SummerSlam 2018 Review

 

Sukses adalah ketika kita, dengan kepala terangkat tinggi, menyerukan kepada dunia, “Selamat datang di mimpiku!” SummerSlam 2018 dibuka oleh video opening yang diedit dengan keren, di mana kita ditantang untuk berpikir perihal apa itu sukses. Karena kita semua punya pendapat yang berbeda-beda tentang kesuksesan. Perbedaan tersebut menentukan sikap kita, pilihan dan keputusan kita. Partai-partai dalam SummerSlam tahun ini, dibangun dengan sangat kohesif dengan tema ini. Kita melihat apa jadinya ketika dua orang menganggap sukses itu adalah memenangkan koper berisi kontrak. Kita menyaksikan bentrokan ketika ada yang berpikir sukses itu adalah mempertahankan apa yang dipunya, karena beberapa berkata mempertahankan jauh lebih susah daripada meraih. Kita juga melihat betapa orang bisa menjadi begitu buas ketika bagi mereka sukses itu berarti menangkap kesempatan menjadi yang teratas, lagi dan lagi.

Ini bukan soal menjadi hebat. Ini bukan soal menjadi spesial. Ini adalah soal selalu berusaha untuk memberikan, menjadi, yang terbaik.

 

 

Salah satu bentrok kesuksesan yang berhasil diceritakan dengan sangat baik oleh WWE adalah cerita yang dibintangi oleh The Miz dan Daniel Bryan. Dua orang yang memulai dari garis start yang berbeda, dan apparently mereka juga punya finish yang tak sama. Untungnya buat kita semua, garis finish mereka saling bersilang. Di satu sisi ada Miz, yang gede sebagai bintang reality tv – satu lagi kita punya salah satu pegulat teknikal terbaik dunia. WWE nge-craft cerita mereka dengan sangat telaten, mengapitalisasi setiap situasi, mengubah setiap aspek yang digali sebagai build up, dan akhirnya kita mulai menuai hasilnya. Oh boy, mereka akan panen kesuksesan dari cerita ini. Feud Miz dan Bryan dimulai sejak delapan tahun yang lalu, ketika Daniel Bryan yang kala itu sudah berstatus seorang professional dan punya nama gede di dunia gulat harus menjadi ‘murid’ The Miz yang baru saja memulai mengikat tali sepatu bot gulatnya. Sebab, gedung WWE itu sama kayak pom bensin; Begitu kau masuk, kau harus memulai lagi dari nol. Miz masuk WWE duluan dari Bryan, membuatnya lebih ‘veteran’ di sini. Dan inilah akar tensi mereka yang tak kunjung padam. Perbedaan panjang, dari ‘bagaimana melakukan yang benar hingga melebar menjadi sikut menyikut ’caraku lebih baik darimu’.

Semua hal tersebut diulur dan terus digali oleh WWE lantaran mereka tahu persis bagaimana karakterisasi bekerja. Waktu akan senantiasa bergulir, dan WWE tahu persis bagaimana memanfaatkannya untuk mengembangkan karakter. Simak saja video yang menghighlight perseteruan kedua superstar ini. Yang berubah dari mereka bukan hanya penampilan saat delapan bulan yang lalu, setahun yang lalu. Baik Miz maupun Bryan, karakter mereka berkembang. Miz sekarang sudah berubah menjadi A-List selebriti meski hanya dalam pikirannya. Bryan sempat menjadi general manajer, dia sempat divonis gak bisa gulat lagi, and then he got cleared back into action; WWE menghimpun ini semua ke dalam sebuah gundukan dahsyat storytelling. Dan mereka sama sekali tidak menyalahgunakannya.

Match Bryan dan Miz di SummerSlam ini, meski berakhir dengan Miz curang, benar-benar dieksekusi dengan baik. Enggak ada cara lain untuk menyuguhkannya selain ini. Dari segi cerita, semuanya masuk akal dan menambah banyak untuk karakterisasi. Miz mencuri kemenangan membuktikan pendapat Bryan benar soal dirinya lembek dan butuh bantuan untuk menang. Sebaliknya, juga membuktikan teori Miz bahwa gaya yang dianut Bryan pada akhirnya akan merugikan dirinya sendiri. Delapan tahun pengembangan tersebut tentunya juga tidak merugikan buat kedua superstar, karena memberikan waktu bagi mereka untuk mengasah kemampuan bergulat masing-masing. Terutama untuk The Miz yang memang di awal karirnya tidak mampu mengimbangi Bryan.  Tapi kini, menyaksikan match ini, aku percaya siapapun bisa menang, dan aku tak sabar untuk menunggu babak baru dari perseteruan mereka.

Reality Check: Ini pertama kalinya SummerSlam bebas dari John Cena sejak 2004

 

Dilema menjadi orang sukses itu jatuh menimpa Juara WWE, AJ Styles. Dalam sebuah match perebutan sabuk yang begitu personal, Samoa Joe – penantangnya – mengungkapkan gimana Styles sudah menelantarkan keluarganya; Sebagai juara, Styles jarang pulang ke rumah lantaran sibuk show ke sana ke mari. Momen di mana Joe bicara kepada istri dan anak Styles yang ada di arena adalah momen yang menurutku paling bikin bulu kuduk merinding, bikin kita ikut geregetan. Basically, Joe menyuruh keluarga Styles untuk tenang-tenang saja sebab ia akan mengirim ayah mereka pulang. Satu-satunya masalahku buat cerita ini adalah pertandingan mereka yang butuh lama sekali untuk mencapai puncak emosi. Styles dan Joe – being as great superstar as they are – terlalu lama menghabiskan waktu dengan ‘pemanasan’. Mereka tukar menukar serangan dengan lamban di awal, yang tentu saja bentrok ama urgensi cerita yang sudah sangat personal. Mestinya langsung digas aja dari awal. Buktinya, begitu Styles menunjukkan kobaran amarah, seketika pertandingan terasa menegangkan. Puncaknya tentu saja ketika Joe mengambil mikrofon dan ngomong sekali lagi kepada istri Styles. Aku gak akan bilang dia ngomong apa, yang jelas kejadian yang menyusul sangat keren. Joe bisa dibilang terlalu sukses dalam mancing emosi Styles.  I don’t mind the finish at all.

Yang jelas-jelas failed di acara ini adalah Kevin Owens, Baron Corbin, dan Alexa Bliss.  Superstar antagonis selevel  Owens dan Corbin agak kurang pantes di’bunuh’ oleh pertandingan squash seperti yang mereka dapatkan dalam macth mereka masing-masing. Paling enggak, mestinya mereka dikasih sedikit perlawanan ataupun kesempatan untuk menunjukkan karakter. Seperti Juara Wanita Raw Alexa Bliss, yang kekalahannya meski malu-maluin tapi tetep masuk di akal. Bliss kalah dengan sukses, dan kita semua sudah mengharapkannya. Pinter, WWE, menggunakan kesempatan ini untuk menaikkan Ronda Rousey selagi hype mantan petarung UFC ini masih gede. Dan Bliss adalah antagonis yang tepat untuk protagonis ‘wanita paling bad-ass di dunia’. Hanya Bliss, yang merupakan heel cewek terbaik dalam artian paling ngeselin, yang bisa dihajar habis-habisan tanpa penonton menaruh belas kasihan kepadanya (well, aku kasihan sih, tapi karena aku suka AleksyaBliss nyawww). And in turn, tak membuat Rousey kehilangan ‘muka’, ia tak jatoh sebagai bully. Pertandingan mereka justru menjadi salah satu partai yang paling menghibur dalam acara ini.

“su..su..su..summerslam, summerslam sadness oh ohhhhh”

 

Dari petarung UFC satu ke petarung UFC lain, WWE sepertinya memang sudah menemukan pengganti untuk Brock Lesnar, sehingga mereka sekarang bisa melepas si Beastie Boy ini dengan tenang. Lesnar kalah melawan Roman (gak picisan) Reigns dalam pertandingan yang singkat dan gak spesial – hanya berupa spamming finisher seperti pertemuan-pertemuan mereka sebelumnya. Tapi kali ini WWE membuat keputusan yang tepat dengan memasukkan Braun Strowman sebagai faktor penentu. Kehadiran pemenang Money in the Bank ini dijadikan ‘alasan’ untuk mengikat semua loose end cerita. Lesnar tidak terlihat lemah. Terutama, jika Braun tidak ada di sana – mengancam akan cash-in kontrak kejuaraannya – kemenangan Reigns jelas akan diboo habis-habisan dan penonton akan sibuk mengharapkan kedatangan Strowman, eventually penonton akan menganggap gak masuk akal si monster ini gak turun datang mengambil kesempatan.

Buat posisi Roman Reigns pun – babyface yang dibook terlalu over sehingga bikin benci fans – sepertinya WWE sudah mjenemukan penggantinya. Charlotte Flair adalah manusia yang dibook paling kuat di acara ini. Maksudku, coba sidik pertandingan Kejuaraan Wanita Smackdown tersebut; kita punya Carmella yang semakin hari semakin nunjukin kekuatan permainan karakternya. Aku bahkan melihat tokohnya di sini lebih kuat disbanding Charlotte yang bland. Kita punya Becky Lynch yang mendapat sambutan paling keras dari penonton. Kita bisa saja mendapat pertandingan face terbaik melawan heel terbaik versi Brand Biru, tapi ternyata mereka merasa perlu untuk masukin Charlotte. Dan memenangkannya. Wow. Tentu ada alasannya kan, kenapa saat Lynch ngamuk melempar Charlotte ke meja setelah pertandingan tersebut, penonton malah bersimpati kepada Lynch. Karena Charlotte, seperti yang biasa dilakukan oleh Reigns sebelum ini, sudah seenaknya dikasih spot yang sebenarnya dia enggak perlu ada di sana.

 

Usaha untuk menjadi semakin baik, memang sangat tampak dilakukan oleh WWE. Mereka mulai menggunakan animasi 3D pada entrance beberapa superstar untuk menguatkan karakter mereka sebagai ganti dari penggunaan pyroteknik. Kelihatan bagus sih, penonton di rumah jadi punya eksperiens yang berbeda. Urutan pertandingan kali ini juga semakin diperhatikan, supaya ketertarikan penonton tidak turun. Mereka menyelang-nyelingi antara pertandingan yang berakhir bersih dengan yang berakhir rusuh. Masalahku dari sini hanyalah, kenapa nyaris semua match dari brand Smackdown berakhir. ‘Nyaris semua’ hanya karena Randy Orton gak jadi menyerang Jeff Hardy. Mungkin saat itu, Orton kepikiran “Hmm.. Bryan dicurangi, Bludgeon Brothers ngamuk sampe kena DQ, Styles juga, Lycnh pun ngamuk, tapi gak DQ sih.. Ah males ah, ntar aku disangka niruin ngamuk-ngamuk” sehingga dia urungkan niat jahatnya kepada Hardy.

Ambrose juga di sini enggak rusuh, sepertinya karena dia sudah bukan di Smackdown lagi.

 

 

 

SummerSlam 2018 sukses bikin kita bersorak seru. Punya pertandingan-pertandingan bagus dengan cerita yang dengan luar biasa diintegralkan dengan tema dan dibangun dengan efektif. Walaupun memang masih tergolong hiburan level Vince McMahon dengan banyak segmen yang masih terasa sebagai penghabis waktu – hanya Vince lah yang bisa ngakak guling ngeliat segmen Elias tiba-tiba gitarnya patah – SummerSlam masih deliver sebagai acara yang padu. Bisalah disandingkan dengan Wrestlemania 34, kalo gak mau dibilang lebih baik.
The Palace of Wisdom menobatkan Daniel Bryan vs. The Miz sebagai MATCH OF THE NIGHT.

 

 

Full Results:
1. INTERCONTINENTAL CHAMPIONSHIP Seth Rollins juara baru mengalahkan Dolph Ziggler
2. SMACKDOWN TAG TEAM CHAMPIONSHIP The New Day menang atas juara bertahan The Bludgeon Brothers…. tapi menang DQ
3. MONEY IN THE BANK CONTRACT ON THE LINE Braun Strowman membunuh Kevin Owens
4. SMACKDOWN WOMEN’S CHAMPIONSIP TRIPLE THREAT Charlotte Flair merebut sabuk dari Becky Lynch dan Carmella
5. WWE CHAMPIONSHIP AJ Styles kena DQ, sehingga Samoa Joe menang tapi sabuk gak pindah.
6. SINGLE The Miz ngalahin Daniel Bryan
7. SINGLE Demon Finn Balor ngamuk ke Constable Baron Corbin
8. UNITED STATES CHAMPIONSHIP Shinsuke Nakamura bertahan atas Jeff Hardy
9. RAW WOMEN’S CHAMPIONSHIP Rowdy Ronda Rousey menghajar Alexa Bliss
10. UNIVERSAL CHAMPIONSHIP akhirnya Roman Reigns mengalahkan Brock Lesnar

 

 

 

That’s all we have for now.

Remember, in life there are winners.
And there are losers.

 

 

 

 

We?
We got PIALA MAYA for BLOG KRITIK FILM TERPILIH 2017

Extreme Rules 2018 Review

 

 

Waktu tinggal sepuluh menit lagi. Skor 4-3 untuk juara bertahan Dolph Ziggler yang dengan liciknya sekarang bermain lambat. Mengunci, menahan, mengulur waktu dengan sengaja. Seth Rollins berusaha bangkit mengejar ketertinggalan, dia mencoba menyerang, tapi Ziggler kembali menjatuhkannya. Kedua superstar sama-sama terbanting ke matras dengan keras. Rollins mengambil kesempatan, dia terbang menghantam Ziggler dari turnbuckle paling atas. BRUUKK. Ziggler masih mampu bangun di hitungan kedua! LIMA MENIT LAGI!!! Rollins berusaha menyerang dengan jurus pamungkas, tendangan Blackout, Ziggler berhasil mengelak!!! TIGA MENIT!!!! Aku geregetan nonton sambil menggigit-gigit tangkai eskrim (esnya sudah dari tadi mencair oleh panasnya pertarungan). Dan penonton di stadion PPG Paints Arena di Pennsylvania sana malah asik sendiri menghitung mundur waktu seolah ini adalah pertandingan Royal Rumble.

 

WWE Fans: “Awas ya. Jangan sampai Roman Reigns jadi main event lagi”

WWE: “Oke, kami dengar saran dan permintaan kalian”

WWE Fans: “Ya tapi nanti kami masih akan tetap heboh neriakin –kalo perlu ngelakuin – hal-hal yang gak nyambung, supaya kami kelihatan keren di tv, kemudian pulang dan komplen di internet soal produk kalian yang basi.”

