainkan cuma untuk nunjukin Alexa kini punya ilmu hipnotis/merasuki orang. Dua HIACnya ada yang kuat di konsep, tapi eksekusi malesin, dan ada juga yang menghibur tapi gak ada konsep. Pada akhirnya memang, gulat standar (tapi dimainkan dengan penuh passion dan chemistry) seperti yang disuguhkan – berkali-kali kepada kita – oleh Sami Zayn dan Kevin Owens lah yang menjadi MATCH OF THE NIGHT

 

 

Full Results:

1. SMACKDOWN WOMEN’S CHAMPIONSHIP HELL IN A CELL Bianca Belair bertahan sebagai juara atas Bayley
2. SINGLE Seth Rollins mengalahkan Cesaro
3. SINGLE Alexa Bliss ngalahin Shayna Baszler
4. SINGLE Sami Zayna beat Kevin Owens
5. RAW WOMEN’S CHAMPIONSHIP Charlotte menang DQ dari juara bertahan Rhea Ripley
6. WWE CHAMPIONSHIP HELL IN A CELL Almighty Bobby Lashley tetap juara mengalahkan Drew McIntyre 

 

 

 

That’s all we have for now.

Remember, in life there are winners.
And there are losers.

 

 

 

 

 
We are the longest reigning BLOG KRITIK FILM TERPILIH PIALA MAYA

Fastlane 2021 Review


 
Dengan Fastlane berada di antara WrestleMania dan Elimination Chamber, kali ini ‘Road to WrestleMania’ terasa jadi panjang banget. Aku gak ingat perjalanan menuju puncak itu bisa jadi seboring ini sebelumnya. I mean, sebenarnya sudah sejak 2016 WWE mengubah jadwal mereka dari yang tadinya hanya ada dua event (Royal Rumble dan No Way Out/Elimination Chamber) dalam kurun dua bulan menjelang WrestleMania, menjadi tiga event. Fastlane atau occasionally Roadblock atau satu pay-per-view ditambahkan sebagai filler/teaser WrestleMania. Dan selama itu, buatku, ya fine-fine aja. Biasanya pada Fastlane, cerita pertandingan-pertandingan yang diusung untuk WrestleMania sudah fixed. Tahun lalu bahkan Fastlane ditiadakan, dan diganti dengan ppv hura-hura di Arab Saudi. Jadi, meskipun kita tahu pertandingan di acara ini tidak penting, tapi setidaknya kita sudah hype ke WrestleMania. Tahun ini tidak terasa seperti demikian.

Fastlane selalu akan jadi ‘filler show’, tapi Fastlane tahun ini bahkan terasa lebih parah karena walking into it, WWE jelas sekali masih belum punya visi untuk WrestleMania.

 
Cerita yang ada dalam acara ini, berbagai rivalry yang bakal mengisi partai-partai di WrestleMania, masih seperti ngacak. Antara kemenangan Edge di Royal Rumble, ke memilih Roman Reigns yang sedang hot-hotnya sebagai pemimpin Smackdown, ke ‘kemunculan’ super-dramatis Daniel Bryan ke skena kejuaraan di Elimination Chamber; jalan cerita ini terasa memiliki cabang, yang tidak diniatkan melainkan cabang yang muncul karena WWE bersikap ‘lihat perkembangannya entar’. Kejuaraan Tag Team (baik divisi cowok maupun cewek) sama-sama tak-kelihatan hilalnya; dengan juara Tag Team cewek malah keseret dalam seteru Kejuaraan yang lain – praktisnya membuat mereka tak punya kandidat alias bangunan seteru yang solid untuk WrestleMania. Pada Fastlane kali ini, kita malah melihat beberapa feud baru nongol. Inilah yang menyebabkan jalan itu rasanya panjang sekali. WrestleMania hanya berjarak tiga minggu dari Fastlane, dan dengan melihat beberapa feud baru tampak mulai menuju fix pada Fastlane ini, maka kemungkinan besar pertandingan di WrestleMania akan terasa kurang hype karena praktisnya hanya ada tiga minggu untuk dibangun.

Seth Rollins pake term vision seperti menunjukkan bahwa Vince baru beres nonton serial Marvel

 
Aku sebenarnya udah hype banget sama Sasha Banks melawan Bianca Belair di WrestleMania nanti. Mereka punya ‘brand’ yang sama-sama menarik untuk diadu, untuk dijual. Yang satu The Boss, satunya lagi EST. Jangan dulu soal gimana nanti pertandingannya, ngebayangin seteru mereka aja udah bikin menggelinjang. Tapi ternyata WWE sama sekali tidak menemukan cerita yang cocok untuk kedua pegulat perempuan masa-depan ini. WWE malah ngebuild mereka ke dalam trope cerita penantang-yang-jadi-teman. Trope yang udah usang karena udah berkali-kali dilakukan. Dua superstar yang harusnya jadi rival, malah jadi satu tim dan mereka berusaha merebut sabuk tag team, hanya untuk menemukan bahwa mereka enggak cocok satu sama lain dan baru akhirnya berantem. Betul-betul sebuah kesempatan yang mubazir. Banks dan Belair harusnya punya dua bulan untuk saling mengungguli, saling ‘ribut’ mengembangkan karakter masing-masing, tapi alih-alih itu, mereka dibuat jadi sok-sok berteman dan mengejar sabuk dari juara yang juga enggak punya cerita apa-apa.
Makanya match tag team mereka di sini hambar sekali. Kita tidak sekalipun percaya mereka bakal menang. Kita tahu mereka bakal berantem. Dan seperti AEW dengan ledakan yang kecil dan malu-maluin, momen Belair dan Banks berantem di match ini pun terasa kecil dan malu-maluin. Dilakukan dengan basic, dan juga kikuk banget. Sasha Banks selalu bagus meranin karakter jahat, namun bahkan di sini pun dia tampak tak-meyakinkan. Shayna dan Nia Jax, the actual tag team champions, juga dirugikan oleh match ngadi-ngadi kayak gini, karena mereka seharusnya pun punya waktu dua bulan untuk membangun seteru dengan penantang yang lebih kredibel. Juara Tag Team kita sayangnya hanya jadi bidak dalam build-up konyol kejuaraan cewek yang harusnya bisa unik dan benar-benar gede.
Di Fastlane yang udah semepet ini dengan WrestleMania, WWE baru mulai memperkenalkan kita dengan feud-feud beraneka rupa. Ranging from Apollo Crews yang berganti karakter – yang ternyata menarik dan bikin penasaran banyak orang, hingga ke feud yang tak seorang pun minta, yakni antara Shane McMahon dengan Braun Strowman. Kalo menurutku pribadi sih, orang yang ngepitch Shane lawan Braun itu kudunya dipecat, tapi kalo ternyata ini idenya Vince sendiri ya apa boleh buat. Yang jelas, Shane dan Braun punya build yang begitu bego – melibatkan seember penuh cairan ijo (emangnya ini Nickelodeon!), sehingga fans mulai gusar di sosial media, dan WWE menghadiahi kita yang telah menyuarakan opini dengan mengubah match mereka di Fastlane ini menjadi Braun melawan Elias. Ini udah kayak kata bijak dari Minang. “Batuka baruang jo cigak”. It was a really troll move dari WWE. Satu-satunya hal yang bikin mata kita melek cuma Elbow Drop dari Elias, sisa matchnya datar, dan Shane dan Braun kemungkinan besar tetap akan jadi bertanding – di WrestleMania!
Kadang-kadang memang WWE seaneh itu. Kadang-kadang aku punya perasaan kalo Vince itu gak suka lihat kita senang, sebelum dia nyuruh kita untuk senang. Buktinya, fans udah tertarik ama rivalry antara Apollo Crews dengan Big E, tapi WWE memutuskan untuk meneruskan build up rivalry tersebut dengan cara yang… awkward mungkin kata yang tepat. Aku gak percaya akhiran match tersebut adalah botch. Jadi, Apollo ngeroll up Big E, dihitungan kedua Big E mengcounter sehingga kini dia yang ngepin Apollo, dan menang. Namun yang kelihatan di kita adalah mereka guling-gulingan dan wasit menghitung sampai lima. Sekali lagi, troll move dari WWE yang memutuskan untuk mengakhiri pertandingan Fastlane kedua superstar yang sudah saling membenci ini dengan sesepele itu. Padahal feud mereka yang menarik itu perlu untuk berakhir dengan big ending (no Big E pun intended). And also, intro musik Apollo Crews yang dia neriakin namanya itu cringe banget, mestinya ganti aja sama apa kek, nigerian war cry juga bisa.
Vince juga kayaknya baru beres nonton Black Panther.

