No Mercy 2017 Review

 

Simpati enggak melulu berbuah empati loh. Malahan rasa simpati lama-lama dapat berubah menjadi apati. Kalo enggak percaya, tonton deh WWE No Mercy 2017.

 

Lima minggu adalah waktu yang cukup lama untuk membuild up cerita dan menjelang No Mercy udah sukses bikin kita semua excited. Roman Reigns  melawan John Cena boleh saja mereka bangun seperti versi kekinian dari The Rock melawan Stone Cold Steve Austin, kita sudah bersorak, geregetan sendiri mendengar kata demi kata yang nyelekit terlontar baik itu dari mulut Cena ataupun Reigns. Di papan atas, kita melihat Braun Strowman dibangun benar seperti monster di antara manusia kala dia melempar tubuh sang juara dengan begitu tanpa-usahanya. Itu adalah untuk pertama kali kita melihat Brock Lesnar tampak kebingungan menghadapi lawan. Bahkan saat berhadapan dengan Godlberg, Lesnar tidak kelihatan setak-berdaya itu. Sulit untuk membendung antisipasi, lima minggu yang dihabiskan untuk mengestablish cerita perseteruan tak pelak menggiring kita ke konklusi-konklusi yang bukan hanya terlihat plausible, melainkan juga tampak paling logis. Namun, sama seperti Joko Anwar yang suka memasukkan twist ke dalam filmnya hanya karena dia bisa, WWE juga lebih suka membelokkan arah ketimbang menyuguhkan sesuatu yang sudah banyak diprediksi orang. Atau dalam istilah lain, ketimbang nurutin kemauan fans.

 

 

Creative: Ada ide nih, gimana kalo kita bikin Balor enggak bisa mengendalikan kekuatan Demon King
Vince: Terus?
Creative: Bray menantangnya, menyebut Balor curang, dan bilang dia bisa ngalahin Balor tanpa kekuatan.
Vince: Menarik, terusin
Creative: Bray menyerang Balor sebelum pertandingan, menghajarnya sampe babak belur sehingga Balor dibopong ke backstage. Bray mengejek Balor pengecut. Balor angot, lari balik ke ring sementara Bray terkekeh layaknya heel sejati.
Vince: Ide bagus! Kemudian Bray kalah clean!!
Creative: Tapi Pak, kan inti ceritanya…..
Vince: Ya ya aku suka! Kalah tepat di tengah.

 

 

Ini bukan sesepele ekspektasi melawan kenyataan. Aku kesel bukan karena yang aku inginkan enggak kejadian. It’s just that mereka melewatkan begitu banyak kesempatan dalam pertandingan Reigns melawan Cena. Matchnya dibooking dengan cara paling biasa yang bisa dipikirkan oleh tim penulis. Mereka sebenarnya bisa melakukan banyak. Dari cara feud ini terbuild up, dari segmen-segmen promo yang dilakukan di Raw setiap minggu, ada banyak layer yang mestinya bisa diconvey ke dalam narasi pertandingan. But instead, Roman Reigns melawan John Cena hanya berlangsung dengan formula standar “banyak-banyakan kick out dari finisher”. Empat AA (di antaranya ada Super AA), couple of Spears dan Superman Punch tidak benar-benar menceritakan banyak selain adu kekuatan. Which is sangat menyederhanakan muasal feud mereka. Jikapun ada layer, maka WWE berusaha menanamkan ke kita bahwa ini adalah pertandingan terakhir Cena, mereka membuatnya paralel dengan match Reigns melawan Undertaker di Wrestlemania, yang mana kali ini enggak terasa meyakinkan karena masalah Cena pensiun kentara terlalu cepat untuk diperbincangkan sekarang.

Elemen yang paling nyata absen dari pertandingan mereka ini adalah aspek mempermalukan lawan. Padahal di promo mereka building up to this match, aspek humiliating ini kuat sekali. Cena ngatain Reigns wannabe, Reigns ngatain Cena The Rock wannabe. Simpelnya sih, alur saling menggunakan finisher lawan dapat digunakan untuk memfatilitasi aspek ini. Kita sudah melihat saling curi finisher di masa lalu dapat dengan mudah mengangkat pertandingan menjadi semakin seru. I think Reigns melawan Cena butuh aspek ini. Meskipun Reigns bilang dia bukan John Cena nomor dua, tetapi apabila kita melihat dia begitu desperate sampai-sampai harus menggunakan, katakanlah AA, akan membuat konflik yang lebih gede untuk karakternya.

Main event Lesnar melawan Strowman juga berjalan dengan formula yang persis sama dengan match Cena lawan Reigns. Lesnar kick out banyak finisher dari Strowman, dan berbalik memenangkan pertandingan dengan satu F5 pamungkas. Ini udah kayak kebalikan total dari gimana feud mereka dibangun. Aku paham mereka ingin melindungi finisher, tapi matchnya begitu antiklimatik seolah dari Braun looked strong ke dia kalah begitu saja seperti ada bagian yang keskip. In the end, match mereka ini yang terasa paling mengecewakan.

 

Toh ketika ada beneran yang di luar ekspektasi, hal tersebut menjadi high note yang masih bisa disyukuri dari keseluruhan acara. Celana baru Finn Balor bukan satu-satunya yang jadi highlight. Kejuaraan Wanita Raw mempersembahkan usaha-usaha yang luar biasa dari kelima pesertanya. Semuanya, terutama Nia Jax, terlihat kuat. Walaupun personally aku dukung Alexa Bliss nyaaaww, namun aku gak punya masalah sama siapapun yang menang di sini. My only problem adalah kalo mereka membuat Emma jadi korban pin. Dan hal tersebut sama sekali enggak kejadian. Matchnya begitu penuh energi sehingga semua prasangka buruk sirna, dan kita menikmati jalannya pertandingan.

Bukannya ingin kelihatan seperti penonton barbar yang haus darah, namun darah memang terbukti sebagai salah satu device yang penting dalam match-match WWE. Ketika kita melihat seseorang berdarah, apalagi yang enggak sengaja berdarah kayak Cesaro di acara ini, maka kita akan diingatkan bahwa pertandingan WWE adalah koreografi yang punya stake yang serius. Kita terbantu untuk mengingat bahwa superstar yang sedang kita tonton adalah tokoh-tokoh yang punya sesuatu yang mereka pertaruhkan, lebih daripada sabuk emas. Darah membantu kita untuk lebih menghargai superstar. Ada alasannya kenapa superstar-superstar jaman dulu lebih convincing dan punya aura ‘galak’ beneran. Kita sudah melihat Stone Cold Steve Austin bertopeng darah, Triple H mandi paku payung, The Rock dicurangii dengan brutal, Mick Foley jatuh dari kandang – dipukul pake kursi sampe muncrat, Eddie Guerrero’s over bladejob, even John Cena had earned our respect through a bloody match. Braun Strowman selamat dari ambulans maut dan emerging sebagai pahlawan di mata kita semua.

no mercy: no tooth, no cry

 

So yeah, blood helps, WWE shouldn’t shy away from it, dan darah (di luar eskpekasi) jualah yang membuat match yang hebat antara Cesaro dan Sheamus melawan Dean Ambrose dan Seth Rollins menjadi super hebat. Kita hanya bisa membayangkan apa yang bisa dilakukan empat superstar ini jika mereka benar-benar dibebaskan main sehardcore mungkin. Karena dengan limitation begini aja, mereka selalu berhasil menyuguhkan sesuatu yang seru dan menegangkan. Match mereka berhasil ngeupstage pertemuan mereka di Summerslam bulan lalu, aku pikir aku bisa menonton mereka sampai beberapa kali lagi.

Jason Jordan dan Enzo Amore adalah personifikasi yang tepat untuk kalimat “dari simpati menjadi apati”. Storyline anak Kurt Angle dengan cepat berbalik menjadi target cacian fans, meski Jordan bermain dengan gemilang di atas ring. Matchnya dengan Miz berjalan menarik, pas banget ditaroh sebagai pembuka, akan tetapi tidak mendapat reaksi seperti yang diharapkan oleh WWE. Kasus Enzo Amore lain lagi; dengan mic skill dan penjualan merchandise yang tinggi, Enzo ketiban push gede, tetapi semua orang membencinya di atas ring. WWE tampaknya ingin membuat Enzo seperti Eddie Guerrero, menarik simpati dengan curang-untuk-menang, clearly that doesn’t work. Kemenangan Enzo membuat anggota divisi Cruiserweight lain yang sebelumnya pernah bertarung epic dengan Neville menjadi termentahkan, seolah mereka adalah afterthought. Melihat dari konklusi after match mereka, bisa jadi WWE ingin mengcapitalized reaksi penonton dan mengubah Enzo dan Jordan menjadi heel.

Sekarang kita tahu kenapa Austin Aries minta keluar.

 

 

Aku tidak bercanda soal simpati jadi apati, karena memang ada salah satu peserta nonton bareng yang bilang udah jadi gakpeduli lagi sama WWE begitu No Mercy berakhir. Ada banyak momen bagus, seperti Roman Reigns yang possibily menoreh prestasi memberhentikan Undertaker dan John Cena dalam tahun yang sama, yang menjadi garing karena semakin ke akhir, pertandingan-pertandingan dalam acara ini kehilangan intensitasnya. They practically cutting Neville’s leg to push Enzo. Braun lawan Lesnar enggak sesuai hype banget.  Sukur masih ada yang memuaskan seperti kejuaraan cewek dan intercontinental. The Palace of Wisdom menobatkan Tag Team Championship sebagai MATCH OF THE NIGHT.

 

 

Full Result:

  1. INTERCONTINENTAL CHAMPIONSHIP The Miz retains over Jason Jordan
  2. SINGLE Finn Balor mengalahkan Bray Wyatt
  3. RAW TAG TEAM CHAMPIONSHIPS Dean Ambrose dan Seth Rollins bertahan atas Sheamus dan Cesaro
  4. RAW WOMEN’S CHAMPIONSHIP FATAL FIVE WAY Alexa Bliss ngepin Bayley sekaligus bikin Nia Jax, Sasha Banks, dan Emma kecele
  5. SINGLE Roman Reigns ngalahin John Cena
  6. CRUISERWEIGHT CHAMPIONSHIP Enzo Amore jadi juara baru ngalahin Neville
  7. UNIVERSAL CHAMPIONSHIP Brock Lesnar menang atas Braun Strowman

 

 

That’s all we have for now.

Remember, in life there are winners.
And there are losers.

 

 

 

 

We? We be the judge.

SummerSlam 2017 Review

 

Malam minggu malam yang panjang. Waktu kecil, aku mengira arti kalimat itu adalah literally malam minggu berdurasi lebih lama, as in matahari bakal lebih ngaret terbitnya. Makanya, ketika pagi dibangunin untuk ngaji subuh, aku sempat ngamuk-ngamuk “Loh katanya malamnya panjang! Mama papa pembohong, jangan cari Ari, Ari minggat ke bawah jembatan!!!” Buat penggemar WWE, malam-malam ketika pay-per-view gede ditayangkan adalah malam yang panjang. Not necessarily malam minggu, practically minggu malam, dan di Indonesia, mungkin satu-satunya kelompok orang menunggu-nunggu hari Senin adalah penggemar pro-wrestling.

While kita bisa bercanda soal salah satu match pengisi malam itu adalah Jinder MAHAL melawan Shinsuke NakaMURAH, namun tanpa tawar menawar lagi, SummerSlam 2017 mungkin adalah perjalanan show wrestling terpanjang dan terberat yang pernah kita duduki. Enam jam, dengan hanya sepertiga dari itu kita benar-benar terbangun oleh keseruan.

 

Bagi yang ikutan nobar di Warung Darurat, senin itu bahkan bisa terasa lebih panjang lagi. Kami memulai screening dari jam dua siang; mantengin NXT Takeover Brooklyn III dulu untuk kemudian dilanjutkan dengan pre-show SummerSlam dan setelah whole pay-per-view selesai, waktu sudah menunjukkan setengah sebelas malam – dan acara masih berlanjut dengan game WWE Superstars’ Tweet Challenge yang berhadiah tiket nonton dan kaos. Itu totalnya sepuluh jam lebih, loh. Lelah, tapi aku bohong kalo bilang aku enggak excited. Most of that time, memang kita dalam keadaan ‘tidur segan, nonton gak peduli’. Kalo mau dibandingin, tidak ada satupun card di show utama yang bisa membuat kita melupakan keseruan pertandingan Aleister Black melawan Hideo Itami di Takeover. Tidak hingga jam terakhir. Ketika ada partai yang benar hit the high note, terutama ketika main event, SummerSlam seolah berhasil menunaikan tugasnya sebagai pesta terbesar di musim panas.

Salah satu alasan kenapa SummerSlam terasa on off adalah susunan match cardnya sendiri. Booknya penuh, tigabelas partai yang resmi dijadwalkan, dengan tiga untuk pre-show dan sepuluh lagi untuk acara utama. And it was feel like mereka enggak menempatkan match-match yang penting di tempat yang benar. Partai hura-hura seperti Big Cass lawan Big Show dengan Enzo dikurung di kandang lebih terasa seperti sisipin komedi yang enggak punya urusan menjelma menjadi match serius yang berlangsung sepuluh menitan. Sebaliknya, Rusev dan Orton berlangsung begitu cepat sampai-sampai kita ikhlas Rusev dibury Orton hanya supaya acara ini cepat berlanjut ke partai-partai yang lebih compelling.

