Bertepatan dengan Hari Perempuan Sedunia (International Women’s Day) 2020, enam pegulat wanita berjalan memasuki struktur kerangkeng berterali rantai baja yang dikenal dengan Elimination Chamber. Mereka bertarung memperebutkan hak untuk menantang “The Man” sang Juara Wanita di Wrestlemania. Asuka, Liv Morgan, Natalya, Ruby Riott, Sarah Logan, Shayna Baszler. Mereka sejatinya adalah personifikasi dari karakter wanita masakini. Yang kuat, independen. Berdaya. WWE seharusnya bisa mengapitalisasi ini, lebih dari sekadar membuatnya sebagai partai utama. Namun penulisan alias booking yang dilakukan oleh WWE dalam ngepush superstar wanitanya malah mengurung mereka dalam bayang-bayang perlakuan terhadap superstar pria. Dan kemungkinan terburuknya, WWE malah justru mengubur keenam superstar ini sebagai dampak jangka panjang.
Masalah utama yang menggerogoti pertandingan ini berasal dari tidak adanya ke-unpredictable-an. Meskipun dengan planting berita Vince McMahon meragukan Shayna, tetapi tetap tidak menyurutkan dengung penggemar yang sudah bersikeras tahu bahwa satu-satunya superstar yang jadi Juara Wanita NXT dua-kali itulah yang bakal menang dan melawan Becky Lynch di bulan April nanti. Jadi, WWE lantas membuat Shayna menjadi begitu powerful dan melibas semua lawannya di pertandingan Elimination Chamber ini – mereka ingin membuatnya sebagai sesuatu yang spesial sehingga sekalipun bagi kita enggak surprise dia yang menang, paling enggak mereka bakal melakukannya dengan sensasi heboh. I like Shayna Baszler. Aku menikmati masa-masa kejayaannya di NXT. Di sana, dia sudah brutal – Shayna ini memancarkan kesan “well, she could legit broke her opponents if she wanted to” – tapi dia dibuat grounded, as in, dia masih mungkin untuk kalah. Setiap pertandingannya di NXT, kita masih bisa merasakan kemungkinan lawannya bakal mengungguli dia. Sayangnya, kesan itu sirna ketika Shayna muncul di Raw dan mengigit leher Lynch hingga berdarah-darah. WWE demen membuat sensasi besar untuk produk utama mereka. Alih-alih membuat Shayna menang Royal Rumble sehingga bisa diperkenalkan sebagai petarung kuat manusiawi dan kemudian membuild up-nya perlahan sebagai penantang yang legit mengerikan buat Becky Lynch, WWE mengambil jalan yang lebih sensasional dengan membuatnya seperti vampir dan ‘membunuh’ lima superstar-cewek top di Elimination Chamber. Kita semua sudah tahu Shayna bakal lawan Becky tapi WWE tetap mengadakan match Elimination Chamber untuk ‘melantik’nya dengan mengorbankan lima talent lain.
Sehingga yang kita dapatkan adalah pertandingan yang menampilkan Shayna mendapat treatment persis seperti Brock Lesnar di Royal Rumble bulan Januari kemaren – hanya saja sekarang environmentnya adalah kandang – namun lebih membosankan karena jeda antara terbukanya bilik satu peserta dengan bilik berikutnya adalah lima menit sehingga kita akan lebih banyak melihat Shayna bergaya ketimbang actual wrestling. Efek ke depannya bakal lebih parah, karena enggak seperti Royal Rumble, dalam Chamber peserta yang kalah itu adalah yang bener-bener dihajar sampai out. Kelima lawan Shayna yang malang itu kalah dengan mengenaskan sehingga jika nanti Shayna beneran jadi juara, tidak ada lagi penantang yang dirasa benar-benar kredibel untuk melengserkannya. Because everyone of them has been destroyed easily. Dengan kata lain, WWE sekali lagi mendorong karakter mereka ke sudut mati – membuat mereka bakal susah berkembang – hanya demi sensasi. Dikarantina, tapi bukan karena corona.
Jika ada yang bisa dipetik dari persoalan Shayna Baszler di Elimination Chamber ini, maka itu adalah sensasi jangan terlalu dicari-cari. Seperti misalnya ketika march di IWD2020, kita cukup bawa spanduk bercetuskan opini, menyuarakan pendapat sesuai tempat; enggak perlu ampe buka baju segala kan, yang ada malah mancing ribut ntar. Pesan yang ingin disampaikan WWE jelas dan dapat diterima, hanya saja cara yang mereka pilih dalam menyampaikannya bukanlah cara yang baik dan bisa diterima oleh banyak penonton.
Sebagai perhentian terakhir sebelum Wrestlemania, acara ini memang gak bisa berkelit dari posisinya sebagai filler. Setidaknya ada dua kejadian un-unpredictable lagi yang kita saksikan sebelum main-event ‘pembantaian karakter’ tadi terjadi. Kemunculan Undertaker dan kemunculan Kevin Owens. Masing-masing pada match AJ Styles melawan Aleister Black dan match tagteam Seth Rollins dan Murphy melawan Street Profits. Kenapa bisa ketebak? Ya karena sudah sebulan ini mereka nanemin bibit seteru antara Styles dengan Undertaker dan antara Owens dengan Rollins untuk Wrestlemania. Jadi ketika di Chamber ini salah satu dari dua pasangan-feud itu bertarung dengan lawan yang berbeda, maka sudah bisa dipastikan akan ada ‘tamu tak diundang’. Akibatnya tentu saja pada match yang sedang berlangsung itu sendiri. Pada match tagteam tadi misalnya; kemunculan Owens (yang sudah dinanti-nanti) completely mengalihkan fokus dari Street Profits yang menampilkan salah satu aksi pertandingan yang paling menghibur. It was a good match tapi kepentingannya malah jadi seperti membuild up Owens dan Rollins. Begitu juga dengan kasus Black melawan Styles. Aduh, ini mungkin sajian buruk dari kedua superstar hebat itu, karena matchnya sedari awal sudah gak make sense. Pertandingan no-DQ mereka jadi terasa terlampau panjang, karena mereka gak langsung ngegas. Styles ditemani dua rekannya, tapi mereka membantu dengan malu-malu, padahal sah bagi mereka untuk langsung masuk dan menyerang Black sedari bel bunyi. Dengan begitu, susah untuk kita merasa peduli dan ya kita jadi hanya menanti kemunculan Undertaker saja. mungkin mereka mengulur waktu dalam rangka nungguin Undertaker jalan menuju ring
Literally, hal tak-terduga yang kita dapat di acara ini adalah kemenangan Sami Zayn, dalam pertandingan Handicap 3-lawan-1. Matchnya sendiri sangat gak spesial, bahkan aku cenderung kasian ama Braun Strowman yang keliatan jelas penulis bingung memberikan cerita buat dirinya. Namun setidaknya WWE kali ini menjalankan logika dan enggak membunuh kredibilitas Zayn, Nakamura, dan Cesaro dengan membuat mereka kalah melawan satu orang. Pertandingan Elimination Chamber satu lagi – yang antar 6 tim memperebutkan sabuk Tag Team Smackdown – juga penuh dengan kejutan menyenangkan. Berupa gerakan-gerakan spektakuler dari para superstar dalam menyerang lawan-lawannya. Lince Dorado manjat ampe tengah kandang, dan berayun terjun kayak spiderman kesurupan. Otis berlari menembus pintu kaca anti-peluru. Masing-masing tampak beraksi pada rel karakter mereka, sehingga pertandingan ini jadi terasa enggak sebatas crash-n-burn, melainkan juga beberapa cerita yang numplek jadi satu. Ending pertandingan ini lebih lambat dan kalah menarik dibandingkan porsi tengahnya, tetapi memuat bobot karakterisasi Miz dan Morrison sebagai tim songong yang bertarung dengan otak sebagai pelengkap aksi parkour mereka.
Permulaan acara ini sesungguhnya tidak buruk. WWE memberikan kepada kita variasi gaya gulat, terbaik dari yang mereka punya. Jika kalian suka pure high-flying, maka match Andrade melawan Humberto Carillo sudah barang tentu akan sangat menghibur kalian. Kedua superstar latin ini udah bertemu untuk kesekian kali, hebatnya; belum ada pertandingan mereka yang membosankan. Malahan pertemuan kali ini terasa lebih intens karena ada cerita dendam di antara keduanya. Namun jika kalian prefer ke gulat teknik, dengan banyak submission dan taktis, maka partai pembuka antara Daniel Bryan melawan Drew Gulak bakal jadi kejutan paling menghibu sepanjang acara. Bagaimana tidak. Dua orang yang kayak manusia biasa. Rambut cepak. Celana pendek. So average. Sama sekali gak ada yang sensasional dari mereka. Namun yang mereka suguhkan adalah gulat yang intens baik secara fisik maupun secara psikologi. Cerita seteru mereka cukup unik. Gulak mengkritik Bryan, menyebutkan kelemahan dari gaya gulatnya. Dia bahkan ngajarin beberapa superstar teori untuk mengalahkan Bryan. Bagi Bryan, tentu saja, match ini adalah cara ia memberikan pelajaran kepada Gulak yang banyak bacot. Namun ternyata, sembari match berjalan, kita dapat melihat bahwa Bryan kini berusaha mati-matian untuk membuktikan perkataan Gulak itu tidak benar. Justru ia sendiri yang percaya ia punya kelemahan. Pertandingan mereka sangat bercerita, Gulak menangkis semua serangan Bryan. Emosinya pun dapet karena setiap serangan yang mereka lakukan, kita bisa melihat dampaknya. Bibir robek. Mata memar. Punggung baret. Siku berdarah. Dan German Suplex itu, sungguh luar biasa. Match ini adalah dua-puluh menit tercepat dalam pengalamanku nonton WWE.
Elimination Chamber tak menarik di atas kertas, bukan saja karena matchnya banyak filler, namun juga karena tak ada juara dunia yang muncul dan bertanding. Tapi sesungguhnya ini adalah kesempatan untuk mengepush superstar-superstar muda. WWE melakukan ini kepada Drew Gulak, Humberto, Lucha House Party, Aleister Black, dan bahkan Shayna Baszler. Sesungguhnya ini adalah hal yang patut kita sukuri. Namun nafsu untuk jadi sensasi, atau mungkin juga rasa insecure ingin viewer yang banyak, membuat WWE mengambil langkah yang enggak bijak. Mereka mengulang ‘tradisi’ mengoverpush satu orang dan merendahkan yang lain. Sehingga partai-partai utama dalam acara ini jadi terasa tak-penting, pointless, tak lebih dari usaha sensasional dalam menyampaikan sesuatu yang semua orang sudah tahu akan terjadi. Hanya ada satu match yang membuat The Palace of Wisdom terkejut dan terhibur karenanya, sehingga kami nobatkan menjadi Match of the Night, dan match itu adalah Daniel Bryan melawan Drew Gulak.
Full Results: 1. SINGLE Daniel Bryan mengalahkan Drew Gulak. 2. UNITED STATES CHAMPIONSHIP Andrade tetap juara ngalahin Humberto Carrillo. 3. SMACKDOWN TAG TEAM CHAMPIONSHIP ELIMINATION CHAMBER Miz & Morrison bertahan dari The Usos, New Day, Ziggler & Roode, Heavy Machinery, dan Lucha House Party. 4. NO-DQ Aleister Black menang atas AJ Styles. 5. RAW TAG TEAM CHAMPIONSHIP Juara bertahan Street Profits mengalahkan Seth Rollins & Murphy. 6. INTERCONTINENTAL CHAMPIONSHIP HANDICAP 3-ON-1 Sami Zayn, bersama Cesaro dan Shinsuke Nakamura, merebut sabuk dari Braun Strowman.
6. WOMEN’S NO.1 CONTENDER’S ELIMINATION CHAMBER Shana Baszler sapu bersih Sarah Logan, Ruby Riott, Natalya, Liv Morgan, dan Asuka
That’s all we have for now. Remember, in life there are winners. And there are losers.
We are the longest reigning BLOG KRITIK FILM TERPILIH PIALA MAYA.
Ketika bersenang-senang, waktu akan terasa cepat sekali berlalu. Coba deh bandingin satu jam di dalam kelas mandangin papan tulis ama satu jam di rental ps mandangin layar, supaya bisa terasa jelas perbedaannya. Hidup pun begitu. Masa kanak-kanak yang menyenangkan itu ternyata sudah bertahun-tahun ditinggalkan meskipun rasanya baru kemaren berlalu. My Dirt Sheet enggak kerasa udah mau memasuki tahun kaleng alias tin tahun depan. Aku kaget ternyata udah punya sepuluh juara film tahunan, yang berarti ngeblog sudah aku lakukan hampir genap satu dekade. Tahun 2019 terasa semakin spesial karenanya; tahun yang asik, terutama untuk film. Pop culture juga berkembang pesat. Dan walaupun banyak juga kejadian konyol ataupun mengenaskan, aku pikir kita semua senyum ceria, senang mengiringi kepergian 2019. Kenapa aku bisa berpikir demikian? Karena di My Dirt Sheet kita punya catatan. Prestasi, kebodohan, kemajuan, kemunduran; semuanya kita kumpulkan dan kita beri penghargaan.
My Dirt Sheet Awards CLOUD9 mengacu kepada istilah ‘cloud-nine’ yang memiliki makna perasaan euforia akibat perasaan senang dan gembira yang begitu besar sehingga seolah terbang ke awan. Penghargaan ini adalah persembahan untuk 2019 yang sudah mengirim kita ke ‘awan’ tersebut. Tahun yang terasa begitu singkat dan bagi banyak orang merupakan penutup dekade fase penting hidup mereka.
Memang, persis seperti kata Gilderoy Lockhart kepada Harry Potter yang ‘tersandera’ bersama dirinya menjawab surat-surat penggemar sepanjang malam; “Waktu berlalu bagai terbang, ya!”
TRENDING OF THE YEAR
Ngetren berarti sudah berhasil menjadi hits, ramai diperbincangkan. Namun ngetren tidak berarti semua itu dicapai karena punya skill atau karena prestasi. Pada masa kini, jadi terkenal adalah soal punya cerita yang bisa dijual. Ini nominasi terngetren 2019: 1. Baby Yoda Serial The Mandalorian memberikan kepada dunia sesosok CGI paling menggemaskan. Malah ada orang yang nonton serial ini cuma demi ngikik gemes ngelihat si baby ini 2. Billie Eilish Debut albumnya di 2019 udah sukses menyemen legacy penyanyi muda nyentrik ini sebagai The Reigning Queen of Electropop. Lagunya bahkan jadi soundtrack buat acara NXT Takeover. 3. Kasus Lem Aibon Kasus penyimpangan anggaran ini merupakan salah satu kasus ‘kesalahan’ pemerintah yang paling hot sepanjang tahun. Susah untuk gak ngangkat alis dan bertanya soal anggaran beli lem mencapai 82 milyar rupiah, toh 4. KKN di Desa Penari Cerita horor ini sukses menghebohkan sosial media. Khususnya di twitter. Literally menjadi trending topic, orang-orang excited menebak lokasinya, apakah cerita ini beneran. Ternyata, cuma promo untuk film horor terbaru 5. Lucinta Luna Publik figur paling heboh di Indonesia 2019. Tadinya ia laki-laki, eh maaf tabu, maksudku; tadinya ia penyanyi dan penari. Setelah meroket, ia pun turut menjadi pemain film. 6. Marie Kondo Pahlawan bagi orang-orang berantakan di seluruh dunia. Acaranya yang disiarkan di Netflix yang menunjukkan keahlian beberes luar biasa benar-benar menjadi inspirasi.
The Dirty pertama 2019 jatuh kepadaa: Internet loves baby. Internet loves Yoda. It’s a simple math. Maka Baby Yoda – meskipun bukan si Yoda yang itu – dengan segera jadi meme di mana-mana
Anak-anak adalah masa depan. Kadang orang dewasa lupa itu. Kita hanya ingat indah dan cerianya masa kecil yang sudah kadaluarsa. Makanya, My Dirt Sheet memberikan penghargaan khusus untuk penulisan karakter anak kecil. Merekalah simbol bagaimana orang dewasa memandang penerus dan memperlakukan masa depan.
BEST CHILD CHARACTER
Adek-adek yang masuk nominasi untuk adalaaahh 1. Abra – “Doctor Sleep” Enggak banyak anak kecil yang sanggup perang mental satu-lawan-satu dengan Rose the Hat. Abra did it. 2. Andy – “Child’s Play” Hubungan Andy dengan Chucky seperti mencerminkan perasaan kita terhadap hal yang kita minta, yang sebenarnya tidak kita perlukan. 3. Jojo – “Jojo Rabbit” Semua orang sok gagah dalam perang. Karakter Jojo mengajarkan sebaliknya, jadilah seperti kelinci. 4. Judy Warren – “Annabelle Comes Home” Karakter Judy seperti menyimbolkan ketidakmengertian seorang anak terhadap pekerjaan orangtuanya. 5. Max – “Good Boys” Anak yang mencoba menjelajahi dunia orang gede, Max literally adalah antitesis dari kategori ini. 6. Trudy – “Once Upon a Time… in Hollywood”
Siapa lagi yang lebih tepat untuk menjadi personifikasi kegalauan aktor tua selain karakter aktor cilik berbakat yang attitudenya berkebalikan drastis dari sebuah old-school.