 

 

Kita, sebagai yang mengaku penggemar, suka ngeluh, ngritik, komplen betapa WWE tidak memperhatikan keinginan fans. Gimana produk mereka semakin hari semakin membosankan. Bagaimana para penulis skrip tidak tahu cara menggali potensi dari talenta-talenta yang mereka punya. Tentang manajemen WWE yang terlalu memonopoli, mereka mengambil superstar, dan memperlemah mereka dengan membatasi gerakan dan gimmick yang konyol. Tentu, kita memang harus kritis seperti demikian, menunjukkan kita peduli terhadap produk yang kita gemari. Sama seperti pada film, Kita ingin yang kita tonton sedari kecil ini berkembang menjadi lebih baik. Sama seperti pada film, toh kita tidak teriak-teriak sibuk sendiri di dalam bioskop. Sama seperti pada film, kita – penonton – adalah bagian dari pertunjukkan. Tidak satu berada di atas yang lain. Maka dari itu, menghijack pertunjukan – bikin heboh sendiri malah tidak memperhatikan apa yang sedang disuguhkan – bukannya membantu untuk membuat show menjadi lebih baik, malahan menjadikannya tampak konyol. Nyatanya merendahkan sekali terhadap superstar-superstar yang tak diacuhkan.

Sebagai fans, kita semestinya tidak egois. We should not think we can run the show seenak udel. Kita perlu belajar respek. Kita perlu belajar, period. Kita perlu ingat bahwa setiap acara dijalankan dalam konteks tertentu. Ketika kita menonton WWE, kita mestinya paham bahwa ini adalah acara yang berdasarkan pada storyline, drama, dan (psikologi) karakter. Ini bukan kompetisi murni, jadi gak ada gunanya ngeluh kenapa atlit yang beneran hebat bisa kalah sama atlit yang jurusnya hanya sedikit. Sebaliknya, aku pikir konyol sekali bahwa dalam pertandingan kejuaraan Intercontinental pertama yang jadi main event sejak Davey Boy Smith melawan Bret Hart di Summerslam ’92, pengolok-olokan sebagai bentuk dari yang katanya protes membangun itu tetap terjadi. I mean, ini yang main Seth Rollins yang dielu-elukan fans sebagai salah satu pegulat terhebat loh, namun tetap saja penonton tidak memperdulikan. Apapun yang dilakukan WWE tampaknya tak bisa benar di mata fans, dan ini menurutku terjadi karena kita sebagai fans kadang melupakan konteks sebenarnya dari acara ini.

“The B Team is about to get F in the B”

 

Orang-orang menganggap kontes Ironman untuk Kejuaraan Intercontinental itu sebagai laga yang buruk, karena mereka tahu kedua superstar yang terlibat sebenarnya kompeten untuk melakukan pertandingan gulat klasik yang epik. They didn’t get that, so they thought “hey, it’s time to takeover”. Pertanyaannya adalah; apa seharusnya memang harus begitu. Sebuah pertunjukan ‘seharusnya’ punya alur, yang dibangun sesuai dengan konteks. Mereka tidak harus bertarung secara over, karena ada cerita yang harus disampaikan. Jika kita memikirkan lebih dalam, psikologi match ini bekerja dengan sangat baik. Ingat ketika sebelum match, Rollins diwawancara di backstage? Apa yang ia katakan saat itu literally foreshadowing apa yang bakal kita saksikan. Rollins beneran berpacu dengan waktu, dia dihalangi oleh Ziggler yang di sini berperan sebagai heel; antagonis. Heel Ziggler tidak berusaha untuk bergulat, dia berusaha untuk menang dengan segala cara. Tentu, dia sungguh mampu bertarung sendiri, tapi di cerita ini dia culas dan punya teman bernama Drew McIntyre. Jika kita marah dan gak seneng melihat kelakukan mereka berdua di sini, maka itulah yang namanya peran heel – peran antagonis. Aku tidak melihat masalah dalam penyampaian cerita ini. Ironman adalah pertandingan yang tricky untuk dibook (Sasha-Bayley adalah contoh yang sukses, Sasha-Charlotte contoh yang kurang), dan untuk match ini; mereka berhasil deliver cerita dengan kuat. Meski aku setuju bahwa skrip gak musti semengekang itu, mereka bisa sedikit lebih lepas dan tujuan cerita masih tercapai; terutama aku kurang sreg ama elemen sudden deathnya, aku lebih suka jika dibiarkan hasilnya seri karena lebih emosional buat Rollins sebagai tokoh utama di cerita ini.

Kalo main video game, biasanya kita akan menemukan cut scene – sekuens adegan cinematic yang tidak bisa kita mainin, bahkan sudah banyak sekarang yang tidak bisa kita skip. Kita disuruh nonton doang. Nah, dalam satu show WWE, kita akan banyak menemukan partai-partai pertandingan yang sejatinya adalah cutscene dalam video game. Pertandingan yang fungsi sebenarnya adalah pengisi waktu untuk meneruskan cerita. Tidak terkecuali dalam Extreme Rules ini. Match kayak Alexa Bliss lawan Nia Jax, digunakan untuk furthering karakter-karakter dan cerita dalam  saga Ronda Rousey. Jeff Hary lawan Nakamura digunakan untuk memperkenalan Randy Orton ke dalam cerita. Bahkan Tag Team antara Team Hell No melawan Bludgeon Brothers dialihfungsikan sebagai cutscene match demi mengakomodasi cedera yang dialami Kane sebelum acara. Jadi sama sekali bukan tentang superstar yang tidak mampu beraksi dengan baik. Asuka dan Carmella dibook bukan semata untuk menjatuhkan Asuka, hanya masih dalam tahap developmental karakter baru bagi mereka saja. Buruknya pertandingan itu disengaja, ada desain dari pengaturan match card dan segala macam yang bakal terasa jika kita melihat mereka sebagai gambaran besar show Extreme Rules.

One. Two. Happy Birthday to me!!!

 

Untuk development karakter, memang kita sudah paham WWE rela berlama-lama. Kadang mereka pakai rangkaian match, makanya kita sering dapat partai yang itu-itu melulu. Constable Baron Corbin melawan Finn Balor adalah contoh development yang merupakan tahap yang lebih lanjut dari ‘cutscene’ match. Kesuksesan The B Teamnya Bo Dallas dan Curtis Axel di partai kejuaraan Tag Team Raw bisa dibilang sebagai tahap akhir dari pengembangan mereka; bahwa karakter mereka sudah mekar dan siap untuk dilepas di pertandingan selanjutnya. Lashley-Roman Reigns, Styles-Rusev adalah karakter-karakter yang sudah fully-blown, dan kelihatan match mereka diberikan kebebasan lebih, dan hasilnya tak mengecewakan; partai mereka bekerja efektif dari sudut karakter dan aksi. The most fun yang kita dapatkan dalam pertunjukan ini tak pelak adalah Cage Match antara Strowman melawan Owens, namun tentu saja momen high risk seperti demikian tidak akan mungkin terus-terusan dilakukan karena menyangkut well-being dari superstar. Masalah Proteksi Superstar ini juga salah satunya yang patut kita perhitungkan ketika bicara dalam konteks acara WWE.

Tentu saja, aku tidak membela WWE mati-matian. Kesalahan tidak berarti lepas dari tangan mereka. Karena selain KONTEKS yang harus kita ingat, juga ada KONSEP yang harus mereka landaskan dalam membangun acara.  Dan aku berpikir, WWE – demi develop cerita – cenderung melupakan konsep ini dan akibatnya benar-benar terasa ke pengalaman menonton kita semua. Seperti, Extreme Rules ini; seharusnya ini adalah acara yang konsepnya semua pertandingan menjadi ‘ekstrim’ pada malam itu. They used to have stipulation matches, even hardcore matches. Tapi sekarang WWE tidak lagi benar-benar live it up ke konsepnya. Dan memang ini mengecewakan, terlebih buat kalangan fans yang sudah membangun antisipasi seperti apa aplikasi konsep mereka seharusnya.

 

 

 

 

Pada Extreme Rules, kitaikut share the blame. Kita kadang lupa konteks acara. WWE pun sebenarnya bisa melakukan lebih dan tetap berjalan sesuai konteks mereka, dengan tidak menyia-nyiakan konsep yang sudah diantipasi. Shownya sendiri sebenarnya enggak parah-parah amat, setiap partai punya sesuatu yang bisa kita nikmati dalam kapasitasnya sebagai bagian dari acara gulat hiburan.

Happy Rusev Day!

The Palace of Wisdom menobatkan WWE Championship antara AJ Styles melawan Rusev sebagai MATCH OF THE NIGHT.

 

 

Full Result:
1. RAW TAG TEAM CHAMPIONSHIP The B-Team juara baru ngalahin The Deleters of World
2. SINGLE Finn Balor mencuri kemenangan dari Constable Baron Corbin
3. SMACKDOWN WOMEN’S CHAMPIONSHIP Carmella retains dari Asuka yang terdistraksi James Ellsworth yang mestinya digantung dalam kandang
4. UNITED STATES CHAMPIONSHIP Shinsuke Nakamura menang dengan curangin Jeff Hardy
5. STEEL CAGE Braun Strowman melempar Kevin Owens dari atas kerangkeng
6. SMACKDOWN TAG TEAM CHAMPIONSHIP The Bludgeon Brothers praktisnya menang handicap lawan Daniel Bryan (Kane nyaris gak ofensif dengan cedera kaki)
7. SINGLE Bobby Lashley mengalahkan Roman Reigns
8. RAW WOMEN’S CHAMPIONSHIP EXTREME RULES Alexa Bliss bertahan dari Nia Jax
9. WWE CHAMPIONSHIP AJ Styles tetap juara atas Rusev
10. INTERCONTINENTAL CHAMPIONSHIP 30-MINUTE IRONMAN Dolph Ziggler menang sudden death setelah seri 4-4 melawan Seth Rollins.

 

 

 

 

That’s all we have for now.

Remember, in life there are winners.
And there are losers.

 

 

 

 

We?
We got PIALA MAYA for BLOG KRITIK FILM TERPILIH 2017

Backlash 2018 Review

 

Aku kasian sama Roman Reigns. Beneran. Dia berusaha memberikan yang terbaik, dia bekerja giat menaikkan skill di dalam dan luar ringnya, bisa diandaikan dia diberikan bola dan dia berusaha mencetak gol dengan bola tersebut.  Namun di situlah masalah, dia selalu diberikan ‘bola’. Roman Reigns adalah apa yang kita sebut sebagai korban bookingan. Bukan salah Roman Reigns jika dia selalu ditempatkan dalam situasi yang membuat penonton nge-boo habis-habisan. Habisnya, tim kreatif sendiri yang sepertinya kehabisan ide untuk menampilkan Reigns layaknya pahlawan babyface yang diniatkan. Pada Backlash 2018, para penulis, Vince McMahon, dan unfortunately Roman Reigns, kena batunya.  Para fans yang nonton langsung di studio literally tampak berbondong-bondong walk out dari arena saat pertandingan tunggal Reigns melawan Samoa Joe yang menjadi main event masih berlangsung. Banyak laporan yang menyebut alasan penonton itu keluar juga dipengaruhi oleh keadaan jadwal kereta dan traffic yang enggak mendukung. Apapun itu, yang jelas ngeloyor keluar di saat acara masih berlangsung adalah sebuah perbuatan yang menunjukkan gestur tidak hormat. Penonton yang walk out tidak peduli soal duit yang sudah mereka keluarkan, karena menurut mereka pulang tepat waktu lebih penting dari melihat Reigns dicecokin ke dalam kerongkongan mereka sekali lagi. Mereka tidak respect sama keputusan bookingan ini. Dan sejujurnya, WWE kinda deserve it.

WWE membuat Roman Reigns menghabiskan sebagian besar caturwulan kemaren dengan mengomel soal Brock Lesnar yang dianakemaskan oleh company, Reigns mempermasalahkan gimana Lesnar sepertinya mendapat perlakuan khusus, dan sekarang hal yang serupa terjadi kepada dirinya sendiri. Reigns jadi main event acara padahal pertandingan yang ia lagai tidak mempertaruhkan apa-apa.

Main event atau partai puncak yang menutup acara adalah big deal dalam pertunjukan WWE.  Tidak sembarang superstar ataupun tidak ngasal saja menunjuk match yang fungsinya mengirim penonton pulang dengan memuaskan sekaligus tetap membuat mereka geregetan untuk lanjut menonton lagi lain kali. Spot ini ditujukan untuk elemen-elemen cerita yang paling penting.  Biasanya jadi partai perebutan sabuk kejuaraan dunia, sabuk dengan kelas tertinggi dalam klasemen. Ketika Lita dan Trish Stratus dijadikan main event Raw, itu adalah momen paling spektakuler karena biasanya selalu superstar cowok yang dianugerahi posisi terhormat ini. Dalam menjalankan agenda Women’s Revolution, WWE memberikan kesempatan pada superstar cewek masa kini beraksi jadi penutup acara – untuk menunjukkan bahwa mereka berada di posisi yang sama dengan superstar cowok. Segitu pentingnya soal main event  ini, bahkan CM Punk cabut dari WWE  karena dirinya tidak kunjung diberikan spot main event di Wrestlemania; acara paling gede di WWE.

 

Roman Reigns melawan Samoa Joe enggak ada urusan menjadi penutup Backlash. Tidak ada sabuk yang dipertaruhkan. Ini adalah partai yang murni dari perseteruan Joe yang sadari awal kemunculannya sudah jadi bebuyutan Reigns, masalahnya feud mereka sudah tak perlu lagi dilanjutkan karena Joe dan Reigns sudah pisah brand  -Joe di Smackdown! Sedangkan Reigns di Raw – sehingga mereka tidak akan bertemu lagi.  Backlash adalah pay-per-view pertama di musim baru WWE, di mana pada musim ini Raw dan Smackdown! akan terus berbagi pay-per-view. Which is bring us kepada hal yang membuat para fans semakin gondok sama Roman Reigns; sebab there’s actually a championship match yang lebih pantes untuk dijadikan main event dalam Backlash. Sabuk tertinggi Smackdown! diperebutkan malam ini antara AJ Styles melawan Nakamura – sebuah feud yang dibuild up dengan cerita yang intense dan personal bagi kedua superstar, mereka punya history, belum lagi fakta bahwa keduanya adalah superstar yang punya ring skill teratas menjadikan pertemuan kedua mereka ini lebih ngedream match dibandingkan sebelumnya. Namun mereka belum cukup bergengsi bagi manajemen WWE untuk dijadikan penutup acara yang spektakuler. They’re actually bust their balls for us, tapi WWE masih memaksa kita untuk membawa pulang kemenangan Reigns yang tertebak dan gitu-gitu mulu sebagai kenangan terakhir.