Ambrose ama Rollins aja balikan. Kamu kapan?

 

Aku harus nyebutin Uso melawan New Day adalah pertandingan preshow terbaik yang pernah aku saksikan. Mereka menyuguhkan aksi yang fresh, but then again, mungkin saja mereka bisa bermain bagus kayak gini lantaran they were IN the pre-show, you know, mungkin saja mereka diberikan kebebasan lebih. Dan semua superstar yang terlibat dalam match itu berusaha untuk melakukan yang terbaik. Aku enggak mau gegabah muji berkat arahan yang baik dari WWE. Sebab setengah pengisi acara SummerSlam berjalan standar. Ambil Bray Wyatt untuk contoh. Pertandingannya melawan Balor di sini adalah pertandingan ppv terbaik Wyatt di 2017 and that’s not saying much. Akhirannya biasa banget, kayak partai-partai acara mingguan.. Malahan dari segi arahan, kita bisa mempertanyakan beberapa pertandingan lain, seperti:

Apa faedahnya buat Cena mengalahkan Corbin sementara sudah jadi rahasia umum Cena cepat atau lambat akan pindah ke Raw?

Kenapa di tahun 2017 ini kejuaraan United States malah jadi sampingan demi ngebuild up Shane McMahon buat storylinenya dengan Kevin Owens?

Ataupun apakah interference dari Singh Brothers adalah bagian dari moveset Jinder Mahal?

 

 

Menurutku lucu penonton ‘tertidur’ di empat jam awal. Penonton di Warung Darurat pada main hape, eh penonton di Brooklyn sampai ada yang main voli pantai di pertengahan match kejuaraan tag team Raw.  Actually it was a very disrespectful thing to do, makanya gak heran Cesaro marah beneran dan ngejar tuh bola. Setelah kejadian tersebut, show menjadi lebih mudah dinikmati. I was happy for Dean Ambrose yang menjadi anggota Shield pertama yang menyandang predikat juara Grand Slam dengan kemenangannya sebagai juara tag team malam itu. Matchnya seru, Rollins terlihat badass. Cesaro dan Sheamus pun terlihat legit. Mereka benar-benar terlihat have fun dengan referensi fusion Dragon Ball dan sebagainya.

And personally, aku nungguin banget partai pertemuan kedua The Goddess melawan The Boss. Yang membedakan matchnya dengan kejuaraan cewek dari brand Smakdown adalah ada intensitas yang menguar dari kedua superstar cewek. Banyak berita yang melaporkan ada legitimate beef antara Bliss dengan Banks di luar ring, dan hal tersebut tercermin dalam pertandingan mereka yang terlihat sedikit stiff. Perhatikan deh di menit-menit awal match ini berlangsung. Sayangnya, makin ke belakang alur terasa ngedrag. Banks menang dengan formula babyface yang biasa, dia kick out dari Twisted Bliss dan balik menang dengan finisher miliknya sendiri. Sedangkan ketertarikan kita nonton ini ketinggalan di belakang, sebab pace match mendadak rasa terburu-buru. Seolah mereka sadar jatah tampil mereka hampir habis sehingga harus menyelesaikan dengan cepat.

“You can fall of buildings but you can’t get up to make a count?” Bukti lain betapa greatnya Kevin Owens

 

Sekarang mari bicara soal dua juara dunia bertahan kita. Jinder Mahal dan Brock Lesnar.

Aku suka cara tradisional WWE mancing heat dari tanah kelahiran Jinder, aku masih berpikir Jinder bisa jadi heel yang hebat dari eksplorasi heritage India. Akan tetapi problem datang dari si Jinder sendiri. Tindakan Jinder actually belum cukup heel sebagai seorang antagonis. Selain menang curang (dengan cara yang gitu-gitu melulu, kalo boleh ditambahkan), Jinder belum pernah melakukan hal-hal jahat yang membuat kita membenci dirinya. Karakternya masih sebatas ‘buku manual’ banget. Secara skill pun, perkembangannya minimal. Match Jinder gitu-gitu aja. Bookingan Smackdown yang aneh turut membuat Jinder semakin lemah; dia kalah clean dari Orton di saat enggak ada bantuan dari minionsnya. Dalam pertandingannya melawan Nakamura di sini, Jinder terlihat sangat basic, I don’t know, dia terlihat seperti orang yang tampil menghapal alih-alih menguasai bahan yang dipresentasikan. I mean, seenggaknya gunakan taktik heel kayak nyolok mata atau apa. Gunakan cara curang yang lebih kreatif.

Sedangkan untuk Brock Lesnar; meski aku setuju dengan kritik yang ditujukan buatnya, you know, tentang gimana Lesnar ini udah kayak racun di WWE – costnya tinggi sementara kerjanya dikit, mau tak mau aku harus mengakui Lesnar punya satu kelebihan dibandingkan ‘part-timer’ yang lain. Lesnar masih mampu ngedeliver match yang seru TANPA membuat lawannya terlihat lemah. Kita belum pernah dengar kalimat “Brock Lesnar ngebury si ‘anu’”. Di saat-saat langka Lesnar bertanding, dia ngejual, dia take bumps and such, dan walaupun pada akhirnya dia menang, lawan-lawan yang pernah dikalahkan Lesnar tidak kehilangan kredibilitas mereka. Sementara kita yakin riwayat Baron Corbin sudah tamat dikalahkan bersih oleh Cena, kita masih percaya Braun, Joe, dan bahkan Reigns adalah tiga superstar monster paling badass yang dimiliki oleh Raw. Fatal 4 Way adalah perang sebagaimana yang kita harapkan. Keempat superstar legit banget terlihat mau saling menghancurkan. Braun ngelempar kursi ke Joe dan Reigns adalah spot favoritku, I didn’t see that coming! Dengan moveset yang terbatas, Lesnar mampu membuat Reigns terlihat sepantaran, Braun seperti monster beneran, dan Joe sebagai ancaman yang nyata.

 

 

 

Ada banyak sabuk yang berpindah tangan, hanya saja prosesnya terlihat sangat basic. Arahan yang enggak spesial membuat nyaris semua pertandingan terasa kurang usaha. Acara ini akan bisa hebat jika dipotong jadi dua jam, dengan hanya menyisakan pertandingan tag team dan fatal 4-way. SummerSlam adalah malam senin yang panjang yang membutuhkan banyak perjuangan untuk menahan bosan yang kuat dari kita, para penontonnya.
The Palace of Wisdom menobatkan Fatal 4-Way untuk Kejuaraan Universal sebagai MATCH OF THE NIGHT.

 

Full Results:
1. SINGLE John Cena mengalahkan Baron Corbin
2. SMACKDOWN WOMEN’S CHAMPIONSHIP Juara baru Natalya mengalahkan Naomi si tukang bikin epilepsi
3. SINGLE SHARK CAGE Big Cass mengalahkan Big Show dan bikin pingsan Enzo in the process
4. SINGLE Rusev dikal…RKO!!!
5. RAW WOMEN’S CHAMPIONSHIP Sasha Banks jadi juara baru setelah bikin Alexa Bliss tap out… kacian hiks
6. SINGLE Demon King Finn Balor ngalahin Bray Wyatt
7. RAW TAG TEAM CHAMPIONSHIP Dean Ambrose dan Seth Rollins ngerebut sabuk Cesaro dan Sheamus
8. UNITED STATES CHAMPIONSHIP Shane McMahon ngitung ampe tiga saat AJ Styles bertahan ngepin Kevin Owens
9. WWE CHAMPIONSHIP partai asia ini dimenangkan oleh Maharaja yang nyurangin Nakamura
10. UNIVERSAL CHAMPIONSHIP Brock Lesnar enggak jadi cabut lantaran berhasil defending atas Roman Reigns, Samoa Joe, dan Braun Strowman

 

 

 

That’s all we have for now.

Remember, in life there are winners.
And there are losers.

 

 

 

 

We? We be the judge.

Great Balls of Fire 2017 Review

 

Bukan maksud hati ingin ngeledek judul pay-per-view terbaru milik brand Raw ini, tapi; Ya, ukuran itu penting.

 

Apalagi kalo kamu ngejalanin bisnis hiburan yang jualannya adalah showcase manusia-manusia yang adu kekuataan. Sudah rahasia umum bahwa Vince McMahon, pemilik WWE, paling suka superstar yang badannya gede-gede. Hulk Hogan, John Cena, Roman Reigns, semuanya punya otot yang bisa menyembunyikan kepalaku. Sekarang aja di WWE ada tiga superstar yang masih aktif yang literally namanya ada kata ‘big’; Big Show, Big E, dan of course Big Cass. Jika kalian punya badan se-big Big Cass, maka jaminan terpercaya kalian akan mendapatkan kesempatan untuk naik ke puncak. Kita semua sudah bisa melihat tim Big Cass dan Enzo akan segera dipisah, dan build up cerita perpisahan mereka digarap dengan sangat menghibur. Split ini adalah kesempatan buat Cass untuk nunjukin dia punya talenta yang sama gedenya. Or even lebih gede dari Enzo, karena kalo kau bertubuh secuil kayak Enzo Amore, kau harus punya nyali segede gaban. You got to have great balls!!

Oke, sori, susah nahan diri untuk gak bikin pun dari ppv ini hihihi

 

Sejalan dengan nyali gede itu, kita melihat WWE kembali MENGINTEGRALKAN DARAH KE DALAM PENCERITAAN MATCH. I was totally surprised by that.  Great Balls of Fire merah oleh darah. Mereka juga ngeclose up wajah Braun Strowman yang penuh darah sehabis nyaris ‘dibunuh’ oleh Roman Reigns yang keki kalah dalam Ambulance Match. Pertandingan mereka sendiri sukses membuat kita teringat kenapa kita jatuh cinta kepada pro wrestling untuk pertama kalinya. Brutal, intens, dan kedua superstar terlihat beneran pengen bikin lawannya cedera parah. Reigns dan Strowman terlihat sudah betul-betul paham mengenai kemampuan lawan dan apa yang bisa mereka lakukan. Ending match mereka memang sedikit lucu, namun bisa dimengerti karena para booker mesti melindungi Roman Reigns, yang mana terlihat sangat badass oleh angle babyface yang enggak-peduli ama batasan itu. Aku setengah berharap Strowman keluar dari ambulan sambil ngamuk, but apa yang kita lihat di acara ini sudah cukup worked out.

Banyak percakapan yang timbul dari akhir pertandingan mereka, dan beberapa bersuara bahwa Reigns dan Strowman baru saja melakukan double turn; Reigns jadi jahat, sementara Strowman jadi baik. Aku enggak berpikir demikian. Strowman perlu dibuat kuat sekaligus manusiawi. Dan I don’t think Reigns akan pernah dijadiin heel, seperti halnya John Cena dan Hulk Hogan (semasa di WWF). Vince sudah mendapatkan apa yang ia mau dari mega bintangnya itu; reaksi yang heboh. Karakter Roman Reigns seperti udah dikunci oleh si bos sebagai babyface yang enggak sebland musik barunya si Cass. Reigns adalah face yang respect sama yang ngefans ama dia dan sebodo amat ama ‘haters’nya. Dia adalah babyface yang enggak masalah nunjukin nyalinya, dia bangga mengalahkan dan ngambil sesuatu dari Undertaker, mirip-mirip gabungan antara karakternya Stone Cold dengan Hulk Hoganlah.

“I did it for Rikishi”

 

Satu lagi yang keluar dari locker terlihat seperti monster adalah Samoa Joe. Pertandingan main event acara ini cukup langka, karena jarang sekali kita punya dua kompetitor yang genuinely beringas, dan diikuti dengan build up feud yang meyakinkan dan entertaining. Particularly, Joe terlihat benar-benar mampu mengalahkan Lesnar. Alasan yang terpikirkan olehku kenapa superstar ini enggak memenangkan sabuk adalah lantaran WWE pengen Brock Lesnar mempertahankan gelar Universal Championnya paling enggak satu kali. Meski Joe kalah hanya dengan satu kali F5, namun kenyataan bahwa dia langsung bangun dan menatap Lesnar dengan garang tepat di mata sudah berhasil ngedeliver Joe bisa jadi the Beast era baru. Match mereka seru, hanya saja terlalu singkat. Yeah, kalian tahulah, kecewa orang yang enggak puas.