Dan The Dirty jatuh ke tangan kecil siiiii… Kebayang temannya si Yorki ngomong “Oooh a trophy, good for you, Jojo”
Anak-anak itu, biarkan mereka tumbuh. Berikan semua waktu untuk berkembang, dan kita niscaya akan kaget. Berapa banyak waktu mengubah seseorang. Penghargaan khusus pertama CLOUD9 diberikan kepada proses perubahan paling mengejutkan. Sebuah transformasi diri. Masih ingat Reza Rahadian berubah total menjadi Habibie Tua? Penghargaan ini kurang lebih seperti itu, hanya saja diberikan untuk yang masih menjadi diri mereka namun dengan evolusi yang membuat kita semua pangling.
MAKEOVER OF THE YEAR
Nominasi untuk kategori ini adalah…. 1. Bray Wyatt Dari cult-leader, Wyatt berubah menjadi host ramah acara anak-anak. Namun gak sampai di sana, si suka senyum berubah lagi menjadi setan mengerikan begitu ditantang berkelahi 2. Chucky Dulu Chcuky adalah boneka sadis karena ia jiwa seorang kriminal satanis, kini Chucky adalah A.I. polos yang jadi beringas karena salah asuhan 3. Rara Transformasi Rara di film Imperfect adalah suatu perjuangan yang patut disyukuri 4. Shun Shun tadinya adalah cowok kemayu, cinta damai. Di Saint Seiya Netflix terbaru, Shun berubah menjadi cewek tulen jagoan. Mungkin Shun-nya main genre swap di aplikasi handphone 5. Sonic Perubahan wujud Sonic di teaser film barunya dihujat oleh warganet sedunia hihihi 6. Thor
Dalam Avengers: Endgame ada masa kala Thor yang dewa berperawakan atletis, tegap, gagah, pejantan tangguh berubah menjadi Thor si pejantan tambun.
Dan yang hidupnya bakal berubah lagi karena dapat piala adalaahh Yow-wie, Wow-wie! Ini kayak dari Kak Seto menjadi Seto as ain Setan Narako!
Bicara tentang perubahan, kita gak bisa enggak bicara tentang film. Tempat para tokoh berubah menjadi pribadi yang lebih baik. Film mengakomodasi perubahan karakter lewat sekuens, yang terdiri dari beberapa adegan. Kategori ini memberikan penghargaan untuk adegan terkeren yang pernah kita saksikan sepanjang tahun 2019.
BEST MOVIE SCENE
Simak para nominasinya: 1. Couple Fight – “Marriage Story”
2. Flamethrower Send Off – “Once Upon a Time… in Hollywood”
http://www.youtube.com/watch?v=5fVaNpn4CRM 3. Motorball Battle – “Alita Battle Angel”
http://www.youtube.com/watch?v=lZSRgvIKZLo 4. Opening Terror – “Perempuan Tanah Jahanam”
And The Dirty goes to….. Bukan semata karena long takenya, melainkan karena penggunaan yang tepat sehingga terus membekas di benak dua juta lebih penontonnya
Dari yang keren, kita beranjak ke yang ngeselin. Kadang, dalam film atau dalam lagu atau internet kita menjumpai kata-kata yang jadi mantra motivasi. Namun gak sedikit juga yang jadi celoteh menjengkelkan – yea because we heard them in just literally everywhere!. Berikut adalah penghargaan bagi mereka.
MOST ANNOYING QUOTE
Nominasinya adalah: 1. “Entah apa yang merasukimu” – lirik lagu yang ada suara gagaknya 2. “I love you three-thousand” – Tony Stark yang bikin semua orang nangis, pffft 3. “Jutaan orang bahkan tidak menyadari” – iklan di youtube yang rambut yang ngucapin berhak diganjar satu award lain 4. “Li’l bit of bubbly” – Chris Jericho 5. “Scopa tu mana” – tren twitter yang seriously, apa sih artinya ini! 6. “Seyeeeengg” – meme dari adegan anak kecil pacaran di sinetron
Dan pemenangnya adalaahhh… – jangan khawatir, mereka gak bakal ngasih speech kok …nuff said.
Di tahun 2019 kita mengenal istilah bucin, dan teman-teman seangkatannya seperti fakboi dan sadboi. To hell dengan toxic-toxic semacam itu. Semuanya punya pasangan. Di langit sudah digariskan siapa jodohnya siapa. Jadi ya, cinta memang kudu diselebrasi.
COUPLE OF THE YEAR
Siap-siap baper dengan nominasi: 1. Aladdin & Jasmine
Pasangan yang membuktikan cinta dapat membuka satu dunia baru, a whole new world~~ 2. Columbus & Wichita Kalo pasangan ini; ngasih tau kalo cinta bukan berarti harus terlalu attach ke yang dicintai 3. Hydro Coco & Susu Bear Brand
Jadilah pasangan seperti mereka; persatuan yang membahagiakan semua orang 4. Minke & Annelies
Pasangan yang mengajarkan jika cinta, maka kejar dan perjuangkanlah sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya 5. Seth Rollins & Becky Lynch Jika cinta, dunia seperti milik berdua. Kalimat itu jadi beneran bagi Rollins dan Lynch yang menemukan cinta dan sama-sama jadi juara dunia. 6. Spider-Man & MJ Yang bisa kita petik dari mereka adalah cinta berarti siap menerima dan berbagi rahasia terbesar masing-masing, dan saling mendukung.
Dan The Dirty diberikan kepadaaa.. oih yesss beibeeh!
What? Dua produk minuman bisa menang pasangan terkeren ngalahin manusia? Enggak ada yang bego soal persatuan, kalo cocok ya cocok. Yang bego itu justru adalah para nominasi di kategori berikut.
BEGO OF THE YEAR
Marilah kita sambut para nominasi dengan tepuk tangan: 1. Game WWE 2K20 Niat gak sih mereka ngerilis video game ini? WWE 2K20 berisi banyak glitch, mulai dari objek yang seperti masuk ke lantai, gerakan yang absurd, superstar yang melayang, hingga gamenya mati total saat pergantian tahun 2. Genie Will Smith Aladdin live-action bermaksud meredakan nyinyiran fans soal jin yang gak biru dengan merilis footage Will Smith sebagai Genie biru. Namun promosi tersebut semakin sukses diketawain karena begonya visual kepala Smith di badan jin blau. 3. Nia Ramadhani gak bisa ngupas salak Beneran deh ini, sebagai manusia yang punya dua jempol tangan aku benar-benar heran ada orang yang seperti Nia Ramadhani 4. Rambut si Jutaan-Orang-Bahkan-Tidak-Menyadari Jutaan orang bahkan tidak menyadari bahwa rambut mereka terlihat bego. 5. Rey… Skywalker! Penulisan arc terkonyol se-2019. Ending film ini begitu bego sehingga adegan di tengah yang Rey bilang namanya “Just Rey” aja terasa jauh lebih powerful. 6. Si Dobleh
Kadang orang saking begonya, sehingga orang lain jadi bingung dia sengaja ngetroll atau memang bego. Adegan penangkapan si Dobleh ini dengan jelas menggambarkan hal tersebut.
Anugerah malu-maluin ini jatuh nimpuk kepalaaa… sebenarnya yang menang ada dua, yang satu si dobleh, yang satunya lagi… kabur!
Bukan cuma Superbowl yang punya half-time show. Awards ini juga punya. Actually half-time kita adalah parade nominasi untuk kategori penampilan musik terheboh. Jadi, mari kita persilakan waktu dan tempat bagi mereka untuk jingkrak-jingkrak!
BEST MUSICAL PERFORMANCE
Nominasinya adalaaah 1. Bray Wyatt & Huskus the PigBoy – “Muscle Man Dance”
2. Chucky – “Buddy Song”
3. Jasmine -“Speechless”
4. Meisha – “Bukan Taman Safari”
5. Simba – “I Just Can’t Wait to Be King”
6. Vanesha Prescilla – “Digaruk Salah”
Hahaha oke, sepertinya kategori ini cukup jelas siapa pemenangnya. Dan dia adalaaahh it feels so wrong, yet so right
Gak salah memang tahun lalu Vanesha masuk nominasi Unyu op the Year, karena dia memang beneran asik. Gak banyak loh, yang berani untuk gak-jaim dan menampilkan sesuatu yang out-of-the-box. Apalagi cewek. Bicara Unyu op the Year, setelah aku merangkum nominasi award ini, aku menemukan satu kesamaaan di antara mereka; Semuanya punya bibir yang amazing! So yea, selain brain, beauty, dan behavior, kali ini ada satu konstanta lagi yang jadi penilaian.
MOST AMAZING LIPS (OR FORMERLY KNOWN AS UNYU OP THE YEAR)
Dan aku susah nyortir karena semuanya bagus-bagus, maka kumasukkan saja banyakan. Inilah nominasinya: 1. Adhisty Zara Breakout star di perfilman Indonesia 2019. Hampir semua film yang ia bintangi box office. 2. Alexa Bliss Sejak turn jadi babyface, Bliss tampak semakin unyu aja. Gerakan gulatnya pun semakin luwes. Apakah third time is a charm buatnya di penghargaan ini? 3. Anya Taylor-Joy Jarang nongol, tapi setiap kali selalu membekas. Anya mencuri spotlight pada film Glass 4. Florence Pugh Nah kalo ini breakout star di perfilman internasional. Pugh, entah badass jadi Paige, atau nangis jadi Dani, atau ngeselin jadi Amy, selalu total dan berhasil memenuhi tantangan perannya 5. Isabela Moner Film live-action Dora the Explorer benar-benar menaruh kita dalam posisi yang awkward saat mereka nge-cast si bubly berbibir seksi ini sebagai Dora, yang seharusnya adalah anak-anak 6. Maya Hawke Nominee yang ini hadir dengan satu plus: freckless yang kece. Maya Hawke begitu cool di Stranger Things, dia instantly jadi salah satu favorit orang-orang dalam serial tersebut 7. Naomi Scott
Salah satu nyanyian paling menawan keluar dari bibirnya yang juga menawan. Selain jadi Jasmine, Scott juga bermain sebagai Charlie’s Angels hanya saja aku gak peduli sama film itu. 8. Samara Weaving
3B Samara beda dari yang lain. Yakni beauty, badass, dan bibir. Penampilannya jadi bride yang harus survive dari kegilaan di Ready or Not benar-benar keren, with wedding dress, shotgun, and everything
Beneran susah milihnya. Bahkan sampai ngetik ini aku kebayang kiss-bye Zara di Keluarga Cemara. But finallly, The Dirty goes to… oke ini lumayan personal karena bibir Samara mirip sama…, ah sudahlah….
Aduh, kapan ya cewek-cewek itu bisa kuajak…. main video game bareng! Sayangnya meski ada juga yang suka ngegame, sebagian besar cewek lebih suka main tiktok daripada main game beneran. Padahal game semakin bagus loh.
GAME OF THE YEAR
Selain semakin sinematik, video game juga semakin adiktif. Berikut adalah nominasinya: 1. Kingdom Hearts 3
Petualangan ala Final Fantasy di dunia-dunia Disney, kali featuring Toy Story, Frozen, Big Hero 6, dan banyak lagi upgrade yang bikin ngiler 2. Resident Evil 2 (the remake)
Banyak orang gak sabar memainkan ulang Resident Evil 2 dengan environment yang jauh lebih nendang 3. Saint Seiya: Awakening
Meski gamenya pelit ngasih petarung yang kuat, tapi RPG mobile phone ini asik dan menuhin dahaga nostalgia banget 4. Untitled Goose Game
Lihat betapa cute, random, dan originalnya game ini. Main sebagai angsa dan porak porandakan semua? yes, please 5. Yu-gi-oh! Duel Links
http://www.youtube.com/watch?v=Gf787DOSyLM Real Yugioh menjadi terlalu rumit, Duel Links hadir di hape sebagai versi yang lebih simpel, tradisional, dan lebih seru karena punya banyak unlockable dan misi.
Daripada nunggu loading kelamaan, inilah pemenangnyaa Duel lawan duelist dari bagian manapun di seluruh dunia, kapan saja! Adiktif banget nih game
Kompetisi di game memang seru. Tapi kompetisi di dunia nyata, selain mengerikan, kadang juga bisa konyol. Karena kita orang Indonesia yang demen nonton keributan, maka sambutlah kategori ini:
FEUD OF THE YEAR
Nominasinya adalah: 1. Andy vs. Chucky Pertengkaran anak cowok dengan mainannya adalah pertengkaran sahabat sejati yang sebenarnya 2. Joko Anwar vs. Livi Zheng Dua sutradara beradu gengsi, yang satu gak ngincer Oscar melawan satu yang bangga-banggain eligible untuk Oscar 3. Jokowi vs. Prabowo part II Iklim Pemilu yang bisa dibilang paling kisruh yang pernah aku rasakan. Sebenarnya yang seru ribut sih, sama seperti jilid satu lima tahun lalu, para pendukung masing-masing sampai-sampai ada Kerusuhan 22 Mei 4. Polisi vs. Anak STM Perlakuan rasis menyulut keributan ini. Anak STM datang begitu saja sebagai tenaga sukarela untuk kakak-kakak mahasiswa yang dikasari oleh polisi 5. Rusev vs. Lana Dua orang ini tadinya pernah dapat nominasi Couple of the Year. Drama marriage story jika dibawa ke dalam ring memang lebay, menjengkelkan, dan lebih berlarut-larut. 6. WWE vs. AEW Pesaing WWE hadir dalam bentuk perusahaan gulat yang dikawangi oleh Cody Rhodes, Chris Jericho, Dean Ambrose, dan pegulat-pegulat yang merasa diri mereka terlalu tinggi untuk standar WWE
Pemenangnya, dan plis rebutan pialanya di luar aja, adalah… Sebelum di antara kedua sineas ini ada yang bikin film bernilai 8.5 oleh MyDirtSheet, feud ini sebaiknya terus aja berlanjut
Kita memang suka pertentangan. Dua Garis Biru yang baru tayang teasernya doang aja udah ditentang kok. Namun yang mesti disadari adalah tiap tahun kita berduka. Ada aja kerusuhan, terorisme. Penembakan di mesjid New Zealan itu, sampai divideoin oleh pelakunya. Sakit gak sih orang-orang. Orang rasis juga semakin terang-terangan, mungkin semuanya harus kena sambit telor dulu oleh anak muda di Australia biar sadar. Dunia berduka ketika orang-orang baik seperti Pak BJ Habibie tutup usia. Ada banyak kematian yang ditangisi. Bahkan lampu aja mati tiga hari di pulau Jawa. Buatku, tahun ini pertama kalinya aku merasakan ditinggal oleh anggota keluarga yang dekat. Kakekku yang udah mengenalkanku kepada dunia cerita dan warna meninggal dunia karena sakit ginjal. Maka aku mengajak kita semua untuk mengheningkan cipta, mengenang duka yang telah terjadi di dunia. Mengirimkan doa untuk Habibie, Toro Margens, Mean Gene, Agung Hercules, dan banyak lagi yang gak tersebut namanya.
Mengheningkan cipta,
Mulai!
….
….
MOMENT OF SILENCE
….
….
….
….
….
….
….
Selesai!
Award spesial kedua tahun 2019 kuberi nama – kudedikasikan – untuk kucing-kucing korban kejahatan Luka Magnotta seperti yang kita tonton di serial Netflix. Ini adalah penghargaan khusus buat kucing-kucing yang hadir sepanjang 2019, surviving the world.
DON’T F**K WITH CATS AWARD
Nominasinya adalah: 1. Church Kucing paling serem 2. Goose Kucing paling alien 3. Jellicle Cats Kucing paling blo’on 4. Jerry’s Talking Cat Kucing paling misterius, not in a good way 5. Max Kucing paling manjaaa 6. Simba Kucing paling besar – well, lion is a big cat!
King of Meow jatuh kepadaa.. That’s my cat!
Selain membesarkan kucing yang pintar, patuh, dan taat beribadah, aku juga membesarkan adiknya. Hahaha. Maksudku, aku juga melakukan beberapa kerjaan yang ada manfaatnya. Kurang – lebih.