Styles di Backlash kena backlash dari kursi

 

Buruknya bookingan partai terakhir ini tentu saja berimbas kepada partai-partai lain, sebab mereka didesain untuk tidak melebihi penutup. Styles dan Nakamura sudah mulai menunjukkan apa yang sebenarnya mereka bisa, namun tetap terhalang oleh penulisan yang dengan sengaja dirancang untuk mengulur perseteruan mereka. Ini adalah partai no-DQ dengan cerita yang berpusat di Nakamura yang hobi mukulin anu nya Styles. Mereka bisa saja bikin pertandingan yang totally bikin kita meringis. Hanya saja mereka memutuskan untuk bikin kita kesel dengan membuatnya berakhir no-contest. Matchnya sendiri enggak jelek, tapi hasilnya begitu tidak memuaskan, membuat penonton memutuskan semua gara-gara Reigns.

Salah satu elemen cerita kekinian yang digali oleh penulis adalah soal perundungan, dan di Backlash kita dapat dua match yang bertema bullying. Sayangnya hanya satu yang bekerja dengan baik. Big Cass dan Daniel Bryan perfect menghantarkan cerita dan drama yang dibutuhkan, hanya saja aksinya yang kurang. Maksudku kita tahu Bryan semestinya bermain di level yang lebih tinggi daripada itu. Dia supposedly di sini untuk membantu membangun karakter Big Cass. Masalahnya adalah Big Cass masih terlalu bland. Dia bagus di depan mikrofon, gerakannya juga enggak awkward, akan tetapi serangan-serangannya biasa aja. Dia tidak melakukan hal yang unik, pacenya lambat. Jika Big Cass memang diniatkan sebagai sesuatu yang besar, dia perlu dengan cepat step up his game melakoni peran dan kesempatan yang diberikan. Sebaliknya, match Nia Jax melawan Alexa Bliss terlihat sedikit out-of –ordinary, tapi lebih ke arah negatif. Perseteruan mereka lumayan menarik, Bliss memainkan karakter fake martyr yang nuduh Nia ngebully padahal sebenarnya dia yang jahat. Yang kecil actually ngerundung yang lebih besar. Mereka memberi kesempatan untuk Bliss melakukan serangan-seranga tak terduga, dengan tujuan memberikan kesan Nia vulnerable, tapi aksi-aksi tersebut tak pernah tampak meyakinkan. The match was too long, Bliss terlalu banyak menyerang. Di akhir match, Nia ngasih speech soal bangga dan kuat menjadi diri sendiri yang momennya tidak terasa sekuat yang diniatkan.

aku bangga jadi Nia Jax karena aku masih sanak saudara ama The Rock

 

 

Berbeda dengan Vince yang menurutnya sangat kocak melihat Fashion Police, Titus Worldwide, dateng ikut conga line No Way Jose dan kemudian bersama-sama New Day dan Bobby Roode menghajar Elias, bagian yang lumayan aku tunggu-tunggu adalah pertandingan Carmella melawan Charlotte. Aku lebih suka Carmella yang lemah tapi jahat sebagai juara karena itu artinya dia bakal melakukan apapun dengan sabuk juaranya itu, ketimbang Charlotte yang hanya menjadikan sabuk sebagai aksesoris. Aku penasaran gimana Carmella bisa menang lawan Charlotte, dan aku sungguhan terkejut WWE membuat Carmella menang clean atas sang Ratu. Bahkan lebih kaget lagi saat Carmella menggunakan Code of Silence, finisher submission yang biasanya ia pakai di NXT. Tapi yah memang matchnya standar aja, agak-agak annoying juga demi mendengar teriakan-teriakan Carmella

Don’t hate the player, hate the game

 

 

Berbeda dengan main event, partai pembuka biasanya selalu diposisikan buat pertandingan papan tengah di mana disuguhkan aksi-aksi cepat seperti high flying. It’s a less drama, more action. Rollins dan Miz kebagian posisi ini di Backlash, dan, maaaan, mereka deliver layaknya profesional sebenarnya profesional. Meskipun kita sudah bisa tahu duluan hasil akhirnya dengan menebak pake logika, tapi mereka dengan sukses membuat beberapa kali Miz tampak bakal memenangan pertandingan dengan meyakinkan. Aksi pertandingan ini padet oleh spot spot seru. Mereka juga menjual angle cedera kaki di cerita ini, yang membuat urgensi semakin nyata dan menjepit. Saking serunya match ini, aku pikir kita gak perlu nunggu lama sampai main event kalo memang mau walkout. Keluar aja sedari match ini berakhir.

 

 

 

Jika ada yang berhasil dilakukan oleh WWE pada Backlash 2018, maka itu adalah membunuh respek penonton terhadap produk yang mereka sajikan. Ketika kau bermaksud menghibur penonton, namun mereka malah asik ngechant sendiri, heboh-heboh di luar apa yang sedang kau usahakan, itu adalah tanda kau gagal menggaet mereka. Backlash sukses melakukan ini. Dia membuat kita tidak peduli kepada para superstar. Padahal sesungguhnya yang harus dipersalahkan adalah bookingan yang membuat semuanya menjadi begitu di bawah menengah.
The Palace of Wisdom menobatkan Miz melawan Seth Rollins sebagai MATCH OF THE NIGHT.

 

 

Full Results:
1. INTERCONTINENTAL CHAMPIONSHIP Seth Rollins mengalahkan The Miz
2. RAW WOMEN’S CHAMPIONSHIP Nia Jax bertahan dari Alexa Bliss
3. UNITED STATES CHAMPIONSHIP Jeff Hardy defeat Randy Orton
4. SINGLE Daniel Bryan bikin Big Cass tap out
5. SMACKDOWN! WOMEN’S CHAMPIONSHIP Carmella retains ngalahin Charlotte
6. WWE CHAMPIONSHIP NO-DQ Juara bertahan AJ Styles dan penantangnya, Shinsuke Nakamura sama-sama KO
7. TAG TEAM Braun Strowman dan Bobby Lashley mengalahkan Kevin Owens dan Sami Zayn
8. SINGLE Roman Reigns mengalahkan Samoa Joe, tapi tidak ada yang peduli.

 

 

 

 

 

That’s all we have for now.

Remember, in life there are winners.
And there are losers.

 

 

 

 

We?
We got PIALA MAYA for BLOG KRITIK FILM TERPILIH 2017

WrestleMania 34 Review

 

Bagaimana cara kalian ngerayain suatu yang sudah selalu kalian peringati dengan sakral setiap tahun, katakanlah acara ultah atau anniversary pacaran? tentu saja dengan kejutan yang disiapkan matang-matang. Dari Asuka hingga ke Nicholas, Wrestlemania 34 nyatanya adalah sebuah acara yang twistnya begitu well timed sehingga kita sendiri aja enggan untuk mengakuinya. Because WWE; they got us. They got us good!!

Nyaris dari awal hingga akhir,  pertandingan-pertandingan di Wrestlemania ini akan membuat kita merasa seperti orang paling sok tahu di seluruh dunia; kita pikir kita tahu apa yang bakal terjadi, tapi enggak. Akan ada hal-hal yang di luar perkiraan. Dari sinilah datangnya kehebohan itu. Teriak-teriak di Warung Darurat yang didengar orang-orang yang berlalu lalang di jalan Teuku Umar itu adalah teriakan shock, jeritan surprise, dan tumpahan sumpah serapah liar.

Karena, memang, yang namanya kejutan toh enggak selamanya mesti selalu hal-hal yang menyenangkan.

 

Buktinya ya, main event acara ini. Roman Reigns sudah mulai di-push untuk menjadi superstar gede sejak beberapa tahun yang lalu. Initial moment buat Reigns hadir tiga tahun lalu di Wrestlemania 31, ketika dia dirampok dari kemenangan. Dan sekarang, Wrestlemania 34 adalah kali keempat Reigns berturut-turut menjadi main event Wrestlemania. Bukan hanya itu, malam gede di New Orleans ini juga menandakan journey Reigns sebagai hero utama sudah hendak melingkar sempurna; Reigns berhadapan kembali dengan lawan ‘bebuyutan’ yang sama dengan saat Wrestlemania 31, yakni Brock Lesnar. Bahkan situasi match mereka ini pun dibuat menyerupai main event tiga tahun lalu tersebut. Reigns berusaha redeem himself, dia terus saja kick out dari serangan apapun yang dilancarkan si juara bertahan Lesnar (empat F-5 itu benar-benar tampak overkill!) Sebagai pemanis, WWE melonggarkan peraturan mengenai darah; Lesnar dalam pertandingan ini sengaja dibuat memukul kepala Reigns hingga bocor. Visual yang intens. Semua penonton mengira inilah saatnya Reigns untuk comeback dengan gegap gempita, dan pada akhirnya bel berbunyi menandakan Reigns… kalah.

WWE benar-benar ngetroll semua orang. Karena enggak ada yang mengharapkan Lesnar untuk bertahan. Setelah semua build up untuk Reigns. Setelah semua berita yang mengabarkan Lesnar menandatangi kontrak baru dengan UFC. Khususnya ketika semua penonton sudah begitu lelah, dan gerah. Melihat Reigns gak mati-mati, membuat kita menginginkan Reigns segera menang, karena kita pikir dia sudah pasti menang. Tapi nyatanya, WWE memberikan apa yang sebenarnya kita minta; Reigns kalah. Dan kita membenci keputusan yang dibuat oleh WWE ini! Sebenarnya lebih ke gak puas sih, aku sudah siap lahir batin melihat Reigns keluar dengan sabuk di Raw setelah ini, karena aku ingin babak baru – no more Lesnar’s gradual title defenses, tidak ada lagi perburuan emas dari Reigns, tapi itu semua tidak kejadian.

sepertinya kita harus puasa pyro setahun lagi demi bayar kontrak Brock Lesnar

 

Pertandingan terhebat pada malam itu, secara tak terduga, datang dari partai yang melibatkan dua superstar yang sudah semi-pensiun, seorang non-pegulat, dan cewek yang baru akan memulai debutnya sebagai pegulat profesional. Pertandingan tag-team campuran ini bekerja dengan efektif, sebagian besar karena ditulis dengan lebiah baik dari beberapa pertandingan yang dijadwalkan. Premis cerita yang ingin disampaikan sederhana; Ronda Rousey ingin melawan Stephanie McMahon yang sudah merendahkannya, tapi Stephanie selalu berusaha menghindarinya. Keempat orang ini berhasil menceritakan poin tersebut dengan baik. Match ini punya banyak momen yang bikin menggelinjang.

Jika sedari build upnya kita percaya no chance in hell Rousey bakal kalah, maka menjelang pertengahan match, keyakinan tersebut menggoyah. Triple H masih luwes di ring, Kurt Angle yang meski umur dan cedera mulai kelihatan mencampuri kerja fisiknya, juga tetap meyakinkan. Stpehanie lah yang secara mengejutkan mampu mengemban tugas-tugas yang diberikan dengan cakap. Malahan, aku terperangah juga demi melihat Stephanie mampu memberikan sekaligus dikenai banyak gerakan sadis. Percobaan Ankle Lock yang dilakukan Angle ke Steph adalah momen langka yang mampu bikin penonton serak. Tentu saja bukan hanya mereka bertiga, Ronda Rousey sang bintang utama seteru ini tampil paling bersinar. Untuk debutnya, Rousey beneran tampak siap untuk menjalani hari sebagai superstar. While gerakan bantingannya masih sedikit kaku dan masih perlu banyak latihan lagi, kuncian dan persona in-ring Rousey menguar sangat kuat.

Ngeliat kembang api, ngeliat entrance-entrance spesial dari beberapa superstar, Wrestlemania 34 toh tidak gagal untuk menjadi istimewa. Acara ini punya semua yang diwajibkan untuk membentuk show mega spektakuler. Tapi dari semua superstar yang dapat entrance khusus, hanya Charlotte yang actually memenangkan pertandingan yang ia geluti. Ini adalah salah satu momen yang paling tak terduga. Surprise value nya tinggi banget, tidak ada yang menyangka streak kemenangan Asuka yang sudah dibangun sejak hari-harinya di NXT akan pupus di sini. Faktor kuat dari pertandingan ini bukan hanya pada hasil akhirnya saja. Charlotte dan Asuka benar-benar menyuguhkan pertarungan yang dahsyat. Counter after counter, kuncian demi kuncian, berhasil mereka eksekusi dengan sangat anggun. Charlotte juga meningkatkan permainan sellingnya. Buatku pribadi, aku sebenarnya kurang sreg sama kekalahan Asuka, sebab membuatnya kalah dari lawan yang ia pilih sendiri terbaca sebagai keputusan bego buatku, dan Asuka jelas-jelas bukan orang yang  bego. Menurutku seharusnya dia juga enggak seramah itu saat selebrasi kemenangan Charlotte, sebaliknya dia kudunya marah. Kita perlu melihat dua orang ini bertarung lebih sering, dalam balutan cerita yang lebih meyakinkan.

cute banget gak sih lihat Stephanie niruin entrance air mancurnya Triple H

 

Memang, Wrestlemania adalah tempat yang pantas untuk streak berakhir dan legenda bangkit. Yes, kita jadi juga melihat Undertaker di sini. Mereka memainkan storyline Cena menantang Undertaker dengan sangat baik. Aku ngakak ngeliat Cena beneran datang ke Wrestlemania sebagai fan yang duduk di barisan depan. Meski sebenarnya kalo mau lebih meyakinkan mereka bisa bikin Cena datang pake kaos Bullet Club. Peserta nobar malah bikin becandaan mereka enggak bisa ngelihat Cena di kursi penonton, mereka hanya melihat kursi kosong hhihi.. Kemunculan Elias bikin suasana makin gerrr, mereka ngebuild kedatangan Undertaker dengan banyak theatrical scene. Ultimately, pertandingan dimulai dan ini bisa kita bilang sebagai fans-service dari WWE kepada para fans yang sudah lama mengeluhkan Supercena. Cena berperan layaknya jobber di sini dan kalah dalam dua menitan. Aneh ngelihatnya, tapi tak pelak, memuaskan.

Akan tetapi, dari semua hal heboh yang terjadi di Wrestlemania, tidak ada yang lebih memorable dari durasi acaranya. Kami yang nonton bareng saja sudah kelelahan sehabis kemunculan Undertaker. Apalagi penonton yang langsung di stadion, mereka mantengin gulat – bahkan ada yang berdiri – selama tujuh jam; termasuk kick-off. Segala histeria itu menghabiskan energi. Bagus sebenarnya WWE membuat banyak partai sehingga hampir semua superstar bisa tampil di show tergede ini, tapi mereka harusnya memikirkan dampaknya juga. Wrestlemanis 34 terasa seperti dua bagian acara, di mana separuh bagian akhir sudah enggak sepecah setengah bagian awal. Matchnya AJ Styles lawan Shinsuke Nakamura yang paling dirugikan. Pertemuan dua superstar terbaik dunia ini jauh dari kata jelek, namun tetap terasa flat karena kita melihatnya di jam ke empat (enam, jika menonton kick off) Aftermath di mana Nakamura turn heel bikin kita bergairah sekejap, dan actually terasa lebih mantep daripadanya pertandingannya sendiri. Aku ga ngerti kenapa WWE tidak memainkan cerita ini di Smackdown dan membuat perseteruan mereka lebih legit daripada sekedar face melawan face kayak kasus Asuka dan Charlotte.