 
Padahal kalo mereka mau, mereka bisa kok ngasih yang beneran seru dan menarik. Sheamus lawan Drew McIntyre, misalnya. Walaupun udah tiga kali nyaris berturut-turut kedua superstar itu ditandingkan, tapi WWE masih bisa nemuin narasi yang sesuai dan tetap menjaga hype pertandingannya. Eksekusinya pun beneran deliver. Match No-DQ kedua superstar-satu-kampung itu jadi total intens. Banyak spot-spot brutal yang bikin kita terhibur. Endingnya pun pas dan menutup, enggak kayak dipanjang-panjangin. Match ini fungsinya adalah untuk mengembalikan kembali (sekaligus juga reinvent) Drew McIntyre sebagai penantang kejuaraan untuk WrestleMania. Yang sedikit gak klop buatku adalah, seharusnya mereka juga ngebuild sang juara baru, yakni Bobby Lashley. Aku pikir Lashley bakalan muncul di sini, sekadar ngasih ‘message’ atau apa, tapi tidak.
Match yang benar-benar pas sesuai perkiraan, dan bekerja dengan efektif memenuhi fungsinya justru adalah match yang bukan exactly a match. Alexa Bliss melawan Randy Orton, pertandingan langka cowok melawan cewek, yang semua orang tahu akan berlangsung dalam gimmick teatrikal. Alias dengan gimmick editing kamera dan efek visual. WWE toh berhasil membuat ini tidak konyol dan menarik untuk disaksikan, meskipun kalo kata temenku “keliatan jelas bo’ongnya”. WWE kali ini membawa gimmick teatrikal tersebut lebih dekat ke atas ring. Kita akan melihat bola api terbang dan set lampu yang jatuh nyaris niban Orton, yang editannya cukup seamless. ‘Match’ berakhir dengan seperti yang sudah diduga oleh fans, yakni dengan kemunculan The Fiend. Serunya, WWE berhasil ngasih dua kejutan kecil. Pertama berupa penampilan baru dari The Fiend.
Dan kedua, cara Alexa Bliss ngepin Orton lol.

 
 
Pilihanku sebagai MATCH OF THE NIGHT jatuh kepada main event Universal Championship antara Roman Reigns melawan Daniel Bryan. Secara kualitas, match ini seru dan benar-benar bekerja dalam lingkup sebuah narasi. Bryan ingin mengalahkan Reigns, secara spesifik dengan membuatnya tap out. Maka sepanjang match, kedua superstar ini berusaha menunjukkan narasi tersebut. Bryan berusaha menjegal Reigns, berusaha menguncinya. Sedangkan Reigns berusaha mengoverpower Bryan. Simpel, tapi efektif. Bikin match jadi seru karena ada dinamika yang berjalan. Menjelang akhir, match ini memang jadi agak chaos ala-ala match di Attitude Era (meriah oleh interference dan kebegoan wasit), tapi narasi tadi tetap konsisten dilakukan. Kita akan melihat Reigns beneran tap out atau tidak; itulah yang diangkat terus oleh match ini. Nilai minusku untuk match ini cuma di-build up dan kehadiran Edge sebagai enforcer, yang menurutku kurang beralasan. Karena lucu aja kenapa Edge begitu peduli siapa yang bakal menang, padahal dia sendiri toh sudah pasti bertanding di WrestleMania. Tindakan Edge di sini seperti build up ke arah dia menjadi heel/antagonis, tapi bukankah masih ada cara lain untuk membuat dia menjadi jahat?
 
 
WWE Fastlane 2021 adalah show filler yang kalo gak ditonton pun sebenarnya gak rugi, kita tidak akan melewatkan banyak. Hanya ada satu match yang beneran penting yakni Reigns vs. Bryan, dengan campur tangan Edge. Dan satu match lagi yang fungsinya untuk pure-hiburan aja, yakni Alexa Bliss vs. Randy Orton. Selebihnya, bland, dengan beberapa aksi ring yang cukup seru. Berikut full resultnya:
1. WOMEN’S TAG TEAM CHAMPIONSHIP Shayna Baszler dan Nia Jax bertahan lagi dari Sasha Banks dan Bianca Belair
2. INTERCONTINENTAL CHAMPIONSHIP Big E tetap juara ngalahin Apollo Crews
3. SINGLE Braun Strowman menghajar Elias
4. SINGLE Seth Rollins defeated Shinsuke Nakamura
5. NO HOLDS BARRED Drew McIntyre bikin Sheamus babak belur
6. NO-DQ(?) Alexa Bliss dibantu The Fiend mengalahkan Randy Orton
5. UNIVERSAL CHAMPIONSHIP Daniel Bryan gagal merebut sabuk dari Roman Reigns

 
 
That’s all we have for now.
Remember, in life there are winners.
And there are losers.
 