MY MOMENT OF THE YEAR
So yeaa di 2019 aku dilangkahin adek nikah duluan, hapeku rusak, lalu crosspath kembali with Cool Lil Sis setelah sekian tahun but she doesn’t even recognizeme, tapi itu gak membuatku berhenti mengembangkan diri. Aku berhasil pansos jadi King of Games di ranked duel Duel Links tiga kali, dengan gak sekalipun beli kartu pakai duit beneran. Melangkah pertama kali ke kantor Starvision seperti merangkum bahwa tahun 2019 adalah tahun masuk ke ‘ruangan baru’ bagiku. My Dirt Sheet mulai tahun 2019 buka rubrik baru; Readers’ Neatpick, untuk ngereview bareng teman-teman/pembaca yang mengusulkan film untuk diulas. Rubrik ini kubikin untuk menumbuhkan keyakinan pada kita semua bahwa semua orang bisa mereview, we just have to ask the right questions. Aku juga membuat channel youtube. No, aku belum pede ngereview langsung. Instead, yang aku buat adalah channel Oblounge (Obrolan Musik Lounge) bareng teman-teman di FFB, isinya berbagai hal tentang film. Kami ngereview, meliput, main game seru, apapun yang berhubungan dengan film. Kami pun sukses mengadakan Festival Film Bandung 32 yang banyak suka-duka. Yang paling membuatku senang adalah film pendekku, Gelap Jelita, diputar untuk umum, di Indicinema dijadikan diskusi tentang perempuan, dan aku jadi salah satu pembicaranya.
Jadi ya, tahun 2019 buatku adalah tahun yang banyak bicara, dan banyak juga bekerja.
Penghargaan terakhir, seperti biasa, diberikan untuk kejadian paling tak-terduga, paling heboh, paling greget, paling ngagetin yang terjadi di 2019
SHOCKER OF THE YEAR
Nominasinya paling banyak, bahkan lebih tepat disebut runner-ups, karena pemenangnya ada di bawah 1. Ibukota negara Indonesia mau dipindahin ke Kalimantan Timur!! 2. Prabowo bisa bahasa hewan!!! 3. Barbie Kumalasari dulunya pembantu Lala Ibu Peri!! 4. CM Punk nongol lagi di WWE!!! 5. RUU Permusikan ngambil daftar pustaka dari makalah anak SMK!! 6. Ada Hari Dilan! HARI – motherf’kn – DILAN!!! 7. PUBG diharamkan! 8. Skandal prostitusi artis di Indonesia dan Korea!! 9. Avengers ditayangin di bioskop mulai dari jam lima subuh! and it’s not even lagi sahur!! 10. Black Hole akhirnya berhasil difoto!!! 11. Indomi bisa betulin barang yang rusak!!
12. “Eh, kok gak ada, anjing! Ilang, goblok!!!!”
Sukar dibayangkan di saat Maudy Ayunda dalam pertimbangan milih kuliah di Stanford atau Harvard, segala kejadian di atas juga terjadi di dunia. Dan inilah yang paling mengejutkan di antara semuanya…: Kalo orangtuaku tahu Teletubbies aja udah punya anak, bisa-bisa aku ditodong nikah lagi! Alamak!!
Jadi, begitulah. Seperti yang dikatakan Asmara Abigail di film Perempuan Tanah Jahanam; “Kerasa gak?”
Semoga awards ini bisa jadi pengingat yang membantu kita semua merasakan kesenangan-kesenangan ikonik, unik, sekaligus pointless duniawi tahun 2019 sebab cepatnya waktu berlalu memang membuat kita tidak merasa sama sekali. I hope you all have wonderful year ahead.
Selamat Tahun Baru, dan untuk menyambut satu dekade My Dirt Sheet Awards, apa kalian punya usulan untuk tema berikutnya? 10 – My Dirt Sheet Awards Tenet, or sumting? Atau ada usulan kategori baru? Share with us in the comment below. Who knows if in the next year Awards there’d be a ‘Best Comment’ category — with actual prize, maybe?
That’s all we have for now. Remember in life, there are winners. And there are “We don’t create lame stories and stupid excuses at The Palace of Wisdom”
Yang jelas, we still the longest reigning BLOG KRITIK TERPILIH PIALA MAYA.
On this day, clearly… kalian semua sudah nonton Royal Rumble, atau paling enggak sudah membaca tentang kehebohan paripurna kembalinya salah satu pegulat yang paling gak disangka-sangka untuk kembali. Edge. Sembilan tahun yang lalu, si Rated R Superstar ini mengumumkan dia terpaksa gantung-sepatu lantaran komplikasi cedera leher. Penggemar gulat gak pernah lupa wajahnya saat itu. Dan di Royal Rumble 2020, sebagai peserta urutan ke 21, Edge kita lihat lagi dengan wajah siap tempur. Suasana pecah begitu Edge beraksi. Seantero stadiun baseball yang luas itu terkesima menyaksikan Edge melakukan gerakan-gerakan andalan, seolah dia tidak pernah pergi.
Seperti kita menghitung mundur entrance royal rumble berikutnya, Edge menghitung mundur waktu yang tersisa bagi karirnya. Dan keduanya adalah hitungan yang penuh optimis. Setiap hitungan melambangkan kekhawatiran, pertanyaan, dan harapan. Royal Rumble adalah cerita “bagaimana jika” dan Edge adalah tokoh utama yang pas untuk ini. Karena dia adalah pria yang menyangka dia tidak akan bisa lagi melakukan hal yang ia cintai. Pria yang sudah bekerja keras untuk sampai di atas, untuk kemudian begitu saja disuruh turun tidak boleh naik lagi. Pada akhir countdown tersebut, dia disambut dengan begitu hangat, wajahnya mengingatkan kepada kita bahwa mungkin cuma within sepuluh hitungan orang bisa dipisahkan dari mimpinya.
dan gambar inilah yang dianggap lebih penting oleh kamera WWE dibandingkan Spear pertama yang dilakukan Edge dalam pertandingan yang mengisyaratkan reborn karirnya.
Selain Edge, ada banyak lagi momen dan cerita keren yang berhasil dihimpun oleh pertandingan Royal Rumble. Makanya acara ini selalu ditunggu-tunggu oleh penggemar. PPV Royal Rumble adalah show selain Wrestlemania yang hypenya selalu gede. Pengalamanku bikin acara nobar, Royal Rumble malah selalu yang paling ramai peserta nobarnya. Di tahun ini, dua pertandingan Royal Rumble yang kita dapatkan terasa sangat seru, terutama yang pertandingan cowok. Bahkan sebelum perhatian dan haru kita dicuri oleh Edge, Brock Lesnar membuat partai ini teramat menarik. Obviously gak semua kalian akan setuju denganku, karena Lesnar memang kebangetan. Lima belas superstar ia buang begitu saja kali ini; legends, juara, pendatang baru, jobber — semuanya dijadikan jobber oleh Lesnar. Aku gak kebayang gimana tim kreatif ngepitch ide ini ke para superstar “Ayo siapa yang mau jadi tumbal Lesnar, nanti dikasih bonus deh”.. Tapi ini menghasilkan pengalaman seru yang belum pernah kita lihat sebelumnya. Berkat Lesnar dan kemampuannya; bergulat dan memancing (alias membelah) reaksi dan emosi penonton, match ini jadi berbeda sekali dari yang sudah-sudah. Belum pernah kita melihat satu ornag mendominasi dari awal, bahkan Reigns saat dalam cerita one-versus-all-nya dulu enggak sepecah ini. Meskipun mengerang dan protes melihat favorit-favoritku dikeluarkan olehnya, deep inside aku ingin melihat Lesnar beneran sampai ke akhir Rumble dengan membuang satu persatu yang datang.
Tapi kemudian Lesnar toh dikeluarkan juga, oleh Drew McIntyre – yang bakal memenangkan partai bergengsi ini dan maju ke partai utama di Wrestlemania. WWE told a perfect somekind-of-passing-a-torch story di sini. Rumble seolah terbagi menjadi dua bagian. Pertama, Lesnar mendominasi. Mengalahkan semua ‘hantu-hantu masa lalunya’ alias superstar-superstar yang pernah bertanding melawannya, yakni Rey Mysterio, Kofi Kingston, Braun Strowman, Ricochet, dan bahkan Shinsuke Nakamura. Lesnar begitu hebat membawa cerita di pertengahan pertama. Aku suka gimana Lesnar bereaksi terhadap NXT’s Keith Lee, yang aku yakin di bawah pengarahan Paul Heyman sehingga lawannya ini tampak beneran menggentarkan. Kita di-tease berbagai versi interaksi, berbagai usaha yang gagal, karena Lesnar beneran kuat. Sampai kemudian – mengambil julukannya dulu – the next big thing datang dalam wujud McIntyre. Kekuatan dan strategi sang juara melawan passion dan semangat penantang – ini cerita klasik yang sempurna, yang dieksekusi dengan menakjubkan. Separuh akhir beralih menjadi cerita McIntyre berjuang memenangkan seantero pertandingan, sebab membuang Lesnar belum cukup. Ia harus menang dan mengambil spot untuk benar-benar bisa mengalahkan Lesnar dan memenuhi ‘ramalan’ yang menjadi gimmicknya dulu – bahwa ia, Drew McIntyre, adalah Sang Terpilih.
PPV Royal Rumble selalu susah untuk direview karena hal-hal begini. The Rumble was so hype, udah kayak nonton film antologi, sehingga kita selalu hanya nunggu match rumble-nya saja. Apalagi sejak ada dua match rumble, cewek dan cowok. Padahal dalam PPV selalu ada match lain yang enggak kalah solidnya. Seperti kali ini ada very physical kontes antara Daniel Bryan yang memilih Strap Match untuk mengalahkan lawannya yang sepertinya urat sakitnya udah putus; The Fiend Bray Wyatt. Salah satu peningkatan yang dapat kita rasakan adalah WWE tidak lagi menggunakan lampu temaram untuk match The Fiend. Matchnya sendiri memang cukup brutal. Cambukan sabuk kulit itu berbekas nyata di kulit kedua superstar ini, mereka benar-benar saling menyakiti. Bray Wyatt beruntung ia mengenakan topeng, sebab aku yakin di balik itu ia juga pasti meringis kesakitan meski tokohnya ditulis untuk tidak ngejual damage untuk menghasilkan efek dramatis dan mengerikan. Asuka melawan Becky Lynch juga sebenarnya told a great story. Bukan saja aksinya solid, melainkan juga mengandung bobot yang penting dalam pembangunan salah satu karakter utama Wrestlemania nantinya. Semua ini adalah soal Lynch yang harus mampu membuktikan dirinya bisa mengalahkan Asuka yang menyimbolkan ‘demon’ yang belum ia taklukkan. The Man lawan Demon, kalo boleh dibilang. Finishing match ini terbendung bagus, juga dari perspektif Asuka yang belakangan seperti jadi bergantung kepada jurus semburan mautnya.
Kedua match tersebut sayangnya kurang mendapat perhatian karena berada di antara dua partai rumble. Penonton masih terengah dari rumble cewek dan menyimpan tenaga untuk rumble cowok. Jika ditempatkan berbeda, niscaya reaksi kita yang nonton akan berbeda. Buktinya adalah match Roman Reigns melawan Baron Corbin yang sudah basi namun karena dijadikan pembuka acara, maka masih ramai oleh reaksi. Penonton cukup terhibur karena, dan padahal mereka basically hanya, berkeliling arena. Match yang beneran jelek adalah Bayley melawan Lacey Evans. Ceritanya cukup berbobot, tapi dimainkan dengan sangat datar. Lacey masih berjuang untuk konek kepada penonton dan memperkuat deliveri ekspresi dan memperketat timing, meskipun dia sudah diberikan patriotisme dan feminisme sebagai modal untuk karakter babyfacenya. Bayley juga masih belum menemukan kekhasan karakter heelnya, sebab tipuan pura-pura cedera yang ia lakukan masih terlihat akting dan gak ada yang percaya itu bukan trik jahatnya. Kedua superstar belum maksimal Harusnya ada adegan Izzy nyerang anaknya Lacey aja sekalian biar seru
Dua match rumble kali ini sebenarnya punya struktur-gede alias formula yang sama. Satu orang dibuild kuat hingga separuh jalan, dan kemudian dioverthrow oleh new challenger. Lesnar diganti oleh Drew. Hanya saja di rumble cewek, formula ini kebalik. Yang gak really new-lah yang justru mengambil alih dari yang superstar yang baru. Dan ini membuat kesal banyak orang, termasuk aku. Kemenangan Charlotte terasa sangat getir bagi penonton. Terutama karena dia membuang begitu saja Bianca Belair yang masuk dari nomor dua, bertahan 33 menit, dan mengeliminasi delapan orang. Rumble cewek yang menarik di paruh awal; ada begitu banyak interaksi superstar seru seperti Mandy Rose diselamatkan oleh Otis dengan jurus kasur empuk, menjadi kering di paruh akhir. Karena setelah mengeliminasi Belair, tidak ada lagi selain Flair yang viable untuk benar-benar memenangkan pertandingan. Ring diisi oleh bintang tamu seperti Beth Phoenix, returning yang gak benar-benar relevan seperti Naomi, dan ya, surprise seperti Santina Marella. Mestinya SJW marah nih ngelihat WWE jadiin karakter cowok yang kecewekan sebagai komedi semata. Yang jelas, logika -gak-jalan itu adalah Naomi yang bertingkah seolah menyebrang dari meja ke dalam ring adalah lompatan yang sulit, padahal dia tinggal melompat-lompat dengan satu kaki saja karena rule eliminasi adalah menyentuh lantai dengan kedua kaki. Satu-satunya penantang yang mungkin menang selain Charlotte adalah Shayna Baszler. Yang juga mengeliminasi delapan lawannya, namun mesti kalah dengan datar oleh Charlotte.
Aku benar-benar gagal paham kenapa WWE terus ngepush Charlotte ke spotlight. Enggak ada yang mau lihat dia menang karena bakal jadi jalan yang boring menuju Wrestlemania. Siapa yang mau dia tantang? Bayley yang lebih membosankan atau Lynch untuk kesekian kalinya? WWE harus menyiapkan cerita atau kejutan yang out of the box untuk ngangkat Charlotte. Atau mending sekalian semua fourhorsewomen itu diadu saja di winner takes all nanti. ultimate heel adalah ketika kamu tetap dikasih menang saat semua orang males lihat kamu menang
Sensasi euforia Royal Rumble enggak hanya mempengaruhi penonton. Tapi juga para superstar. Karena banyak sekali botch pada acara ini. Mulai dari yang simpel bergerak terlalu semangat kayak Lesnar yang kesandung tali saat mau ngejar Elias atau Lacey Evans yang nyaris jatuh saat menggunakan jurusnya, dan kemudian detik berikutnya hampir terpeselet saat springboard dari tali ring, ke yang lupa cue gerakan kayak Aleister Black yang harus dipanggil oleh Rollins karena lupa menendang Rollins dari belakang atau Natalya yang kelupaan berdiri di belakang Santina sehingga Santina harus dua kali bergaya di depan Beth Phonenix, hingga ke yang menyebabkan cedera. Beth Phoenix terlalu bersemangat ngejual pukulan sehingga lupa dirinya against pojokan ring. Alhasil belakang kepalanya berdarah dan sepanjang match rambut Phoenix antara kayak habis diombre atau ketumpahan saus spagheti. AJ Styles juga agak terlalu lincah ngesold Spear dari Edge sehingga bahu kirinya terhimpit dan dia harus keluar lebih cepat daripada rencana supaya cederanya tidak semakin parah.
WWE memulai tahun, seperti biasa, dengan sangat seru. Lesnar yang banyak dipotes sebenarnya bermain dengan keren. Dua match Royal Rumble begitu epik, walaupun yang cewek hasilnya pahit, sehingga match-match yang lain jadi tampak biasa saja. Aku kembali mengadakan nobar setelah vakum nyaris dua tahun, dan nobar kali ini adalah yang paling seru. Apalagi kita menontonnya di dalam bioskop mini. Experience yang cocok sekali lantaran ppv yang satu ini memang menjual spektakel, momen, dan kejutan lebih banyak daripada porsi gulat-benerannya. The Palace of Wisdom menobatkan MATCH OF THE NIGHT kepada partai Royal Rumble cowok yang punya cerita keren yang menjadi set up pertemuan gede antara Drew McIntyre dengan Brock Lesnar di Wrestlemania nanti, dan kemunculan Edge sebagai MOMENT OF THE NIGHT
Full Results: 1. FALLS COUNT ANYWHERE Roman Reigns mengalahkan King Baron Corbin 2. 30-WOMEN’S ROYAL RUMBLE Charlotte Flair menjadi last woman standing 3. SMACKDOWN WOMEN’S CHAMPIONSHIP Bayley bertahan atas Lacey Evans 4. UNIVERSAL CHAMPIONSHIP STRAP MATCH The Fiend Bray Wyatt tetap juara mengalahkan Daniel Bryan 5. RAW WOMEN’S CHAMPIONSHIP Juara bertahan Becky Lynch akhirnya bisa mengungguli Asuka 6. 30-MEN’S ROYAL RUMBLE Drew McIntyre membuang mimpi 29 superstar lain menjadi main event Wrestlemania
That’s all we have for now. Remember, in life there are winners. And there are losers.