WWE berusaha menyiasati stamina penonton dengan susunan match; mereka nyisipin match-match berdurasi singkat sebagai jembatan cool-off di antara dua spektakel besar. Tapi reperkusinya dari terlalu banyak ini tentu saja adalah banyak juga yang enggak membekas dengan kuat. Kembalinya Daniel Bryan pake kolor dan bertanding di dalam ring, jelas akan jadi bayangan daripada kemenangan Seth Rollins menjadi juara Grand Slam. Kebrutalan Bludgeon Brothers akan ternegasi oleh kemenangan Strowman dan bocah sepuluh tahun yang dipilihnya dari barisan sebagai partner kejuaraan Tag Team – yang mana adalah momen paling konyol, namun bekerja efektif dalam perkembangan karakter monster komikal Strowman. Sedangkan kemenangan Mahal sudah pasti akan dilupakan, sama halnya dengan Nia Jax. Twisted Bliss Alexa boleh saja keren, namun Bliss lawan Nia seharusnya selesai dengan cepat, dalam sebuah squash yang kocak. Dan harusnya, Rusev yang ngepin Mahal. Tapi yaah, kejutan itu kan pada dasarnya melakukan hal yang berkebalikan dari keinginan orang.

 

 

 

 

Jadi, apakah ini adalah Wrestlemania yang jelek? Tentu saja enggak. Ini Wrestlemania, gitu loh. Akan susah sekali membenci Wrestlemania jika engkau adalah penggemar gulat. Terlebih dengan segala kejutan, dan swerve, dan kehebohan yang hanya bisa dilakukan oleh WWE. Semua pertandingan di sini punya build yang cukup signifikan. Dan soal bintang-bintang? Acara ini penuh oleh superstar yang namanya udah kesohor di belahan penjuru dunia. Tapi toh memang acara ini jatohnya jadi terlalu panjang. Nontonnya capek sendiri. Untuk setengah bagian akhir, penonton bertepuk tangan setiap match beres hanya untuk mensyukuri akhirnya pertandingan tersebut berakhir juga.
The Palace of Wisdom menobatkan Ronda Rousey dan Kurt Angle melawan Triple H dan Stephanie McMahon sebagai MATCH OF THE NIGHT.

 

 

Full Result:
1. INTERCONTINENTAL CHAMPIONSHIP TRIPLE THREAT Seth Rollins juara baru ngalahin The Miz dan Finn Balor
2. SMACKDOWN WOMEN’S CHAMPIONSHIP Charlotte bertahan, matahin streak Asuka
3. UNITED STATES CHAMPIONSHIP FATAL FOUR WAY Jinder Mahal ngerebut sabuk dari Randy Orton, Bobby Roode, dan Rusev
4. MIXED TAG TEAM Ronda Rousey dan Kurt Angle ngalahin Stephanie McMahon dan Triple H
5. SMACKDOWN TAG TEAM CHAMPIOSNHIP TRIPLE THREAT The Bludgeon Brothers ngehajar New Day dan The Usos
6. SINGLE Undertaker ngesquash John Cena
7. TAG TEAM Shane McMahon dan Daniel Bryan bikin Kevin Owens dan Samy Zayn tap out
8. RAW WOMEN’S CHAMPIONSHIP Nia Jax menghentikan reign Alexa Bliss
9. WWE CHAMPIONSHIP AJ Styles bertahan dari Shinsuke Nakamura
10. RAW TAG TEAM CHAMPIONSHIP Braun Strowman dan bocah ngalahin Sheamus dan Cesaro
11. UNIVERSAL CHAMPIONSHIP Brock Lesnar bikin babak belur Roman Reigns

 

 

 

That’s all we have for now.

Remember, in life there are winners.
And there are losers.

 

 

 

 

 

We?
We got PIALA MAYA for BLOG KRITIK FILM TERPILIH 2017

Fastlane 2018 Review

 

Fastlane 2018 adalah show mandiri terakhir buat Smackdown, makanya, brand ini kudu gerak cepet untuk menunjukkan keunggulan dari brand merah yang semakin meriah. Karena, sejujurnya, tahun kemaren Smackdown mengalami keterpukuran yang luar biasa. Di luar divisi tag team yang begitu exciting, tidak banyak yang dihasilkan oleh Smackdown selain pertandingan-pertandingan yang berpotensi gede oleh kerja in-ring para superstar namun berakhir mengecewakan sebab booking yang gak jelas.

Masuk ke dalam partai-partai yang sudah dijadwalkan, Fastlane terasa seperti jalur lurus yang kita udah tahu ujungnya di mana. Perjalanan menempuhnya bisa dibilang lumayan mengasyikkan. Tapi hambatan-hambatan berupa keputusan dan arahan pertandingan yang bikin kita mempertanyaka kelogisan para penulis itu masih ada di kiri kanan. Inilah yang pada akhirnya membuat Fastlane 2018 sama seperti Fastlane sebelum-sebelumnya, sebuah pengisi kekosongan menjelang Wrestlemania. Yang membuat kita mengharapkan ada jalan pintas sehingga bisa langsung menuju Grandest Show of Them All.

 

Rusev Day sepertinya hari yang baik buat Shinsuke Nakamura. For some reasons, para penulis akhirnya berhenti memutuskan untuk mengarahkan penantang utama kejuaraan WWE di Wrestlemania ini sebagai petarung dengan tipe ‘bangkit-dari-kekalahan’.  Nakamura, sejak naik kelas ke main roster, sudah pernah berhadapan dengan superstar top macam Orton dan Cena, namun tidak pernah dia tampil sedahsyat pertarungannya dengan Sami Zayn di NXT. Dan itu dikarenakan karena tim penulis ingin membangun simpati kita terhadap Nakamura, jadi King of Strong Style ini hampir selalu diberikan alur “ngalah dulu lalu comeback dengan gede”. Dan cara seperti ini sudah terbukti enggak cocok dengan gaya bertarungnya. Saat melawan Rusev di Fastlane inilah, kita akhirnya kembali melihat yang terbaik dari Nakamura setelah begitu lama. Aku nyaris melompat-lompat sambil duduk (kayak kodok) demi melihat Nakamura dan Rusev begitu seimbang dalam menyerang, mereka saling berbalas counter. Rusev menyetop Kinshasa dengan tendangan super miliknya sendiri. Momen yang leading us ke Nakamura balas ngebalikin Accolade dengan Kinshasa keras ke belakang kepala. Jika saja kita enggak begitu pasti sama siapa yang menang, maka pastilah pertandingan ini akan lebih dramatis lagi.

On this Rusev Day, I see clearly everything has come to life~

 

 

Satu lagi yang delivered dalam acara ini adalah Ruby Riott. Dalam pertandingan kejuaraan pertamanya di Smackdown, Ruby melakukan hal-hal yang diperlukan dengan benar. Dia menjual peran dan ofensif Charlotter dengan meyakinkan, dia sendiri juga melakukan gerakan-gerakan serangan yang kompeten, dan sama sekali enggak ada ruginya juga Ruby Riott adalah penantang paling fresh dalam scenery Smackdown Women’s Championship terhitung sejak Alexa Bliss pindah ke Raw. Tapi kemudian booking aneh tersebut menemukan jalannya. It was great ngeliat psikologi dari Ruby ketika dia menyiksa Charlotte dengan submission di depan Becky Lynch dan Naomi yang datang membantu. Hanya saja, cuma itulah kepentingan para teman dari kedua kompetitor ini hadir. Build up yang sebenarnya enggak benar-benar diperlukan karena ujung-ujungnya mereka diusir kembali ke backstage. Kedatangan mereka membuat kita terlepas dari duel Charlotte dan Ruby yang meskipun basic, tetapi sangat tight. Match ini butuh bumbu lebih banyak, like, I don’t mind jika berakhir dengan banyak interferensi curang kayak.

Kadang sedikit chaos diperlukan. Tapi toh, harus tetap diperhatikan waktu penempatannya. Ketika kita punya dua kubu tag team yang sudah sepanjang tahun konsisten menyuguhkan laga luar biasa, ketika kita udah meluangkan waktu untuk bikin video yang promoin pertemuan teranyar dan paling bergengsi mereka – dengan stake tampil di Wrestlemania, sebagai juara, yang mana adalah mimpi basah setiap superstar – kita sebaiknya tidak menyelesaikan cerita pertandingan ini dengan kekacauan. The Usos dan New Day sepertinya memang sangat kreatif, mereka bisa menemukan hal baru dalam setiap pertemuan mereka.Setelah apa yang bisa kita sebut perang badar kedua tim ini di Oktober, sebenarnya agak anti klimaks mereka bertemu lagi dalam pertandingan normal tag, namun ternyata mereka menemukan cara untuk membuat kita tetap menggelinjang. Aku benar-benar girang melihat mereka memainkan angle curi-curian finisher pada match ini. Selalu adalah hal heboh jika seorang superstar menyerang lawan dengan menggunakan jurus andalan si lawan. Efektif sekali dalam berbagai lapisan! Aku sudah demikian on boardnya, match ini nyaris menjadi begitu hebat, sampai penulis dan tukang book match ini memberikan kita ‘kejutan’ berupa Bludgeon Brothers yang datang dan menghajar semua orang, resulting  into a no contest. Inilah yang tadi kusebut sebagai chaos yang miss-timing. Mereka sebenarnya bisa saja menunggu match superseru itu beres baru kemudian menyuruh Harper dan Rowan memporak porandakan semua; hasil yang diinginkan – build up ke Triple Threat, sepertinya – tetap akan bisa tercapai tanpa harus mengorbankan sebuah match yang build up dan hype nya udah gede.

“Sarah Logan dari belakang mirip Bray Wyatt”- komen of the night dari peserta nobar

 

Tapi memang, WWE selalu punya cara untuk bermain dengan ekspektasi kita. Aku sama sekali enggak mengharapkan bakal bisa enggak menguap saat nonton Orton melawan Roode. Kenyataannya, aku menyaksikan ini dengan cukup melotot. Julukan “out of nowhere” Orton tampaknya sudah melebar bukan hanya sebagai deskripsi dari jurut mautnya. Karena belakangan, Orton menumbuhkan kebiasaan menang di  momen-momen yang tak diharapkan. Jadi juara WWE di Wrestlemania kemaren contohnya, dan sekarang dia merebut sabuk United States dari Bobby Roode. Pertandingan mereka sendiri sebenarnya enggak payah, it was fairly a good match, namun seperti tersendat oleh kenyataan kedua superstar ini sama-sama face dan tidak terasa api urgensi itu dalam setiap serangan mereka. Menurutku, di lain kesempatan, dengan penokohan yang kuat, Orton dan Roode sanggup menghasilkan tontonan yang lebih seru. Pertandingan Triple Threat mereka (ditambah Jinder Mahal) cukup bikin penasaran – dengan alasan Roode segera turn heel – meski memang enggak semenarik Miz-Rollins-Balor di acara sebelah.

Bicara tentang role face atau heel, aku suka gimana penulis ngebook peran John Cena. Ya, selayang aku memang kesel ngeliat Cena yang nongol di mana-mana nimbrung di match orang, membuat peserta lain telrihat lemah seperti saat dia ngeAA empat superstar begitu bel main event berbunyi. Tapi melihat lagi match itu ke belakang, story yang berusaha mereka tampilkan adalah akankah keinginan semua orang akan terpenuhi, dengan AJ Styles maju ke Wrestlemania berhadapan dengan Nakamura. Walaupun dia masih face, di match ini John Cena adalah antagonis utama buat AJ Styles. Karena memang, dalam film pun, antagoni bukan selalu berarti tokoh yang jahat. Antagonis adalah orang yang menghalangi keinginan tokoh utama, dan di sini stake yang dipertaruhkan sebenarnya adalah apakah Cena bakal menghalangi Styles ketemu Nakamura. Pertandingan kejuaraan ini menjadi lebih penting karena hal-hal personal seperti begini. Bahkan Corbin dan Ziggler yang enggak really punya kepentingan, diberikan momen-momen tersendiri yang membuat mereka tampak pantas ikut bertanding. Kita juga melihat cerita lain yang involving Kevin Owens, Sami Zayn, dan Shane McMahon, yang menambah layer untuk build up Wrestlemania sekaligus menambah seru pertandingan ini. Kekurangannya cuma satu, yakni seharusnya mereka bisa membuat ‘alasan’ yang lebih meyakinkan atas kenapa Shane berada di sana. Karena, there’s no denying it, Shane duduk nonton di situ tampak konyol – dan semakin membuat karakternya gak jelas.

Sebagai sebuah acara pun, Fastlane tidak sepenuhnya terasa spesial. Mereka memutuskan untuk masukin promo Raw yang mengarah ke Wrestlemania, and it really takes us away from the recent moments. Kemunculan Asuka tentu saja banyak dibicarakan, kita akhirnya mendapat pertandingan cewek berprofil tinggi, namun tidak tanpa menuai pertanyaan, apakah selama ini Smackdown sudah demikian gagal membangun divisi wanitanya sehingga mereka tak bisa menemukan penantang yang Wrestlemani worthy untuk Charlotte? Dan ini membuat partai tag team cewek malam ini pun semakin kehilangan greget.. Oiya, satu lagi yang harus dihilangkan oleh WWE adalah keputusan untuk menggunakan video promo dengan tulisan gede berwarna-warni nutupin layar ala video youtuber! Serius deh, ini insulting seolah mereka menganggap penonton tidak bisa menangkap apa yang dikatakan oleh para superstar.

 

 

 

Sudah sejarahnya, Fastlane selalu adalah acara sampingan, bayangkan sebuah filler dalam serial anime – kita bisa skip menontonnya dan tidak ketinggalan apa-apa. Fastlane 2018, toh, tidak berhasil keluar, ataupun malah, tak tampak ingin keluar dari statusnya tersebut.
The Palace of Wisdom menobatkan SIX PACK CHALLENGE FOR WWE CHAMPIONSHIP sebagai MATCH OF THE NIGHT

 

 

 

Full Result:
1. SINGLE MATCH Shinsuke Nakamura mengalahkan Rusev
2. UNITED STATES CHAMPIONSHIP Randy Orton jadi juara baru ngalahin Bobby Roode
3. TAG TEAM MATCH Carmella dan Natalya ngalahin Becky Lynch dan Naomi
4. SMACKDOWN TAG TEAM CHAMPIONSHIP The Usos dan New Day babak belur dihajar The Bludgeon Brothers
5. SMACKDOWN WOMEN’S CHAMPIONSHIP Charlotte retains atas Ruby Riott
6. WWE CHAMPIONSHIP SIX PACK CHALLENGE AJ Styles mengalahkan Dolph Ziggler, Baron Corbin, Sami Zayn, Kevin Owens, John Cena

 

 

 

 

That’s all we have for now.