 
 
 
 
We are the longest reigning BLOG KRITIK FILM TERPILIH PIALA MAYA.

Elimination Chamber 2021 Review


 
Menuju Elimination Chamber 2021, kita semua berpikir bahwa Roman Reigns adalah orang yang paling curang sedunia. Bagaimana tidak? Menggunakan powernya sebagai juara bertahan, Reigns sukses memaksakan kehendaknya kepada manajemen sehingga dia bisa untuk tidak ikutan bertanding di dalam Kandang Setan. Alih-alih seperti juara dunia di brand sebelah – Drew McIntyre harus hancur-hancuran banting tulang melawan lima mantan juara dunia lainnya di dalam pertandingan maut – Reigns simply tinggal nungguin penantangnya ditentukan dari luar kandang. Roman Reigns benar-benar dapat privilege juara malam ini, dia akan bertanding dalam keadaan segar bugar melawan penantang yang jelas sudah amburadul dari Chamber.
Tapi, kita meninggalkan Elimination Chamber dengan mengetahui bahwa bukan Roman Reigns seorang yang jadi curang sedunia di malam hari bertanggal cantik tersebut (PPV ini diselenggarakan pada 2.21.21, menurut waktu setempat). The Miz; menghabiskan sepanjang tahun 2020 dengan perbuatan curang kecil-kecilan. Mulai dari mencoba merebut kejuaraan dengan pertandingan Handicap bareng rekan tag teamnya, lalu menipu Otis supaya mau mempertaruhkan koper Money in the Bank, dan lantas actually memenangkan koper itu – secara apalagi kalo bukan, secara curang. Miz sempat kehilangan koper itu, tapi dia berhasil mendapatkan kembali kesempatan emas itu dengan beragumen masalah teknis. Turns out, puncak semua itu ternyata jauh lebih ngeselin lagi karena The Miz terlihat benar-benar seperti merencanakan semuanya. The Miz, seperti Reigns, menolak untuk tampil dalam pertandingan Chamber. Dan kemudian, kita melihat The Miz melakukan tawar menawar tentang sesuatu kepada manajer The Hurt Business. Rencana dan build up kecurangan The Miz terbayar tuntas, seperti yang kita lihat di akhir acara Elimination Chamber ini. Dia memenangi kejuaraan WWE dalam sirkumtansi yang diperlihatkan seperti heist terbesar di dalam dunia ring segiempat.
Jadi dengan begitu, kita melaju semakin dekat dengan WrestleMania, dengan disupirin oleh dua juara dunia heel yang curang. Dan ini tentu saja merupakan build up yang sangat menarik. Namuuun, di balik semua itu, aku tidak bisa mengenyahkan perasaan merasa dicurangi yang lebih menohok. Bahwa penulis dan produser di WWE-lah yang sesungguhnya menjadi paling curang sedunia (dan akhirat) dalam skenarion yang ternyata lebih bercabang-cabang daripada kelihatannya ini.

There is some ‘business’ going on…

 
Kita melihat akhirnya Edge – pemenang Royal Rumble 2021 – memutuskan pilihan. Dia menyerang Roman Reigns sebagai bentuk pernyataan bahwa dia akan menantang sabuk si Head of the Table itu di WrestleMania bulan April nanti. Semuanya seperti sudah clear, in terms of feud gede untuk acara terbesar WWE tersebut. Tapi gak pernah benar-benar tampak se-clear itu, karena keadaan yang aneh dari proses menuju pilihan tersebut. The Smackdown Elimination Chamber Match.
Partai pembuka yang penuh aksi-aksi gulat spektakuler, berlangsung selama tiga-puluh menit lebih. Memuat sidestory antara Kevin Owens dengan Jey Uso. Memuat character development yang menarik dari seorang Sami Zayn. Memuat penampilan superhuman Cesaro, yang baru-baru ini mendapat push baru. Memuat perjuangan tak-kenal menyerah Daniel Bryan, sang favorit semua orang. Match ini dibuka oleh Cesaro dengan Daniel Bryan, yang sendirinya tampak seperti dream match. Partai Elimination Chamber ini, yang pemenangnya bakal langsung menantang kejuaraan Roman Reigns ini, otomatis terbuild up sebagai sebuah epik perjuangan si pemenang nanti. Dan WWE benar-benar total, menggarap cerita perjuangan hebat – The Rise of the Ultimate Challenger , mereka menjadikan Daniel Bryan sebagai bintang yang bahkan lebih besar lagi di sini. Bryan harus mulai di match brutal ini sedari menit awal, Bryan harus bertarung dengan cedera lutut. He overcomes the odd. Mengalahkan strategi curang Reigns yang ‘menanamkan’ Jey Uso (sepupu yang jadi anak buah Reigns). Ketika musik Reigns berkumandang menandakan kedatangannya, we want to see Daniel Bryan yang udah kelelahan itu pulled one more miracle. Puncak dramatisnya tentu saja adalah ketika Bryan kalah. Meninggalkan kita dengan “Reigns curang! Reigns gak bakal bisa menang kalo Bryan masih kuat!!” Yang dibangun WWE di sini adalah cerita yang sempurna untuk feud di WrestleMania.
Makanya kedatangan Edge, yang membuat pilihannya itu, jadi terasa mencurangi kita semua. Reigns melawan Edge tentu saja bakal hebat, tapi buatku such a waste banget cerita Bryan dengan Reigns yang udah sedramatis itu harus dihentikan dan diganti dengan feud yang baru mulai lepas landas. Sehingga aku jadi gak yakin kalo ini benar adalah sebuah keputusan. Karena kemungkinan Triple Threat antara Reigns – Edge – Bryan jadi terbuka lebar. Atau, mereka bisa bikin Reigns melawan Bryan di Fastlane bulan depan, tapi match tersebut niscaya bakal terasa seperti filler gede doang.