We are the longest reigning BLOG KRITIK FILM TERPILIH PIALA MAYA.
Akhir tahun selalu adalah waktu yang tepat untuk kita berkontemplasi, merefleksikan diri, merenungkan apa saja yang sudah dikerjakan dalam kurun tiga-ratusan hari. Apa kita sudah mengubah hidup menjadi lebih baik atau malah sebaliknya. WWE punya versi tersendiri untuk merayakan masa-masa tutup tahun; dengan tiga benda sakral. Meja. Tangga. Kursi. Tahun ini acara TLC dibuka dengan sambutan dari Bray Wyatt yang tersenyum kepada kita sembari menghias tangga dengan dekorasi seolah itu adalah pohon natal. Bray Wyatt, satu dari sedikit sekali superstar WWE yang beneran mengalami perubahan menarik bukan hanya tahun ini melainkan juga dalam sepuluh tahun terakhir. I mean, look at this the winner of 10 Years Challenge, everybody!
Bray Wyatt merepresentasikan constant change positif yang harusnya dilakukan oleh WWE. Dalam narasinya pada pembuka TLC ini, Wyatt bukan saja bicara tentang kontemplasi (siapa yang udah berbuat nakal dan yang berbuat baik tahun ini), dia juga menegaskan tentang siklus hurt dan heal yang menjadi vokal utama dari karakternya. Duality yang berpusat pada perubahan. Salah satu hal unik dari karakter Bray Wyatt yang dibuat seperti punya dua kepribadian ini adalah setiap superstar yang berhadapan dengannya mengalami perubahan drastis karena intensnya Wyatt mempengaruhi mereka. Seth Rollins, misalnya, dari yang tadinya pahlawan bagi menonton, go on a downward spiral secara emosi dan berubah menjadi dirinya yang licik jahat seperti dirinya saat mengkhianati The Shield beberapa tahun yang lalu. WWE menggunakan ‘kekuatan spesial’ Wyatt ini sebagai device menghighlight perjalanan superstar-superstar yang menjadi penanda perubahan jaman pada WWE.
Seperti kehidupan kita, ada naik turun. Seperti bisnis WWE, ada kesuksesan, ada kemunculan pesaing baru, ada inovasi, ada juga kemunduran. Dengan menonton TLC 2019, kita bisa menjudge benarkah ada perubahan yang sudah dilakukan WWE yang menunjukkan perkembangan positif dalam skena dunia gulat-hiburan.
Malam TLC ini, kita menyaksikan Daniel Bryan kembali menjadi sosok yang kita kenal pada tahun 2010. Tidak ada jenggot berantakan. Tidak ada rambut dan look yang terkesan liar. Tidak ada kapten planet yang sok suci ala SJW. Bryan muncul di akhir pertandingan antara Wyatt melawan Miz, berusaha menuntaskan masalahnya dengan Wyatt yang tampak begitu fenomenal. Ini adalah pertama kalinya Wyatt muncul bertanding dengan persona host acara anak-anak ala Barney atau Kak Seto. Dan his deal kali ini adalah mencoba mengubah The Miz, memancing demon di dalam diri bapak dua anak tersebut. WWE benar-benar melakukan kerja yang sangat baik dalam mengeksplorasi storyline ini. Practically ini adalah horor keluarga – genre yang paling banyak digemari dan melahirkan banyak cerita hebat pada perfilman. Makanya, pertandingan mereka ini terasa kurang-gulat dan lebih kepada drama horor. Aksi dan alur pertandingannya bukan apa-apa dibandingkan dengan kejadian-kejadian yang terungkap. Wyatt yang seperti enggan bertarung, namun kadang ‘setan’nya muncul dan dia menyerang dengan sinis – bahkan tertawa-tawa ketika sedang dihajar. Miz yang emosi, fokus kepada offense karena baginya ini adalah taruhan keselamatan keluarga. Dan kemudian yang kusebut tadi, kemunculan Daniel Bryan versi 2010. Sebenarnya ada satu kejutan lagi, yang ngepush kedalaman karakter Wyatt lebih jauh, tapi menurutku akan mengurangi keseruan jika disebut di sini. The lack of good wrestling pada Wyatt lawan Miz, ‘disembuhkan’ oleh pertarungan sengit dan sangat fisikal antara Aleister Black melawan Buddy Murphy. Drama di balik seteru mereka tidak begitu ‘wah’ tapi kedua pegulat muda ini berhasil menyuguhkan bukan sekadar aksi yang bikin menggertakkan gigi, melainkan juga psikologi in-ring yang meyakinkan. Mereka saling berusaha mengungguli – komentator bilang mereka berdua sama-sama belum pernah kalah di Raw. Their fight is literally like a fight. Serangan-serangan stiff (serangan yang terlihat ‘kasar’ alias kayak tendangan pukulan beneran dilancarkan silih berganti, terlebih setelah hidung Black patah. Dan itu baru lima menitan into the match, bayangkan serunya pertandingan mereka yang nyaris lima-belas menit ini. Black dan Murphy seolah tidak peduli partai mereka sebenarnya cuma partai untuk kepentingan promosi game kartu WWE (SuperCard) untuk hape.
Sayangnya, hanya dua partai di atas saja yang pantas untuk kita saksikan dalam TLC. Malahan, aku heran pada keputusan WWE menutup tahun 2019 mereka yang penuh dengan breakthrough (a lot of “for the first time-ever!”) dengan acara yang seperti diisi ala kadarnya. Tidak ada championship gede yang dipertaruhkan. Stipulasi yang dipake tampak seperti ngasal dan ketuker-tuker. Dan ada dua partai yang sebenarnya cuma iklan produk. Black-Murphy turned out to be a blast. Namun Kejuaraan Tag Team Raw yang basically adalah promosi KFC berjalan dengan ‘meh’. Agak kurang ajar sebenarnya mereka membuat The Viking Raiders juara tag team yang sangar, yang memulai debut di NXT dengan strong, yang dinaikkelaskan ke main show sebagai bagian yang kita asumsikan sebagai rencana meng-edgy-kan kembali WWE, harus menutup tahun dengan pertandingan tanpa build up yang berlangsung tak ada spesial-spesialnya. Apa yang lebih parah dari match boring? Match boring yang dikomentari oleh Michael Cole
Ladder match antara The Revival melawan New Day untuk kejuaraan Tag Team Smackdown sebenarnya cukup seru. Tapi aku merasa stipulasinya ini salah tempat. Gagasannya adalah soal Revival yang bergaya old school harus berkreasi dalam lingkungan tangga, mereka yang tembak-langsung mungkin kudu beratraksi untuk bisa menang – mereka ditantang untuk melakukan gaya tarung yang mereka benci. Nyatanya, Revival tetap tidak melakukan apa-apa yang baru yang di luar kebiasaan mereka. Pertandingan Tangga tersebut standar-standar aja, gagasan mereka harus ngeflip itu tak tergunakan dengan baik. Big E malah kelihatan canggung dan menghabiskan waktu terlalu lama untuk menyusun tangga. Gaya keras partai ini sepertinya bisa ditunjang lebih baik dalam Chairs Match biasa. Match lain juga kayak gak cocok seperti begini. Roman Reigns melawan Baron Corbin enggak punya urgensi untuk menjadi sebuah TLC match. Dua tahun lalu ketika aku bilang pengen lihat Corbin dan Reigns berantem, yang kubayangkan adalah tarung brutal ala Bloody Roar – Lone Wolf vs. Big Dog. tapi kenyataannya yang kudapat di sini adalah, jangankan tangga, kursi dan meja aja jarang disentuh oleh mereka berdua. What’s the point of having a TLC match then? Jika memang mau ngepush Corbin yang dibantu separuh isi locker room, harusnya bikin apa kek, table match aja. Bikin jadi round-table sekalian, biar kesan kerajaannya makin kuat dan Corbin punya pengawal-pengawal.
WWE punya Marriage Story versi sendiri. Dan seharusnya ini yang ditandingkan sebagai TLC Match. Gantung surat cerai atau surat harta gono gini atau apalah sebagai yang diperebutkan oleh Rusev dan Lashley-Lana. Kedua superstar ini bermain keras, namun dalam lingkungan meja yang peraturannya sekali patah langsung beres, gelut mereka yang personal (betapapun receh drama dan aktingnya) tidak terakomodasi dengan memuaskan. Meskipun aku memang ragu bakal ada yang merasa puas dengan storyline ini.
Jadi, yeah, TLC kali ini punya jadwal pertandingan yang paling tidak menarik sepanjang tahun. Dari segi cerita, humor, aksi, WWE terasa jalan di tempat jika dibandingkan dengan WWE sembilan tahun yang lalu. Malah terasa mundur jika pembandingnya adalah tiga ppv sebelum ini, yang lumayan menunjukkan progres. Wacana terbaik yang dimiliki WWE pun – soal woman revolution – tidak menunjukkan perkembangan yang signifikan walaupun acara ini ditutup oleh inovasi kewanitaan teranyar dari WWE – first ever women’s tag team TLC. Mainly karena akhir match ini lenyap dinegasi begitu saja oleh brawl dari superstar-superstar cowok. Now, let’s talk about that match. Charlotte, Becky Lynch, Asuka, Kairi Sane – semuanya jor-joran berusaha keras menghasilkan main event yang heboh. Sedikit terlalu keras, malah. Sebagian besar match dihabiskan oleh mereka bergulat dengan memikirkan spot dahsyat, sehingga tak terasa lagi keinginan untuk mengambil belt yang tergantung di atas. Minim sekali aksi mereka rebutan naik tangga. Bicara soal aksi, kita bisa melihat jelas Sane mengalami masalah. Dari yang tadinya fun, superstar asal Jepang ini terlihat melambat – seperti kesulitan berdiri. Later, aku baru tau dari berita bahwa dia memang mengalami concussion di tengah pertandingan. Sesuatu kejadian yang tergolong normal dalam WWE. Yang tidak normalnya adalah seperti ada miskomunikasi antara pelaku-pelaku dan wasit yang bertugas menjaga pertandingan terkait safety superstar. Semuanya seperti terlambat sadar bahwa Sane got hurt. Asuka dan Becky berusaha melindungi Sane begitu masing-masung sadar ada yang salah. Tapi Charlotte, maaan, entah karena ego atau apa, dia tetap menyerang Sane habis-habisan, malah ia tampak marah kepada Sane yang enggak ‘menjual’ Spear dengan benar. Charlotte lanjut memPowerbomb Sane ke meja, meski Sane terang-terangan menolak dan berusaha memberi tanda. Aku berharap Sane tidak mengalami masalah serius, dan Charlotte mau mengakui dan lebih berhati-hati di lain kesempatan.
Perubahan memang gak bisa dalam satu malam. WWE punya satu tahun ke depan untuk memfullcirclekan perkembangan satu dekade mereka. Karena yang kita lihat dalam TLC yang menjadi penutup tahun ini adalah sebuah kemunduran. Dengan adanya pesaing dari AEW, WWE bisa dalam masalah besar jika tidak berkembang dari acara kurang menghibur seperti sekarang ini. The Palace of Wisdom menobatkan MATCH OF THE NIGHT kepada tarung seru antara Aleister Black melawan Buddy Murphy sebagai bibit unggul yang punya potensi yang harus segera dimaksimalkan oleh WWE
Full Results: 1. SMACKDOWN TAG TEAM CHAMPIONSHIP LADDER New Day bertahan dari The Revival 2. SINGLE Aleister Black mengalahkan Buddy Murphy 3. RAW TAG TEAM CHAMPIONSHIP double countout antara Viking Raiders dan penantang kejutan The O.C. 4. TLC King Baron Corbin mengeroyok Roman Reigns 5. SINGLE Universal Champion Bray Wyatt menang atas The Miz 6. TABLES Bobby Lashley dibantu Lana ngalahin Rusev 7. WOMEN’S TAG TEAM CHAMPIONSHIP TLC Kabuki Warriors dengan susah payah mempertahankan sabuk dari Charlotte Flair dan Raw Women’s Champion Becky Lynch
That’s all we have for now. Remember, in life there are winners. And there are losers.
We are the longest reigning BLOG KRITIK FILM TERPILIH PIALA MAYA.
Ini adalah malam saat satu kemenangan atau kekalahan bisa menjadi penentu kunci brand acara WWE yang paling dominan. Dan kali ini kandidat yang berebut supremasi bukan hanya tim merah dan tim biru. Setelah dibesarkan selama nyaris satu dekade, tim kuning – anak emas Triple H – NXT akhirnya dilibatkan ke dalam pertempuran acara induk. Hasilnya memang seperti yang sudah diantisipasi banyak penggemar.
Survivor Series 2019 ini, dengan perseteruan antara Raw – Smackdown – NXT, sedikit kurang masuk akal dari segi kontinuitas cerita dan karakter, tapi sungguh-sungguh seru dan menyenangkan.
Jadi, apa sih sebenarnya NXT? Seberapa besar pengaruhnya terhadap keseluruhan standar acara WWE? Kita intip sedikit latar belakang NXT yang kemunculan awalnya di 2010an ini. Setelah berpindah format dari kompetisi ala reality tv, NXT dua tahun setelah debutnya menjadi semakin populer. Oleh Triple H, NXT dijadikan semacam developmental untuk talent-talent yang masih hijau dan mengasah skill gulat dan skill penampil mereka. NXT, tidak terbatas seperti Raw dan Smackdown yang harus memperhatikan, keinginan produser, permintaan sponsor, dan segala macam tetek bengek yang berhubungan dengan rating acara. Tapi tetap dikemas dengan kualitas dan standar produk yang tinggi. Oleh karenanya, menonton NXT menjadi seperti eskapis yang menyegarkan. Terutama bagi penggemar yang menginginkan konten yang lebih banyak aksi ketimbang drama. Bintang-bintang di NXT lebih bebas mengekspresikan karakter mereka, mengekslporasi jurus-jurus yang dahsyat. Dibandingkan Raw dan Smackdown yang lebih berorientasi ke family-entertainment, NXT terasa seperti remaja pemberontak di dalam keluarga WWE.
Sebagian bagian dari perubahan arahan acara induk Raw dan Smackdown menjadi lebih ‘galak’ yang mulai dilakukan sejak Oktober lalu, Survivor Series 2019 fokus untuk memperkenalkan NXT. Mengintroduksikan superstar dan gaya bermain tim kuning yang lebih agresif kepada penonton Raw dan Smackdown. Stake brand supremacy yang tadinya dari tahun ke tahun terasa semakin hampa; Raw menang dalam tiga tahun terakhir dan nyatanya kemenangan tersebut seringkali tidak berbuntut apa-apa, pada tahun ini menjadi sedikit lebih bergairah. Karena banyak penonton yang menganggap NXT begitu keren sehingga Raw dan Smackdown seharusnya dibuat lebih mirip seperti NXT. Bahkan, dari dulunya superstar dari NXT dinanti-nanti untuk naik kelas ke acara induk, menjadi dikhawatirkan untuk naik kelas karena acara induk masih belum sekeren acara NXT. Lucu, betapa secara tak-sengaja NXT sudah meng-take over acara inti.
Build up Survivor Series kali ini dimulai dari invasi para superstar NXT ke Smackdown saat sebagian besar superstar Brand Biru terlambat pulang dari show di Arab awal November. Storyline yang langsung menghantam penonton dengan gelombang keseruan karena serta merta kita mendapat banyak potensi pertandingan yang menarik. Para juara dari masing-masing brand dipertandingkan. Match-match yang normalnya hanya bisa kita dapatkan dalam video game kini bisa menjadi kenyataan. Joker adalah Rey Mysterio yang tersakiti
Dan memang seperti fantasy league atau video game-lah match card acara ini. Kesinambungan dengan storyline dari superstar di dalam brand terpaksa harus kita lupakan sejenak. Pertandingan antartim atau antarbrand di Survivor Series hanya seru jika kita mampu mengsuspen ketidakpercayaan kita terhadap berbagai ketidakbersambungan. Raw dan Smackdown mungkin masih bisa berjalan seiring storyline di dalam brand mereka masing-masing; Charlotte dan Asuka masih saling membenci meski mereka satu tim dalam Survivor Series. Namun NXT adalah yang paling banyak butuh kerelaan kita untuk memaklumi hal-hal seperti Rhea Ripley yang bekerja sama dengan Bianca Belair yang satu malam yang lalu berantem habis-habisan di NXT War Games (ppv tahunan NXT). Kinda hard to believe Ripley memilih Belair dan juga Io Shirai sebagai rekan timnya padahal anggota tim War Gamesnya sendiri tidak dapat pertandingan apa-apa.