Remember, in life there are winners.
And there are losers.

 

 

 

 

 

We?
We got the PIALA MAYA for BLOG KRITIK FILM TERPILIH 2017

Elimination Chamber 2018 Review

 

Tahun lalu, aku nulis surat cinta untuk Alexa Bliss. Basically di Elimination Chamber 2017 itu aku lega Alexa ‘hanya’ bertanding melawan Naomi, dia tidak perlu masuk kerangkeng baja – struktur setan yang digadangkan sebagai salah satu pertandingan paling berbahaya dalam semesta WWE. Sekarang, aku tahu kemungkinan pihak WWE membaca review ala surat buatanku sama gedenya dengan Alexa Bliss beneran jajan eskrim di kafeku. Aku yakin kita semua tahu adalah hal semacam inilah yang dilakukan oleh WWE.

Mereka membengkokkan keinginan para fans. Mereka menjual kejutan. Mereka mengkapitalisasi konflik dan kontroversi. Mereka bekerja di atas ekspektasi kita semua, for better or worse.

Ditambah pula dengan agenda “for the first time ever” yang semaking gencar mereka lakukan. Dan eng ing eng, di tahun 2018 ini kita menjadi bagian dari sejarah saat WWE menyelenggarakan pertarungan Elimination Chamber khusus untuk peserta cewek!

 

Turns out, bukan saja pertandingan tersebut benar-benar membuatku gemetaran, namun juga membuatku ingin melompat-lompat saking serunya. Para cewek itu diarahkan untuk membawakan cerita yang solid, dan mereka ngedeliver tuntutan tersebut dengan sangat efektif. Dan Alexa Bliss? She slays! Serius, bukannya aku bias, tapi memang match ini intinya adalah membuat Alexa terlihat kuat dalam artian mampu memanfaatkan apapun untuk menggapai kemenangan. Bahkan sehabis match pun, Alexa menunjukkan gimana dia adalah salah satu performer terbaik yang dipunya oleh WWE dengan ‘pidato kemenangan’ yang sukses mengecoh semua penonton.

Tiga puluh menit durasi tanding benar-benar terbayar puas sebab subplot yang lain juga berkembang dengan baik. Environment yang kita masuki dalam pertandingan pembuka ini bukan saja kerangkeng kotak sadis itu, melainkan juga adalah aliansi yang terbentuk di dalam ruang lingkup peserta. Mandy Rose dan Sonya Deville boleh saja paling ‘hijau’ dalam urusan aksi, tetapi mereka punya ikatan pertemanan yang paling kuat dibandingkan yang lain. Sasha Banks dengan Bayley sudah ditanamkan bibit-bibit permusuhan, yang berujung pada Sasha menendang jatuh Bayley dari atas kandang seperti Scar mencampakkan Mufasa ke jurang. Sementara itu, kita tidak pernah tahu apakah Bliss ngajak Mickie James baikan adalah hal yang tulus sebab cerita mengharuskan Bliss untuk mengovercome the odds sendirian.

#GoddessAboveAll

 

Perlu diakui, Elimination Chamber jaman now itu memang sudah tak sama lagi dengan Elimination Chamber saat Shawn Michaels memenangkannya di Madison Square Garden.  I mean, bentuk kandangnya saja sudah berbeda. Tentu saja kita semua merindukan warna merah mengkilat di jidat. Intensitas kekerasan seperti demikian tidak akan pernah lagi kita dapatkan. Sejak dari tahun lalu, kandang itu terihat jinak. Sekarang setiap dasar bajanya dialas matras yang lumayan tebel. Rantainya antara dibuat lebih kokoh untuk menyerap benturan atau dipasang terlalu kendur, aku kurang tahu juga, pointer untuk menilainya adalah waktu Roman Reigns menarik-nariknya yang kelihatan bergoyang cuma lengannya; jadi entah itu dia enggak menarik dengan kuat atau dia pura-pura narik doang untuk menjual kekokohan kandang. Chamber yang sekarang lebih tampak seperti taman bermain, dan WWE mengetahui persis hal ini, sehingga para superstar pun diarah untuk benar-benar bersikap demikian terhadap kandang. Tentu, ini membuka kesempatan buat mereka ngeutilize kandang dengan semakin kreatif sesuai dengan karakter tokoh masing-masing. Aku suka momen ketika Alexa kabur dengan memanjat kandang, ketika dia melakukan Twisted Bliss dari atas Kamar, ketika Elias mengunci diri, ketika Strowman melempar Reigns menembus kaca. Tapi sekali lagi, intensitas Chambernya sendiri tidak pernah terasa kuat. Mungkin ini masalah karena gimmick ppv, I mean, menurutku akan lebih kuat aja jika superstar beraksi terhadap stake dan environment karena mereka pikir mereka butuh dibandingkan dengan mereka bereaksi  terhadap environment yang sudah disiapkan teruntuk mereka.

Salah satu cara untuk menangkal atau menutupi ke-predictable-an adalah dengan memainkan mereka dengan tepat dalam kotak, worked to their strengths. WWE sekali lagi membuktikan bahwa mereka mampu dan rela mewujudkan apa yang sudah ditebak oleh fans asalkan semua itu pada akhirnya bekerja sesuai dengan terms dan kekuatan yang mereka incar. Singkatnya, kita bisa dibilang WWE akan lebih memilih untuk membuat fans sakit hati daripada mereka terang-terangan tampak seperti menuruti apa yang fans mau.

 

Tidak seorang pun penonton yang berusia di atas 13 tahun meminta untuk melihat Roman Reigns bertemu lagi dengan Brock Lesnar di Wrestlemania. Tidak ketika masih ada Strowman. Tidak ketika suara Elias semakin lantang bernyanyi. On the other hand, semua orang tahu Roman Reigns punya kans menang Chamber paling gede. Dan WWE mewujudkan hal tersebut. Dengan bangga. Ya, ini bukanlah bookingan tercerdas yang dilakukan oleh para penulis. Keputusan yang lebih pinter jelas adalah membuat Strowman memecahkan rekor memenangi Chamber dengan mengeliminasi semua peserta lain sendiri atau dengan membuat Elias mengeliminasi John Cena . Elimination Chamber dengan tujuh orang peserta seharusnya adalah suatu partai yang buas. Dan looking this match back in a retrospect, WWE mengambil keputusan untuk bermain aman. Mereka ngepush apa yang perlu dipush. Miz, Rollins, Balor tidak terlihat seperti penggembira. Elias dan Cena punya interaksi yang mencukupi. Strowman kick out of everything. Semuanya bermain sesuai dengan kekuatan masing-masing dengan Roman Reigns yang tampak paling ‘vulnerable’ di sini.

Ada pengunjung kafeku yang teriak “Teuku Wisnu!!” sambil nunjuk Finn Balor

 

Sebagai partai yang paling predictable, Nia Jax dan Asuka juga terbukti jatoh menyenangkan. Walaupun sama sekali tidak pernah kita kepikiran “jangan-jangan Nia yang bakal menang”, aku berani bilang match mereka adalah salah satu yang punya kesan intens paling kuat sepanjang acara (Satunya lagi adalah ketika Sasha Banks ngelakuin Frog Splash yang benar-benar enggak safety – doi mendarat literally dengan dua sikunya doang, duh!) Ini adalah pertandingan yang showcasing kekuatan kedua superstar, baik dari segi aksi maupun dari segi karakter. Ringkas dan padat. Baik Nia maupun Asuka, keduanya membiarkan aksi mereka yang berbicara.

Karena diam itu memang emas. Segmen tandatangan kontrak Ronda Rousey yang melibatkan Triple H, Stephanie, dan Kurt Angle sukses jatoh awkward, sebagian besar karena Rousey seharusnya melawan skrip dengan tidak mengambil microfon dan berbicara.  Baru beberapa patah kata saja sudah terlihat jelas – atau seharusnya aku bilang terdengar – bahwa Rousey grogi banget. Untuk ke depan, sepertinya Rousey butuh untuk diwakili oleh manager yang berbicara untuknya. Kalo kita mengingat promo post-match keren dari Alexa, segmen Rousey ngomong ini akan berkali lipat lebih parah hhihi. Begitu sudah masuk ke storyline, terima kasih buat Kurt Angle yang perannya di sini kayak Jimi Jangkrik bagi Pinokio Rousey,  segmen seketika menjadi lebih baik. Triple H benar-benar ngesold bantingan judo dari Rousey. Stephanie juga efektif nunjukin karakter heelnya. Pada akhirnya kita menyukai segmen ini karena menghibur dan menyenangkan, linimasa WWE akan penuh oleh berita-berita tentang badassnya Rousey, walaupun menit-menit awalnya sangat menggelikan.

Sebagaimana mendung yang tak selamanya kelabu, senang-senang juga tidak selamanya menyenangkan. The worst part dari acara terletak pada match antara Bray Wyatt melawan Woken Matt Hardy. Diniatkan sebagai porsi hiburan, susah sekali bagi kita untuk menganggap serius konflik personal antara Wyat dengan Hardy lantaran gimmick mereka yang dibuat terlalu over-the-top. Malahan, saking have fun nya, para penonton di arena sampai lebih sibuk neriakin hal-hal asyik lain yang sama sekali tidak berhubungan dengan pertandingan yang sedang berlangsung. Menurutku, mereka perlu meningkatkan elemen kengerian dari feud ini. Atau mungkin lebih baik mereka menyudahi storyline ini secara keseluruhan.

 

 

Pay-per-view khusus Raw sedari awal pemisahan brand memang tidak pernah betul-betul stand out sebagai sebuah show, meski mereka punya starpower yang lebih gede, dan terkadang punya cerita dan build up yang lebih solid. Elimination Chamber tidak terkecuali, selain pertandingan gimmicknya, acara ini terasa biasa saja. Namun begitu dua pertandingan kandangnya berhasil menyampaikan cerita dank e-predictable-an dengan cara yang sangat menghibur. Kalo ada satu kata yang positif untuk menilai acara ini, memang kata tersebut adalah ‘menyenangkan’.
The Palace of Wisdom menobatkan ELIMINATION CHAMBER FOR WWE RAW WOMEN’S CHAMPIONSHIP sebagai MATCH OF THE NIGHT.

 

 

Full Result:
1. WWE RAW WOMEN’S CHAMPIONSHIP ELIMINATION CHAMBER Alexa Bliss nyaww sukses retain atas Sasha Banks, Bayley, Mickie James, Sonya Deville, dan Mandy Rose
2. WWE RAW TAG TEAM CHAMPIONSHIP The Bar Sheamus dan Cesaro bertahan dari Titus dan Apollo
3. SINGLE Nia Jax gagal nimbrung di kejuaraan di Wrestlemania karena kalah sama Asuka
4. SINGLE Woken Matt Hardy ngalahin Bray Wyatt
5. 7-MEN ELIMINATION CHAMBER Roman Reigns memenangkan hak menantang Brock Lesnar di Wrestlemania dengan mengalahkan Braun Strowman, Seth Rollins, Finn Balor, John Cena, Elias, dan The Miz

 

 

 

That’s all we have for now.

Remember, in life there are winners.
And there are losers.

 

 

 

 

 

 

We?
We got the PIALA MAYA for BLOG KRITIK FILM TERPILIH 2017

Royal Rumble 2018 Review

 

Januari adalah bulan yang panjang, cuacanya bikin hidung meler. Bulan di mana kita dalam keadaan tercabik antara galau resolusi tahun lama yang gak kesampaian dengan semangat resolusi tahun baru yang daftarnya semakin panjang. Kalo kalian penggemar film, Januari adalah bulan antara nungguin film kelas Oscar di bioskop sembari mantengin film-film kelas B yang actually ditayangin bioskop atau nungguin subtitle film kelas Oscar di donlotan, dengan gambar yang bikin mata cenat-cenut. It’s not really fun, bulan Januari. Tapi tiga dari sepuluh orang di antara kita, adalah penggemar pro-wrestling, dan buat mereka Januari adalah bulan yang penuh kejutan. Memang, pesta terbesar WWE jatoh di bulan April, namun malam paling fun dan paling unpredictable itu datangnya di Januari.

Dan pada Januari 2018, WWE ‘remember the Rumble.’

Royal Rumble adalah soal angka, dan stats yang kutulis di atas adalah karangan belaka

 

Aku meminjam kalimat slogan Royal Rumble tahun lalu bukan tanpa sebab. Selama bertahun-tahun belakangan ini, tampaknya melupakan kodrat acara yang selalu ditunggu-tunggu oleh fans. Kita dapat Royal Rumble yang hasilnya sudah kita prediksi dalam ketakutan. Kita gak mau itu terjadi hanya karena kita tahu itu akan terjadi, dan apa yang terjadi? Tentu saja adalah kemenangan yang dinantikan oleh tidak satupun orang kecuali si empunya acara. Boleh dikatakan, semenjak 2010, tidak ada pertandingan Royal Rumble yang benar-benar memberi kesan yang menyenangkan. Aku enggak bilang selama itu WWE sudah salah menangkap sinyal dari penonton. Aku hanya bilang, di Januari 2018 ini, WWE akhirnya melakukan sesuatu yang benar.

WWE mengingat fondasi kreativitas yang menjadikan Royal Rumble sebuah konsep yang luar biasa pada awaln diciptakan. WWE mengingat Royal Rumble berfungsi sebagai pentas untuk mengenalkan bintang masa depan sekaligus panggung untuk memperkenalkan kembali legenda-legenda yang sudah pernah menghibur penonton semua. WWE akhirnya mengingat semua daya tarik yang dimiliki oleh Royal Rumble. Yang terpenting adalah, WWE akhirnya mengingat kembali bahwa Royal Rumble adalah pencetak bintang masa depan, bukan sekadar ‘plot device’ dalam sebuah skenario tertutup yang sebagian besar orang menebaknya sebagai wanti-wanti hal yang tidak diinginkan.

Pada Januari 2018, WWE memberikan kepada kita dua pertandingan Royal Rumble. Yang khusus untuk para superstar cowok seperti biasa. Dan yang spesial karetnya dua, Royal Rumble untuk superstar wanita dan pemenangnya eventually bisa memilih untuk melawan Juara Wanita brand yang ia inginkan. Kedua pertandingan tersebut berhasil terdeliver dengan luar biasa menyenangkan. Ada sedikit kesamaan formula, kedua pemenang dari masing-masing match itupun sebenarnya sudah bisa ditebak ataupun sudah banyak yang ngarepin.