Atau, apakah ini sebenarnya tanda bahwa WWE memang masih meraba-raba untuk WrestleMania, bahwa masih belum ada yang fix, dan semuanya masih bisa berubah. WWE hanya baru menaruh para ‘pemain’ di dalam kandang, dan mereka mencoba semua kemungkinan sambil jalan?

 
Karena, ini bukan kali pertama WWE menghentikan sesuatu yang lagi anget-angetnya. Ingat gimana Shinsuke Nakamura berjaya di Gauntlet Match, dikembalikan memakai entrance lama supaya penonton mendukung? Ya itu kejadiannya belum lama. Tapi lihat di mana Nakamura sekarang. Dia bahkan gak ikutan di Elimination Chamber ini (yang ada malah si Baron Corbin, ugh!) Push Nakamura immediately dihentikan, WWE saat itu memilih untuk meneruskan Owens sebagai penantang Reigns, meskipun storyline Owens di situ sebenarnya udah mentok.
Dan, tentu saja si Edge. Ingat tahun lalu berita gencar mengabarkan Edge bakal lanjut melawan Orton untuk WrestleMania sekarang ini? Well, yea, rumor tersebut sebenarnya masih bisa untuk jadi ‘kenyataan’. Edge could easily facing Orton, seperti misalnya dengan membuat Orton juara di Elimination Chamber ini, dan kemudian mengalahkan Bray Wyatt di Fastlane, once and for all. Tapi WWE memilih untuk nge-scrap kesemuanya. Termasuk masalah Orton dengan Bray Wyatt (dan Alexa Bliss). Masalah tersebut masih diulur entah untuk sampai kapan. Aku expecting ada penampakan The Fiend mengganggu Orton di Chamber ini, tapi ternyata tidak. Orton malah dibuat gagal oleh ‘hantu-hantu’ dari feud masa lalunya dalam pertandingan malam ini.

“Fickle!”

 
Soal The Miz jadi juara lagi, aku sih happy-happy aja. Setiap kali ada superstar yang storytelling dan promonya bagus dikasih sabuk, aku senang. Aku tipe penonton yang lebih suka sama kerja karakter daripada kerja loncat-loncatan di atas ring. Yang aku kurang sreg dari kejadian Miz jadi juara di sini adalah begitu banyak variable yang bekerja. Sekali lagi, karena WWE jadi masih kayak meraba-raba. Juga, karena aku pesimis – track record WWE soal kontinuiti memang bikin pesimis duluan. Cerita Miz ini melibatkan MVP, Bobby Lashley, Drew McIntyre tentunya, dan John Morrison. Ke mana WWE akan membawa cerita ini? Apakah di WrestleMania nanti mereka akan Fatal 4 Way – atau malah mungkin 5 Way, mengingat Sheamus juga ternyata ada andil dalam cerita McIntyre. Yang jelas, Sheamus dan McIntyre adalah inti dari Chamber match brand Raw kali ini. Apakah feud mereka berdua itu juga akan discrap begitu aja oleh WWE?
We really can’t tell karena WWE juga memang tampak sama sekali masih belum pasti juga. Mereka bisa tampak bersikukuh build up dan kemudian menghilangkannya gitu aja, hanya dalam beberapa jam sebelum tanding. Seperti yang mereka lakukan dalam match Asuka lawan Lacey Evans untuk acara ini. Match yang udah diiklankan tersebut, mendadak tidak jadi tampil. Entah itu karena Evans hamil beneran, atau WWE udah sadar dan nyerah kalo fans tuh gak mau storyline sinetron, apalagi melibatkan Charlotte yang gak belum kuat pada penampilan storytelling.
Sehingga, sejauh ini, kedua kejuaraan utama masih punya kemungkinan untuk dilangsungkan beramai-ramai, alias bukan satu-lawan-satu yang lebih bergengsi. Dan actually kalo kita lihat acara ini, malah ada satu partai lagi yang kemungkinan bakal jadi Triple Threat juga di WrestleMania nanti. Yakni partai Kejuaraan Cewek di Smackdown. For some reason, WWE belum memastikan siapa lawan Bianca Belair di Wrestlemania, dan kita malah mendapat storyline antara Bianca dan Sasha Banks (yang harusnya ditantangnya) dengan Reginald, manager dari Carmella. See, masih ngambang kayaknya semua. Dari cerita mereka berkembang, Reginald yang kayak suka ama Sasha bisa jadi adalah bagian dari rencana Carmella. Segala kemungkinan Triple Threat atau partai ramean kayak gini sesungguhnya juga merupakan pertanda bahwa masih banyak yang di luar itu yang belum mendapat perhatian dari WWE. Asuka belum jelas gimana nasibnya, tag team cowok, Intercontinental, tag team cewek, semuanya masih belum ada storyline yang fix. Kita tuh dibuat persis kayak adegan awkward di match tag team cewek di acara ini. Kita persis kayak Bianca Belair yang kebingungan mau menangkap Sasha Banks yang mau dilempar oleh Nia Jax, tapi Nia Jaxnya masih ragu-ragu.
 
 
 
WWE Elimination Chamber 2021 adalah show yang cukup ‘aneh’ buatku. I feel like, aku harusnya merasa senang dan happy, tapi juga membuatku waspada. Karena masih begitu banyak tampaknya yang masih ‘belum jelas’ dari segi story. At it worst, aku merasa seperti ikut dicurangi olehnya. Pertandingan pengisinya sebenarnya cukup seru. Enggak banyak jumlahnya, namun cukup untuk membuat kita betah duduk. Yang paling gak-banget adalah match tag team cewek, yang endingnya terlalu simpel dan dibuat-buat. Sedangkan, dua match Chambernya sukses nonjok. Yang satu isinya mantan juara dunia. Yang satu lagi dahsyat oleh sebagian besar superstar papan tengah yang tengah di-push sebagai main eventer baru, sehingga mereka pull out all the stops! The Palace of Wisdom menobatkan MATCH OF THE NIGHT kepada SMACKDOWN ELIMINATION CHAMBER
 
 
 
Full Results:
1. SMACKDOWN ELIMINATION CHAMBER Daniel Bryan jadi pemenang atas Jey Uso, Cesaro, Kevin Owens, Sami Zayn, dan Baron Corbin
2. UNIVERSAL CHAMPIONSHIP Roman Reigns menang mudah dari Daniel Bryan yang udah capek
3. UNITED STATES CHAMPIONSHIP TRIPLE THREAT Riddle jadi juara baru ngerebut dari Bobby Lashley dan John Morrison
4. WOMEN’S TAG TEAM CHAMPIONSHIP Shayna Baszler dan Nia Jax bertahan atas Sasha Banks dan Bianca Belair
5. RAW ELIMINATION CHAMBER WWE CHAMPIONSHIP Drew McIntyre kembali juara ngalahin Sheamus, Jeff Hardy, AJ Styles, Kofi Kingston, dan Randy Orton —– hingga The Miz datang merebut sabuk dengan cash in koper Money in the Bank
 
 
 
That’s all we have for now.
Remember, in life there are winners.
And there are losers.
 