Ketika kita menulis pertandingan untuk WWE, bukan saja kita mikirin siapa yang menang dan kalah, kita juga harus mempertimbangkan apa dampaknya terhadap karakter. Bagaimana yang kalah harus kalah. Makanya kebanyakan pertandingan WWE berakhir gimmicky. Reigns terlihat bego terbang ke dalam ambulans, dan Alexa Bliss terlihat lemah dengan menang via sengaja count out. Curang! It was needed for her character dan untuk propel cerita lebih jauh lagi. Bliss is goddess dan Banks is boss; they live up to their names as kedua cewek ini mempertunjukkan intensitas luar biasa dalam pertandingan mereka. Sudah lama kita enggak melihat duel cewek satu-lawan-satu segreget ini, mungkin terhitung sejak Summerslam tahun lalu. Taktik ‘lengan patah’ Bliss terlihat mengerikan, namun tidak semengerikan gimana cara Banks ngesell bumps. Lehernya itu loh, kena di sana melulu. It was horrifying to look at. Aku senang Bliss kembali dipersilakan menggunakan beberapa jurus dan kebolehannya yang sudah lama enggak kita liat. Seriously, aku udah bela-belain bikin menu es krim di Cafeku (Warung Darurat; dateng dong nobar sekali-kali) pake nama Twisted Bliss, eh move ini malah semakin jarang dipake oleh Alexa.

haruskah aku pindah dari The Palace of Wisdom ke The Temple of Bliss?

 

Dan kalo kita nulis pertandingan WWE, maka Ironman adalah jenis pertandingan yang tricky untuk ditulis. Karena biasanya, penonton akan mengharapkan kejadian seru hanya akan datang di menit-menit terakhir. Dalam pertandingan antara Hardy Boyz melawan juara bertahan Cesaro dan Sheamus – first ever Ironman Tag Team by the way – WWE mencoba untu membuat kita terinvest sedari awal oleh cepatnya Brogue Kick Sheamus mecahin telur skor. Tapi masih belum cukup, lantaran WWE masih terpatok kepada formula ‘yang face harus ngejar skor’. Aku benar-benar menunggu hari di mana WWE pull all the stops dan nekat bikin pemenang Ironman unggul jauh dibanding lawannya, bukan sekedar unggul satu poin seperti biasanya. But hey, why fix something when it’s not broken, right? Menjelang akhir, pertandingan tag team ini seketika menjadi seru. Kejar-kejaran skor dan waktunya sukses bikin yang nonton bareng di Warung Darurat nyuekin kursi mereka. Komentator pun terdengar berapi-api, menjadikan pertandingan ini semakin heboh.

Hal terbaik yang bisa terjadi kepada jobber saat ini mungkin adalah main film kelas B dan menjadi anak buah the Miz. Seriusly, WWE bisa menjadi sangat kejam bagi para jobber. Liat aja  Hawkins dan Slater yang mendapat match di acara ini, akan tetapi kamera malah menyorot backstage demi melanjutin storyline Strowman yang terperangkap di dalam reruntuhan ambulans. Segar melihat wajah yang jarang nongol kayak Bo Dallas dan Curtis Axel, if done correctly Miz dan Miztourage bisa jadi pasukan heel yang menarik. Namun begitu, pertandingan Miz dan Ambrose terasa hambar. Karena, I don’t know, kita sudah melihat mereka bertemu entah untuk keberapa kali!! Kedua superstar ini desperately butuh lawan yang sama sekali baru. Tidak ada api, tidak ada intensitas. Sama halnya dengan Wyatt melawan Rollins yang terasa enggak perlu. Kedua superstar ini udah sama-sama mentok, feud mereka enggak jelas, mereka butuh arahan baru. But paling enggak, aku senang Wyatt keluar sebagai pemenang.

 

It’s one of the better pay-per-view. Malahan, Great Balls of Fire adalah ppv dari brand merah yang paling asik untuk ditonton. Iya sih, mungkin itu karena di acara ini banyak darahnya. Yang menandakan bahwa aksi dalam acara ini seru parah. Tentu saja, sama seperti saat kita menonton balap Nascar, we stay tune in karena kita ingin melihat letupan bola api yang besar.

The Palace of Wisdom menobatkan 30-Minute Ironman Tag Team antara Sheamus dan Cesaro dan the Hardy Boyz sebagai MATCH OF THE NIGHT

 

Full Results:
1. SINGLE Bray Wyatt mengalahkan Seth Rollins
2. SINGLE Big Cass ngesquash Enzo Amore
3. WWE RAW TAG TEAM CHAMPIONSHIP 30-MINUTE IRONMAN Sheamus dan Cesaro mempertahankan gelar atas The Hardy Boyz
4. WWE RAW WOMEN’S CHAMPIONSHIP Sasha Banks menang tapi Alexa Bliss nyaww tetap juara                                                                                                                          5. WWE INTERCONTINENTAL CHAMPIOSNHIP The Miz menang atas Dean Ambrose
6. AMBULANCE Braun Strowman masukin Roman Reigns ke ambulans
7. SINGLE Heath Slater beat Curt Hawkins but nobody care
8. UNIVERSAL CHAMPIONSHIP Brock Lesnar sukses retain over Samoa Joe

 

 

 

That’s all we have for now.

Remember, in life there are winners.
And there are losers.

 

 

 

We? We be the judge.

Extreme Rules 2017 Review

 

Bayangkan suatu malam seluruh keluarga pada pergi dan kamu tinggal sendirian di rumah. Kamu bisa nyalain tv-dengerin musik keras-keras tanpa ada yang larang, bisa minum segala persediaan sirop di kulkas langsung dari botolnya tanpa ada yang negor, bisa duduk naikin kaki ke sofa tanpa ada yang nyambit kepalamu pake sapu, heck, kamu bisa pake tuh sapu main Harry Potteran sampai ke atas genteng sesuka hati! Extreme Rules seharusnya seperti itu. Satu malam di mana semua peraturan baku dinihilkan dan all the games resort ke rules-rules ‘sadis’ yang basically ‘enggak-ada peraturan’.

Apa yang bisa dibawa pulang oleh teman-teman yang ikutan nobar di Café es krim Warung Darurat, Bandung (“Eskrim Rules!!”) adalah KE-UNPREDICTABLE-AN PENULISAN WWE YANG LUAR BIASA EKSTRIM. Di akhir main event, serta merta suasana Warung senyap, penuh oleh dering excitement as wasit mengangkat tangan lemas Finn Balor yang pingsan di dalam dekapan Samoa Joe yang mematikan. Tidak ada yang menyangka Joe memenangkan partai utama Fatal 5 Way. Kalolah dibikin taruhan, pastilah Bandar menang gede for no one bets on him. Tidak ada yang menyangka Joe jadi superstar yang bakal berhadapan dengan Brock Lesnar. To be fair, aku menyangka pemenangnya sudah dikunci ke Seth Rollins; Reigns masih ada urusan sama Strowman, Finn kayaknya bakal dibangkitkan demonnya oleh Wyatt di feud selanjutnya, dan Joe – bookingannya enggak terlalu kuat sebelum ini. Dan yea, WWE put on twist, dan akhirnya salah satu pertandingan impian kita akan jadi kenyataan!

Roman Reigns gak diajaaaaak hhihi

 

Pertandingan tersebut awalnya berjalan lambat, kita melihat formula fatal (masukkan angka) way yang biasa dilakukan oleh WWE; ring menjadi fokus aksi, dengan superstar mengambil spot di tengahnya silih berganti. Setiap superstar diberi kesempatan untuk menyuguhkan aksi crowd pleaser, yang efektif bikin kita semakin tertarik. Bray Wyatt dan Samoa Joe actually yang pertama melakukan tindak ekstrim dengan memanfaatkan steps dan kursi menjadi senjata. Nyaris setengah durasi match kita melihat dua behemoth ini bekerja sama, yang mana cukup aneh buatku lantaran angle ini pernah mereka lakukan di Raw dan berakhir dengan pengkhianatan; so why’d they agree to do it again? Reigns menjebol barikade ring dengan Spear dan Rollins gak mau kalah ngancurin meja dengan Frog Splash menjadi cue untuk aksi agar segera tambah intens. Pace semakin cepet. Mereka ngebuild Reigns sebagai kandidat terkuat, everyone comes short before him, only to make Finn Balor even more exciting. Semua pada bersorak ketika Balor berhasil mengungguli Reigns, dan ketika Samoa Joe datang merenggut kemenangan gitu aja dari Balor, efeknya sungguh luar biasa. Seolah penonton ikut tercekat bersama Balor.

Satu rule yang nyata dibengkokkan oleh WWE malam itu adalah peraturan tak-tertulis yang berbunyi “Superstar niscaya selalu kalah apabila bertanding di kampung halamannya.” Tapi tentu saja, kemenangan Rich Swann yang dipasangkan dengan Sasha Banks bisa jadi hanyalah karena Vince McMahon enggak kenal siapa dirinya dan have no clue Swann berasal dari Baltimore hhihi

Sa Sha Land

 

Extreme Rules 2017 adalah benar sebuah acara yang tidak punya peraturan. Tidak lagi extreme rules berarti partai-partainya punya stipulasi yang ekstrim. If anything, rules dalam acara ini hanya sebatas mediocre rules. It has become a complex conundrum; enggak ekstrim, namun di situ jualah luar biasanya acara ini membuktikan dia enggak punya peraturan.

 

Dari semua stipulasi seru yang bisa dipikirkan dalam himpunan tajuk acara yang ekstrim, adalah super gaje dan paling enggak penting pertandingan kejuaraan Intercontinental dilangsungkan dengan peraturan ‘jika kena DQ, Ambrose akan kehilangan gelarnya’ I mean, come on! Di atas kertas mungkin stipulasi tersebut memang terlihat seperti pemantik drama yang oke, namun eksekusinya bisa menjadi sangat bego. Kita literally melihat Maryse dengan sengaja menampar Miz supaya Ambrose kena DQ, tapi toh rencana ini gagal. Malahan dari sana sepertinya malah stipulasi ini lebih nunjukin perkembangan karakter wasit ketimbang kedua superstar. Dari yang tadinya terlihat kompeten dan pintar banget, wasit pertandingan ini terlihat semakin mengguoblog, semakin clear dia adalah device supaya drama dan cerita bisa lebih nyampe. Result pertandingan ini keren sih, Miz menang clean adalah twist yang enggak semua kita duga.

Submission adalah tipe match yang cukup berbahaya dan punya potensi gede untuk dengan gampang menjadi pertandingan yang seru nan dramatis. Kejuaraan Cruiserweight yang sekali lagi mempertemukan Neville dan Austin Aries berhasil memenuhi kriteria seru nan dramatis tersebut. Red Arrow yang menyasar punggung dan dilanjutkan dengan Ring of Saturn bener-bener kombo yang mematikan. Juga indah dilihat. Tanding mereka solid, but somehow it feels lackluster seperti kejadian-kejadian ‘ekstrim’ lainnya dalam acara ini. Kita bisa menyalahkan penonton yang sepi, yang mungkin saja bosan melihat pertemuan mereka. Personally, aku bisa menonton dua superstar keren ini bertempur kapan saja; they have so much to offer, Neville pun semakin dominan, aku suka dia sebagai juara yang heel. The culprit, to me, adalah keputusan para penulis untuk membuat pertandingan ini layaknya pertandingan normal. Aku gak abis pikir kenapa di Submission Match yang ekstrim, wasit perlu menghitung waktu count-out dan kenapa wasit kudu memisahkan dua petarung saat terjadi rope break. Sepertinya mereka membuat bookingan yang enggak sesuai dengan environment pertandingannya.

Aku juga enggak demen sama keputusan para writer buat meniadakan pinfall di partai kandang Kejuaraan Tag Team. Sure, it would increase the drama value, kita bisa lihat mereka benar-benar mengeksplorasi elemen keluar bareng (ew, that doesn’t sound right..) sehingga matchnya sebenarnya bagus dan membuat kita invest banyak. Jeff Hardy pun sukses deliver spot gede. Tapi, sekali lagi, terasa bego. Aku lebih suka melihat kedua tim – Matt, Jeff, Sheamus, Cesaro actually udah kaliber upper card – saling menghabisi alihalih lomba siapa cepat manjat. Stipulasi kedua anggota tim harus berhasil keluar kandang untuk menang menciptakan banyak awkward reasoning, seperti; kalo memang harus keluar dua-duanya, kenapa manjatnya mesti di dua sisi kandang yang berbeda – perkuat defend atau apa kek. Dan lagi, kenapa mesti manjat kalo bisa keluar dari pintu. Admiteddly, ini adalah partai yang kami tonton bareng dengan paling ribut, while the most of our screaming are due to Matt Hardy’s stupid choices. Kalo gak salah adegan Matt ditinggal oleh Jeff di dalam kandang ini sudah pernah mereka lakukan sekitar 2000-2001an, aku enggak begitu ingat, namun sepertinya memang sudah ditetapkan di dunia WWE bahwa keluar lewat pintu lebih lambat daripada keluar dengan manjat dinding kandang.

As much as I love Aleksya Bliss retains (nyaaaaaawwwww), mereka harusnya ngebook Kejuaraan Cewek ini dengan lebih baik. Because this is the worst match of the night. Aku ngerti cerita yang ingin disampaikan, apa peran kendo stick, dan sebagainya. Tapi serius deh, resolusi cerita pertandingan ini jauh banget dari logika. Mereka harusnya bikin Bayley bisa buktiin bahwa antagonis Alexa salah. Tapi yang kita dapat adalah Bayley terlihat seperti tokoh paling lugu dan bego sedunia. She seriously dibikin enggak bisa mukul Alexa pakai tongkat kendo itu. Tidak ada development di karakter Bayley, match mereka jadi kayak squash match. Dan fakta WWE punya nyali mengaitkan kedua superstar dengan legenda berkendo stick dari ECW; Tommy Dreamer dan Sandman, sekaligus juga mengaitkan Bayley sama Wonder Woman yang lagi ngehits, tanpa difollow up dengan pertandingan yang seru dan menarik, terang saja membuat si babyface ini diboo abis-abisan sama penonton, bahkan sebelum matchnya dimulai.