Survivor Series memang tidak dirancang untuk ditonton ‘serius’ seperti demikian. Karena yang ditawarkan memang adalah pertandingan-pertandingan, pertemuan-pertemuan impian. Kapan lagi kita melihat Sasha Banks dan Belair yang punya gaya ngeboss yang mirip bisa satu ring. Kapan lagi kita melihat Shirai bertemu kembali dengan Kairi Sane – kali ini dalam kapal yang berbeda. Atau bahkan, kapan lagi kita melihat pertandingan triple threat antara tiga orang yang semuanya mengandung unsur ‘strong’ dan ‘style’ – AJ Styles melawan Shinsuke Nakamura melawan Roderick Strong; pemenang match ini harusnya benar-benar dinobatkan sebagai King of the Strong Style. Survivor Series menyuguhkan momen-momen dahsyat yang benar-benar seperti ultimate fan-service. Dan perlu diingat sebagian besar superstar Raw dan Smackdown berasal dari NXT, sehingga beberapa dari mereka punya backstory tersendiri yang membuat duel semakin berisi. Aku ngakak, misalnya, saat melihat Shirai dan Sane bertarung heboh sebagai throwback mereka yang dulunya partner, dengan Dana Brooke hanya bengong di belakang.
Para superstar NXT sepertinya menyadari bahwa ini adalah kesempatan buat mereka. Sehingga meskipun sebagian besar mereka masih luluh lantak oleh pertandingan maut di War Games dua-puluh-empat jam yang lalu, mereka masih tampil maksimal. Adam Cole kemaren jatuh dua puluh kaki meniban meja, dan malam ini di Survivor Series sakit pada punggungnya dijadikan bukan sebagai hambatan, melainkan poin untuk bercerita dalam match dahsyatnya melawan Pete Dunne yang juga sama babak belurnya. Ini menunjukkan kepada kita bahwa kesempatan sangat berharga untuk dilewatkan. Bukan hanya NXT yang mengapitalisasi kesempatan seperti ini. Raw dan Smackdown juga dapat keuntungan. Tidak lagi kita melihat pertandingan kejuaraan yang membosankan. Both Universal dan WWE Championship berlangsung asik dan padet – told the story well, tanpa bullshit, dan deliver aksi yang enggak berlebihan. Daniel Bryan melawan the Fiend menegangkan – meski akan jauh lebih bagus jika warna lampunya biasa aja – dan Brock Lesnar melawan Rey Mysterio berisi momen yang keren yang sudah jarang dilakukan oleh WWE.
Satu lagi nilai positif dari penambahan NXT adalah skoring yang menjadi intense. Sebelum ini, hanya Raw lawan Smackdown, skor kedua brand yang seringkali dibuat susul menyusul udah nyaris seperti spoiler hasil pertandingannya. Maksudku, kita sudah bisa menebak siapa yang bakal memenangkan pertandingan berdasarkan skor saat pertandingan itu berlangsung. Dengan adanya NXT, skor tersebut jadi semakin susah untuk ditebak hasil akhirnya. Di tengah acara, skor 3 – 1 – 2 dengan NXT memimpin dan Raw paling bontot, membuat kita tetap excited karena apapun masih mungkin untuk terjadi. NXT bisa gagal memimpin dan seri dengan salah satu brand. Atau mungkin malah Smackdown yang mencuri kemenangan. Hal yang tak bisa diantisipasi semacam ini yang membuat acara semakin seru. seharusnya ada peraturan tegas Walter hanya boleh keluar diiringi musik klasik
Menangani pertandingan dengan superstar berjumlah banyak sekaligus – dua traditional tag team kali ini berjenis triple threat yang berarti ada lima-belas superstar aktif sekaligus – tampak sekali ada kesulitan dalam booking atau penulisan. Pertandingan yang cewek menggunakan elemen cedera palsu yang mengirim bukan hanya satu, melainkan dua superstar dari tim NXT ke backstage, untuk kemudian kembali lagi di akhir, tanpa jejak sakit apa-apa dan membantu Ripley ngalahin Sasha Banks, untuk memenangkan pertandingan. Ripley seharusnya tidak perlu mendapat bantuan, karena dia sudah begitu over sejak di War Games, dan tentu saja tidak perlu membuat ada yang ‘cedera’ karena terlihat gak masuk akal. Pertandingan yang cowok bahkan lebih parah lagi bookingannya. Terkecuali Keith Lee yang mendapat sorotan luar biasa sehingga tampak begitu kuat, banyak dari superstar yang terlibat seadanya. Mereka hanya ada di sana untuk dikenai jurus finisher. Seperti Damien Priest yang literally gak ngapa-ngapain sebelum kena RKO. Kevin Owens seperti diberikan kedalaman; ia yang kemaren bergabung dengan tim War Games NXT, kini memilih untuk menyerang Smackdown alih-alih NXT. Tapi kemudian kedalaman tersebut jadi berhenti begitu saja karena Ciampa, NXT, sendiri yang mengeliminasi Owens.
Penulisan yang tidak berimbang, dan ketidaksinambungan storyline intra-brand yang membuat superstar menjadi kurang-berkarakter menjadi sandungan utama Survivor Series. Tapi selain itu, semua aksinya menghibur. Kalian yang belum pernah nonton NXT, bisa dipastikan akan tertarik untuk mulai mengikuti acara tersebut setiap minggu. Karena hal terbaik yang dilakukan Survivor Series 2019 adalah menge-push brand NXT. Bukan hanya Tim Kuning menang angka, mereka juga menang di match terbaik. The Palace of Wisdom menobatkan Adam Cole melawan Pete Dunne dalam pertandingan yang tampak menyakitkan namun begitu seru sebagai MATCH OF THE NIGHT.
Full Results: 1. WOMEN’S SURVIVOR SERIES TRADITIONAL TAG TEAM TRIPLE THREAT Tim NXT (Rhea Ripley, Bianca Belair, Candice LeRae, Io Shirai, Toni Storm) menang atas Tim Raw (Charlotte Flair, Natalya, Asuka, Kairi Sane, Sarah Logan) dan Tim Smackdown (Sasha Banks, Carmella, Nikki Cross, Lacey Evans, Dana Brooke) 2. TRIPLE THREAT NXT North American Champion Roderick Strong mengalahkan Intercontinental Champion Shinsuke Nakamura dan United States Champion AJ Styles 3. NXT CHAMPIONSHIP Adam Cole bertahan atas Pete Dunne 4. UNIVERSAL CHAMPIONSHIP The Fiend Bray Wyatt jadi juara bertahan ngalahin Daniel Bryan 5. MEN’S SURVIVOR SERIES TRADITIONAL TAG TEAM TRIPLE THREAT Tim Smackdown (Roman Reigns, Shorty G, King Baron Corbin, Braun Strowman, Mustafa Ali) unggul dari Tim NXT (Tomasso Ciampa, Matt Riddle, Walter, Keith Lee, Damien Priest) dan Tim Raw (Seth Rollins, Randy Orton, Ricochet, Drew McIntyre, Kevin Owens) 6. WWE CHAMPIONSHIP NO HOLDS BARRED Brock Lesnar tetap juara mengalahkan Rey Mysterio 7. TRIPLE THREAT NXT Women’s Champion Shayna Baszler menang dari Smackdown Women’s Champion Bayley dan Raw Women’s Champion Becky Lynch
That’s all we have for now. Remember, in life there are winners. And there are losers.
We are the longest reigning BLOG KRITIK FILM TERPILIH PIALA MAYA.
Hell in a Cell 2019 adalah trick halloween paling mengerikan yang bisa diberikan WWE kepada penontonnya, yang sama sekali gak ada treat-treatnya
Dibangun sebagai main event acara yang bertema pertarungan mati-matian di dalam kandang ini adalah Seth Rollins melawan Bray Wyatt dalam perebutan sabuk kejuaraan Universal. Rollins, yang sebelum ini telah sukses menyandang predikat sebagai King Slayer, Beast Slayer, dan Monster Slayer (dia mengalahkan Triple H, Brock Lesnar, dan Braun Strowman) dihadapkan pada tantangan berikutnya; Bray Wyatt yang muncul kembali dengan persona baru; alterego iblis bertopeng yang muncul dari kegelapan mencekik mangsa-mangsanya. Bagi Rollins, pertandingan ini adalah kesempatan untuk menambahkan The Fiend ke dalam koleksi ‘Slayer’nya. Bagi Wyatt, momen ini simply, adalah reboot dari karakternya. For karakter Bray Wyatt yang sudah kehilangan banyak momentum karena WWE terlalu jinak dan tidak tahu harus membawa ke mana karakternya tersebut. Sebagai The Fiend, Wyatt mengeksplorasi horor cult lebih jauh lagi. Dia akan muncul seperti host acara anak kayak si Komo, lengkap dengan boneka-tangan yang bisa bernyanyi, dia akan berbicara hal-hal mendua dengan ancaman Fiend akan datang dan kita harus membiarkan dirinya masuk. The Fiend melawan Seth Rollins, kendati diadakan agak terlalu cepat, namun merupakan seteru yang pas bukan saja untuk momen halloween, melainkan juga untuk momen WWE yang sedang melonggarkan aturan kekerasannya karena gempuran perusahaan gulat sebelah. Singkatnya, pertandingan ini sangat dinanti oleh para fans sebab bakal menandakan sejauh mana WWE mengambil langkah perubahan.
Maka tak heran jika fans sangat kecewa melihat pertandingan mereka yang sebenarnya. Kita bisa mendengar dengan jelas teriakan penonton meminta pertandingan diulang bergaung di arena Golden 1 Center Sacramento, California pada saat akhir acara (dan later, mereka berteriak meminta uang mereka dikembalikan) Yang dilakukan oleh WWE dalam pertandingan tersebut sama sekali tidak membantu apa-apa terhadap kedua superstar tersebut. Momentum Wyatt seketika sirna karena dia tampak sebagai monster bego. Dan Seth Rollins, sudah pasti akan diboo habis-habisan, meskipun bukan salahnya – bukan karena dia tidak bisa bergulat – dia mendapat bookingan drama yang lebay seperti demikian. Yowie Wowie!!
Seth Rollins dan Bray Wyatt adalah pegulat modern yang hebat. Mereka pandai membawakan karakter, punya psikologi cerita yang bener. Has a great in-ring work too. Sayangnya WWE memilih menunjukkan semua itu dengan cahaya merah temaram yang hanya berfungsi sebagai device gimmick semata. Lewat layar saja udah cukup susah untuk melihat aksi mereka, apalagi untuk penonton yang menyaksikan secara langsung. Pun begitu, dosa terbesar yang dilakukan WWE adalah membuat pertandingan Hell in a Cell yang notabene diciptakan supaya para superstar bertarung dengan ganas, di luar kebiasaan dan batas kewajaran mereka, menjadi pertandingan yang bisa dihentikan oleh wasit dengan alasan yang sama dengan sebuah diskualifikasi. Inilah yang sebenarnya diprotes oleh para penonton. Jadi bukan semata karena Wyatt yang sudah begitu over enggak jadi menang, melainkan karena pertandingan tersebut berakhir dengan kekalahan yang enggak masuk akal dan maksa banget.
Skenario yang menjadi tulang punggung pertandingan tersebut adalah tentang Wyatt yang inhuman dan Rollins musti menjadi hal yang sama enggak manusiawinya untuk bisa mengalahkan Wyatt. Dan seperti cerita horor pada umumnya, ada plot twist; after all of that degradation, Rollins tetap tidak bisa mengalahkan Wyatt. Membacanya demikian, terlihat sederhana. There’s no way you could mess up that story. Plot twist yang sebenarnya justru adalah betapa malasnya WWE dalam menulis dan berkelit dari kepentingan yang lain. Menyaksikan pertandingan penutup ini kita bisa melihat betapa kekeuhnya kepentingan menjadikan Rollins tetap juara sehingga penulis pun menjadi ala kadarnya membuat narasi pertandingan. Untuk membuat Wyatt terlihat kuat dan Rollins berjuang sekuat tenaga, WWE mempersembahkan kepada kita Rollins menggunakan finishernya kepada Wyatt. Sebanyak 11 kali. Repetitif dan membosankan. Meminimalisir aksi dalam lingkungan pertandingan yang seharusnya digunakan untuk superstar berkreasi ria. Untuk memperlihatkan intensitas Rollins ‘menjatuhkan’ dirinya ke level sadis Wyatt, WWE mempersembahkan kepada kita Rollins memukul kepala Wyatt dengan kursi, kemudian dengan tangga dan meletakkan kursi tadi bersama tangga ke kepala Wyatt, lalu memukulnya dengan toolbox berat, dan puncaknya adalah menggunakan sledgehammer yang jauh lebih ramping. Tindakan ini membuat wasit menghentikan pertandingan. Semua sekuen itu terlihat konyol terlebih jika kita mengingat Mick Foley dulu beneran jatuh dari atas kandang, dua kali, dan pertandingan tetap diteruskan.
Sepertinya WWE memang tidak belajar dari masa lalu. Pertandingan Hell in a Cell tahun 2018 juga berakhir dengan no-contest, perbedaannya hanya saat itu masih bisa dimaklumi lantaran kedua pesertanya sama-sama tepar. Tapi enggak ada yang protes bukan berarti yang kita lakukan itu disetujui dan langkah yang benar. WWE pushed their luck dengan mencoba taktik no-contest oleh wasit pada match sebelum Rollins melawan Wyatt. Kita melihat six men tag team yang juga distop oleh wasit karena tampaknya adegan pengeroyokan oleh dua orang yang lebih kecil dianggap sebagai tindakan perlawanan yang sudah melampaui batas. Aku enggak tahu apa persisnya yang terjadi di balik dapur penulisan mereka, tapi dalam acara ini penulis skrip WWE seperti lupa cara membuat pertandingan yang memuaskan. “they came up… short!”
Padahal Hell in a Cell 2019 dibuka dengan pertandingan Hell in a Cell cewek yang luar biasa macho. Ganas. Becky Lynch dan Sasha Banks seperti berlomba untuk menunjukkan hal kreatif yang bisa mereka lakukan dalam menyakiti lawannya. Match yang mereka hadirkan memang terlihat spesifik sebab ada beberapa spot yang tampak mustahil dilakukan jika bukan oleh Banks ataupun Lynch. Misalnya spot Lynch menendang Banks yang didudukkan di atas kursi yang dipasang di kerangkeng, hanya ditopang ole beberapa kendo stick; you know, enggak banyak yang ‘seringan’ sehingga bisa duduk di situ tanpa membuat kendo stick fondasinya patah. Banks memang tampak memanfaatkan pengetahuannya tentang struktur kandang dan properti senjata lain, mengingat Banks pernah bertanding di dalam Hell in a Cell sebelumnya. Dia menggunakan banyak variasi serangan Meteora, dan memastikan semua meja yang ia lalui patah dengan sempurna. Banks juga menunjukkan kematangan permainan psikologi dalam match ini. Perhatikan di momen-momen dia kena Disarmher di akhir pertandingan. Kita bisa melihat perjuangannya berusaha lepas dari kuncian, kita bisa melihat wajahnya berpikir saat dia berusaha meraih kursi untuk bertahan, dan kemudian ekspresi kekalahan itu muncul dan dia tap out, dan kemudian (hendak) menangis memandang kemenangan Lynch. Buatku detil ekspresi ini benar-benar membantu penceritaan dan membuat Banks menjadi legit storyteller.
Dengan begitu dominan aksi dari Banks, aku kaget juga melihat keputusan siapa yang menang. Namun setelah beberapa pertandingan lagi, gambaran besar cerita ini mulai tampak. Karena sebenarnya WWE ingin melihat paralel antara cerita Banks dengan Bayley yang juga kalah dalam pertandingan gelarnya melawan Charlotte. Kedua pasang superstar cewek ini masih terus diberikan hubungan lantaran sepertinya cerita Four Horsewomen dari Clash of Champions 2019 masih akan terus berlanjut.
Universal championship, dua pasang pertandingan kejuaraan wanita, dan satu pertandingan tag dengan gaya tornado yang seru (karena tak perlu tag-in dan berbau hardcore); acara Hell in a Cell 2019 sebenarnya memang hanya terdiri dari empat pertandingan tersebut. Hanya empat ini yang mendapat build up serius – meski main eventnya sangat mengecewakan. Empat pertandingan sisanya (ppv normal WWE berlangsung dengan format delapan match termasuk kickoff sekarang) diumumkan begitu saja menjelang hari-h. Makanya sebagian besar terasa datar. Yang paling lumayan adalah perebutan tag team wanita antara tim Alexa Bliss dan Nikki Cross melawan tim Asuka dan Kairi Sane, dengan alasan dalam match ini kita melihat tim Asuka dan Sane bermain dengan mode heel sehingga terasa unik dan lebih berkarakter. Selain match ini, pertandingan dalam Hell in a Cell 2019 terasa seperti filler, atau paling enggak kayak match biasa di Raw atau Smackdown, dengan ending match yang kurang nendang. Seperti akhiran match Gable melawan King Corbin yang hanya berakhir dengan roll up padahal seteru mereka cukup personal bagi Gable. Yang paling random tentu saja Ali melawan Orton, yang pertandingannya berjalan hampa dan hanya menarik tatkala melibatkan RKO.