 
 
 
 
We are the longest reigning BLOG KRITIK FILM TERPILIH PIALA MAYA.

Royal Rumble 2021 Review


 
 
Jalan menuju kesuksesan biasanya kan berbatu-batu. Tapi jalan menuju WrestleMania tahun 2021 ini, maaaan.. Tentu saja bagi superstar yang terlibat, terutama bagi kedua pemenang pertandingan Royal Rumble (versi cewek dan versi cowok), jalan tersebut masih penuh rintangan dan berliku-liku. Namun bagi kita, ‘pemandangan’ yang tersaji di jalan ini sungguh merupakan pemandangan menyenangkan, dan liku-liku berbatu itu jadi drama yang seru dan menegangkan.

Dimulai oleh Royal Rumble ini, jalan menuju WrestleMania kali ini nyatanya adalah jalan yang sungguh seru dan menyenangkan!

 
Biasanya, aku dalam menulis review selalu pake urutan. Pertama-tama ngomongin yang bagus-bagus dulu, ‘menjual’ tontonan tersebut – memberikannya kesempatan untuk ditonton. Baru kemudian membahas poin-poin kekurangannya – memberikan pembaca ruang untuk berdiskusi soal kekurangan tersebut. Tapi ngereview Royal Rumble kali ini, aku bingung. Karena yang ada hanya hal-hal bagus sehingga aku kesulitan untuk memulai mana duluan yang mau dibahas. Ini seperti ketika kalian baru saja mengalami suatu peristiwa menyenangkan, dan kalian menceritakan peristiwa tersebut kepada teman. Begitu banyak hal menyenangkan yang disemprotkan dalam sekali cuap! Gak tau lagi deh, for once WWE akhirnya benar-benar mendengarkan permintaan dan kritikan fans. WWE benar-benar memberikan apa yang kita mau. Goldberg gak ngambil spot bintang baru yang jelas-jelas lebih mampu bertanding beneran. Charlotte out dari title picture. Pertandingan kejuaraan dengan aksi seru dan cerita yang konsisten, lagi ‘bener’. Dua match Royal Rumble; yang memuaskan sampai-sampai bikin terharu. Dan reunian merayakan persahabatan yang penuh nostalgia. C’mon, siapa sih yang gak suka ‘diginiin’??

Jangan sampai kita melihat dua Sasha tumbang dalam satu hari yang sama

 
 
Kualitas tayangan WWE ini secara produksi juga meningkat tajam. WWE menggunakan kamera baru. Yakni teknologi kamera 8K seperti yang biasa dipakai dalam siaran football NFL. Perbedaannya langsung bisa kita rasakan dengan jelas. Entrance para superstar tampak luar biasa wah. Kalo istilah ‘awam’nya: pada bokeh semua. Kamera akan menyorot dari depan superstar, selama para superstar berjalan menuju ring, dan itu kita bisa lihat ketajaman gambar dan depth-nya cantik gila. Alexa Bliss jadi makin cantik deh hihihi
Yang jelas, WWE memang semakin kreatif dengan properti mereka. Set Thunderdome kali ini diperlihatkan dengan dekat kepada kita saat pertandingan Last Man Standing antara Kevin Owens melawan Roman Reigns berlangsung. Ini bukan saja membuat pertemuan mereka jadi semakin fresh, melainkan juga membuat kita jauh-jauh dari rasa jenuh. Change of pace dari dua match Royal Rumble. Makanya pertandingan Last Man Standing ini ditempatkan di antara dua match Royal Rumble tersebut. Supaya ada pergantian suasana, supaya kita gak jemu dengan konsep itung-itung mundur melulu. Last Man Standing itu pun dipresentasikan sedemikian rupa sehingga tidak mengurangi kepentingan pertandingannya itu sendiri. Reigns dan Owens malah tetap mencuat sebagai pertandingan yang paling intens dan utama di sini. Baik Owens dan Reigns menunjukkan kematangan mereka sebagai superstar kelas kakap – bukan hanya di Smackdown, melainkan bisa jadi juga seantero WWE pada masa ini. Kita melihat pertandingan mereka ini brutal, tapi psikologi di baliknya tetap terjaga. Kita melihat adegan gila seperti Owens ditabrak pake mobil golf, yang nanti diseimbangkan dengan adegan seperti superstar terus mengincar kaki lawannya karena memang logika pertandingan ini adalah pertandingan yang hanya bisa dimenangkan saat lawan tidak mampu berdiri dalam sepuluh hitungan.
Another great character works dapat kita jumpai dalam pertandingan kejuaraan Cewek Smackdown antara Sasha Banks melawan Carmella. Desember lalu di TLC mereka bagus banget adu gulatnya. Di PPV Royal Rumble kali ini, match mereka secara aksi agak sedikit lebih sloppy, tapi kekuatan mereka di sini terletak pada psikologi karakter. Carmella berantem dengan taktik (baca: Reginald) dan Sasha berusaha membuktikan dia masih Boss di divisi ini. Pertandingan ini diniatkan untuk mempush development karakter mereka masing-masing. Menarik sekali menyimak ke mana arahan heel tak-biasa dari Carmella ke depannya (tak biasa karena biasanya superstar cowok yang dibantu curang oleh manager cewek – dan di sini Reginald malah bukan tipe manager ‘tradisional’ ala WWE). Dan tentu saja karakter Sasha juga semakin bikin penasaran, terlebih ketika kita nanti mengetahui siapa yang bakal jadi lawannya di WrestleMania saat pertandingan Royal Rumble cewek usai.
Dua pertandingan Royal Rumble di sini boleh jadi yang bakal jadi paling memorable bagi kita dibandingkan Royal Rumble beberapa tahun belakangan. Karena keduanya memberikan pemenang yang cerita perjuangannya sama-sama heartfelt banget. Pertama, ada Bianca Belair. Relatif-pendatang-baru yang karir gulatnya memang masih semuda itu. Belair dulunya seorang atlet fitness Crossfit dan baru ‘berlatih’ sebagai pegulat di WWE tahun 2016. Hanya lima tahun, dan Belair udah mecahin rekor African-American superstar kedua yang memenangi Royal Rumble – setelah The Rock (ini membuat Bianca praktisnya sebagai African-American superstar cewek pertama yang menang Royal Rumble!) Jet yang membuatnya meroket ini bukan serta-merta dipasangkan begitu saja, Belair membuktikan bahwa dia pantas. Fisiknya luar biasa, karakter worknya bagus, dan dia juga unik dengan rambut panjang yang sesekali dijadikan cambuk untuk menyerang. Belakangan juga Smackdown ngebuild Bianca dengan proper, sehingga kemenangannya memang sudah diharapkan oleh banyak fans. Dan kedua, dari sisi Royal Rumble cowok, ada Edge. Superstar legend yang gak perlu ditanya lagi prestasinya di dalam ring. Kemenangan Edge jadi begitu emosional (dan gak ngeselin) karena karir Edge dipercaya banyak orang – termasuk dirinya sendiri – udah berakhir sejak divonis cedera leher parah. Tahun lalu Edge balik dan bikin kaget banyak orang, dia sudah diset untuk kembali secara permanen, namun dia cedera lagi. Jadi ketika Edge muncul lagi dan actually menang, ini seperti keajaiban gede bagi para fans.
Terakhir kali Edge memenangkan Rumble adalah pada tanggal 31 Januari 2010. Tepat sebelas tahun setelah itu – setelah melalui banyak cedera dan jauh dari ring – Edge kembali mengukir prestasi tersebut. Bukan menang sekadar menang, Edge menang sebagai peserta nomor urut pertama, berhadapan dengan Randy Orton sang musuh bebuyutan. Ya, cerita Edge dalam match Royal Rumble ini benar-benar dimainkan oleh WWE ke dalam konteks sehingga terasa sangat emosional. Dan bukan hanya Edge yang malam Royal Rumble itu ada di atas ring setelah divonis gak-bakal bisa tanding lagi seumur hidup. Ada Daniel Bryan. Dan surprise, surprise… Christian!
“For the benefit of those with flash photography…”