“It’s just the Bliss under your bed. In your closet, in your head~”

 

 

Extreme Rules sudah menjadi ppv WWE sejak 2009 dan inilah kali pertama tidak ada Kejuaraan WWE dalam sejarah Extreme Rules. Most of the action dalam acara kali ini keren sih. Selain Kejuaraan Cewek, match-matchnya bagus dan lumayan solid, namun dalam penulisan yang konyol. Secara aksi ekstrim, it is a pretty lackluster. Indeed acara ini adalah DRAMA OVER ALL OTHER ELEMENTS. Dan satu hal lagi yang pelru digarisbawahi adalah lagu yang dibawakan oleh Elias Samson masih jauh lebih baik ketimbang lagu yang dipilih jadi theme song acara ini.
Cruiserweight dan Fatal 5 Way adalah favoritku untuk acara ini, tapi yah setelah menimbang, membanting, dan mengepin, The Palace of Wisdom memutuskan Samoa Joe vs. Roman Reigns vs. Seth Rollins vs. Finn Balor vs. Bray Wyatt sebagai MATCH OF THE NIGHT.

 

 

 

Full Results:
1. WWE INTERCONTINENTAL CHAMPIONSHIP (Title Change Hands on DQ) The Miz jadi juara baru mengalahkan Dean Ambrose.
2. MIXED TAG TEAM Rich Swann dan Sasha Banks beat Noam Dar dan Alicia Fox.
3. RAW WOMEN’S CHAMPIONSHIP (Kendo Stick on a Pole) Alexa Bliss retains over Bayley.
4. RAW TAG TEAM CHAMPIONSHIP (Steel Cage) Sheamus dan Cesaro merebut sabuk The Hardy Boyz.
5. WWE CRUISERWEIGHT CHAMPIONSHIP (Submission) Juara bertahan Neville menang atas Austin Aries.
6. FATAL 5 WAY (for Number 1 Contendership) Samoa Joe bikin Finn Balor tap out, sekaligus mengalahkan Roman Reigns, Seth Rollins, Bray Wyatt.

 

 

 

 

 

That’s all we have for now.

Remember, in life there are winners.
And there are losers.

 

 

 

 

 

We? We be the judge.

Backlash 2017 Review

 

Gulat rasa internasional.

 

Paling enggak, itulah yang dirasakan oleh penggemar asli Amerika sono, as wajah-wajah superstar yang mewakili negara lain mulai mendapat spotlight di ppv dari brand Biru. Kalo buat kita-kita sih, setiap episode WWE adalah cita rasa internasional hehehe.. Dolph Ziggler mengritisi dengan keras perlakuan spesial yang didapat oleh superstar paling hits asal Jepang, Shinsuke Nakamura; hype, menurut Ziggler, tidak semestinya mengalahkan popularitas kerja keras. Kevin Owens, a Canadian superstar known for his brute tactic of strength and honesty, mengklaim diri sebagai wajah baru Amerika. Dan Jinder Mahal berniat membawa sabuk kejuaraan ke tengah-tengah kaumnya di India. Acara ini adalah soal MOTIVASI DAN MENDOBRAK PINTU OPPORTUNITY. Tentu saja, hal tersebut menguatkan image Smackdown yang selalu dengan bangga memproklamirkan diri sebagai ranah yang membuka pintu kesempatan selebar-lebarnya.

Kita melihat banyak feud baru, beberapa di antaranya super duper fresh. Aku actually excited menunggu acara ini, karena kupikir WWE bakal bego banget kalo mengesksekusi acara ini enggak semenyenangkan tampaknya di atas kertas. Dan memang, menonton Backlash menghadirkan sensasi menyenangkan. Tapi menyenangkannya kayak kalo kamu main water sliding yang tinggi banget woohooo!! dan ketika sampai ternyata kolamnya dangkal; Senang tapi rasanya kecewa dan kayak orang bego.

Ni berdua pasti berantemnya jambak-jambakan jenggot kalo lagi di rumah (of horrors)

 

Puncak ‘menarik’ malam di Chicago itu adalah ketika musik Nakamura berkumandang di pembuka, dan menit-menit kemenangan Jinder Mahal di partai utama. Dan di tengah-tengah acara ini diisi oleh pertandingan dan kejadian yang menarik tapi gak rugi-rugi amat kalo enggak ditonton. Lucu gak sih, bisa menghadirkan sesuatu yang baru namun kesannya enggak penting. Istilahnya, ya, MAKRUH. It’s just no sense of urgency dalam penceritaan sebagian match. Maupun pada aksi-aksinya, jika boleh ngomen yang rada pedesan dikit. Pertandingan Erick Rowan melawan Luke Harper dapat dijadikan perwakilan yang bagus buat menggambarkan sebagian besar pertandingan lain dalam acara ini. Rowan dan Harper, keduanya, adalah performer yang mampu bermain intens, namun tidak ada yang mereka sampaikan dalam pertemuan mereka kali ini. Mereka mestinya sama-sama di tahap saling menyerang dengan beringas; Harper angot karena pernah dikalahkan, dan Rowan ngamuk lantaran pengkhianatan, sayang tidak tercermin sama sekali. Kalo pengen singkat, bikin mereka adu powerbomb aja, mestinya bisa lebih seru dibanding exchanging offense tanpa ada api di baliknya.
Pertandingan yang lain juga eksekusinya fail kayak gitu.

Pada Ziggler lawan Nakamura, tampaknya penulis lupa tujuan seteru ini diadakan. This was supposed to showcasing the unique skill and ability of King of Strong Style. Nyatanya alur match seperti berfokus kepada Ziggler. Ketika Nakamura debut di NXT melawan Sami Zayn, dia ditampilkan begitu dominan dan luar biasa keren. Di Backlash ini, aku gak ngeliat definisi Strong Style dari penampilan Nakamura. Dia seperti memainkan formula superstar face-baru WWE yang biasa; dihajar di awal, untuk kemudian bangkit dengan ledakan. Dan bahkan ‘ledakan’ Nakamura di sini enggak cukup berkobar. Mungkin karena dia bukan melawan superstar selevel Owens atau Styles (no offense buat Ziggler, still an amazing seller, tapi levelnya memang susah bisa naik lagi). Atau mungkin karena bukan Corey Graves yang teriak “Kinshasa!!!!”. Yang jelas pertandingan formulaik mereka yang solid ini enggak sesuai dengan perkataan “salah satu debut terhebat yang pernah aku lihat” dari JBL.

Kepanjangan JBL bisa aja berubah menjadi Jadi Bikin Lawak, karena banyak komentar maupun interaksinya dengan para superstar – sengaja maupun enggak – yang bikin acara ini jadi tambah kocak. Aku ngakak ketika Randy Orton lebih respek ke topi koboi JBL ketimbang kepada duo The Singh Brothers. Dan aku suka gimana JBL berusaha ngesell para superstar heel dengan cara yang hanya dia yang bisa. Maharaja terdengar powerful diucapkan olehnya. Gestur-gestur kecil nan subtil membuat Backlash menjadi menghibur. Pada awalnya aku gak ngeh kalo Tyler Breeze nampil sambil marodiin Kenny Omega (Breeze jadi pake wig dan datang ke ring dengan dandanan janitor atau tukang bersih-bersih alias ‘The Cleaner’), dan begitu nyadar, aku pun ngakak sejadi-jadinya. It’s about time komedi Breezango konek dengan penonton. Kejuaraan Tag Team jadi partai yang paling menghibur, baik juga WWE mau ngeutilize peran komedik, meski aku lebih suka kalo Breezango dibikin sebagai contender yang fun di luar ring, namun actually berskill mumpuni begitu bel berbunyi. Tapinya lagi, yaaah paling enggak pertandingan mereka enggak sesepele tag team cewek yang serabutan dan outcomenya gak klop sama build up dan semua hal yang terjadi di divisi tersebut belakangan ini.

ekspresi ‘bukan-salahku-badannya-ternyata-ringan-banget’

 

Jika disuruh milih mana pertandingan terbaik malam itu, maka kandidatnya adalah kejuaraan United States Owens melawan AJ Styles dan partai tunggal antara Zayn melawan Baron Corbin. These two matches have intensity, diisi dengan penceritaan dan pengarakteran yang tepat, dan tentu saja jurus-jurus oke yang asik untuk diliat. Hasil dari the latter match lumayan surprising buatku karena kupikir mereka sedang ngepush Corbin, dia ditulis kuat recently. Namun hasil bukanlah masalahku buat partai ini, Sami Zayn is a great baby face dan elemen underdog selalu sukses jadi plot yang menarik. My issue adalah match ini terasa terlalu panjang. Back-and-forthnya bisa ditrim sedikit, atau might even better kalo ‘kelas’ partai ini dinaikkan sedikit; buat ini jadi top-3 alihalih Kejuraaan Amerika.

Melihat Owens dan Styles bertukar serangan adalah penangkal kantuk yang ampuh luar biasa. Fokus alur match ini rada gajelas di menit-menit awal. Ketika Owens menarget kaki Styles barulah jelas arahnya. And it is also clear bahwa pertemuan mereka di Backlash ini ‘hanya’ pemanasan dari pertemuan-pertemuan mereka yang akan datang. This might caused the match to loss some urgency tapi wow aksi dan serunya partai ini seng ada lawan. Aku gak ada masalah sama hasil count out; writer perlu ngeprotek kedua superstar, dan cara count outnya sendiri actually lumayan kreatif. Dan sekali lagi salut buat Styles yang sanggup take bump secara professional.

Jika ada pelajaran yang bisa diambil dari Backlassh, maka itu adalah; Tempat di mana kau mengawali langkah bukanlah tempat di mana kau berhenti.

 

You know, Breezango bisa menjadi the next 3MB, I hope so. Sejak 3MB dibubarkan, ketika anggotanya sukses nujukin peningkatan dalam berbagai aspek penampilan dan karakterisasi mereka. Slater makin bersinar di tag team. Drew McIntyre masuk jalur indie dan menyemen karir solonya sehingga dipanggil kembali untuk mendapat big push di NXT. Dan Jinder Mahal, oh man, tolong renungkan ini sejenak saat kalian mau memejamkan mata malam nanti; Juara WWE kita, pemegang sabuk tertinggi kita, adalah Jinder Mahal. JINDER. MAHAL. Aku malah gak tau nama finishernya apaan sampai aku nulis ulasan ini. Kita boleh ngeledek he’s on steroid, atau dia cuma untuk keperluan marketing ke India, atau malah title reignnya hanya akan se’hebat’ reign Jack Swagger atau Del Rio. Melihat Jinder mengangkat sabuk, all buffed up, dan penonton ngeboo – memberikan actual heat, membuatku sadar bahwa itu adalah hasil dari kerja keras. Mahal reinvent himself. Katakanlah, dia bertransformasi. Dan yaa, memang dari pertandingan tersebut terlihat masih Orton yang ‘membawa’nya, but biarkan waktu yang menceritakan, beri Mahal kesempatan untuk berkembang lagi. Karena sebagai juara, Mahal dapat membawa kebaruan yang sangat dibutuhkan oleh WWE.

Maha-Raja Iblis Piccolo

 

 

 

 

Refreshing dan fun it might seemed, dengan banyak pasangan wajah baru yang saling berhadapan, akan tetapi eksekusinya malah membuat acara menjadi biasa aja. Banyak pertandingan yang keluar dari fungsi sebagaimana mestinya, dengan hanya menyisakan dua kandidat untuk match terbaik. Dan verdict kami sudah mantep:
The Palace of Wisdom menobatkan Kevin Owens melawan AJ Styles sebagai MATCH OF THE NIGHT.
Full Results:
1. SINGLE Shinsuke Nakamura defeated Dolph Ziggler.
2. WWE SMACKDOWN TAG TEAM CHAMPIONSHIP The Usos bertahan atas Breezango.
3. SINGLE Sami Zayn mengalahkan Baron Corbin.
4. SIX WOMEN TAG TEAM Tim Natalya, Carmella, dan Tamina mengungguli Tim Becky Lynch, Charlotte, dan Naomi
5. WWE UNITED STATES CHAMPIONSHIP Kevin Owens retains over AJ Styles via count out
6. SINGLE Luke Harper mengalahkan Erick Rowan
7. WWE CHAMPIONSHIP Jinder Mahal merebut sabuk Randy Orton.

 

 

 

 
That’s all we have for now.

Remember, in life there are winners.
And there are losers.

 

 

 
We? We be the judge.