Enggak ada kejuaraan WWE, hanya ada empat match yang dibangun serius, sementara sisanya ditambahkan hampir seperti bonus konten (yang bahkan tak terasa benar-benar menguntungkan), Hell in a Cell 2019 adalah sebuah pagelaran gulat yang terasa datar. Ada beberapa momen yang menarik; Asuka menggunakan Poison Mist, Bryan dan Reigns menggila melawan Rowan dan Harper, teknik Ali menahan RKO. Tapi semua itu tampak ditahan-tahan pecahnya demi main event yang sendirinya paling tidak mendeliver di ajang pergulatan 2019. Semua keunikan di awal sirna karena penonton dikirim pulang dengan sesuatu yang seharusnya bisa dibooking dengan jauh lebih baik. Setelah match pembuka yang instant classic antara Becky Lynch melawan Sasha Banks di Hell in a Cell, acara ini seperti terjun bebas. Yea, Palace of Wisdom menobatkan Lynch dan Banks sebagai MATCH OF THE NIGHT untuk dua kali berturut-turut
Full Results: 1. RAW WOMEN’S CHAMPIONSHIP HELL IN A CELL Becky Lynch bertahan atas Sasha Banks 2. TORNADO TAG TEAM Roman Reigns dan Daniel Bryan menghajar Erick Rowan dan Luke Harper 3. SINGLE Randy Orton menaklukkan Ali seolah bukan lawannya 4. WOMEN’S TAG TEAM CHAMPIONSHIP Kabuki Warriors Asuka dan Kairi Sane jadi juara baru ngalahin Alexa Bliss dan Nikki Cross 5. SINGLE Chad “Shorty” Gable balik mengalahkan King Baron Corbin 6. SMACKDOWN WOMEN’S CHAMPIONSHIP Charlotte Flair jadi juara 10 kali dengan merebut gelar dari Bayley 7. UNIVERSAL CHAMPIONSHIP Juara Bertahan Seth Rollins dan The Fiend Bray Wyatt bertempur sampai wasit menghentikan pertandingan karena dianggap terlalu sadis
That’s all we have for now. Remember, in life there are winners. And there are losers.
We are the longest reigning BLOG KRITIK FILM TERPILIH PIALA MAYA.
Sabuk kejuaraan adalah medali bagi para superstar WWE. Meskipun acara ini memang sudah diatur, namun memegang titel juara tetaplah sebuah hal yang prestigius karena tidak sembarang superstar pantas untuk dijadikan ‘juara’. Mereka haruslah yang paling kuat. Dalam artian bukan saja harus paling jago bergulat, melainkan juga paling konek ke penonton, yang paling menjual; terutama yang paling bisa diandalkan oleh perusahaan. Makanya sabuk kejuaraan menjadi sakral. Hanya sedikit yang pantas memegangnya. Ia menjadi simbol yang diperebutkan oleh para superstar. Sesuatu yang dikejar supaya setiap pertandingan kejuaraan punya arti. Apalah gulat profesional tanpa drama dan sabuk sebagai pialanya. Sabuk menambah intensitas dan kepentingan dari pertandingan.
Namun baru-baru ini Jim Ross, mantan komentator WWE – sekarang bekerja untuk promotor gulat sebelah – mengkritik WWE telah mendevaluasi makna sabuk kejuaraan. Dengan mengeluarkan sabuk terbaru, 24/7 Championship, pada bulan Mei 2019 yang lalu WWE dianggap Ross terlalu banyak mengedarkan sabuk juara. Sehingga lebih seperti supaya semua orang bisa dapat giliran jadi juara, mengurangi nilai kompetisi. Karena beberapa malah hanya jadi pajangan gimmick semata. Mari kita absen sabuk-sabuk yang ada di main roster WWE sekarang ini; WWE, Universal, Intercontinental, United States, Raw Tag Team, Smackdown Tag Team, Raw Women’s, Smackdown Women’s, Women’s Tag Team, dan 24/7. Oh ya, juga ada Cruiserweight yang kadang ditandingkan di pay-per-view. Totalnya ada sebelas. Dan itu memang jumlah yang tidak sedikit. Jim Ross punya poin yang cukup valid mengingat dia sudah malang melintang di dunia gulat profesional dan mengetahui langsung dulu sabuk paling banyak hanya sekitar tiga atau empat.
Jumlah sabuk sebenarnya bukan masalah utama. Karena poinnya adalah pada ratio – tergantung pada banyaknya jumlah superstar yang in-contention untuk setiap kejuaraan. Masing-masing divisi perlu sabuk untuk membuat kompetisi mereka lebih urgen. Jadi masalahnya sebenarnya adalah pada pembagian kontendernya. Pada sejauh mana WWE membuat sabuk-sabuk tersebut memiliki cakupan yang terarah dan membantu semua superstar mereka, bukan hanya sebagian. NXT misalnya, mereka punya sabuk sendiri untuk mengakomodasi para superstar mereka. WWE tahun 2000an juga begitu, masing-masing brand punya sabuk yang paralel sehingga setiap brand punya arahan yang sama terhadap pembagian superstar. WWE masa sekarang, juga membagi superstar yang jumlahnya banyak ke dalam dua brand. Namun penerapannya enggak jelas berkat Wild Card rule yang memperbolehkan superstar Raw ‘berkunjung’ ke Smackdown, menantang juara di sana, dan sebaliknya. Sabuk-sabuk khusus brand akibatnya jadi kehilangan makna; apa bedanya tag team raw dengan tag team smackdown. Kontendernya tim yang itu-itu melulu.
WWE dalam acara Clash of Champions 2019 berusaha untuk membuktikan kritikan Jim Ross dan yang sepakat dengannya sebagai suatu dugaan yang enggak sepenuhnya benar. Mereka berusaha untuk memanfaatkan Wild Card, menginkorporasikannya ke dalam narasi yang lebih seru tentang perebutan gelar. Dan menegaskan bahwa bukan semata sabuk yang membentuk seorang superstar, superstar. Melainkan superstarnya juga turut andil memberikan prestise kepada sabuk.
Sami Zayn harusnya nulis review betapa toxicnya sabuk bagi para superstar
That stupid Wild Card rule memang akhirnya membawa sisi positif. Saat menyaksikan video promo sebelum pertandingan Bayley melawan Charlotte, aku sadar bahwa storyline mereka tidak akan bisa jadi seimpactful yang kita dapatkan ini jika tidak ada Wild Card-Wild Cardan. Karena cerita Bayley dan Charlotte adalah bagian dari cerita Sasha Banks dan Becky Lynch, yang membentuk cerita besar tentang perseteruan dalam kelompok Four Horsewomen. Bayley dan Charlotte ada di Smackdown, sedangkan Sasha dan Lynch ada di Raw. Tanpa Wild Card, masing-masing mereka tidak akan ketemu dan build-up match tidak akan seheboh ini. Karena kunci dari storyline mereka adalah soal Bayley yang merasa diovershadow oleh tiga teman-dari-NXT, dan adegan paling pentingnya adalah ketika Bayley datang menginterupsi Sasha yang menyerang Lynch, dan ternyata juga ikutan ‘jahat’ menyerang Lynch. Wild Card rule memungkinkan Bayley dari Smackdown datang ke Raw. Dari momen inilah, storyline mereka berjalan dengan pengembangkan karakter Bayley sebagai fokus utama.
Bayley punya karakter yang paling menarik sekarang. Dia adalah personifikasi dari ambiguitas heel dan babyface yang selama ini tampak diincar oleh penulis WWE. Bayley yang warna-warni berubah menjadi representasi abu-abunya dunia. Dalam matchnya melawan Charlotte di acara ini kita melihat Bayley semacam delusional. Dia masih menganggap dirinya pahlawan karena dia loyal dan berani berjuang untuk membuktikan diri. Dia tidak bisa melihat dirinya sudah berbuat curang demi hal itu. Bayley masih menyangka dirinya pahlawan di mata anak-anak, tapi perbuatannya tak bisa ditiru. Kita dibuat masih pengen ngecheer Bayley – terutama karena dia melawan Charlotte. See, semua anggota Four Horsewomen sebenarnya memainkan karakter yang sangat konflik dengan reaksi kita merespon mereka. Charlotte adalah yang paling berprestasi, dan secara teknik juga paling jago. Tapi kita seperti diset untuk membenci dia karena segala privilege yang ia dapatkan sebagai anak dari seorang legenda. Becky Lynch adalah opposite dari Bayley; Lynch adalah antihero yang meskipun kasar dan keras, dia punya tujuan yang baik, yang bisa kita dukung. Terakhir adalah Sasha Banks yang sikapnya total nyebelin. Dalam match melawan Lynch di acara ini, jurus curang Eddie Guerrero yang menghasilkan perasaan yang sangat berbeda ketika kita melihatnya digunakan oleh Sasha.
Semua itu mengumpul kepada karakter Bayley. Juara yang seperti tak dianggap. Penantangnya lebih kuat darinya. Sesama juara lebih populer dari dirinya. Yang baru balik saja instantly jadi pusat perhatian karena nunjukin warna aslinya. Dan mereka semua itu adalah sahabat lama Bayley. Jadi dia merasa butuh untuk membuktikan diri, Bayley harus percaya dulu bahwa dia pahlawan – di atas mereka semua, role model kepada kita semua, dan ini membuat Bayley gak segan untuk melakukan semua cara. Loyalnya kepada Sasha bahkan tidak tampak lulus lagi. Karakter Bayley jadi sangat kompleks. Dia mengajarkan untuk membuktikan sendiri sementara, kita gravitate towards her karena perasaan enggak mau jadi yang paling lemah di antara teman-teman adalah perasaan yang relatable, tapi kita tahu dia seharusnya di-boo. Ending match di mana Bayley curang dan kabur dari ring benar-benar menambah banyak untuk build up psikologi tokoh ini. Dan aku sangat tertarik untuk melihat kelanjutan cerita Bayley dan Four Horsewomen ini.
Pertandingan yang melibatkan Four Horsewomen dalam Night of Champions semuanya belum ada yang konklusif. Untuk Sasha melawan Lynch, pertandingannya sangat awesome. kedua cewek ini tampak benar-benar saling pengen menyakiti. Beda sama Randy Orton lawan Kofi Kingston yang gak bergairah, lamban, sehingga terasa sangat panjang membosankan. Lynch lawan Sasha memainkan skenario yang kreatif untuk membuild up api pertempuran di antara mereka. Wasit dibuat jadi korban, sehingga Lynch dan Sasha lantas ‘jalan-jalan’ sampai ke backstage. Saling menyakiti. Membuat mereka tampak tak terkontrol sehingga pertandingan yang udah kayak perang itu berakhir diskualifikasi. Ini bukan akhir gantung yang annoying. Ini adalah akhir sempurna yang mengarahkan kita ke pemahaman keduanya harus dikurung (ehm.. ehemm.. pay-per-view berikutnya adalah Hell in a Cell). Malah ini mengingatkanku pada pertandingan fenomenal antara Stone Cold dengan Kurt Angle pada SummerSlam 2001 yang juga brutal dan berakhir dengan DQ.
mereka kena potong gaji gak ya udah jadiin kamera mahal sebagai senjata?
Selain Four Horsewomen, WWE secara lowkey menghighlight mantan anggota Wyat Family. Kita melihat akhir cerita “Siapa Penyerang Roman Reigns” yang ternyata berujung kepada kembalinya Luke Harper membantu Rowan. Oh ya, juga kembalinya nama depan Eric kepada Rowan. Mungkin mereka merasa aneh jika nyebut Roman versus Rowan thok sehingga nama Rowan dikembalikan lengkap menjadi Eric Rowan hihihi.. Di partai lain kita juga melihat Braun Strowman berkompetisi sebagai tag team sekaligus sebagai penantang dari rekan tag temannya (he broke record ‘first time in history’ by the way!) Strowman, bersama Seth Rollins, menjadi pembuka dan penutup acara. Dan Strowman practically mengovershadow Rollins yang tampil bland sebagai juara tertinggi. Penonton bersorak ketika Strowman terbang dari top-rope, dan nge-boo ketika Rollins menyerang Strowman dengan Curb Stomp untuk yang ketiga kalinya. Rollins adalah superstar yang hebat, jurusnya keren-keren, tapi dia seperti hampa sebagai juara karena pertandingannya sejauh ini menggunakan metoda yang sama, dengan lawan yang juga selalu lebih besar darinya. Dia perlu mendapat perlakukan yang berbeda. Seperti The Revival yang mengklasikkan kembali pertandingan tag team, saat mereka melawan New Day di paruh awal acara. Akhir match mereka adalah salah satu yang wajib dilihat dalam acara ini. Atau seperti Alexa Bliss yang kembali ke attire Harley Quinn dan mengreinvent cara bertarungnya menjadi lebih bersahabat. Di samping pertandingan tag team pembuka, dua tag team match ini memang asik untuk dilihat karena bercerita dengan baik, sesuai dengan konteks storyline masing-masing.
Seth Rollins seperti tidak dapat bernapas lega karena di penghujung acara pentolan Wyatt Family numero uno; Bray Wyatt himself muncul ‘mengucapkan salam’ kepadanya. Ini satu lagi yang momen yang wajib kalian saksikan sendiri karena feeling yang disampaikan sangat kuat.
Clash of Champions penuh oleh momen-momen keren. Bahkan pertandingannya pun lebih seperti bagian dari momen ketimbang suatu konklusi. Menjadikan acara ini tidak sekuat acara sebelumnya. Untungnya dikemas dengan cukup baik. Pertandingan-pertandingannya punya hubungan antara satu sama lain, sebagai usaha WWE untuk menunjukkan roster mereka punya kedalaman dan immersive, kaitannya dengan pembelaan terhadap tuduhan mereka punya terlalu banyak sabuk kejuaraan. Dua match yang boring buatku, yakni Roman/Rowan dan Orton/Kingston yang terasa terlalu panjang dan tidak sebesar yang diharapkan oleh WWE (mengingat posisi mereka yang so late in the card). Untuk MATCH OF THE NIGHT, Palace of Wisdom menobatkannya kepada Becky Lynch melawan Sasha Banks.
Full Results: 1. RAW TAG TEAM CHAMPIONSHIP Dolph Ziggler dan Robert Roode juara baru ngalahin Braun Strowman dan Seth Rollins 2. SMACKDOWN WOMEN’S CHAMPIONSHIP Bayley bertahan dari Charlotte 3. SMACKDOWN TAG TEAM CHAMPIONSHIP The Revival going old school defeating The New Day 4. WOMEN’S TAG TEAM CHAMPIONSHIP Alexa Bliss dan Nikki Cross tetap juara mengalahkan Fire and Desire 5. INTERCONTINENTAL CHAMPIONSHIP Shinsuke Nakamura dibantu Samy Zayn bertahan atas The Miz 6. RAW WOMEN’S CHAMPIONSHIP Juara bertahan Becky Lynch mengdiskualifikasi dirinya melawan Sasha Banks 7. WWE CHAMPIONSHIP Kofi Kingston masih juara mengalahkan Randy Orton 8. NO DISQUALIFICATION Eric Rowan menghajar Roman Reigns
9. UNIVERSAL CHAMPIONSHIP Seth Rollins mempertahankan sabuk dari Braun Strowman
That’s all we have for now.
Remember, in life there are winners. And there are losers.
We are the longest reigning BLOG KRITIK FILM TERPILIH PIALA MAYA.
Sebelas tahun silam WWE mengumumkan mereka mengubah arahan acara mereka menjadi lebih konservatif dan family-friendly. Maka sejak saat itu, WWE dengan rating PG (kalo di Indonesia istilahnya Bimbingan Orangtua) sudah semakin mirip tayangan kartun di hari Minggu. Tapi belakangan ini, WWE tampak menoleh kembali ke akar ‘kebrutalan’ mereka. Baru sebulan yang lalu kita melihat kembali superstar cowok bertarung melawan superstar cewek dalam pertandingan yang sah. Dan di bulan Agustus ini kita mendapat kejutan; SummerSlam didaftarkan sebagai acara dengan rating TV-14! Pengumuman tersebut tak pelak bikin rame internet. Penonton yang lebih dewasa makin semangat menantikan, di sisi lain pengumuman itu juga menjadi peringatan. Seberapa ‘keras’ tayangan WWE kali ini. Perlukah kita menutup mata adek-adek atau anak-anak kita yang kadung termanjakan oleh acara berantem yang enggak kasar?