 
Royal Rumble terkenal karena peserta-kejutan, dan kejutan yang disiapkan oleh WWE kali ini sungguh bikin emosi meluap. Bukan hanya nostalgia, tapi kali ini WWE benar-benar menggunakan ‘legend-legend’ itu untuk memperkuat cerita. Para legend kali ini beneran seperti membantu banyak superstar muda, tak lagi tampak seperti ngambil spot mereka. Lihat saja Victoria yang sempat-sempatnya ‘ngajarin’ jurus Widow’s Peak dengan benar kepada Peyton Royce, atau bagaimana Victoria membuat Shayna Baszler tampak kuat. Jillian Hall aja membantu banget buat karakter komedi si Billie Kay. Aku senang karena walaupun banyak legend yang muncul, Edge yang actually jadi hero utama, tapi fokus pengembangan tetap pada superstar masa kini. Damien Priest, misalnya, superstar yang naik kelas dari NXT di Rumble ini dibook kuat banget, eliminasi empat orang – termasuk single-handedly membuang Kane. Dan kemudian ada Bobby Lashley yang membuang Priest, praktisnya membuat Lashley jadi super brute-force. Aku bahkan gak kesel Alexa Bliss tampil singkat banget, karena karakternya gak benar-benar butuh Royal Rumble. Atau, lebih tepatnya, Royal Rumble yang udah keren ini gak butuh kekuatan editing alias transformasi Alexa karena itu akan meruntuhkan match ini – membuatnya jadi gak make sense.
Tentu, acara ini juga gak luput dari botch. Namun di sini botch-nya lebih ke teknis, misalnya soal Paul Heyman yang menghabiskan waktu terlalu lama untuk membuka tangan Reigns yang terborgol. Membuat match Last Man Standing itu jadi konyol karena wasit terpaksa menghentikan hitungan sampai borgolnya terlepas. Accident happens, dan kita gak bisa tau pasti apa memang kuncinya yang macet atau gimana. Knowing WWE, kurasa kejadian ini bisa mereka ubah anglenya untuk dijadikan storyline ke depan. Sama kayak momen Royal Rumble Bianca dan Rhea yang kedua kakinya kayak udah menyentuh lantai – botch yang tak terhindarkan – yang menurutku, jika WWE memilih untuk mengacknowledge ini, WWE bisa menjadikan kejadian tersebut sebagai storyline.
Uh-oh, Carlito baiknya jangan ngelakuin sesuatu yang ‘cool’ dengan apel itu, karena kita masih suasana pandemi hihi

 
 
 
Senangnya ketika acara WWE terasa tidak terlalu panjang, penuh keseruan dan hantaman emosional seperti Royal Rumble ini. Sehingga botch atau konyol-konyol sedikit pun tak jadi masalah besar. Match Goldberg yang isinya finisher melulu juga somehow jadi asik-asik aja buatku. Melihatnya aku malah jadi teringat sama main Yugioh; karena TCG meta jaman sekarang pun duelnya persis seperti begitu. Satu-combo saja, hanya saja jadi seru karena Goldberg dan McIntyre yang tuker-tukeran finisher itu kayak duelist yugioh yang top-deck silih berganti. Dan – maafkan karena aku membuat analogi yugioh lagi – match Royal Rumble cowok bisa kita anggap sebagai deck yugioh yang berisi tiga puluh kartu staple! Alias match tersebut isinya superstar-superstar papan tengah ke atas yang favorit semua! The Palace of Wisdom menobatkan MATCH OF THE NIGHT kepada partai Royal Rumble cowok, sementara kemenangan Bianca Belair dinobatkan sebagai MOMENT OF THE NIGHT
 
 
 
Full Results:
1. WWE CHAMPIONSHIP Drew McIntyre jadi juara bertahan ngalahin Goldberg
2. SMACKDOWN WOMEN’S CHAMPIONSHIP Sasha Banks mempertahankan sabuknya dari Carmella
3. 30-WOMEN’S ROYAL RUMBLE Bianca Belair menang dengan menyuguhkan salah satu penampilan Rumble terbaik
4. UNIVERSAL CHAMPIONSHIP LAST MAN STANDING Roman Reigns tetap juara mengalahkan Kevin Owens
5. 30-MEN’S ROYAL RUMBLE Edge menuju WrestleMania!!!
 