Tapi WWE memainkan skenarionya dengan sangat berani, penonton benar-benar dua kali ditaro di situasi antara yang kita inginkan melawan yang kita tahu diinginkan oleh WWE. Sesungguhnya adalah sebuah teknik manipulasi prasangka, taktik pengecohan yang luar biasa,  dan hal tersebut membangkitkan tensi dan ngebuild momen antisipasi yangbetul-betul kuat. Sehingga penyelesaian masing-masingnya terasa sangat memuaskan

 

Pertandingan Royal Rumble cowok adalah contoh hebat dari sebuah konten yang beragam, yang punya psikologi yang efektif, yang meriah oleh emosi. Bookingan para peserta dilakukan dengan cermat. Sebagian besar superstar (kecuali hanya satu dua orang) terasa benar-benar penting dan beralasan untuk ada di sana. Surprise entrant-nya enggak banyak-banyak amat, namun semuanya terasa sangat berkesan lantaran timing dan penggunaan yang sangat pas. Di antara yang sukses bikin aku terkejut adalah Rey Mysterio dan juara NXT Andrade ‘Cien’ Almas. Rey tampak sangat gemilang sampai-sampai dalam hati aku memohon kalo ini bukan penampilan one-night-only, aku pengen dia dikontrak lagi. Dan Almas, dang aku mungkin salah satu dari sedikit fans yang suka ngeliat dia menyabet juara – dan untuk melihat dia muncul setelah menonton pertandingan kejuaraannya melawan Johnny Gargano di NXT yang super duper bikin gak mau duduk saking excitingnya – adalah sebuah momen mark out sejadi-jadinya buatku.

Juga ada banyak humor yang diselipin. Aksi komedi dari The Hurricane bikin kita tertawa sampai menitikkan air mata nostalgia. Waktu dan tempat diberikan buat Elias dan nyanyiannya (peserta yang lain conveniently pada tepar). Kofi Kingston dapat kesempatan lagi untuk mengeksplorasi keahlian bermain ‘lantai adalah lava’ yang membuatnya peserta langganan Royal Rumble. Dan running-jokes yang melibatkan Heath Slater dengan beberapa peserta sangat kocak dan tidak terasa buang-buang nomer peserta, seperti Royal Rumble yang sudah-sudah. Banyak elemen di match ini yang actually berbuntut kepada sesuatu. Well, kecuali buat Baron Corbin yang entah kenapa penampilannya semakin dipersingkat. Unfortunately indeed.

Tapi mungkin yang paling awesome dari pertandingan ini adalah pemandangan antargenerasi yang disuguhkan oleh penulis. Menjelang akhir kita akan melihat superstar tiga generasi –Golden, Ruthless Aggression, dan Jaman Now – bertarung di atas ring. Final Fournya Roman Reigns, John Cena, Finn Balor, dan Shinsuke Nakamura turut dilakukan dengan baik. Interaksi keempat orang ini bikin para fans menggelinjang begitu menyadari ini adalah New Japan melawan WWE. Ini adalah Cena melawan tiga calon penggantinya. Scene tersebut worked in so many level.

salah satu kontes Final Two terbaik yang pernah ada

 

Menyadari Royal Rumble cewek punya ‘deck kartu’ yang lebih sedikit, WWE bermain-main dengan penempatan superstar lebih cermat, dan yang kita dapatkan adalah variasi ‘legend’ dengan superstar recent yang sangat menarik. Langkah mengambil fokus kepada peserta- peserta kejutan ini terbukti berhasil sebab beberapa dari superstar masa lalu itu tampak gak benar-benar ‘still got it’ (komentar monoton dan sepenggal-penggal dari Stephanie McMahon di meja announcer tak banyak membantu) dan kita masih memaklumi dan hanya peduli sama siapa yang muncul berikutnya. Not to say aksinya kurang banyak, paruh akhir match ini juga tak kalah seru dengan aksi-aksi twist dan turn, tapi di bagian tengah memang match ini tampak sedikit lowong. Tapi siapa yang peduli, kita toh masih sangat menikmati setiap detik pada layar. Michelle McCool, Vickie Guerrero, interaksi antara Trish dengan Mickie James, dan Torrie Wilson yang kelihatan beda (lebih cantik dari yang kuingat) adalah beberapa yang bikin aku bersorak pada pertandingan ini.

Baik Nakamura maupun Asuka benar-benar pantas untuk menang. Fans sudah lama memohon untuk AJ Styles melawan Nakamura, dan tampaknya kita akan mendapat ini. Asuka, kendati demikian, masih tampak abu-abu mengenai siapa yang akan dia hadapi. Ngebooking seseorang yang tidak pernah kalah memang tricky, sebab kita juga tidak ingin membuat lawan-lawan Asuka terlihat lemah. Menurutku, pengungkapan siapa yang dia pilih sebenarnya adalah hal yang cukup pantas untuk jadi alasan kenapa match ini diset sebagai main event, tapi ternyata WWE melakukan sesuatu yang menarik lain di sini. Ronda Rousey. Finally, cewek petarung UFC ini menjawab rumor dengan muncul – lengkap pakai jaket Roddy Piper, meyandang namanya (Rowdy Ronda Rousey!), dan diiringi musik Bad Reputation yang cocok banget sama personanya – naik ke atas ring, menunjuk tulisan Wrestlemania di atas arena. Obviously, kemunculan Rousey akan membuat WWE meledak di media mainstream; ini adalah efek yang diinginkan WWE. Tapi kupikir, segmen ini sedikit mengecilkan bukan hanya kemenangan Asuka, melainkan juga Royal Rumble cewek sendiri yang sedari awal adalah tentang superstar cewek yang pernah berjuang di WWE. Fokus itu terganti begitu saja dengan kemunculan Rousey. Aku hanya berharap WWE punya rencana jangka panjang, and I really mean that, terhadap Rousey. Menjadikannya superstar tetap alih-alih datang-pergi, misalnya.

Pose nunjuk Rousey udah Bezita banget, kereeennnnn!!

.

Berbeda dengan departemen kamera yang malam itu tampak agak off; mereka sering melewatkan aksi, merekam ekspresi pemain sedetik lebih lama, juga sering berpindah angle dengan frantic, Departemen cerita tampak meningkatkan kualitas mereka. Bukti terkuatnya dapat kita lihat di pertandingan NXT Takeover belakangan ini. On the main roster show, however, cerita-cerita tersebut kadang malah jatoh gak make sense ataupun enggak mendapat respon yang diinginkan sebab ada faktor jangka waktu yang turut andil. Kevin Owens dengan AJ Styles, misalnya. Handicap match yang  juga melibatkan Sami Zayn sebenarnya punya psikologi dan cerita yang kuat dan necessary, tetapi program mereka sudah berjalan begitu lama sehingga match ini tampak sebagai filler untuk mengulur-ngulur saja. Storyline yang melatarbelakangi Seth Rollins dengan Jason Jordan sebagai juara tag team Raw juga dianggap meh padahal sesungguhnya sangat penting untuk ngebuild up karakter Jordan. Match tag team mereka dicuri apinya karena penempatan yang benar-benar merugikan. Raw Tag Team Championship dijadwalkan setelah Royal Rumble cowok yang begitu pecah sehingga penonton, kalo boleh dibilang, ‘masih lemes’ dan akhirnnya mendapat reaksi yang sunyi senyap. Bahkan kejuaraan Universal yang digadangkan sebagai pertemuan antara Beast, Machine, dan Monster juga terdengar ‘krik-krik’. Penonton sudah begitu terpesona oleh Royal Rumble, sehingga mereka tak peduli apapun selain segera melihat Royal Rumble yang kedua.

 

 

 

Jalan ke Wrestlemania itu sudah diaspal, dan dibutuhkan enam puluh superstars dari generasi yang berbeda, dua match Royal Rumble yang super menyenangkan, dan satu cewek paling badass di dunia. Kalo kalian mau ‘meracuni’ teman dengan WWE, tontonkan PPV ini kepada mereka! The Palace of Wisdom memilih 30-Man Royal Rumble sebagai MATCH OF THE NIGHT

 

Full Results:
1. WWE CHAMPIONSHIP HANDICAP AJ Styles retain setelah Kevin Owens dan Sami Zayn bermasalah ama wasit goblog.
2. SMACKDOWN TAG TEAM CHAMPIONSHIP 2-OUT OF -3 FALLS The Usos menang 2-0 dari Chad Gable dan Shelton Benjamin.
3. 30-MAN ROYAL RUMBLE Shinsuke Nakamura menang mengeliminasi Roman Reigns.
4. RAW TAG TEAM CHAMPIONSHIP The Bar jadi juara baru ngalahin Seth Rollins dan Jason Jordan.
5. UNIVERSAL CHAMPIONSHIP TRIPLE THREAT Brock Lesnar ngalahin Kane dan Braun Strowman.
6. 30-WOMAN ROYAL RUMBLE Asuka menang mengeliminasi Nikki Bella

 

 

 

That’s all we have for now.

Remember, in life there are winners.
And there are losers.

 

 

 

 

 

We?
We got the PIALA MAYA for BLOG KRITIK FILM TERPILIH 2017

Clash of Champions 2017 Review

 

Juara di WWE, berarti kalian kudu siap mempertahankan sabuk emas melawan penantang macam apapun. Namun begitu, di acara Clash of Champions, ada hal lain yang lebih gede yang dipertaruhkan oleh WWE; kemampuan mereka untuk menciptakan drama dan kejutan. Dan ‘lawan’ mereka tentu saja adalah para penonton – penggemar setia jaman now – yang semakin hari semakin pinter.

 

Kejutan yang dihadirkan oleh Clash of Champions sebagai acara brand Smackdown di Boston malam itu adalah; tidak ada kejutan. Setiap hasil akhir pertandingan, siapa pemenangnya, kenapa mereka menang, sudah bisa ditebak oleh fans. WWE, sebagai sebuah bisnis olahraga-hiburan paham betul bahwa yang terpenting adalah bukan apa yang mereka ceritakan, melainkan bagaimana mereka menceritakan. Bagaimana mereka mengolah sesuatu narasi yang sudah ketebak menjadi sebuah pementasan yang intens dan membuat penonton terinvest ke dalamnya. Jadi, beberapa pertandingan di Clash of Champions dirancang penuh oleh drama. Toh, terkadang WWE memang nekat, bercerita dengan mengorbankan aksi adalah resiko yang tak ragu untuk mereka ambil. Pada akhirnya, semua bergantung kepada pilihan kita; ingin menyaksikan gulat profesional sebagai olahraga kompetisi atau bergulat dengan logika dan menikmati itu semua sebagai suguhan film aksi, atau malah, suguhan sinetron.

Natalya dan Genk Juara

 

Dulu masih gampang untuk kita, sebagai penonton, nonton WWE dan flat out tenggelam dalam dramanya. Dulu kita masih sabar untuk suspend our belief selama dua jam acara berlangsung. Aku masih ingat tahun 2000an awal dulu, satu episode Smackdown didedikasikan untuk membangun cerita gimana D-Generation X mengatur acara dengan seenak udel. Pertandingan di acara itu semuanya jelek-jelek, enggak ada yang bersih, dan kita dapat stipulasi norak semacam The Rock dan Mankind harus bertarung memperebutkan kontrak kerja yang digantung di atas pole. Back then, semua penonton menikmatinya. Orang dulu tidak peduli gimana aslinya Kurt Angle adalah atlet beneran, dan digunakan dengan cara yang memalukan – dibuat sebagai pengecut – di televisi. Tetapi tentu saja, sebagai penonton kita punya ekspektasi, dan makin ke sini, penonton semakin cerdas. Kita ingin bisa menikmati acara ini dalam level yang lebih tinggi. Sekarang, semua orang sudah jadi ‘smark’. Smart-Mark. Penonton yang tahu WWE itu udah ada skenario, tapi masih menuntut supaya WWE tampak senyata mungkin. Ketidakpuasan kita inilah yang jadi lawan berat WWE dalam upaya mereka mempertahankan apa yang terbaik yang bisa mereka lakukan; ngedeliver hiburan dalam kemasan aksi yang mendebarkan.

Faktanya adalah susah untuk mengejutkan – memberikan kejutan yang  menyenangkan bagi – fans kekinian. Arus informasi berputar pesat, di internet kita bisa dengan gampang menemukan situasi real maupun kayfabe terkini, rumor-rumor, tentang apa yang terjadi belakang layar WWE. Kita tahu Daniel Bryan akan terlibat dalam storyline Kevin Owens dengan Shane McMahon, bahkan sebelum pertandingan tag team mereka di Clash of Champions diresmikan. Dan saat ulasan ini ditulis, santer sudah kabar kalo this whole match didedikasikan buat kembalinya Bryan beraksi di dalam ring Wrestlemania April nanti. Attitude era penuh oleh match-match ‘terlalu skenario’ seperti yang kita lihat pada match Owens dan Zayn melawan Orton dan Nakamura di sini. Namun apa yang dulu kita bilang seru, sekarang kita bilang kurang ajar. Keempat pegulat yang bertanding sesungguhnya bukan fokus. Alih-alih itu, match ini adalah tentang Shane dengan Bryan, yang digariskan bakal cekcok di saat mereka berdua berperan sebagai wasit. Walaupun penceritaan match ini sangat baik, mereka ngebuild up konflik – bagian favoritku adalah ketika Shane menghentikan hitungannya atas pin yang dilakukan oleh Zayn, yang memnggiring kita ke akhiran yang keren, tapi aksinya tampak salah tempat. Sekuens para wasit itu mengganggu. Nakamura dan Orton gak kebagian spot, dan ini bukan match yang baik karenanya.

Kita lebih menghargai kejuaraan United States yang mempertemukan Baron Corbin sebagai juara bertahan melawan Bobby Roode dan Dolph Ziggler. Meskipun penambahan Ziggler ke dalam partai tersebut tidak berhasil diceritakan dengan menarik. Kita gembira dengan outcomenya, padahal kita sudah bisa menebak – Ziggler dikabarkan bakal hengkang jadi wajar WWE menjamin Ziggler untuk tetap tinggal dengan memberinya sabuk. Kita overlooked bukti-bukti bahwa Ziggler ini sudah lama sekali berada di zona gak-relevan, dan setiap title reignnya sebelum ini selalu berujung tumpul. Tentu saja kita menyukai match ini karena aksinya. Cepet, finishingnya enak dilihat. Sedikit melibatkan storyline artinya kita tahu dengan begini, para superstar tidak terlalu cedera imagenya.