Jawabannya; perlu
I mean, just watch this awesome clip
Bray Wyatt mungkin alasan nomor satu WWE menaikkan rating acara untuk SummerSlam. Dalam re-debut dari karakter cult leader yang selama ini dia gunakan, Wyatt memperkenalkan diri sebagai The Fiend, lengkap dengan absennya lampu arena, memakai topeng monster seram dan diiringi oleh musik rock (remix dari lagu temanya yang lama) yang dinyanyiin cewek bersuara tinggi sehingga terkesan psychotic. Wyatt sebagai The Fiend tetap jalan masuk ke ring sambil menenteng lentera, hanya saja lentera yang ia bawa kali ini bakal nongol di mimpi buruk anak-anak sedunia. Lenteranya adalah kepala. Kepala dirinya sendiri pula! Ini udah kayak Al Snow dan Marlina berfusion di malam jumat kliwon
Psychotic Heel is the best heel of all. Di NXT kita dapat Io Shirai yang muncul ke ring dengan ekspresi muka berubah-ubah mulai dari sedih, ketawa, hingga sadis – also a badass music dan gaya masuk teatrikal. Di main roster WWE, kita mendapat Bray Wyatt yang sekarang bicara kayak host acara clubhouse anak-anak tapi dengan subtext horor. bayangkan Club Disney atau Kak Seto tapi boneka yang muncul bukan komodo lucu melainkan penyihir dan burung bangkai yang memakan boneka kelinci. Wyatt supposedly sudah membuang setan dari dalam dirinya, setan itulah yang mengambil wujud sebagai The Fiend, yang kita saksikan membantai Finn Balor dalam acara ini. Kita melihat Balor dicekek rahangnya sampai kalah. Jadi, SummerSlam memang memperkenalkan penonton terhadap aksi yang lebih intens. Dan on top of that, tema yang melandasi pun lebih dewasa.
The Fiend menenteng kepala dirinya yang dulu mengandung makna simbolis mengalahkan diri sendiri. Dengan berkompromi dengan your own demon. Jika kita lihat gambaran besarnya, tema meruntuhkan dan merombak ulang diri sendiri tersebut dapat ditemukan berulang sepanjang acara. SummerSlam sendirinya adalah seperti versi yang lebih kompromi antara WWE era PG dengan WWE lama yang brutal.
Aplikasi yang lebih manusiawi dapat kita temukan dalam urusan antara Kofi Kingston melawan Randy Orton. Sejak 2009, Kingston ‘dihantui’ oleh pernyataan Orton mengenai betapa bego dirinya. Karir Kingston diceritakan mandeg karena kesalahan yang ia lakukan dibesar-besarkan oleh Orton yang punya pengaruh tinggi di belakang-panggung WWE. Pertandingan mereka di SummerSlam ini bukan hanya sebatas Kingston mempertahankan gelar, melainkan dia harus membuktikan diri; Kingston harus meraih keganasan dirinya yang dulu sekaligus memperlihatkan dia tidak bodoh karena sekarang dia sudah tahu dan belajar lebih baik. Kemarahan Kingston ketika mendapati dirinya berada di antara Orton dan keluarga menjadi trigger karena dia merasa bodoh dan lemah membahayakan keluarga. Jadi, walaupun akhir match mereka tidak memuaskan karena sudah seteru sudah dibangun lebih dari satu dekade, aku bisa melihat endingnya masuk akal. Narasi butuh mereka untuk perang, alih-alih beres dalam satu kali pertemuan.
Seth Rollins dan Brock Lesnar juga adalah kasus yang sama. WWE terpaksa memilih untuk mengulang cerita dari Wrestlemania; untuk saat ini tampak seperti menihilkan Money in the Bank, like, mereka seperti tak punya ide lain soal siapa yang mesti menang koper. Tapi storyline itu dibutuhkan untuk membangun ulang – bukan hanya Rollins, melainkan juga Lesnar. Rollins butuh untuk tampil seperti jagoan yang bertarung atas dirinya sendiri (bukan dibeking pacar, teman setim, ataupun anak emas bos). Dan Lesnar perlu untuk dilihat banyak orang sebagai kompetitor seperti dirinya ketika masih menetap di WWE. Karena Lesnar bakal menetap lagi di Smackdown. Ketika maksud itu sudah terlandaskan, kita akhirnya dapat suguhan aksi yang memuaskan. Main event acara ini mengirim penonton pulang dengan semangat dan harapan yang baru. Karena kita sudah diyakinkan mereka ini masih seperti yang dulu, malahan lebih ganas lantaran lebih banyak yang mereka accomplished sekarang.
Bagi penonton yang tidak menonton gulat di luar WWE, tim O.C. (AJ Styles, Luke Gallows, dan Karl Anderson) bakalan tampak seperti tim baru dengan taktik dirty kasar old-school. Yang kita lihat hingga SummerSlam ini sebenarnya belum apa-apa lantaran mereka memang sudah satu tim sejak di Jepang. WWE mencoba memperkenalkan sisi ‘legendaris’ mereka, begitu juga dengan Ricochet yang tampak seperti anak baru yang brilian di dalam ring WWE. Styles dan Ricochet bermain keren tapi mereka masih belum menampilkan performa yang sesuai dengan kapasitas mereka sebenarnya, jadi sepertinya kita masih akan terus melihat dua kubu ini berseteru. Cerita ‘improving ourself’ sudah berjalan cukup lama bagi karakter Bayley. Dalam SummerSlam, tidak benar-benar ada episode baru. Pertempurannya dengan Ember Moon berjalan baik, namun terasa lempeng karena harusnya Ember Moon lah yang jadi tokoh utama dalam storyline ini. Sejelek-jeleknya penampilan Goldberg, seitu-itu melulunya alur pertandingan Goldberg, toh kita masih bersorak juga melihat dia membantai lawannya. Ziggler adalah orang yang tepat. Muda, arogan, dan bisa ngesell move dengan dahsyat. Pertandingan Dolph Ziggler melawan Goldberg tidak lain tidak bukan memang untuk mengembalikan citra Goldberg yang terjun bebas setelah penampilannya di Arab Saudi. Ziggler kali ini ada untuk memastikan ‘match cutscene’ yang kita tonton menjadi menghibur semenghibur-hiburnya.
http://www.youtube.com/watch?v=s8BPR0KkE4k
SummerSlam juga dibangun around fakta bahwa acara ini diselenggarakan di Toronto, Kanada. Makanya kita mendapat banyak pertandingan dan momen-momen yang ‘tokoh utamanya’ pegulat dari Kanada. Kevin Owens benar-benar terbantu oleh situasi ini. Karakter Owens adalah yang paling menarik di brand Smackdown, karena ia mewakili apa yang semua orang pikirkan terhadap Shane McMahon. Pertandingan mereka minim aksi seru, malahan lebih banyak aksi maksa seperti interference dan situasi yang berfungsi sebagai plot device. Jika bukan Owens, pastilah perhatian bakal terpusat ke Shane, dan penonton akan sibuk menghujat Shane dan jalannya pertandingan. Dengan Owens, matchnya menjadi fun dan greget, stake dari stipulasi menang-kalahnya juga semakin terasa.
Natalya juga mendapat respon luar biasa di sini. Nama Hart dan jurus Sharpshooter memang sudah sakral di Kanada. Dua hal tersebut, terutama yang terakhir disebut, dimainkan dengan sempurna dalam pertandingan Natalya lawan Becky Lynch. Natalya bisa jadi adalah superstar cewek yang paling konsisten. Dia selalu berhasil menjalankan ‘misi’ setiap kali diberikan tugas filler seperti ini. Natalya tidak pernah memberikan performa yang buruk, hanya saja dirinya sendiri yang seringkali dioverlook karena kalah presence dibanding superstar yang lain. Di tanah Kanada ini, perhatian tertuju padanya, dan dia menjawab itu semua dengan gemilang. Gimmick submission pada match juga membantu banyak memancing chemistry antara Natalya dengan Lynch, dua superstar yang sama-sama berjurus kuncian namun berbeda target. Psikologi serangannya adalah masing-masing sudah menargetkan serangan pada titik kuncian. Natalya fokus ke kaki Lynch, dan Lynch pada tangan Natalya. Mereka juga menggunakan elemen ‘mencuri’ jurus lawan, yang selalu seru dan mengasyikkan. Meskipun agak kurang logis karena masa Lynch yang kakinya diserang melulu malah tiba-tiba bisa melakukan kuncian Sharpshooter yang mengandalkan kestabilan kaki.
Did Natalya just scream ‘bitch!’ at Lynch’s face?
Surprise menyenangkan berikutnya datang dari penampilan Trish Stratus. Dalam pertandingan melawan Charlotte yang disebut sebagai pertandingan terakhirnya, Trish benar-benar seperti perwujudan dari tema acara ini. Orang lama yang berusaha menginovasi menjadi diri. Trish adalah ratu gulat pada masanya, dan dia langsung menantang Charlotte; arguably the best women wrestle in roster today. Dan wow, Trish sungguh-sungguh menyuguhkan penampilan yang dahsyat. Clocking at 16:38, match Trish lawan Charlotte adalah match terlama dalam acara ini. Dan sepanjang menit-menit itu (kecuali beberapa menit awal saat Trish masih kelihatan agak canggung), kita menyaksikan aksi-aksi konter mengonter seru yang memperlihatkan bahwa kedua superstar ini sama-sama hebat. Malah aku sempat percaya Trish bakal menang. Itulah bukti bahwa drama dan cerita match ini berjalan dengan baik.
SummerSlam adalah festival gulat yang amat menyenangkan. Banyak momen-momen memorable. Aksi-aksi yang lebih seru dari sebelumnya. Wyatt, Owens, Rollins. Lesnar. Trish. Malahan hampir setiap orang dalam pertandingan di acara ini mencuri perhatian. Kekurangannya mungkin adalah acara ini bisa terasa kurang variasi, karena matchnya partai single semua. Pertandingan tag team (termasuk Alexa manis yang pake attire ala Buzz Lightyear) digeser untuk pre-show. Malahan, pre-show SummerSlam ini juga menurutku pantas untuk disaksikan, tidak seperti pre-show biasanya. Karena ada banyak story development, yang sepertinya sengaja tidak dimasukkan karena WWE kali ini tidak ingin acara utamanya menjadi kepanjangan seperti tahun-tahun belakangan. SummerSlam tampil ‘singkat’ seperti acara jaman dulu, lengkap dengan pyro pembukaan pula. Sebenarnya masih kurang set panggungnya sih, mestinya bisa dibikin penuh kreasi kayak yang dulu-dulu, but I guess we would be asking too much then. The Palace of Wisdom menobatkan Trish Stratus melawan Charlotte sebagai MATCH OF THE NIGHT yang paling diingat dan paling mengejutkan.
Full Results: 1. RAW WOMEN’S CHAMPIONSHIP SUBMISSION Becky Lynch bertahan dari Natalya 2. SINGLE Goldberg nge-squash Dolph Ziggler 3. UNITED STATES CHAMPIONSHIP AJ Styles dengan bantuan O.C. tetap juara ngalahin Ricochet 4. SMACKDOWN WOMEN’S CHAMPIONSHIP Bayley masih juara ngalahkan Ember Moon 5. SINGLE Kevin Owens menghajar Shane McMahon 6. SINGLE Charlotte berjaya atas Trish Stratus 7. WWE CHAMPIONSHIP Kofi Kingston masih juara karena berakhir seri dengan Randy Orton 8. SINGLE The Fiend membantai Finn Balor
9. UNIVERSAL CHAMPIONSHIP Seth Rollins jadi juara baru merebut sabuk dari Brock Lesnar
That’s all we have for now.
Remember, in life there are winners. And there are losers.
We are the longest reigning BLOG KRITIK FILM TERPILIH PIALA MAYA.
Vic, seorang polisi berbadan kekar yang jago berkelahi, yang menghantam pintu untuk masuk alih-alih mengetuk, yang memprioritaskan balas dendam kepada musuh ketimbang menghadiri pagelaran seni putrinya.
Atau Stu; perjaka bucin yang sebagai karyawan toko dibully oleh bosnya, untuk kemudian beramah tamah sebagai pengemudi Uber tapi tetap saja tak pernah mendapat bintang-lima, yang lebih suka membicarakan perasaannya daripada berkelahi, tapi tetap saja dia belum mampu menyatakan cinta kepada cewek yang sampai saat ini masih menganggapnya teman.
Vic dan Stu, oleh naskah Stuber, dipertemukan ketika Vic yang matanya lamur karena operasi lasik memesan Uber untuk melacak keberadaan gembong narkoba yang dulu membunuh partnernya. Stu yang tak-biasa terlibat baku tembak tentu lebih suka untuk ke tempat cewek taksirannya menonton DVD. Tapi dia begitu butuh bintang-lima yang dijanjikan oleh Vic. Jadi mau tak mau dua orang ini musti bekerja sama. Mengejar petunjuk dari satu tempat yang menantang persepsi mereka tentang maskulinitas satu ke tempat lainnya. Dan semua itu dilakukan film lewat nada komedi yang sangat histerikal dan balutan aksi berdarah yang over-the-top.
salaman adalah pelukan antara tangan dengan tangan
Disetir oleh dinamika dan chemistry dari Dave Bautista (I’m just gonna called him Batista, because you know; WWE) dan Kumail Nanjiani, komedi Stuber berjalan dengan relatif lancar. Formula bentrokan karakter mereka bekerja dengan baik. Satu kuat, satu lemah. Satu perkasa, satu perengek. Kita sudah sering melihat cerita buddy-cop seperti begini. Batista dan Nanjiani bertek-tok dengan kocak. Mereka diberikan ruang yang cukup luas untuk mengeksplorasi tokoh masing-masing. Untuk sebagian besar waktu, Batista tidak bisa melihat apapun, dia tidak bisa berkendara, apalagi menembak dengan benar (obvious metafor dari dia tidak dapat melihat apa yang sebenarnya perlu ia lakukan terhadap orang-orang di sekitarnya). Melihatnya menambrak benda-benda, sambil nyeletuk nyalahin benda itu, trying to be cool dengan kelemahannya – basically cara penulisan membuat cacat-karakter diamplify untuk tujuan komedi – sungguh menghibur. Bibit komedi Batista ini sudah mulai tampak ketika dia memainkan tokoh heel (bad-guy) di jaman-jaman dia masih pegulat di WWE. Batista seringkali memerankan karakter jahat yang merengek, dia sudah terbiasa memanfaatkan sisi lemah karakternya menjadi sesuatu tontonan yang menghibur. Di sisi lain, Nanjiani akan menyuplai kita dengan tawa yang datang dari cara dia uring-uringan disuruh melihat hal-hal yang membahayakan nyawanya. And he’s so good at keeping his face straight, dan kemudian meledak. Dia mencoba menormalkan semua itu, sehingga dia terpaksa mengambil tindakan – sesuatu yang selama ini tidak pernah ia lakukan.
Yang membuat dua tokoh berlawanan ini menarik, yang membuat mereka sedikit berbeda dari trope-trope karakter yang film ini gambarkan, adalah Vic dan Stu sesungguhnya punya tujuan yang sama – sehubungan dengan ‘apa sih yang membuat pria itu jantan’ – namun memiliki jalan/kepercayaan yang berbeda dalam mewujudkannya. Walaupun divisualkan lewat interaksi yang receh dan lebay, Vic dan Stu merupakan contoh penulisan ‘konflik nilai karakter’ yang menarik.
Menurut buku Anatomy of Story karangan John Truby, tokoh utama dan lawannya mesti ditulis untuk punya tujuan yang sama, tapi dibuat berkonflik dengan mengeset mereka punya value yang berbeda. Dalam hal dua tokoh film ini – yea, Stu dan Vic menganggap masing-masing sebagai antagonis dari mereka sendiri. Makanya dalam film ini dengan kocaknya kita dibuat lebih percaya mereka lebih mungkin untuk saling bunuh daripada tewas di tangan gangster narkoba. Tedjo yang diburu oleh Vic bukanlah antagonis yang sebenarnya – we’ll talk about hubungan Tedjo dengan Vic belakangan. Karena film ini sebenarnya adalah pertarungan kejantanan antara Vic dengan Stu. Dan meskipun komedi yang stereotipe, Stuber tak jatuh ke dalam gambaran banal tentang maskulinitas seperti Pariban: Idola dari Tanah Jawa (2019) yang pada akhirnya hanya menjadi cerita gede-gedean ‘ucok’. Stu dan Vic punya value yang berbeda tentang kejantanan; kepercayaan mereka itulah yang menjadi konflik utama. Jadi mereka gak sekadar berantem karena beda sikap. First of all, Vic dan Stu harus dapat melihat bahwa meskipun beda ‘misi’ sebenarnya mereka ingin satu hal yang sama; to man up. Kemudian mereka terus didorong untuk mencapai tujuan yang sama tersebut. Stake selalu diangkat; Stu ditelpon demenannya, Vic ditelpon putrinya. Yang satu terjebak dalam perangkap maskulinitas yang toxic, sementara yang satu lagi seperti begitu lemah bahkan untuk menjadi seorang manusia. Mereka punya pandangan yang berbeda yang pada akhirnya menjadi konflik-langsung. Ada pertentangan nilai pada adegan berantem malam-malam superngakak di supermarket itu. Itu adalah klimaks dari konflik mereka. Bagian yang bakal menjawab pertanyaan yang menjadi topik utama film ini.