 
 
That’s all we have for now.
Remember, in life there are winners.
And there are losers.
 
 
 
 
 
We are the longest reigning BLOG KRITIK FILM TERPILIH PIALA MAYA.
 
 
 
 
 

TLC: Tables, Ladders, and Chairs 2020 Review


 
 
Akhir tahun dan Natal identik dengan semangat keluarga. Sehubungan dengan itu, maka WWE memberikan kita kisah dua kepala keluarga. Yang satu, kepala keluarga yang bekerja keras demi keluarga. Yang benar-benar berjuang menyediakan keluarganya tangga, kursi, dan meja.. eh salah, sandang, pangan, dan papan. Sementara satunya lagi, adalah kepala keluarga yang menunjuk dirinya sendiri. Menggunakan muslihat dan gertakan supaya ditakuti, supaya anggota keluarga tunduk kepadanya, dan kemudian menggunakan mereka untuk kepentingan pribadinya. Dua kepala keluarga yang menganut paham berbeda soal honor dan perjuangan. Dua kepala keluarga itulah, Kevin Owens dan Roman Reigns, yang dibenturkan oleh WWE sebagai partai puncak. Seharusnya.
Sejak berubah haluan menjadi antagonis, Roman Reigns tak pelak menjadi atraksi utama dalam siaran WWE. Membuat brand Smackdown – tempat Roman Reigns bernaung – solid dalam capaian penonton. Mengalahkan brand Raw yang ratingnya anjlok banget-bangetan. Sampai network/pihak penyiar brand merah itu ngamuk-ngamuk. Tahun 2020 ini memang tahun yang berat bagi show semacam WWE; show yang mengandalkan reaksi live dari penonton. Kalian yang masih getol ngikutin Raw dan Smackdown setiap minggu, pasti ngerasa kalo memang yang paling santer dibicarain adalah soal Roman Reigns. Dan ini bukan hanya karena karakter itu akhirnya berubah jadi jahat (sesuatu yang tadinya dianggap impossible bagi banyak fans, mengingat Roman Reigns adalah golden boy WWE era kekinian), melainkan karena WWE memainkan perubahan karakter tersebut dalam cerita yang tepat.
Settingnya adalah keluarga besar. Sesuatu yang bisa mudah untuk direlasikan. Apalagi WWE kan memang ibaratnya udah kayak sinetron buat cowok; menggodok cerita tentang pria yang ingin jadi kepala keluarga yang hebat jelas beresonansi sekali dengan demographic penontonnya. ‘Drama’ Reigns menjadi semakin seru setelah dibentrokkan dengan Kevin Owens. Their storyline’s just come off natural. Klasik benturan sudut pandang. Dan WWE meng-capitalize story tersebut dengan membiarkan keduanya untuk ‘berperang’ di TLC. Yea, the match is war! Kerasnya pertarungan mereka sangat terasa, dan itu bukan saja karena mereka dibanting-banting ke kursi, tangga, dan meja. WWE gak menahan-nahan, dan benar-benar memanfaatkan peraturan no-dq untuk memperpanas suasana. Owens, the clearly better man in the story – hero yang orang ingin untuk berhasil, dibuat berjuang sangat keras karena baginya ini adalah handicap satu-melawan-dua. Roman Reigns dibantu oleh sepupunya, sesuai dengan karakternya sebagai kepala keluarga yang ngeabuse. Dan Owens, being kepala keluarga yang gak mau menyerah, benar-benar bangkit terus walau apapun yang menghalanginya. Bagusnya, WWE tidak membuat Owens layaknya manusia super. Tidak seperti Roman Reigns kalo dia dikeroyok pas masa-masa dia babyface dulu. Kedua pihak yang berseteru sama-sama desperate dan mati-matian, dalam spektrum berbeda. Dan itulah yang membuat match mereka sangat seru.

Carmella cosplay jadi Cheetah?

 
 
Smackdown is clearly on a roll dengan cerita dan karakter-karakter yang sangat fresh. Match brand biru satu lagi di PPV ini adalah Sasha Banks melawan Carmella. Yang ternyata jauh lebih solid daripada yang aku bayangkan. Build up match ini juga bagus, leading up ke pertandingan dengan elemen dramatis yang gak dimainkan dengan lebay. Carmella tampak meyakinkan sebagai heel dengan karakternya yang baru. Yang smart tapi vicious. Dan aku suka dia punya asisten yang seperti reference dari peran Carmella yang dulu sebagai sidekick R-Truth. Sasha Banks juga tampak begitu berapi-api di match ini. Move tribute buat Eddie Guerrero akan selalu bikin kita bersorak, dan Sasha berhasil pull it off dengan tanpa-cela. Sorotan mainstream yang didapat Sasha karena muncul di season 2 serial The Mandalorian bakal memperlama sabuk juara melingkar di pinggangnya, dan Sasha sudah lebih dari siap untuk menghandle semua ‘tanggungjawab’ dan bertindak sebagai juara.

Survivor Series memang sudah berlalu, tapi persaingan kualitas itu akan terus ada. Puncak tangga sementara ini ditempati oleh Smackdown yang punya cerita lebih seru dan karakter-karakter yang lebih fresh. Sedangkan Raw, meskipun menghidangkan lebih banyak ke atas meja, tapi terasa stale. Butuh api, atau mungkin ledakan, untuk membuat kita bisa lebih betah duduk di kursi menontonnya.