Tapi tentu saja , WWE lebih ngeri jika superstarnya cedera beneran lantaran kebanyakan aksi yang berlebihan. Jadi WWE tentu saja hampir selalu mengambil keputusan sekalipun ada aksi, mereka akan membuatnya singkat. Makanya kita dapat squash match. Untuk menjaga hal tetap menarik, dalam acara ini kita melihat konsep pertandingan yang baru, yakni fatal 4-way tag team di mana kontestan dari keempat kubu masuk bersamaan dan mereka hanya boleh meng-tag partner sendiri. Banyak gerakan-gerakan dan taktik unik yang tercipta dari sini. Setiap superstar pada dasarnya diberi jangka waktu singkat untuk unjuk kebolehan, yang dimanfaatkan dengan sangat baik oleh  Big E dan Chad Gable. Aku suka banget liat Chaos Theory si Gable, I mean, di sini performa Gable membuktikan kalo WWE sudah salah langkah meninggalkan dirinya demi cerita Anak Kurt Angle di brand Raw. Rusev dan Aiden English juga membuktikan kepada WWE bahwa mereka masih bisa over, meskipun berangkat dari momentum yang serabutan. Fans bener-bener suka sama Rusev Day. Menurutku, pertandingan inilah yang paling dekat dengan sebuah kejutan yang mampu dihadirkan WWE pada Clash of Champions.

Ayo jadikan Rusev Day sebagai hari libur nasional

 

Aku enggak tahu kenapa mereka menyebutnya sebagai Lumberjack padahal karena semua pesertanya cewek maka yang lebih tepat adalah Lumberjill, namun yang jelas, partai yang juga adalah perebutan kejuaraan wanita tersebut adalah yang paling fail dari keseluruhan acara. Dramanya totally enggak bekerja. Penampilan Natalya terlalu dibuat-buat. Sebagai face, Charlotte tampak seperti sebuah miscast yang lebih parah daripada Sasha Banks. Konsep Lumberjacknya juga klise banget. Stipulasi ini dipilih supaya mereka bisa ngepush semua talent di divisi cewek sekaligus, hanya saja eksekusinya sangat serabutan.  Sampai ke poin aku melihat Liv Morgan memukul Ruby Riott yang notabene adalah rekannya sendiri.  Sedari bel berbunyi tidak pernah terasa kalo ini adalah pertandingan kejuaraan, kalo ini adalah cerita Natalya yang mengancam status juara Charlotte.

Yang paling layak kita apresiasi adalah Jinder Mahal dan AJ Styles yang berlaga di partai utama. Tadinya aku excited melihat Mahal jadi juara, kemudian dia tak mampu membuktikan keunikannya sebagai antagonis yang bermarwah, dan match-matchnya boring semua. Akan tetapi, di sini, dengan kerja sama dari AJ Styles, Mahal terlihat benar-benar berusaha. Match mereka memang tampak membosankan lantaran menjelang partai ini kita disuguhi oleh gimmick-gimmick dan segala tetek bengek drama. Kehadiran Styles membuat elemen aksi pertandingan ini enak untuk dilihat dan diikuti. Styles ngejual serangan orang dan mengeksekusi gerakan sendiri dengan sama fenomenalnya. Kontribusi Mahal buat pertandingan, tentu saja adalah menggerakkan roda drama dengan peran heelnya. Dan Mahal tidak melakukannya dengan berlebihan kali ini. Gangguan Singh Brothers enggak langsung mengakhiri match, kayak yang sudah-sudah. Terlihat sekali matangnya koordinasi antarkedua superstar.

 

 

 

Menurutku, Clash of Champions ini benar-benar bentrok. Aku suka apa yang orang tidak suka, aku eneg ngeliat apa yang orang lain cheer. Kupikir itu karena aku yang sudah terbiasa nonton film menganggap WWE lebih seperti tontonan dengan cerita dan karakter. Namun keseluruhan, terasa seperti WWE menggunakan rumus drama dan aksi yang berbeda pada setiap match supaya penonton tetap tertarik sebab mereka tahu tidak ada surprise yang bisa mereka datangkan di sini. Semua sesuai dengan yang kita harapkan. Semua memenuhi prediksi dan teori yang bergentayangan di internet. Paling tidak, masih lumayan masuk akal, dan WWE berhasil membuatnya cukup menyenangkan.
The Palace of Wisdom menobatkan AJ Styles melawan Jinder Mahal sebagai MATCH OF THE NIGHT.

 

 

Full Result:
1. TRIPLE THREAT WWE UNITED STATES CHAMPIONSHIP Dolph Ziggler jadi juara baru ngalahin Baron Corbin dan Bobby Roode
2. FATAL 4-WAY WWE SMACKDOWN TAG TEAM CHAMPIONSHIP The Usos bertahan atas The New Day, Chad Gable dan Shelton Benjamin, serta Aiden English dan Rusev.
3. LUMBERJACK WWE SMACKDOWN WOMEN’S CHAMPIONSHIP Charlotte tetep juara mengalahkan Natalya
4. TAG TEAM The Bludgeon Brothers membunuh Fashion Police Breezango!!
5. TAG TEAM DENGAN SHANE MCMAHON DAN DANIEL BRYAN SEBAGAI WASIT Kevin Owens dan Sami Zayn dinobatkan menang dari Randy Orton dan Shinsuke Nakamura
6. WWE CHAMPIONSHIP Maharaja kita tap out kena Calf Crusher dari AJ Styles.

 

 

 

That’s all we have for now.

Remember, in life there are winners.
And there are losers.

 

 

 

 

 

We?

We got the PIALA MAYA for BLOG KRITIK FILM TERPILIH 2017

TLC 2017 Review

 

Bayangkan suatu malam minggu, kalian sudah rapi jali, siap untuk pergi ngedate, tetapi kemudian hujan turun dengan tak-kalah semangatnya. Atau bayangkan kalian sudah siap berhibernasi sepanjang hari di rumah, berepisode serial TV sudah siap untuk ditonton marathon, video games pun sudah menunggu untuk dimainkan, kemudian PET! dengan tanpa berdosa, PLT memutuskan aliran listrik. Manusia punya rencana, namun Tuhan yang menentukan. Memang bukan baru sekali ini WWE mendapati talentnya pada ijin sakit, membuat para penulis kudu merombak ulang skenario. Namun virus tidak pernah menjangkiti ruangan loker lebih mendadak daripada sekarang ini. Hanya 48 jam yang dipunya WWE sebelum acara puncak untuk mengganti dua skenario utama yang tadinya sudah dibangun dalam kurun enam minggu. Tak pelak, susunan pertandingan TLC tahun ini akan membuat kita merasa aneh. Kita tahu pertandingan gulat itu hambar kalo cerita yang melandasi kedua kubu yang bertemu kurang kuat. Di lain pihak, kita toh menggelinjang juga karena ini adalah pertandingan pertama Kurt Angle di ring WWE sejak sebelas tahun yang lalu, dan AJ Styles melawan Finn Balor adalah dream match material.

Pola pikir yang berusaha dipatri oleh WWE di acara ini adalah ‘less is more’. Terasa mendadak, memang, makanya alih-alih membuatnya terlalu serius, WWE menggebah TLC sebagai kendaraan untuk fans bersenang-senang.

 

Dan aku terhibur. Aku suka sebagian besar kejadian. Aku bahkan menikmati ‘konser sayur’ Elias, lebih tepatnya aku menikmati ngeboo si jagoan bergitar itu. Menurutku Elias bekerja dengan baik memancing heat. But I do not like the match, Jordan melawan Elias biasa aja, dan itu adalah penilaian terbaik yang bisa kita berikan kepada mereka. I do enjoy Alexa Bliss vs. Mickie James. Itu adalah pertandingan terbaik Bliss sejauh karirnya di main roster. Dan enggak, aku yakinkan aku enggak bias.

Here’s me when I’m biased: Rambut Aleksya Blissnyaaww unyu banget di TLC, dia pantas menang dengan rambut selucu itu, dan Mickie James Ellsworth udah ketuaan.
Dan ini ketika aku melihat pertandingan mereka dengan objekif: Jurus-jurus Bliss memang enggak wow-wow amat, dia hanya brilian sebagai penampil antagonis, Bliss paham cara memancing emosi penonton. Cerita di pertandingan ini adalah soal seorang juara sombong yang meremehkan lawannya yang lebih matang dan berpengalaman. Mickie mengusahakan yang terbaik dari yang ia mampu, mencoba selalu selangkah dalam mengantisipasi Bliss. Gaung personal yang natural match ini disampaikan dengan baik oleh kedua superstar lewat serangan-serangan ofensif dengan intensitas yang jarang kita lihat di pertandingan cewek. Pada akhirnya, umur memang hanyalah angka, akan tetapi angka enggak bohong. Yang mereka suguhkan adalah sebuah tarung yang tangguh, dan juara bertahan kita berhasil unggul secara bersih.

 

 

Sayangnya, partai wanita lain yang turut dikonteskan dalam acara ini enggak berhasil menyampaikan pesan yang mereka maksudkan. Aku sangat mengapresiasi baik Emma maupun Asuka. Emma adalah pegulat yang cakap, tapi sama seperti Alexa Bliss, sebagai kompetitor  yang kebagian peran heel ada batasan yang harus dipatuhi. Aku percaya di lain cerita, di peran yang berbeda, Emma bisa berimbang dengan meyakinkan melawan Asuka. Tapi tidak di sini. Karena cerita pertemuan mereka ini adalah tentang showcasing Asuka. Untuk berminggu-minggu menuju ke acara ini, kita melihat dan mendengar desas-desus tentang kehebatan Asuka, dan sementara itu kita melihat Emma bergelimang di papan tengah roster cewek Raw. Gini, bayangkan pacar kalian yang belum pernah nonton WWE ngikutin  build up TLC di mana Asuka sangat dihype sebagai petarung yang garang. Ekspektasi yang ada tentulah Asuka akan mendominasi Emma, not necessarily squash match, namun mestinya Emma tidak mendapat terlalu banyak upper hand seperti yang kita lihat di match ini. Sederhana saja. Asuka mestiya dibuat mendominasi Emma yang kebagian jatah sebagai petarung papan tengah.  Kesempatan untuk membangun Emma sudah lewat, kalo mau dibuat kuat semestinya sejak dari episode Raw menuju ke sini. TLC adalah tentang Asuka, namun dari apa yang kita tonton di TLC, Emma lah yang justru terasa seperti ‘tokoh utama’.

Sebenarnya, ini adalah formula yang sama dengan yang mereka gunakan untuk ngebuild Nakamura di Smackdown. Pertandingan Asuka melawan Emma persis kayak Nakamura lawan Ziggler. WWE tampaknya merasa insecure soal membentuk karakter babyface yang hebat. Zona nyaman WWE adalah formula skenario ‘pahlawan bangkit di akhir’, seperti skenario pertandingan John Cena; si babyface dihajar duluan, kemudian dengan kekuatan dukungan dari penonton, sang hero bangkit dan menang. Akan tetapi, formula ini tidak bekerja kepada Nakamura, dan jelas tidak bekerja juga pada Asuka. WWE harus berani  mengeksplorasi karakter face dari sisi yang lain, menemukan cara baru memperkenalkan pahlawan; bahwa protagonis bisa kok dibuat mendominasi sekaligus terlihat vulnerable.

 

Pop Quiz!

<Soal pilihan ganda>
Apa faedah dari Kalisto menangin sabuk Cruiserweight dari Enzo hanya untuk kembali kalah kepada Enzo seminggu kemudian?
a. Untuk menyemangati penonton di hari ulang tahun Eddie Guerrero
b. Sebagai pengalihan isu
c. Biar ada alasan buat Kalisto balik pake musik lama
d. Membuat kesel si Neville

 

 

Sakit itu musibah, bukan bahan becandaan. Namun mundurnya Bray Wyatt dari match card karena diagnosis viral meningitis bisa jadi adalah sebuah blessing in disguise buat banyak fans, bahkan mungkin buat Wyatt dan Balor sendiri. Sejujurnya, tidak ada yang exciting nungguin match bergimmick halloween antara Demon King melawan Sister Abigail (aku masih belum bisa membayangkan seperti apa Bray berduel sebagai Sister Abigail). Alih-alih match tersebut, kita malah dapat AJ Styles melawan Finn Balor. Teaser Smackdown melawan Raw untuk payperview bulan depan. Sekilas, memang pertemuan mereka ini tidak ada build upnya, apalagi jika dibandingkan dengan cerita bertema kekuatan gaib yang terus disuapin ke kita.  Sesungguhnya, pertemuan Styles dan Balor sudah lama terbangun secara implisit. You know, mereka berdua ini punya sejarah bersama. Styles dan Balor adalah dua pendiri pertama stable Bullet Club dan menurut Pro Wrestling Database, keduanya belum pernah beradu di atas ring. Catatan duel mereka yang bisa kita temukan adalah pertandingan tag team di Jepang sembilan tahun yang lalu. Impian pertemuan mereka sudah lama menjangkiti para fans, namun tidak seperti virus, mereka tidak membuat kita sakit. Jadi, beneran, di TLC kita dapet pertandingan bersejarah, a long time anticipated dream match. Dan Balor dan Styles bener-bener ngedeliver di sini.  Ya, di partai ini mereka tidak ada cerita, mereka sama-sama face, they just go at each other, berkompetisi, and it was amazing. Tidak sedikit pun performa Styles tampak menurun walaupun dia baru saja diterbangkan dari belahan bumi yang lain. Balor juga bermain gemilang, untuk pertama kalinya sejak ke Raw, Balor menunjukkan kepiawaian yang sebanding dengan yang biasa ia tunjukkan di NXT dahulu.

Yeah, beneran “Too Sweet”

 

Pihak booking WWE pun sepertinya benar-benar melepaskan alur pertandingan ke tangan kedua superstar fenomenal ini. Pertandingannya terasa persis kayak gaya NJPW, di mana spot-spot gede dengan perlahan semakin ditunjukkan seiring berjalannya waktu. Pacenya dipercepat dengan konstan. Tek-tokan moves mereka dimainkan dengan make sense, jurus andalan masing-masing saling dikeluarkan. Pele Kick susul menyusul. They played it out nicely sehingga terasa banget kedua superstar ini berusaha untuk tampil unggul di atas lawannya.Mereka bisa melakukan dengan lebih baik sih, personally aku yakin jika diberikan cerita, kedua superstar ini bisa meruntuhkan atap stadion.