Jawabannya adalah, the real men – jantan sesungguhnya – adalah pria yang ‘berkelahi’. Untuk disebut cowok, ya kita harus berantem. Dalam artian, berani mengonfrontasi masalah dan perasaan dan segala macam yang menghadang di depannya. Yang tidak lari dari semua hal tersebut.
Film ini menulis karakternya dengan ‘rumus’ yang benar; sesuai dengan teori K.M. Weiland tentang desain konflik dan karakter arc. Vic punya ‘wound’ yang membuatnya menciptakan ‘kebohongan’ yang ia percayai sendiri karena dia begitu trauma terhadap ‘wound’ tersebut. Partner Vic yang tewas adalah seorang polisi wanita, yang digambarkan oleh film jauh lebih kompeten dan taktikal dibandingkan Vic yang gasrak-gusruk. Maka Vic merasa gagal, dia merasa enggak cukup jantan sehingga membuat partnernya tersebut meninggal. Tokoh Tedjo – antagonis utama yang diperankan oleh Iko Uwais – adalah perwujudan dari bagaimana Vic memandang dirinya sendiri. Kecil, bengis, dan yang membunuh si partner. Makanya Vic begitu personal ingin menangkap Tedjo. Baginya ini lebih dari sekedar balas dendam. Dia ingin membunuh bagian dari dirinya yang tidak jantan. Ini juga berpengaruh terhadap cara ia memandang Stu pada awalnya. Banyak penonton yang mengeluhkan kurangnya peran Uwais di film ini. Aku setuju, Uwais yang personalitynya berusaha diperkuat oleh dandanan rambut nyatanya tidak banyak diberikan sesuatu untuk dilakukan. Mungkin memang Uwais yang belum bisa luwes berakting, atau memang mungkin karena film ‘menyia-nyiakan’. Tapi aku juga bisa melihat bahwa karakter Tedjo di sini sudah benar-benar bekerja sesuai dengan fungsinya. Karena seperti yang sudah kusebutkan; bukan dia ‘real villain’ yang harus dikalahkan oleh Vic dan Stu. Tedjo literally hanyalah device, jadi tokoh ini masuk akal untuk tidak terlalu banyak bicara.
Batista pada dasarnya selalu “I walk alone”
Garapan komedi film ini dapat menjadi cringey ketika berusaha untuk tampil kontemporer. Film berusaha memasukkan banyak sindiran dan pandangan mengenai toxic masculinity yang diam-diam menjamur di kehidupan sosial masyarakat. Pukulan terbesar yang berusaha dilayangkan oleh Stuber adalah mengenai Amerika yang merasa lebih ‘jantan’ daripada minoritas seperti Stu. Kadang celetukan sosial tersebut tampak terlalu banal, it takes the fun out of our central characters. Kita bisa menyebut film ini sebagai iklan Uber terselubung, sama seperti kita bisa menyebut Keluarga Cemara (2019) sebagai iklan Gojek terselubung. Ada banyak lelucon seputar Uber, I mean, penggerak terbesar Stu salah satunya adalah ia pengen dikasih rating bintang-lima; ini seharusnya udah menjadi peringatan betapa lebay dan in-the-facenya film ini bakal menjadi. Juga berkaitan dengan cara hidup masyarakat jaman sekarang. Beberapa ada yang bisa kita relate – buatku, aku juga sebel kalo dapat driver ojol yang terlalu sok-akrab, beberapa ada yang terlalu komikal.
Yang membawa kita ke bagian krusial; yakni porsi aksi. Lelucon lebay dalam film ini semakin cringey lagi ketika dibawa ke ranah aksi. Film punya cara tersendiri untuk menunjukkan kekerasan dan bullying kini bisa berlangsung di sosial media, dan cara itu boleh saja lucu, tapi terlalu ‘maksa’. Film ingin menampilkan aksi jantan yang kocak. Adegan-adegannya memanfaatkan tembak-tembakan, balap-balapan, dan hukum fisika beneran yang dimainkan untuk efek komedi. Untuk urusan berantem pake tangan, aku pikir aku gak bisa minta lebih banyak kepada film ini selain melihat Batista nge-Spear Iko Uwais. Dua orang ini mendeliver cerita dengan baik lewat baku-hantam, dan memang keduanya terlihat lebih nyaman ‘ngobrol’ lewat adegan berantem. Sayangnya, kamera tidak mengerti keunggulan dua orang ini. Karena kamera justru memilih merekam dengan handheld, dan banyak bergoyang, yang sama sekali tidak menunjang pertunjukan aksi yang mereka suguhkan.
Lewat perjalanan dua tokohnya yang amat berseberangan, film ini menjelma menjadi perjalanan maskulinitas genre aksi yang dibuat dengan penuh kekonyolan. Film ini enggak mikir dua kali untuk menjadi stereotipikal, juga enggak ragu untuk menjadi lebay. Film ini meledak-ledak, tapi bukan ledakan api beneran. Yang membuatnya justru malah dapat menjadi turn-off buat sebagian penonton. Punya tujuan untuk mencapai banyak, lewat dialog dan latar yang kontemporer; tapi karena memilih untuk menjadi yang actually ia sindir, film terasa seperti going nowhere antara gagasan yang ia angkat dengan konsep aksi yang ia hadirkan. The Palace of Wisdom gives 5.5 out of 10 gold stars for STUBER.
That’s all we have for now.
Menurut kalian ada gak sih hal-hal yang tidak seharusnya dilakukan oleh cowok?
Share with us in the comments
Remember, in life there are winners. And there are losers.
We? We are the longest reigning BLOG KRITIK FILM TERPILIH PIALA MAYA.
Dalam pertandingan extreme rules, semua bisa terjadi. Kecuali, kata Becky Lynch kepada Seth Rollins sang pacar sekaligus partner tag teamnya, menyebabkan pasanganmu kehilangan sabuk kejuaraannya. Dengan menjadwalkan pertandingan ‘ganda campuran’ di mana dua sabuk tertinggi brand Raw dipertaruhkan bersamaan – tim yang menang, lantas berhak mengangkat sabuk kejuaraan tinggi-tinggi penuh jumawa – WWE tampak menge-push makna ekstrim yang menjadi judul acara ini lebih jauh lagi. Di kubu juara bertahan kita punya pasangan real-life Lynch dan Rollins, memainkan dinamika gender dengan ayunan yang menarik; kedua superstar ini sama-sama ‘jantan’. Rollins cowok beneran, sedangkan Lynch di-dub sebagai “The Man”. Sedangkan pada kubu penantang bersanding Lacey Evans dengan jurus maut tinjuan tangan kanan yang diberi nama “The Women’s Right” dan Baron Corbin, si putra favorit semua kota yang enggak ragu untuk melakukan apa saja.
Melalui pasangan-pasangan ini, WWE seperti menyimbolkan perjuangan yang relevan tentang kesetaraan gender. Ada gagasan yang dinarasikan yaitu pria dan wanita punya status dan ‘kekuatan’ yang sama. Mereka saling bertanggungjawab terhadap pasangannya dalam suatu hubungan. Tidak mesti harus selalu pria yang menyelamatkan wanita. Dan tidaklah memalukan untuk mengakui wanita kadang lebih nasty dari pria.
Di samping itu, dapat kita temukan banyak indikasi WWE berusaha tampil lebih edgy, lebih ‘kasar’ daripada produk-produk mereka belakangan ini. Mulai dari kamera yang secara sengaja ngezoom close up pantat Evans yang merungkuk masuk ke dalam ring, hingga menuju penutup pertandingan, WWE terus saja ‘menggoda’ penonton. Puncaknya tentu saja adalah ketika Corbin menyarangkan jurus pamungkasnya kepada Becky Lynch. Aku gak bohong, buatku momen itu terasa magical. Unworldly. Terutama melihat reaksi Rollins. Rasanya seperti melegakan, ada beban yang lepas. Karena, thing is, walaupun berjudul ‘mixed tag team extreme rules’, pertandingan main event ini masih terkungkung oleh banyak peraturan. Pertama ada peraturan tradisional tag team; kau tidak bisa masuk sebelum ‘disembar’, itu berarti sebagian besar waktu kau atau pasangan tag teammu harus menunggu di pojok luar tali ring. Kedua, superstar cowok harus bertarung dengan cowok, dan cewek harus dengan cewek. Tidak boleh cowok memukul cewek. Ini membuat pertandingan ini terlihat kurang menarik, karena setengah-setengah. Kenapa mereka tidak langsung saja diadu di dalam ring, empat-empatnya sekaligus. WWE dengan sengaja membuat seperti demikian, demi alasan storytelling. WWE ingin membangun antisipasi penonton. Mindsetnya adalah menahan-nahan memberikan yang penonton mau, dan ketika waktunya tiba, berikan sebagian kecil saja dan penonton akan puas. Malah meminta lebih dan penasaran pengen tau kelanjutan. Dan kupikir taktik yang mereka lakukan ini berhasil. Tentu saja dengan harga mahal berupa pertandingannya sendiri menjadi tidak seberapa menarik.
“Don’t be jealous cause they like what they see”
Tapi untuk menutupi itu, WWE menyiapkan banyak momen-momen menghibur di awal-awal. Beneran deh, in fact, the worst dari acara kali ini memang cuma dua match terakhir. Meskipun memang bummer sih, karena dua pertandingan besar itu adalah kejuaraan utama. Kofi Kingston melawan Samoa Joe benar-benar standar, dengan hasil pertandingan sangat melukai citra Joe sebagai kontender seram yang serius. Sisa partai dalam acara yang berlangsung di kampung halaman ECW ini (Philadelphia) bisa dikategorikan ke dalam bintang-tiga, jika kalian mau memberi skor masing-masingnya.
Lashley dan Braun Strowman menyuguhkan perang-monster yang cukup heboh. Hasil akhir dari Last Man Standing mereka dilakukan dengan teatrikal; Strowman menyeruak keluar dari kotak kayu, yang membuat pertandingan yang mestinya bisa lebih baik jika waktunya sedikit dipersingkat tersebut menjadi terasa baru dan menyegarkan. Handicap antara Bayley melawan Alexa Bliss dan Nikki Cross berfungsi untuk menguatkan tiga karakter ini secara bersamaan, dan untuk hal tersebut, pertandingan ini berhasil menjalankan fungsi. Alur dan aksinya sendiri tidak spesial-spesial amat – personally, aku kesel Bliss gak menang – but it makes so much sense. Belum jelas apakah ketiganya masih akan bareng dalam satu program lagi untuk berikutnya, tapi yang dapat kita simpulkan dari pertandingan ini baik Bayles, maupun tandem Bliss dan Cross, sama-sama masih jauh dari akhir babak saga mereka. Hal yang sama bisa kita simpulkan dari pertarungan AJ Styles melawan Ricochet dan pertarungan tagteam Revival melawan Kembar Uso. Mereka semua menghadirkan laga yang bikin kita menggigit kepalan tangan, namun masih terkesan ditahan-tahan. Surely, program mereka masing-masing masih akan terus berlanjut, karena masih banyak potensial cerita dan karakter yang belum dikeluarkan.
Jika disuruh memilih superstar mana yang menjadi MVP pada malam ekstrim itu, maka jawabanku akan berputar di antara tiga superstar. Aleister Black. Otis dari tagteam Heavy Machinery. Dan, meskipun kedengarannya ‘aneh’ karena ketinggalan jaman; The Undertaker.
Debut-ulang Black dilakukan dengan sangat tepat. ‘Mengumpankannya’ kepada Cesaro jelas pilihan yang berbuah manis. Semua berakhir win-win dalam skenario ini. Cesaro yang punya teknik super secara natural menjadi lawan yang menarik untuk Black dengan serangan strike. Melihat Black dilempar ke sana sini sebelum akhirnya menyerang telak sungguh sebuah pengalaman yang memuaskan. Otis, on the other hand, adalah idola in the making. Aksi-aksi si superstar ini begitu menghibur untuk disaksikan. Dan tentu saja tidak ada ruginya memasangkan Heavy Machinery di antara tim-tim solid seperti New Day dan Daniel Bryan dan Erick Rowan. Semua superstar dalam triple threat tag team tersebut tampak kuat dan menarik. Untuk beberapa waktu aku sempat yakin Heavy Machinery yang bakal menang. Karena begitu asyiknya mereka terkonek kepada penonton.
Apakah singlet Undertaker kebalik?
Kemunculan Undertaker menolong Roman Reigns dalam perseteruan melawan geng Shane McMahon tak pelak memang mengangkat alis banyak orang. Terlebih Undertaker baru saja terlibat salah satu pertandingan terburuk di sepanjang karirnya; menonton matchnya melawan Goldberg di Saudi Arabia musim lebaran lalu seperti menonton kakek-kakek yang sedang rebutan remote tv. Penonton juga sebel melihat Shane yang terus-terusan mendapat spot, sementara Reigns berada di zona netral. Penonton pengen melihat benefit untuk Drew McIntyre, dan Elias, dengan keterlibatan mereka di storyline ini. Sepanjang match aku juga berharap fokus ada pada MyIntyre. Tapi Undertaker tampaknya adalah superstar yang paling overgiver yang pernah berjalan dalam ring WWE. Dengan cepat dia mencuri perhatian. Penampilannya begitu prima dalam pertandingan pembuka ini. Aksi pertandingan ini cukup keras, dan Undertaker tak tampak kepayahan. Interaksinya dengan McIntyre, juga dengan Shane, ternyata sangat menghibur. Sejurus kemudian akan menjadi jelas untuk kita bahwa pertandingan ini sebenarnya lebih berfungsi sebagai ‘pemulihan’ nama Undertaker. Dan mereka melakukannya dengan cukup baik.
Ketika pembicaraan beralih kepada momen paling keren, ada banyak kandidat yang bisa dipilih, range dari komentator Renee Young menyebut kata “fucked” hingga kemunculan Brock Lesnar ‘menguangkan’ kopernya. Namun yang paling mencuat tentu saja adalah momen speech dari Kevin Owens. Yang serta merta membuatnya menjadi MVP kejutan, orang keempat yang paling menarik sepanjang acara. Aku benar-benar suka pada arahan yang diberikan kepada Owens. Dia menyuarakan kejelekan-kejelekan yang ada pada WWE; gimana Shane selalu mendapat spot, gimana superstar-superstar yang lebih membutuhkan ditelantarkan begitu saja oleh WWE. Karakter Owens ini jika dilakukan dengan benar, bukan tidak mungkin akan menjadi Stone Cold versi kekinian. Yang punya attitude kritis, berani, penuh api, dan dibacking oleh jurus Stunner yang sungguh devastating. Penulisan cerita dan karakter yang meta seperti ini boleh jadi datang dari Eric Bischoff yang baru-baru ini diberitakan menjadi executive director untuk Smackdown, barengan dengan Heyman untuk brand Raw.
The change is coming. Perlahan-lahan WWE menunjukkan keterbukaan untuk menjadi lebih cadas. Lebih menggigit dengan konten-konten yang tidak melulu kekanakan dan bermain aman. Extreme Rules, adalah bagian dari proses perubahan tersebut. Pertandingan-pertandingan dalam acara ini sebagian besar seru, namun tidak terasa kosehif satu sama lain selain sama-sama berfungsi untuk menginvest kita kepada momen gede involving interaksi cowok-cewek di penghujung acara. The Palace of Wisdom memilih kejuaraan tag team Smackdown antara tim Daniel Bryan dan Rowan melawan Heavy Machinery melawan The New Day sebagai MATCH OF THE NIGHT
Full Results: 1. NO HOLDS BARRED Undertaker dan Roman Reigns mengalahkan Shane McMahon dan Drew McIntyre 2. RAW TAG TEAM CHAMPIONSHIP The Revival bertahan atas The Usos 3. SINGLE Aleister Black ngalahin Cesaro 4. SMACKDOWN WOMEN’S CHAMPIONSHIP HANDICAP Bayley tetep juara ngalahin Nikki Cross dan Alexa Bliss 5. LAST MAN STANDING Braun Strowman menghancurkan Lashley 6. SMACKDOWN TAG TEAM CHAMPIONSHIP TRIPLE THREAT The New Day jadi juara baru mengalahkan Daniel Bryan & Rowan serta Heavy Machinery 7. UNITED STATES CHAMPIONSHIP AJ Styles merebut sabuk dari Ricochet 8. SINGLE Kevin Owens KOin Dolph Ziggler
9. WWE CHAMPIONSHIP Kofi Kingston retains over Samoa Joe
10. RAW WOMEN’S & UNIVERSAL CHAMPIONSHIP MIXED TAG TEAM EXTREME RULES Becky Lynch dan Seth Rollins menang dari Baron Corbin dan Lacey Evans
11. UNIVERSAL CHAMPIONSHIP MITB CASH-IN Brock Lesnar jadi juara baru ngalahin Seth Rollins
That’s all we have for now.
Remember, in life there are winners. And there are losers.
We are the longest reigning BLOG KRITIK FILM TERPILIH PIALA MAYA.