Payback 2017 Review

 

Ketika dalam satu malam kita mendapat pertunjukan yang di dalamnya termasuk perpindahan sabuk juara, perubahan karakter dari baik menjadi jahat, main event brutal, dan pengalaman sinematik yang membuat kita seolah sedang menonton film horor dan lupa sejenak sedang menyaksikan gulat, semestinya kita akan merasa puas, dan hey, itulah yang kita inginkan. Perubahan, keseruan. Sesuatu yang tidak bisa diprediksi.

Namun, Payback bukanlah Wrestlemania. Payback adalah acara yang statusnya cukup complicated kayak mie goreng yang abis dikritingin; ia adalah katalis antara babak baru setelah Wrestlemania dengan alur saling silang akibat Superstar Shake Up dua brand acara. Dan karenanya, Payback tampil dengan terlalu ingin berbeda. Eksekusinya tidak pernah tampil seprima yang ingin dicapai. Dengan kata lain, Payback adalah ACARA YANG SOLID, JIKA KITA RELA MENURUNKAN EKSPEKTASI KITA SEDIKIT.

semoga gak ada ambulans yang terbalik setelah nyaksiin match House of Horrors

 

Hasil-hasil pertandingan acara ini sesungguhnya sangat memuaskan. Aku enggak akan bohong, aku senang sekali Cantikku yang malam itu pake attire bertema Ironman menangin sabuk dan jadi superstar cewek pertama yang pernah menyandang gelar juara wanita Smackdown dan Raw. Mudah memang mengoverlook Alexa Bliss yang literally lebih kecil dibandingkan Charlotte yang diasosiasikan dengan sosok Ratu yang agung sekaligus anggun. Banyak yang komplen soal gimana Alexa (atau sebagaimana aku suka memanggilnya Aleksya karena kedengerannya lebih imut) sudah tiga kali juara dalam jangka waktu empat bulanan, membuatnya selalu menang nyaris setiap kali dia menantang juara bertahan. But in no way Aleksya dijejelin gitu aja kayak Roman Reigns atau John Cena. Kali kedua Alexa jadi juara Smackdown hanyalah transisi yang disebabkan oleh juara benerannya cedera out of kemediokeran. Little Miss Bliss sudah mengalamin perkembangan karakter yang signifikan sejak bertutu biru di NXT, and she’s so over right now dengan karakter heelnya. Dalam match melawan Bayley, kita bisa melihat personality dan character work Alexa kian meningkat, sehingga Bayley terlihat begitu bland bersanding dengannya. Dari segi skill di dalam ring, baik Alexa dan Bayley sama-sama konsisten – meski masingmasing perlu memperhatikan timing sedikit – dan deliver. Adegan terakhir dari match mereka terlihat meyakinkan (baca: bikin aku ngelus-ngelus kepala sendiri). Walau memang mereka berdua sudah pernah nunjukin kemampuan dan gerakan yang lebih seru, namun dalam kapasitas bercerita, dalam pertandingan ini mereka sukses berat nunjukin laga antagonis dan protagonis dengan efektif.

Sukar dipercaya, di tahun 2017 nama seperti Chris Jericho dan Hardy Boyz mencuat sebagai pemenang kejuaraan. Terlebih saat salah satu dari dua pihak tersebut dirumorkan bakal cabut sebentar dari ring. Ini adalah semacam cara WWE ngetroll kita dalam menjadi unpredictable. Stipulasinya membuat kita menyangka Owens akan memenangkan pertandingan. There’s no way gimmick The Face of America yang dibawakannya berakhir dengan prematur. Dan lagi, siapa yang bakal menebak Walls of Jericho ternyata masih ampuh buat bikin lawan tap out, maksudku, selama ini Jericho selalu memenangkan pertandingan dengan Codebreaker. Jika ada apa-apa, maka bisa jadi kejadian ini adalah tanda bahwa keseluruhan acara bakal diselimuti oleh aura tak-terduga. Yang bikin pertandingan mereka makin seru adalah kepiawaian kedua superstar memanfaatkan angle ‘bertahan dengan satu jari’, konklusi pertandingan ini berpusat kepada angle ini, yang memang worked out dengan sangat baik.

Aleksya jangan mau dipeluk ama Bayley, dipeluk aku aja nyaaawww

 

Mungkin yang paling ngerasa surprise malam itu adalah Jeff Hardy. Tentu saja enggak ada yang memperingatkannya soal giginya bakal ditendang terbang oleh Sheamus. Ini menunjukkan betapa brutal semangat acara malam itu. Tim Penulis did such a great job ngebook gimana sebuah pertandingan keras berlangsung dengan tidak membeberkan terlalu banyak apa yang sudah mereka persiapkan sebagai surprise. Aku benar-benar enggak nyangka Sheamus dan Cesaro turn heel, dengan Cesaro jadi orang yang pertama melayangkan cheap shot kepada Hardy Boyz yang tengah merayakan kemenangan. Dan ini membuat kita semakin penasaran bagaimana cerita ini akan bergulir dan terutama dengan gimana mereka bakal mengaitkan semuanya dengan gimmick Broken dari Hardy Boyz, yang sudah jadi rahasia umum, bakal kejadian cepat atau lambat. Tapi untuk sementara ini, mengubah peran Cesaro dan Sheamus menjadi antagonis adalah keputusan yang tepat dan tak pelak bakal menambah rame scene tag team di brand merah.

Payback 2017 adalah pertunjukan yang membuat kita jadi enggak enak sendiri. Kita semua mengharapkan ada perubahan, baik secara aksi maupun presentasi storyline. Namun ketika kita sudah mendapatkan itu semua, masih saja kita mencela dan berharap mereka enggak perlu membuatnya menjadi senorak dan sepointless apa yang kita dapat dari acara ini.

 

 

Menampilkan dua pertandingan antarbrand, Payback 2017 sayangnya tidak berhasil membuat semuanya menjadi sama penting. House of Horrors menderita dari statusnya yang turun derajat dari rematch Wrestlemania (yang mestinya pertandingan kejuaraan) menjadi device untuk ‘promoin’ show bulan depan. Kemenangan Bray Wyatt tidak membuatnya terlihat kuat di sini. Dan matchnya sendiri, well yea, it’s bad. HOUSE OF HORRORS TERLIHAT SEPERTI FILM HOROR BUDGET RENDAH YANG SANGAT CHEESY. Oh ya, aku bisa bicara banyak kalo nyangkut kritik film. Beberapa set rumah ‘hantu’nya memang lumayan seram, namun tone yang dibangun tidak pernah selaras. Alih-alih seram, kejadian di pertandingan ini malah bikin ngakak. Dan ketika kita menyangka ini lucu, WWE ngingetin kita bahwa ini adalah match yang serius. Itulah kenapa pertandingan yang konsepnya seger dan menarik ini enggak bekerja dengan baik. Kontennya menganggap diri terlalu serius. Kita ingin melihat properti menyeramkan digunakan untuk saling melukai, akan tetapi yang kita dapet adalah sebuah kulkas dengan editing adegan yang sangat kasar dan amatir. Susah sekali menggabungkan konsep ‘gak make sense’ dengan konten yang real; pertandingan ini membuktikan hal tersebut.

“MTV, rumah gue!!”

 

Aku enggak tahu apa ini memang disengaja oleh WWE dalam rangka mau menjadi tak tertebak, banyak match dalam acara ini yang diakhiri dengan jurus yang bukan finisher. Alexa menang dengan DDT. Neville menang dengan wasit ngomel-ngomel. Rollins menang dengan roll up. Bisa dimaklumi juga sih sebenarnya, mereka harus ngelindungi Samoa Joe dan Austin Aries dari kekalahan telak, namun semestinya mereka bisa mikirin cara lain untuk melakukan hal tersebut dengan membuat ending yang lebih compelling. Untuk pertandingan Samoa Joe melawan Seth Rollins, ini adalah pertandingan paling bosenin. Filler dengan profile paling gede. Respek buat kedua superstar, hanya saja memang pertandingan tersebut sudah kehilangan kepentingan karena Rollins sudah membereskan urusan dengan Triple H. Yes, Joe adalah orang yang bikin Rollins cedera, namun toh cedera tersebut tidak menyetop Rollins dari kemenangan di Wrestlemania. Feud dengan Samoa Joe ini akan berfungsi dengan lebih baik jika Rollins kalah melawan Triple H, dan kita semua tahu itu adalah outcome yang nowhere near satisfying. Rolins menghajar Triple H, dan kita enggak perlu lagi balik mundur dalam narasi melihat dia menyelesaikan urusan dengan Samoa Joe.
Setelah House of Horrors dan Samoa Joe lawan Seth Rollins, main event yang menampilkan Braun Strowman menghajar Roman Reigns habis-habisan adalah pemandangan yang sangat menyegarkan. Bekerja dengan proper sebagai penutup acara. Sebagai karakter device, however, pertandingan ini terasa enggak benar-benar menyampaikan apa yang diniatkan. Penonton tetap tidak bersimpati kepada Reigns, malahan teriakan “Thank you, Strowman!” semakin lantang membahana di arena. Pertandingan main event ini selayaknya kesimpulan dari Payback ini; acara yang digarap sedikit berbeda dari yang biasa, dengan hasil yang memuaskan, meski eksekusinya aneh dan bisa banget lebih bagus lagi jika mereka mengubah beberapa hal.

Kejuaraan Amerika, Kejuaraan Tag Team, dan Kejuaraan Cewek sama-sama menyuguhkan pertandingan dan penceritaan yang di atas rata-rata. But aku bener-bener demen saat Jericho mulai ngamuk sama jari Owens. Pertarungan keras mereka terasa genuine, The Palace of Wisdom menobatkan Chris Jericho melawan Kevin Owens sebagai MATCH OF THE NIGHT.

 

 

 

Full Results:
1. WWE UNITED STATES CHAMPIONSHIP Chris Jericho merebut sabuk Kevin Owens
2. WWE CRUISERWEIGHT CHAMPIONSHIP Austin Aries menang DQ atas juara bertahan Neville
3. WWE RAW TAG TEAM CHAMPIONSHIP Hardy Boyz mempertahankan gelar atas Sheamus dan Cesaro
4. WWE RAW WOMEN’S CHAMPIONSHIP Alexa Bliss jadi juara baru ngalahin Bayley 5. HOUSE OF HORRORS Randy Orton ditiban pake kulkas oleh Bray Wyatt (bersambung)
6. SINGLE MATCH Seth Rollins mengalahkan Samoa Joe
7. HOUSE OF HORRORS (lanjutan) Bray Wyatt ngalahin Randy Orton
8. SINGLE MATCH “Braaauuuunnn!!!” destroys “UuuuuuuuAAAAAA!”

 

 
That’s all we have for now.

Remember, in life there are winners.

besokbesok pasti banyak yang dateng bawa List of Jericho hhihi

And there are losers.

 

 

 

 
We? We be the judge.

Wrestlemania 33 Review

 

Hardy Boyz baliiiiiiiikkkk!

Untuk sekali ini, Wrestlemania bener-bener NGEDELIVER APA YANG TERTULIS PADA TAGLINENYA. Acara ini sukses bikin kita naik-turun dalam sebuah perjalanan panjang. Buatku kemunculan Hardy Boyz menjadi surprise paling “wah!” I didn’t see that coming. Ketika New Day dalam balutan attire ala-ala Final Fantasy (aku ngenalin boneka kayak moogle dan gambar chocobo, tapi enggak yakin game Final Fantasy seri yang mana – mungkin yang baru since they advertising the latest FF 14) ngumumin bakal ada satu tim lagi yang ikutan dalam Ladder Match kejuaraan Tag Team, aku udah siap untuk menghujani TV dengan gumpalan kertas. Namun kemudian musik ngejreng menghentak yang aku dengar sejak hari pertama aku nonton gulat itu terdengar, dan muncullah Matt dan Jeff Hardy, fresh dari kontrak dengan promotor wresling lain; Jeff kelihatan seperti dicomot dari 2009, Matt menggebrak bikin kita makin menggelinjang dengan his Broken mannerism, dan aku literally berdiri di kursi!

Jeff girang banget mau ngeBROKENin tangga

 

Jika sepuluh atau dua puluh tahun yang akan datang orang-orang membicarakan Wrestlemania 33, maka orang-orang tersebut akan membicarakan kembalinya Hardy Boyz, lamaran John Cena, dan momen pensiunnya Undertaker.

 

Ini adalah bisnis di mana jika engkau bertanding dalam apa yang menjadi pertandingan terakhirmu, kau harus kalah. Tidak peduli siapapun dirimu. Ric Flair kalah. Shawn Michaels kalah. Dan Undertaker pun kudu begitu. Istilahnya adalah menyerahkan ‘obor’ kepada superstar lain. Mengistirahatkan legacy. Legenda enggak bakal pernah mati, itu benar. Tapi kita kudu nerima kenyataan bahwa yang terbaik di antara merekapun butuh untuk redup dan beristirahat. Banyak fans yang kesel kenapa Taker harus passing his torch kepada Roman Reigns – yang sudah begitu sering dihujat sehingga kini namanya kerap disalahejakan menjadi Booman Reigns. Aku sendiri juga enggak senang ngeliat Roman gets the upper hand, menghajar tokoh yang sudah menghiburku sejak kecil. Gampang bagi kita semua untuk enggak suka sama Roman, namun jika orang ‘gede’ terbaik di sejarah wrestling saja benar-benar melihat dirinya pantas kalah oleh Roman, maka kita harusnya menghormati keputusan tersebut.