 

Kita tahu WWE benar-benar berjuang dalam menyuguhkan acara ini, apalagi soal budgetnya, saat kita melihat Kane muncul tanpa pyro. Maksudku, jika ada dua superstar yang mendapat perlakuan khusus oleh WWE maka itu adalah Undertaker dan Kane. Cuma dua orang ini yang diperbolehkan memakai gerakan piledriver dalam basis jurus sehari-hari, dan jika orang sespesial Kane enggak bisa mendapat entrancenya yang dulu, kita paham WWE benar-benar dalam posisi keuangan yang sulit.

tunggu saja di Wrestlemania, bahkan pyro superstar pun akan mendapat pyro sendiri

 

 

WWE perlu mempertahankan apa-apa yang menurut mereka bekerja dengan baik. Dan dalam kasus sekarang ini, Roman Reigns dan The Shield adalah aset jangka panjang yang paling berharga yang dipunya oleh WWE. Kredibilitas mereka harus dipertahankan. Kredibilitas itulah yang sebenarnya tergantung tak-terlihat di atas puncak tangga partai utama TLC. Bahkan lebih berharga daripada menggantung sabuk Intercontinental dan Tag Team berbarengan. Kita bisa bilang kalo TLC kali ini adalah akronim dari Sierra, Hotel India, Echo, Lima, dan Delta. It’s all about the Shield. Reuni, dioutnumber oleh lawan-lawan, plot kelompok The Shield diniatkan untuk berputar di sini. Namun kemudian Roman Reigns, pelakon utama dari yang utama, mundur dari medan perang karena penyakit.

Show must go on, makanya kita bisa mengerti keputusan kenapa mesti Kurt Angle yang turun menggantikan. Sebuah langkah yang beresiko lantaran Kurt Angle diperkirakan memang akan kembali bertanding, dengan waktu dan alasan yang lebih proper. Hanya saja waktu mendesak, dan benar-benar tidak ada orang lain – WWE tidak bisa menggunakan sembarang orang untuk mengganti Roman Reigns di sini. Bahkan tidak juga dengan membuat Ambrose dan Rollins menang hanya berdua, walaupun masih akan klop dalam konteks Shield bisa mengalahkan banyak orang asal mereka bersatu. Secara sederhana mindsetnya adalah; Shield harus menang, tanpa membuat Reigns tampak lemah. Mereka tidak bisa membuat Shield menang tanpa Reigns, karena itu berarti itu akan membuat pengaruh Reigns terlihat kecil. Jadi itulah sebabnya mereka memakai Kurt Angle, seorang Hall of Famer, dan kenapa mereka membuat Angle memakai attire Shield, aku yakin seandainya Reigns tidak sakit, pertandingan akan berjalan sama persis dengan yang kita saksikan. Angle literally subsitusi buat Reigns.

kita bisa memanggil Ambrose, Rollins, dan Angle dengan The Shi3ld sekarang

 

Jadi, reasoning di baliknya sudah terjelaskan. Kikikanku ngeliat tampang Kurt Angle yang terlalu ramah dan cengar-cengir pas entrance mereka pun sudah mereda. Sekarang kita bisa menikmati pertandingan mereka apa adanya. Banyak keputusan yang aneh but It was fun. Match ini tampak seperti ide-ide gila Vince dilempar dan bergabung menjadi satu. Aku senang peran Kane ternyata lebih besar dari yang kuduga, Kane adalah jagoanku sejak pertama kali aku nonton gulat. Aku juga senang melihat Kurt Angle beraksi kembali, Angle Slamnya hampir membunuh Cesaro! Ini adalah jenis pertandingan yang serunya bakal membuat kita melupakan kekurangan dan keanehan yang ada.

 

 

Gimmick pay-per-view ini sudah semakin menjauh dari yang seharusnya. Hanya ada satu pertandingan TLC, sementara banyak pertandingan lain yang mestinya bisa terimprove jika diberikan stipulasi yang sama, seperti Cruiserweight Championship yang bisa saja lebih baik jikalau menjadi Ladder Match. Secara keseluruhan, ini adalah acara yang susah untuk dinilai, it was ranged from good matches but not memorable, seperti tag team cruiserweight dan women’s championship, to fans favorites yang just have fun.
The Palace of Wisdom menobatkan Finn Balor melawan AJ Styles sebagai MATCH OF THE NIGHT

 

 

Full Result:
1. SINGLE Asuka debut dan mengalahkan Emma
2. TAG TEAM Cedric Alexander dan Rich Swann ngalahin The Brian Kendrick and Gentleman Jack Gallagher
3. RAW WOMEN’S CHAMPIONSHIP Alexa Bliss retained over Mickie James
4. CRUISERWEIGHT CHAMPIONSHIP Enzo Amore jadi juara lagi ngalahin Kalisto
5. SINGLE Demon King Finn Balor mengalahkan AJ Styles
6. SINGLE Jason Jordan defeating Elias
7. TLC The Shield dan Kurt Angle mengalahkan tim The Miz, Sheamus, Cesaro, Braun Strowman, Kane

 

 

 

That’s all we have for now.

Remember, in life there are winners.
And there are losers.

 

 

 

 

We? We be the judge.

Hell in a Cell 2017 Review

 

Tidak akan ada lagi pertandingan Hell in a Cell di era PG yang lebih hebat dan lebih kreatif  dari dua pertandingan HIAC yang kita saksikan di PPV Smackdown malam ini. Serius deh, sepertinya tidak akan pernah lagi.

Early on, kita dibuat bersorak seru oleh pertandingan HIAC yang mempertemukan New Day dan The Usos yang sejak Money in the Bank bulan Juli lalu sudah berturut-turut bikin kita takjub dengan pertandingan berkualitas tinggi. Kali ini, untuk pertama kalinya ada tag team dalam environment kandang raksasa, dan peraturan tornado tag – yang basically ‘enggak-ada peraturan’ – kedua tim malah tampak semakin bebas lagi mengekspresikan keliaran mereka. Segala macem senjata dibawa keluar; tongkat kendo, kursi, rantai, bahkan gong dan cowbell,  dipergunakan dengan kreatif. And it was really violent. Ada satu spot di mana Woods memukul wajah Uso mentah-mentah dengan tangan berbalut rantai. New Day tampak menunjukkan bahwa mereka bisa bermain serius, they play hard and work even harder. Sedangkan Kembar Uso just totally sadis. Mereka perlu banget buat ngewujudin Uso Penitentiary semengerikan yang mereka bisa. Rasa saling benci menguar banget di antara kedua tim. Mereka ingin menyiksa lawan. Kendo Stick dijadikan kurungan mini oleh Woods dan Big E, dan kemudian Uso membalas dengan memborgol kedua juara bertahan. Seolah mereka ingin mereka adegan film Gerald’s Game (2017), langsung ke bagian penyiksaannya. Dalam match brutal ini ada banyak momen ketika kita menyangka satu tim bakalan menang, namun hitungan satu-dua- tersebut tidak sampai ke tiga.

Harus ada yang ngingetin Jimmy dan Big E bahwa terjun kepala duluan ke luar arena berkandang itu adalah hal yang berbahaya

 

Bakalan susah untuk menandingi keseruan  tornado tag HIAC tersebut, tapi WWE paham dan mengajak kita untuk sama-sama berpikir di luar kotak. As in kandang Hell in a Cell adalah kotak, dan mereka mulai mengeksplorasi bagian luar dari kandang tersebut.

Shane McMahon dan Kevin Owens memberi kita suguhan aksi yang mengerikan, kita dibuat literally berjengit setiap ada tubuh yang terbanting keras. If anything, stipulasi ‘falls count anywhere’ yang ditambahkan di menit-menit terakhir episode Smackdown sebelum PPV mengisyaratkan bahwa pertandingan ini akan berakhir begitu satu aksi dahsyat dieksekusi. Pertanyaan bagi kita yang menonton adalah Aksi yang Mana? Ada begitu banyak crash-and-burn yang ikhlas dilakukan oleh kedua competitor, kita melihat Owens menjadi bola kanon menghancurkan meja, kita menyaksikan Shane terbanting keras setelah menyebrang Coast to Coast, dan liat gak sih gimana setelah terjun dari kandang tubuh Shane mantul keras di meja? Shane melakukan banyak moves yang kita gak sangka bisa ia lakukan, berkali-kali orang ini bikin kita respect sama dia. Aku sendiri takjub banget dia bisa ngecounter Pop Up Powerbomb menjadi Triangle Choke. Dan ketika mereka berdua memanjat kerangkeng dan bertarung di atas kandang, mataku sudah tak bisa menyipit lebih kecil lagi. Aku nutup mata setiap kali ada dari mereka yang kebanting. Ngeri dan ngarep bercampur menjadi satu. They played it off so good, ngetease ada yang terjun.

Tapi tentu saja, ada alasannya kenapa Mick Foley menjadi legenda. Enggak semudah itu bikin spot kelempar dari atas, dan ketika Owens dan Shane turun kembali, penyelesaian mereka dilakukan setengah dari ketinggian kandang, I don’t mind. Malah justru sedikit lega. Namun ternyata, tentu saja itu semua hanyalah false resolution. Karakter kedua superstar juga tampil kuat di sini. Shane McMahon, mungkin memang sedikit pantang-tak-top, menolak selesai sebelum terbang. Dan ini menghasilkan efek dramatis, bukan saja karena sekali lagi sifatnya itu yang membuat dia kalah, tetapi juga menghasilkan semacam insult subtil buat Kevin Owens. Beberapa menit sebelumnya kita melihat Owens berperang dengan dirinya sendiri, dengan galau frustasi mutusin terjun menyerang Shane dari atas kandang atau tidak – ini juga worked out nicely dengan karakter Owens, for he is one calculated and smart fighter.

Judul theme Owens: Dedek Gemes. “De-de-de-dek, De-de-de-dek. De-de-de-dek, De-de-de-dek, messshhh!”

 

Kita bisa menjadi penjahat dengan mengkhianati teman. Namun WWE adalah gulat. Dan gulat itu gila. Di sini kita juga bisa menjadi penjahat karena  membantu seorang teman.

Twist gede di akhir match adalah bukti dari berpikir di luar kotak yang ditekankan oleh WWE. Skenario gulat adalah soal unpredictability, dan aku yakin enggak banyak orang yang memprediksi apa yang dilakukan oleh Sami Zayn. Build up dari tindakan mengejutkan tersebut sudah ditanam bukan hanya di beberapa episode Smackdown leading up to this show, tapi mereka juga bisa mengatakan bahwa dinamika Owens dan Zayn sudah menghantarkan kita kepada resolusi ini. It was interesting untuk melihat apa yang bisa mereka lakukan dari cerita ini. Menyaksikan match ini, dan juga HIAC tag team di awal acara, akan mengingatkan kepada kita kenapa kita suka nonton gulat sedari awal. Kita butuh cerita yang meyakinkan, sekaligus aksi yang seru dan brutal. Di Warung Darurat saat nobar, kebetulan ada dua pengunjung non-wrestling fan, dan bahkan mereka berteriak seru menyaksikan main event Shane lawan Owens.

Kadang kita memang harus BERPIKIR OUTSIDE THE BOX, tapi tentu saja ada alasannya kenapa harus ada box in the first place. Kaitannya dengan Hell in a Cell adalah, pertandingan-pertandingan lain yang tidak featuring HIAC, tidak bekerja dengan begitu baik. Sabuk tertinggi mestinya dikonteskan di HIAC, namun kita malah mendapat pertandingan normal yang begitu normal sehingga membuat Jinder Mahal dan Shinsuke Nakamura tampak membosankan. Alih-alih intens, feud kedua superstar Asia ini malah konyol. Mereka ngebuild Mahal dengan sangat lamban, dia tidak diberikan banyak tindakan heel untuk dilakukan selain mengejek fisik dan kebangsaan Nakamura. Offense sang Maharaja di atas ring pun tidak spesial. Begitu juga Nakamura; here they have a King of Strong Style, dan WWE seperti gak tau harus membangunnya seperti apa. Mereka menyebut Nakamura sebagai The Artist dan so far, hanya entrancenya saja yang tampak unik.

Dolph Ziggler ada benarnya soal  lebih sering daripada enggak WWE kebanyakan gaya. Flashy entrance bekerja sebagai pelengkap karakter, bukan sebaliknya. It’s a part of the gimmick. Apa yang mereka lakukan di atas ring tersalurkan, tersirat dalam aksi entrance. Namun, sekarang banyak yang enggak dibook live up ke entrance atau bahkan ke gimmick mereka. Seolah sekarang mereka cuma punya entrance untuk unjuk kebolehan. Nakamura, Mahal, Bray Wyat di Raw, bahkan Bobby Roode adalah beberapa contoh untuk kasus ini. Mereka tidak diberikan aksi yang cukup untuk mendukung gimmick atau karakter mereka. Roode di debut PPVnya ini tidak bersinar sama sekali. Begitu musiknya habis, aksinya keliatan generik, dan ini tentu saja adalah salah bookingan; skrip dan arahan.

Tye Dillinger semestinya dimasukin ke U.S. Championship sedari awal, atau – demi karakternya – tidak sama sekali. Dan kenyataannya memang match tersebut adalah untuk memberikan jalan kepada Styles naik ke kompetisi papan atas, sekaligus memberikan Corbin pushnya yang tertunda. Sedangkan Dillinger, meski berbakat dan cukup over, tak lebih dari replacable piece.  WWE kerap menaroh orang yang salah di tempat yang salah. Natalya dan Charlotte sepertinya lebih baik bertukar peran sebab sebagai heel Natalya boring dan sangat basic, dan Charlotte memang lebih dominan sebagai antagonis daripada sebagai babyface. Dan Orton-Rusev, oh boy, apa faedahnya bagi Orton memenangkan ini? Rusev juga mengalami kekalahan terus menerus dari feud yang ia kobarkan sendiri. Rusev need this more than Orton, harusnya match berakhir saat Rusev ngecounter RKO dengan Accolade entah dari mana! Dan certainly aku gak masalah harus ngerayain Rusev Day sekali-kali.

 

 

 

 

Yang worth ditonton adalah pertandingan paling awal dan paling akhir. Di antaranya terasa dipanjang-panjangin. Show ini mencapai note yang sangat tinggi, namun juga sangat gak konsisten. Drama yang kuat – pertandingan mereka terasa sangat personal, dan diimbangi oleh aksi yang violent yang memenuhi harapan kita tentang bagaimana seharusnya Hell in a Cell match dilaksanakan, The Palace of Wisdom menobatkan New Day melawan The Usos sebagai MATCH OF THE NIGHT

 

Full Result:
1. SMACKDOWN TAG TEAM CHAMPIONSHIP HELL IN A CELL TORNADO TAG Jimmy dan Jey Uso merebut sabuk dari Xavier Woods dan Big E
2. SINGLE Randy Orton ngeRKO Rusev
3. WWE UNITED STATES CHAMPIONSHIP TRIPLE THREAT Baron Corbin mengalahkan AJ Styles dan Tye Dillinger
4. SMACKDOWN WOMEN’S CHAMPIONSHIP Charlotte Flair menang DQ atas juara bertahan Natalya
5. WWE CHAMPIONSHIP Jinder Mahal retains over Shinsuke Nakamura
6. SINGLE Bobby Rhodes sukses debut dengan curang ngalahin Dolph Ziggler
7. HELL IN A CELL Kevin Owens menang dari Shane McMahon

 

 

 

 

That’s all we have for now.

Remember, in life there are winners.
And there are losers.

 

 

 

 

 

 

We? We be the judge.