 
Jawaban dari Raw untuk tuntutan dari USA Network perihal rating mereka yang rendah adalah menghadirkan kembali Charlotte Flair. Sebagai rekan tag team Asuka. Sebagai protagonis. Ugh…
Berbeda sekali dengan approach yang diambil oleh Smackdown yang mengangkat elemen fresh. Raw justru tetap tak mengambil resiko. Charlotte instantly didorong ke title picture. Dan bahkan menang, tanpa ada kesusahan. Padahal lawan yang ia hadapi adalah tim yang selama ini meneror divisi wanita di Raw. Ini taktik lama; superstar populer didorong untuk menang terus. Padahal sebenarnya match ini masih bisa dibuat menarik. Bikin Charlotte kesusahan, bikin Nia Jax dan Shayna Baszler tetap mendominasi. Bikin Asuka dan Charlotte dalam bahaya. Tapi enggak. Tidak ada yang spesial di match yang didesain untuk ngehype si Charlotte. Enggak ada intensitas, enggak ada ketegangan, karena dalam hati kita udah was-was kalo resultnya bakal so obvious. Match ini standar aja, dia di-hot tag oleh Asuka dan menggempur habis-habisan. Ini gak baru, ini basi. Heck, bahkan move Charlotte pun gak ada yang baru. Moonsaultnya aja botch kok; keliatan banget gak kena.
Padahal tadinya aku sempat senang. Kejuaraan Tag Team Raw berakhir dengan cukup fresh. Aku lega akhirnya New Day yang tingkahnya udah usang itu kalah, dan pertandingan dimenangkan oleh Hurt Bussiness dengan bibit-bibit seteru baru; Shelton yang ditag-tanpa-consent oleh rekannya sendiri. Nah, hal-hal kayak gini yang bikin kita penasaran untuk menonton kelanjutannya. Untuk meminta apa lagi yang bakal terjadi pada karakter stable Hurt Bussiness itu sendiri.
TLC match versi Raw juga mestinya belajar banyak dari Smackdown. Karena while greatly ngepush Drew McIntryre sebagai pejuang tangguh, superstar yang lain tidak diberikan sesuatu. AJ Styles di-match tersebut merupakan AJ Styles hebat yang biasa. Gak banyak bedanya Styles yang berbodyguard, dengan yang enggak, bahkan di environment no-dq kayak TLC ini. Namun karena both Styles dan McIntyre adalah great wrestlers, maka paruh awal match ini masih seru untuk diikuti. Gak banyak superstar yang mampu menyuguhkan pertandingan TLC yang seru, tanpa bergantung kepada spot-spot gede. Styles dan McIntyre adalah contoh yang ‘gak banyak’ itu. Mereka berdua lebih mengandalkan aplikasi gerakan yang cerdas ketimbang terbang-terbangan atau hancur-hancuran. Bagian paling mengecewakan dari match ini jelas adalah saat Miz datang ngecash-in koper MITB, membuat pertandingan menjadi Triple Threat TLC. Miz di-book bego banget malah nge-cash di tengah match. Dan ujug-ujug gagal. Ini semua menunjukkan WWE udah nyerah dengan koper MITB mereka tahun ini. Mereka benar-benar gak tahu koper itu harus diapain sejak diberikan kepada Otis sebagai pemenangnya yang sah. Mungkin sebaiknya, konsep MITB juga harus diperbarui, atau paling tidak, diistirahatkan dulu beberapa tahun sebelum dimunculkan kembali supaya fresh.

Bakar dulu biar bisa bangkit dari abu

 
 
Ternyata Raw punya jawaban kedua untuk tuntutan pihak network. Dan jawaban kedua ini membawa harapan untuk menjadi lebih baik. Untuk memperbaiki rating, Raw sepertinya ingin diarahkan untuk sedikit lebih ‘ganas’ lagi. Match Firely Inferno antara Randy Orton dan The Fiend sepertinya adalah pemanasan untuk ke arah. Karena match ini ternyata ‘less of a match dan more of a trick yang ngeri’. Dan ini fresh. Konsep Inferno Match yang sudah ada sejak tahun 90an, diubah sehingga bukan hanya tampilannya lebih wah, tapi juga lebih memudahkan buat superstar yang terlibat. Tak lagi berupa ring yang dikelilingi oleh api, melainkan api tersebut ada mengelilingi barikade pembatas ring. Sehingga superstar bisa lebih leluasa bergerak dan beraksi. Konsep ini juga pas dengan karakter The Fiend, yang sama seperti Kane dan Undertaker (penggagas Inferno match original); yakni sama-sama monster supernatural.
Untuk aksinya sendiri, meskipun sebenarnya gak banyak gerakan wrestling, tapi WWE membuatnya tetap seru dengan teknik editing ala cinematic match. Dalam match Inferno, pemenang ditentukan oleh siapa yang lebih dulu membakar anggota tubuh lawannya. Elemen inilah yang dimainkan menjadi maksimal oleh WWE, karena keleluasaan mereka menggunakan teknik editing. Kita bisa melihat adegan-adegan intens seperti The Fiend membakar kursi yang sedang diduduki oleh Orton. Atau Orton membakar The Fiend yang tepar di atas ring. Terlihat brutal jika dieksekusi dengan editing yang baik, padahal match ini justru paling aman. Dan bagi kita, ini udah kayak hiburan nonton film. Dan kupikir, jika memang ini adalah jawaban yang tepat untuk USA Network, aku gak akan masalah menonton Raw dengan sisipan match cinematic seperti ini. Asalkan waktu dan kondisinya tepat.
 
 
So yeah, WWE TLC 2020 masih dapat digolongkan sebagai PPV yang harus-ditonton. Karena cukup banyak elemen fresh dan unik untuk disimak. Khususnya dua pertandingan dari Smackdown. Aku berikan MATCH OF THE NIGHT kepada Roman Reigns melawan Kevin Owens. Pertandingan-pertandingan dari Raw juga sebenarnya masih layak ditonton, meskipun banyak berisi aspek yang mengecewakan dan tidak maksimal dari segi bookingan. Jika kalian suka cinematic match (alias pertandingan yang udah diedit), FireFly Inferno jelas bisa jadi penghibur yang superseru. WWE mulai ‘bermain dengan api’, semoga ini jadi awal perubahan yang baik.
 
 
Full Results:
1. WWE CHAMPIONSHIP TLC Drew McIntyre bertahan dari AJ Styles, dan The Miz yang join di tengah pertandingan
2. SMACKDOWN WOMEN’S CHAMPIONSHIP Sasha Banks mempertahankan sabuk dari Carmella
3. RAW TAG TEAM CHAMPIONSHIP Hurt Bussiness’ Cedric Alexander dan Shelton Benjamin jadi juara baru ngalain The New Day
4. WOMEN’S TAG TEAM CHAMPIONSHIP Asuka dan partner-misterinya, Charlotte Flair merebut sabuk dari Nia Jax dan Shayna Baszler
5. UNIVERSAL CHAMPIONSHIP TLC juara bertahan Roman Reigns mengalahkan Kevin Owens
6. FIREFLY INFERNO Randy Orton membakar The Fiend Bray Wyatt!!
 
 
 
That’s all we have for now.
Remember, in life there are winners.
And there are losers.
 
 
 
 
 
We are the longest reigning BLOG KRITIK FILM TERPILIH PIALA MAYA