Apalagi dalam pertandingannya ini, Taker terlihat sangat kepayahan. Kondisi dan umurnya enggak lagi sesuai dengan pertandingan keras selama dua-puluh menit. Di pertengahan, tidak lagi kelihatan seperti Taker dikalahkan oleh superstar yang lebih muda, cerita mereka malah lebih ke Undertaker tidak bisa mengalahkan fisiknya sendiri. Kita masih bisa ngerasain semangat gimmick Deadman ada pada dirinya, namun setiap gerakan yang ia eksekusi, terlihat jelas bahwa Taker just can’t handle it anymore.
The last shot of topi, jubah, dan sarung tangan yang ditinggalkan oleh Undertaker di tengah ring adalah pemandangan yang sangat sureal. Wrestlemania 33 DIBUKA DENGAN GEMPITA, DAN DITUTUP DENGAN MURAM DURJA. Simbolisme adegan tersebut sangat kuat. In fact, ada banyak simbol dan metafora visual yang bisa kita temui sepanjang acara ini. The most obvious one sekaligus yang paling kocak adalah di video pembuka di mana mereka nyamain disuplex oleh Brock Lesnar sama kayak experience terjun ketika naik wahana roller coaster.

WWE has really STEP UP THEIR GAME DALAM SEGI DESAIN PRODUKSI. Set acara ini terlihat sangat menakjubkan. Panggungnya megah dan kreatif. Kostum-kostum superstarnya keren parah. Aku suka banget liat kostum Maryse. Banyak spesial entrance yang bikin kita tepuk tangan bersorak riuh rendah. Pencahayaan dan kerja kameranya juga kelas dewa banget. It’s a visual triumph. Kalo ini film, maka nilai sinematografinya pastilah udah tinggi sekali. Dan ngomong-ngomong soal kaitan dengan film, WWE mulai mengintegralkan GAYA SINEMATIK ke dalam presentasi acaranya. Bukan hanya sekedar kembang api yang digunakan dengan timing dan occasion yang lebih kreatif. Kita bisa lihat misalnya dari entrance Seth Rollins; dia membawa obor, mengarahkan apinya ke bawah, dan efek video komputer pada ramp menampilkan api yang menjalar sampai ke ring. Teknik yang sangat membantu ngepush bukan hanya karakter, melainkan juga cerita yang ingin disampaikan.

Jericho selalu punya ide buat masuk jadi nominasi Fashion of the Year

 

In the past, kita udah ngeliat beberapa kali WWE ngelakuin hal teknis kayak sambaran petir untuk showcasing ‘kekuatan’ Kane dan Undertaker. Tapi belum pernah WWE actually memakai hal semacam begitu saat pertandingan berlangsung. Penggunaan efek ini, aku pikir, bisa bekerja dengan baik jika digunakan dengan tepat dan enggak berlebihan. Saat pertandingan Bray Wyatt melawan Randy Orton, kita disuguhkan oleh visual mengerikan pada canvas ring setiap kali Wyatt unggul. Image cacing dan belatung tersebut sukses bikin Orton ngabur ke luar ring. Ini memberikan dampak psikologis yang kuat, terasa seger juga. Namun sayangnya, seperti juga film-film bioskop dengan efek yang terlalu canggih, masalah pasti terletak kepada penulisan. Match-match Wrestlemania kali ini kebanyakan MENDERITA OLEH BOOKING yang sepertinya memang enggak niat untuk bikin match bintang-lima. Kembali ke kasus Wyatt melawan Orton, matchnya sendiri jika kita pisahkan dari efek-efeknya, maka akan menjadi match yang amat standar dengan hasil yang juga standar. Tuker-tukeran finishernya terasa buru-buru. They go back to zero; Orton going nowhere dengan arahan juara sebagai face, dan Wyatt kembali menjadi irrelevant.

Wyatt kalah bahkan setelah dia menunjukkan kekuatan magisnya.

 

Wrestlemania kali ini memanfaatkan cinematic experience yang belum pernah kita lihat sebelumnya.

 

Tiga dari empat pertandingan awal sebenarnya adalah puncak terbaik yang disuguhkan oleh Wrestlemania. AJ Styles melawan Shane McMahon adalah pilihan tepat untuk membuka acara dikarenakan kedua orang ini sama-sama rela untuk ngelakuin apapun. Penulisan dan psikologi ceritanya pun sangat well-thought. Dimulai dengan Shane harus ngelawan Styles di environment di mana dia enggak bisa ngelakuin hal-hal ekstrim yang jadi andelannya. Styles ngerasa dia bakal unggul, karena dia adalah the best pure wrestler di Smackdown, atau malah di seluruh rooster WWE sekarang ini. Namun Shane dengan mengejutkan mengimbangi Styles, dia kick out dari Styles Clash! Jadi Styles lantas membalas dengan balik coba mengalahkan Shane di dalam permainannya sendiri. Wasit kena tendangan nyasar dan tong sampah ikut andil dalam pertandingan. Lucunya, di sini aku melihat Shane menjadi McMahon yang paling egomaniak, dia kelihatan jago banget di semua bagian. Dia bisa mukul. Dia bisa banting. Dia bisa Shooting Star Press. Sepertinya ini pertama kalinya dalam pertandingan di mana AJ Styles kelihatan yang ‘beraksi’ lebih sedikit ketimbang lawannya. Makanya aku senang Styles yang menang karena sebenarnya dia enggak perlu buktiin apa-apa kepada Shane.

Kevin Owens melawan Chris Jericho juga bagus. Keduanya udah saling kenal gaya masing-masing, dan mereka mau melangkah lebih jauh dalam mengeksplorasi apa yang bisa lakukan terhadap masing-masing. Pop Up Powerbomb yang dicounter dengan Codebreaker itu contohnya. Sweet! Dan Owens actually ngebreak pin count dengan nempelin SATU JARI ke tali ring dalam usahanya mengejek lukisan yang diberikan oleh Chris Jericho kepadanya di Festival Persahabatan tempo hari. Match mereka penuh oleh karakter dan oleh aksi, seperti juga pertandingan tag team yang dimenangkan oleh Hardy Boyz. Those were a very good match. Meski sayangnya Kejuaraan United States kedorong ke bayang-bayang oleh betapa padetnya acara ini dan Pertandingan Tag Team enggak actually make sense dari booking standpoint.

Feud yang udah dibuild up dari kemaren-kemaren semacam ternegasi oleh kemunculan Hardys sebagai peserta dadakan, dan kemenangan mereka hanyalah pure buat ‘Wrestlemania moment’. Satu lagi build-up yang jadi pointless adalah Nia Jax yang entah kenapa malah ditulis tereliminasi duluan dalam pertandingan Fatal 4 Way buat Raw Women’s Championship. Dia jadi terlihat lemah. Status pertandingannya juga jadi pointless, like, kalo gitu kenapa enggak Triple Threat aja? Apa gunanya ngepush orang yang ditambah di last minute only to have her kalah duluan? Dan kemudian Sasha Banks kalah kepentok turnbuckle yang mestinya terekpos tapi karena botch maka pinggir ringnya masih empuk, dan kita enggak pernah dikasih liat Sasha berantem ama Bayley. Angle persahabatan mereka enggak berkembang ke mana-mana, it feels like Sasha juga enggak perlu ada di match ini. Dan personally, aku ngerasa final two Bayley dan Charlotte (anak Ric Flair ini doyan banget eksekusi move dengan sangat anggun!) juga ngebotch; I think it should’ve ended with Super Bayley to Bayley instead of Macho Man’s Elbow Drop.

Nia harusnya masuk final karena she’s not like most girls

 

Bookingan Kejuaraan Wanita Smackdown malah lebih parah lagi. Aku seneng match Alexa Bliss Nyaawww ini naik status dari pre-show ke main card, tapi ternyata kepentingannya malah turun drastis. Keenam cewek tersebut bertarung dalam sebuah pertemuan singkat yang peran utamanya adalah sebagai cooling down moment antara dua pertandingan yang lebih besar. Masing-masing berusaha memanfaatkan waktu dengan maksimal, mereka berbagi spot untuk saling mengembangkan karakter, but it feels so rushed out. Dan aku masih belum bisa melihat Naomi sebagai championship material, skillnya medioker, dan aku kesel kenapa WWE ngebikin Alexa selalu lemah di hadapan Naomi. Tahun lalu match cewek jadi Match of the Night, sekarang sepertinya mereka kembali jadi ‘jeda pariwara’ -__-

Yang paling mengecewakan adalah partai tag team campuran antara John Cena dan Nikki melawan Miz dan Maryse. Aku lumayan kangen liat entrance dan tarungnya Maryse, but she’s not even wrestling here. Miz hebat bertingkah antagonis, dan dia menghabiskan menit-menit di atas ring sebagai seorang brengsek hanya untuk dibalas dengan moves serentak dari Cena dan Nikki. Build up partai ini sangat bagus dan kocak dan seger, mereka harusnya bercerita dengan hebat lewat pertandingan ini. Tapi enggak. Cena enggak perlu susah-susah untuk menang, karena ini hanyalah sebagai ajang pencitraan buat Cena melamar. Everybody saw that coming. Padahal akan lebih bagus kalo Cena dan Nikki berjuang keras sebelum akhirnya menang atas Miz dan Maryse. Dan bagian paling lame dari lamaran ini adalah Cena membuktikan sendiri kebenaran kata-kata Miz soal dia hanya ngelakuin sesuatu yang baik di depan kamera.

 

Lima jam lebih, nyaris tujuh jam jika ditonton bersama kick off shownya, Wrestlemania 33 memang melelahkan. Biar gak capek dan boring, kami yang nonton bareng di Warung Darurat malah sempet ngadain acara niru-niruin superstar dadakan demi ngisi keboringan saat Pitbull ‘konser’. Jika paruh akhir dibook dengan lebih seru, cepet dengan banyak aksi, maka acara ini bukan tak-mungkin jadi salah satu Wrestlemania terasyik. Makanya kita enggak punya masalah ama match Goldberg melawan Lesnar. Match ini punya keunggulan karena berlangsung singkat dan penuh oleh aksi, meski memang bukan pertandingan yang great. Dan makanya lagi, Seth Rollins melawan Triple H yang punya formula sebuah match yang hebat (wounded face mengalahkan heel yang culas) malah terasa menjadi biasa aja. Jadi enggak ada bedanya ama pertandingan Triple H tahun lalu. Memang, booking dan susunan match Wrestlemania kali ini agak aneh. It’s a good show dengan nuansa muram yang bikin kita terus kepikiran perihal momen terakhirnya
The Palace of Wisdom menobatkan AJ Styles melawan Shane McMahon sebagai Match of the Night.

 

 

 

Full Results:
1. SINGLE AJ Styles defeated Shane McMahon.
2. WWE UNITED STATES CHAMPIONSHIP Kevin Owens jadi juara baru mengalahkan Chris Jericho.
3. WWE RAW WOMEN’S CHAMPIONSHIP FATAL 4 WAY ELIMINATON Bayley retains setelah mengalahkan Charlotte Flair di final-two.
4. WWE RAW TAG TEAM CHAMPIONSHIP FATAL 4 WAY LADDER Hardy Boys make a surprising return dan memenangkan sabuk atas Luke Gallows & Karl Anderson, Sheamus & Cesaro, dan Enzo & Big Cass
5. MIXED TAG TEAM John Cena dan Nikki Bella ngalahin The Miz dan Maryse.
6. NON-SANCTIONED Seth Rollins mengalahkan Triple H
7. WWE CHAMPIONSHIP Randy Orton merebut sabuk.
8. WWE UNIVERSAL CHAMPIONSHIP Brock Lesnar defeated Goldberg.
9. WWE SMACKDOWN WOMEN’S CHAMPIONSHIP SIX PACK CHALLENGE Naomi jadi juara di kampung halamannya. Full Results:
10. NO HOLDS BARRED Roman Reigns bikin pension The Undertaker.

 

 

 

 

That’s all we have for now.

Thank you, Undertaker!

Remember, in life there are winners.
And there are losers.

 

 

 

 

We? We be the judge.

Fastlane 2017 Review

 

Hidup berjalan dengan cepat. Kata papa Alessia Cara, saking cepetnya kita jadi kayak rumput, we are just withering away. Ferris Bueller sih bilangnya “Life moves fast but if you don’t stop and look around once in a while, you just might miss it.” Kevin Owens mungkin ngambil dan ngaplikasikan saran dari film terrific tersebut, namun sayangnya Ferris Bueller belum pernah bertemu satu-lawan-satu dengan Goldberg. Karena it just doesn’t work like that di hadapan Goldberg. Pertandingan berjalan dengan cepat, tapi ketika kau mencoba ngestall dan berjalan berkeliling beberapa kali, you just might be the next in line kena kombo Spear-dan-Jackhammer.

Sudah kodratnya sebagai acara terakhir sebelum Wrestlemania, ATRAKSI GULAT YANG HEBAT BUKANLAH MENU UTAMA yang dihidangkan oleh Fastlane. Misi show ini adalah buat ngebungkus storyline yang ada, yang kemudian jadi landasan terang buat agenda narasi di Wrestlemania empat minggu kemudian. Namun bukan berarti pertandingan di Fastlane jelek-jelek semua. Malam 5 Maret iu penonton di arena Chicago menyaksikan langsung beberapa momen yang unexpected – agak mengesalkan, toh tetep sebuah kejutan – yang muncul berkelabatan di antara momen-momen filler yang membebani acara ini.

dan Stephanie mau motong ‘bola’ Mick Foley

 

Musik entrance Neville yang sejak heel temponya diperlambat adalah salah satu bukti bahwa memang terkadang kita perlu go slow untuk mencapai hasil yang maksimal. Jika Neville adalah hal terbaik yang timbul dari konsep Cruiserweight yang coba dibangkitkan oleh WWE, maka pertandingan kejuaraan antara Neville dengan Jack Gallagher adalah match pertama yang bikin divisi ini terlihat urgen, sekaligus compelling sebagai suatu eksistensi yang serius dan berpotensi gede. Sering kita salah paham dengan menganggap cruiserweight adalah soal kecepatan dan gerakan-gerakan terbang semata. Style gulat untuk superstar berbobot menengah ini sebenarnya juga adalah soal teknik. It’s about the preciseness. Seperti yang sudah diperlihatkan oleh both Gallagher dan Neville dalam match ini. Pertandingan mereka terasa khas dengan tone dan gaya yang benar-benar berbeda, bukan hanya dari keseluruhan acara malam ini, melainkan juga dengan pertandingan cruiserweight yang kita liat di ppv sebelum-sebelum ini. Rebound-German Suplex dari Neville sangat mulus. Headbutt Galagher telak banget bersarang berkali-kali, adegan Neville terkapar di atas turnbuckle terlihat begitu surreal. Pertandingan yang penuh oleh energi yang juga semarak dengan spot-spot segar dari karakter kedua kubu. Jack Gallagher sangat intriguing, karena jarang banget kita ngeliat karakter komikal yang benar-benar mampu membuat kita percaya dia bisa memenangkan sabuk kejuaraan.

Partai Cruiserweight udah kayak pelanduk nyisip di sela-sela matchnya pegulat supergede. Sepertinya memang roster Raw padet banget ama powerhouse. Hampir semua card di acara ini ada monster gedenya. Samoa Joe adalah aset ‘monster’ teranyar yang dipunya oleh Raw, dan langsung diberikan push demi memperlihatkan dominasinya. Ada kemungkinan arahan karakter Samoa Joe ini pada awalnya berbeda dari yang kita lihat sekarang, things could be different jika Rollins enggak cedera. Malang memang tak-dapat ditolak, cedera tersebut enggak juga bikin ‘rugi’ Sami Zayn dan Joe, in some ways. Pertandingan mereka lumayan hebat dan klop banget sebagai pembuka acara. Kedua superstar ini harusnya bisa nyuguhin jauh di luar kotak ‘pertandingan yang didominasi oleh Samoa Joe’. Aku perlu nekanin sekali lagi, niatan nomor satu acara Fastlane adalah buat negasin storyline, match bagus hanya bonus, jadi di sini mereka hanya perlu Sami sebagai babyface charismatic yang ‘dihancurkan’ oleh si mercenary killer Samoa Joe. The match delivered that purpose perfectly. Namun, kita sesungguhnya baru melihat secuil ujung dari gunung es kemampuan gulat kedua superstar. Dan menurutku, di poin karir masing-masing, pertandingan ini enggak berarti banyak untuk mereka berdua.

Bicara soal yang gede-gede, let’s just address the elephants in the room. Roman Reigns dan Braun Strowman. Kedua superstar ini berbaku hantam dalam sebuah pertandingan yang kita semua bisa nebak hasilnya gimana. Meski memang kita enggak ngerti kenapa hasilnya harus seperti itu. Braun Strowman punya winning streak yang mestinya bisa dipecahin dalam circumstances yang lebih menarik lagi. But you know, we need to make Roman look strong, so yea. Faktanya, pertandingan mereka sebagus apa yang bisa kita harapkan dari dua powerhouse brutal. Seharusnya bisa lebih bagus kalo dibikin straight-to-the-point; diperpendek dan diperkeras lagi. Strowman berhasil menjalan tugasnya dengan baik. Ada kalanya ketika dia enggak butuh ‘boncengan’ Roman. Malahan, dia terlihat ‘ngebonceng’ Roman di sini. Badan gede bukan batasan bagi Strowman in terms of in-ring work. Movenya keras, intens, aku suka gimana dia mengounter Spear menjadi PowerSlam, just like that.

Mamam nih sepatu keren gue; boleh minjem dari Uso

 

Essentially, WWE kudu mikirin gimana cara ngejual dua-puluh-satu detik kekalahan Kevin Owens dengan menarik. Kita semua paham kenapa pertandingan Goldberg wajib untuk dibikin singkat. They are saving Goldberg’s full potential buat Wrestlemania karena dengan umur yang sudah kepala lima, mereka tidak ingin Goldberg mengalami ‘tragedi’ yang sama dengan yang kejadian ama Sting. Akibatnya adalah menjelang peristiwa 21 detik itu terjadi, kita dicekokin banyak momen-momen filler buat mengisi waktu. Enggak semuanya bisa tampil sekocak dan sengeselin Owens yang enggak masuk-masuk ke dalam ring. Mantan Juara Universal Terlama ini piawai sekali memainkan karakter hellnya.

WWE Fastline malah come out sebagai show dengan pace yang sangat lambat, yang terasa banget diulur-ulur, berlawan sekali dengan judulnya.

 

Kita nyaksiin Roman lawan Strowman yang durasinya kelewat panjang. Kita ngeliat New Day keluar promo dengan gerobak es krim. Kita nyengir-nyengir ngeri saat Sasha Banks diobok-obok sama Nia Jax selama beberapa menit sebelum akhirnya menang dengan roll-up doang. But maybe it was okay because Nia is not like most girls. Kita nepok jidat sehabis kejuaraan tag team karena apparently hal yang paling diingat dalam pertandingan yang cukup lama tersebut adalah gimana Enzo ngebotch gerakan Rocket Launcher, finisher tag team mereka. Ada tujuh match dan kita dapet dua match extra yang involving Jinder Mahal dan Rusev, yang aku beneran bingung ke mana arah match tandem ini. Like, apa mereka beneran nyuruh kita peduli ama Jinder Mahal gitu aja tanpa tedeng aling-aling. Penempatan match dua superstar yang mau bubaran tag team ini terasa begitu maksain. The real purposenya memang semata buat mengisi durasi.

Tapi dosa terbesar Fastlane adalah ke Charlotte. Streak kemenangan di ppv putri Ric Flair ini kandas dengan antiklimaks. Reaksi yang dihasilkan enggak seheboh yang harusnya bisa didapat, jika mereka mau menunggu dan dieksekusi dengan lebih properly. Adalah sesuatu yang ganjil melihat tokoh babyface menang dengan enggak murni. Match Charlotte melawan Bayley berakhir setelah ada interference dari Sasha Bank. Dan entah karena semua hal di Fastlane supposedly berlangsung secepat kilat sehingga wasitnya khilaf, atau memang wasitnya dongok, kita tidak pernah mendengar bel tanda pertandingan didiskualifikasi. Padahal jelas-jelas Sasha Banks made contact dengan Charlotter, ada pukulannya yang masuk. Eventually pertandingan ini berakhir dengan memberikan kesan lemah kepada Bayley. Pertama, dia sempat ngotot ngelakuin gerakan di turnbuckle yang obviously got set up in a wrong fashion, dan akhirnya kejadian jualah botch itu. Kedua, kemunculan Sasha Banks membantu enggak benar-benar membantu statusnya sebagai juara yang pantas.

 

 
Selain pertandingan Goldberg, tidak ada lagi yang cepat di Fastlane. Namun demikian aku gak bilang acara ini membosankan karena enggak ada pertandingan yang bagus. Untuk sebagian waktu, penonton cukup terinvest ke dalam story yang jadi elemen utama acara ini. Bookingan acara lah yang bikin event ini enggak special dan, yea, boring. Masukin match dengan maksain. Finishing yang seadanya. Aku juga masih heran kenapa Jericho merasa perlu buat costing Owens that Universal Title match. Kalo aku jadi Jerciho, aku malah ngarep Owens retain jadi aku bisa balas dendam sekalian ada kesempatan ngerebut titlenya. Aku setuju sama teman-teman nobar yang bilang acaranya enggak beda ama nonton Raw. Match yang bener-bener keren dan patut ditonton adalah Cruiserweight Championship antara dua Englishmen; Neville dengan Jack Gallagher. MATCH OF THE NIGHT!

 

 

Full Results:
1. SINGLE MATCH Samoa Joe defeated Sami Zayn.
2. RAW TAG TEAM CHAMPIONSHIP Luke Gallows and Karl Anderson retains over Enzo and Big Cass.
3. SINGLE MATCH Sasha Banks mengalahkan Nia Jax.
4. SINGLE MATCH Cesaro ngalahin Jinder Mahal.
5. SINGLE MATCH The Big Show ngehajar Rusev dan rambut barunya.
6. WWE CRUISERWEIGHT CHAMPIONSHIp Neville mengalahkan Jack Gallagher
7. SINGLE MATCH Roman Reigns defeated Braun Strowman.
8. RAW WOMEN’S CHAMPIONSHIP Bayley bertahan dari Charlotte.
9. WWE UNIVERSAL CHAMPIONSHIP Goldberg jadi juara baru ngalahin Kevin Owens.

 

 

 

 

That’s all we have for now.

Buat yang di Bandung, kami akan mengadakan nonton bareng pay-per-view WWE, so yea you are very welcome buat ikutan. Senantiasa cek facebook Clobberin’ Time buat info nobar selanjutnya

 

Remember, in life there are winners.
And there are losers.

 

 

 

 

 
We? We be the judge.

Elimination Chamber 2017 Review – [Edisi Special Valentine]

wweeli

 

“Dear Alexa,
tadinya aku sempat kecewa
perihal Smackdown tidak punya superstar wanita sebanyak bintang di angkasa.
Jadinya kamu cuma dapet pertandingan satu-lawan-satu yang biasa.
Padahal kalo tiga pertandingan cewek malem itu dijadiin satu,
Wuih pasti seru!

“Tapi kemudian aku ragu.
Melihat elokmu dibanting menembus Chamber, diriku tak mau.
Menyaksikan ragamu terjun bebas dari kerangkeng, tentu aku tak-tega.
Biarlah Dean Ambrose yang merasakan datar dan kerasnya kaca!
Biarlah AJ Styles yang dilempar ke sana kemari, membenturkan fisiknya ke rantai baja!
Aku ingin kamu seperti The Miz, keluar dari struktur setan neraka
dengan tubuh utuh tanpa luka.”

 

 

Dear Alexa Bliss yang keren abiss,
Aku harap kita bisa duduk makan popcorn bareng nontonin Carmella dan James Ellsworth makan popcorn. Bareng.
But you’re such a super girl kayak kostum yang kamu pakai. Atau itu Wonder Woman ya? I’m not really sure, I was distracted by your pretty face. Yea, aku yakin kamu udah sering dengar pujian soal wajah sesering ngeliat Superkick yang sekarang udah jadi jurus kayak DDT. Tapi aku suka.

“Kalo Randy Orton sudah sukses banget ngereinvent himself sejak bergabung dengan Bray Wyatt; statusnya sebagai main eventer buat Wrestlemania semakin terpercaya. Maka kamu, ‘Lexa, kamu selalu sukses menambahkan personality ke dalam setiap penampilan. I mean, lihat aja Konnor dengan dandanan yang malah membuatnya mirip Captain Spaulding dari filmnya Rob Zombie; serem, tapi The Ascencion masih saja gagal ngerebut sabuk dari American Alpha yang sudah dibuat tak berdaya oleh kembar Jimmy dan Jey Uso. Seharusnya mereka bisa belajar dari kamu, ataupun dari Luke Harper. Kalah dari Orton justru memberi banyak hal positif kepadanya. Kerja keras Harper tidak sia-sia nunjukin how much more he got soal kemampuan di atas ring. Matchnya melawan Orton adalah single match terbaik malam itu.

“Penampilan mungkin memang nomor satu, ya, Alexa. Aku di sini, kamu di sana. Kadang justru rasanya aku yang seperti The Miz; lemes tak-bergeming menatap Baron Corbin yang sudah menunggu di tengah ring, sambil bernyanyi dalam hati:

“Why can’t weee be friends? Why can’t we friends? ~”
“Why can’t weee be friends? Why can’t we be friends? ~”

 

“Dear Alexa Bliss yang memang lebih manis enggak pake kumis,
Video opening acara Elimination Chamber 2017 bilang bahwa ada kecantikan di dalam kengerian struktur maut tersebut. Bahwa Elimination Chamber adalah Beauty in the Beast. Mestinya julukan tersebut lebih cocok untuk kamu, deh, say. Maksudku, dengan hati yang sekeras dan sedingin besi dinding kandang itu, character-work kamu sebagai heel adalah salah satu yang terbaik across the entire company.

“Sesungguhnya diduain itu enggak enak. Apalagi diduain in a less-romantic way seperti yang dialami oleh Dolph Ziggler saat mesti berhadapan dengan Apollo Crews dan Kalisto. I don’t want you to go through all of that, ‘Lexa. Bayangkan kalo match kamu jadi ditandingkan dalam Elimination Chamber match; wedeww udah bukan dua lagi, tuh, tetapi dilimain! Semua yang terjadi antara Ziggler, Crews, dan Kalisto adalah hal yang awkward. Apalagi jika diliat dari penampilan. Celana Amerika Ziggler seolah membawa pesan rasis mengenai dia yang ngelawan dua superstar pendatang. Ziggler menyerang Kalisto sebelum bel berbunyi, supaya dia bisa duel berdua saja dengan Crews adalah hal yang mesti dimaklumi, toh namanya juga usaha. Namun pada akhirnya ini tetap adalah handicap match di mana si jahat dikeroyok oleh dua tokoh baik. Psikologi tanding mereka lebih membingungkan daripada ngirim message nanyain kabar tapi gak pernah dibales. Penonton enggak tahu harus dukung siapa karena naturally yang harus disemangati itu adalah yang dalam keadaan terjepit. Jadinya ya Ziggler yang jahat malah dapet sambutan hangat, terlebih seberesnya tanding. Kemenangan Crews dan Kalisto enggak dianggep; diignore gitu aja karena apa istimewanya menang keroyokan ngelawan satu orang?

Xa, kamu sadar engga sih kalo kandang Chamber kali ini berbeda dari kandang yang sudah-sudah? Yang sekarang ini bentuknya lebih ngotak dan minimalis. Katanya sih demi penghematan biaya. Wujud yang lama juga sudah lama dikeluhkan tidak efisien karena memakan banyak space, enggak semua arena bisa utilizing it properly. WWE akhirnya mutusin buat move on dari kerangkeng lama rancangan Eric Bischoff.

“Meskipun kandangnya berganti, namun hati ini tidak berubah, loh. Aku berharap relationship kita enggak berakhir abrupt sebagaimana finishing dua pertandingan cewek yang lain. Itu juga kalo ada apa-apa di antara kita sih, Xa, mengingat interaksi kita sejauh ini cuma kamu ngelike my sketch of you di twitter hhihi. Akan tetapi sesungguhnya apa yang kita berdua punya itu sudah jauh lebih mendingan ketimbang tinju Five-Knuckle Shuffle si John Cena yang enggak pernah konek ke jidat siapa-siapa. Setelah semua yang dialami, setelah semua pergumulan, great bantering of actions and reactions, Becky Lynch mengakhiri Mickie James dengan roll-up. Natalya dan Nikki Bella malah gantung oleh bunyi bel yang menandakan mereka berdua sama-sama kena count-out. Akhiran yang sama sekali enggak memuaskan. Tidak ada statement yang dibuat. Sure, ada banyak benih-benih yang ditanam acara ini buat Wrestlemania ke depannya. Corbin akan dipasangkan tanding dengan Ambrose. Wyatt dengan Orton. Cena akan ngedate sama baenya, Nikki Bella melawan Miz dan Maryse yang belepotan bedak. Sisa Styles nih yang masih belum jelas; beneran bakal tanding lawan Shane? I just hope semua mekar berkembang pada waktunya, termasuk kita.

cue musik kartun "waa-waa-waaa'"
cue musik komedi “waa-waa-waaa'”

 

Bicara soal pengakuan, sesungguhnya ada yang bikin aku lebih senang daripada “Yes, bukan Orton lawan Cena di ‘Mania!”. It was Bray Wyatt. The ‘acceptance’ of Bray last night as WWE Champion adalah salah satu dari momen ter-real yang pernah diberikan oleh WWE sejauh ini. Bray ngalahin dua mantan juara WWE dengan ngepin clean. Dia kelihatan sangat emosional oleh kemenangannya dan kupu-kupu euforia juga kurasakan dalam perutku. Eh, kunang-kunang ding! Bray Wyatt kan orangnya serem. Keseluruhan cerita Orton dan Wyatt terasa banget didesain demi mengangkat Wyat sebagai ancaman yang menakutkan. Pertandingan mereka di Wrestlemania nanti bisa jadi adalah salah satu dari bookingan terbaik yang pernah dilakukan oleh WWE.”

 

Dear Alexa Bliss yang tingginya samaan ama panjang sabuk kejuaraan cewek (so cute!),
Ngeliat lengan kamu patah di Smackdown aja, aku udah syok berat. Namun kemudian kamu pop it right back into the socket gitu aja, membuat aku tahu kamu pasti orangnya gampang move on. Kekalahanmu di Elimination Chamber 2017 ini enggak akan membuatmu sengamuk aku yang masih belum nerimo. Karena, serius nih, apa sih yang udah dilakukan Naomi sehingga dapet title secepat itu semenjak balik beberapa minggu lalu? She filmed a movie, she has a glow stick entrance, she has zero personality, dia sudah ada sejak berapa – tujuh tahun lalu? Sepuluh? – dan dia enggak bener-bener improving in anything. Promo post-match yang dilakukan Naomi adalah promo terbaik sepanjang karirnya, and it was nothing great. Sedangkan kamu, ‘Lexa, you have established yourself as THE woman to be in Smackdown sejak debutmu beberapa bulan lalu.

“Kalo mau liat dari segi positif, kita simpulin aja kamu kalah lantaran wasitnya adalah Wasit Guoblog yang sama dengan saat kamu discrewed di pertandingan kejuaraan melawan Becky Lynch di episode Smackdown di Glasglow, UK.

Eh sori, itu belum postif ya? My bad.”

Alexa, kamu kalah karena Naomi curang memakai pakaian dengan warna-warna yang mengganggu mata dan bikin epilepsi.
.

Ha? Itu belum positif jugaaa??”

 

“Oke let’s just say Naomi menang karena WWE ingin menggali cerita dia pulang kampung di Wrestlemania yang memang diadakan di kampung halaman Naomi, di Orlando.

 

 

“Kekalahan adalah kemenangan yang udah siap-siap mau berangkat namun enggak dapet gojek. Dan oh my dearest Alexa Bliss, aku yakin nanti kita akan berpesta pora di Wrestlemania!

#RestingBlissFace
#RestingBlissFace

 

Selain Women’s Championship yang menurutku (masih!) adalah keputusan terburuk yang dibuat oleh WWE malam itu, Elimination Chamber 2017 sesungguhnya adalah acara solid yang benar-benar difokuskan buat ngesetup Wrestlemania. Aku suka apa yang mereka lakukan sama divisi tag team, mereka mencoba mengembalikan ‘kekuatan’ para tag team semenjak semuanya dikalahkan mentah-mentah oleh Orton dan Wyatt. Aku suka gimana mereka masih menyisakan sedikit misteri tanpa membuat arahan Wrestlemania buat tim Smackdown menjadi terlihat lemah dan terlalu gampang-ditebak. Semua jejeran roster dilibatkan dan masing-masing mereka berusaha keras untuk deliver story sekaligus aksi match yang seru. The Palace of Wisdom menobatkan THE ELIMINATION CHAMBER FOR WWE CHAMPIONSHIP yang penuh spot-spot gede dan benar-benar punya struktur cerita yang kokoh sebagai MATCH OF THE NIGHT.

 

 

 

Full Results:
1. SINGLE MATCH Becky Lynch mengalahkan Mickie James.
2. HANDICAP MATCH Apollo Crews dan Kalisto beat Dolph Ziggler.
3. SMACKDOWN TAG TEAM CHAMPIONSHIP TURMOIL MATCH American Alpha retains, actually ngalahin The Uso dan The Ascension.
4. SINGLE MATCH Nikki Bella dan Natalya berakhir seri, wong dua-duanya dihitung kalah keluar arena.
5. SINGLE MATCH Randy Orton mengalahkan Luke Harper.
6. SMACKDOWN WOMEN’S CHAMPIONSHIP MATCH Naomi jadi juara baru atas Alexa Bliss.
7. WWE CHAMPIONSHIP ELIMINATION CHAMBER MATCH Bray Wyatt menang setelahkan mengalahkan AJ Styles di final two.

 

 

 

That’s all we have for now.

Buat yang di Bandung, kami akan mengadakan nonton bareng pay-per-view WWE, so yea you are very welcome buat ikutan. Senantiasa cek facebook Clobberin’ Time buat info nobar selanjutnya

Remember, in life there are winners.
And there are losers.

 

 

 
We? We be the judge.

Royal Rumble 2017 Review

royal15940767_1297941666910946_5843770289899557573_n

 

Bukan saja kita dateng ke Royal Rumble tidak bisa memprediksi apa yang bakal terjadi, sekarangpun saat salah satu dari Empat-Besar ppv WWE ini telah usai, kita masih tetap bingung dengan apa yang sudah terjadi. Malahan mungkin kalian ngerasa lebih bingung daripada sebelumnya. Yang pasti hanyalah kita-kita enggak mau melihat Orton melawan Cena (untuk kesekian kalinya) jadi pertandingan utama di Wrestlemania. Jengah!

Vince: Guys, aye punye ide nih. Aye tau caranye pegimane biar entar main event Wrestlemania bisa surak-surak. Pan kite maok nyaingin entu kumpeni gulat Jepang nyang lagi anget diobrolin orang.
Creative A: Kok jadi betawi sih, Bos?
Vince: Suka-suka dong, BACUOOTT! Pokoknye kite kudu bikin sesuatu yang baru. Sesuatu yang orisinil. Yang exciting banget-deh!!!
Creative B: Iye iye Bos, tapi apaan??
Vince: Let’s do something that’ll shake the very foundation of the WWE to its core!!!!
Creative A & B: OH MY GOD VINCE, WHAT IS IT!?!?!?
Vince: Cena vs Orton, Main Event, Wrestlemania!!!!!
Creative A: ….fuck.
Vince: *Ketawa jahat*. Oh yea, dan A, elu DIPECAT!!!!!

Mari berdoa supaya tim kreatif sono sukses membujuk Vince buat memakai skenario Orton melawan Bray Wyatt instead.

 

Pinggirkan sebentar pertandingan Royal Rumble and how it goes down, maka sesungguhnya ini adalah acara yang pretty decent. Setiap pertandingan kejuaraan really holds up dan berhasil mendeliver cerita yang ingin mereka sampaikan. Aku paling surprise sama pertandingan Kevin Owens melawan Roman Reigns. Biasanya pertemuan mereka terlihat gitu-gitu melulu, somewhat boring, lambat, dan lazy. Namun kali ini, kedua superstar benar-benar memanfaatkan environment Tanpa-Diskualifikasi dengan maksimal. Mereka bermain kreatif, Stunner dari Owens dan piramid kursi itu bikin penonton heboh banget. Tipu daya dan kecurangan adalah elemen wajib (aku suka skit Jericho dari kandangnya ngejatohin brass knuckle untuk dipake oleh Owens, and then Owens hit that Superman Punch lol), yang istimewa dari pertandingan ini adalah ada genuine feeling of hatred; baik Owens dan Reigns sama-sama nunjukin sisi violence yang compelling serasa mereka desperate banget buat menangin nih match. Meski memang bisa lebih baik jika berakhir bersih, aku enggak masalah buat mengenang tanggal 30 Januari sebagai BRAUN STROWMAN APPERCIATION DAY.

Thank you Strowman, Clap! Clap! Clap-Clap-Clap!!!
Thank you Strowman, Clap! Clap! Clap-Clap-Clap!!!

 

Dengan satu Super AA (I can’t believe Styles kicked that one out!) dan tiga standar AA, John Cena akhirnya menyamai rekor Ric Flair sebagai Pemegang Terbanyak Juara Dunia WWE, enam-belas kali! As much as I don’t like Cena, aku enggak bisa bilang benci sama pertandingannya. Kekalahan AJ Styles doesn’t hurt him at all. Kerja keras Styles tetap membuatnya kelihatan paling jagoan di atas ring. Dalam pertandingan kejuaaran ini, Styles selamat dari banyak jurus maut Cena, he kept coming menunjukkan resiliensi dan keinginan bertahan yang gede. Sama seperti Owens dan Reigns sebelumnya, Cena dan Styles juga nunjukin desperado yang sangat genuine. And they have a great chemistry. Ini adalah cerita tentang John Cena yang once again bangkit, namun kini ada sedikit twist; sepanjang pertandingan Cena menunjukkan some level of frustration, dia kerap terlihat kesel, hunting Styles down dengan taktik yang heelish. Dan karakternya ini menambah banyak excitement ke dalam pertandingan.

Kerja terbaik WWE memang terletak kepada kemampuan mereka ngebangun pertandingan around psychology karakter. Dalam pertandingan Neville melawan Rich Swann, sisi psikologis Neville lah satu-satunya yang buat kita jadi tertarik. I am happy to see the King of Cruiserweights finally got the crown. Charlotte lawan Bayley juga great dari sisi cerita. Ada sense mereka membangun Bayley sebagai penantang yang-nyaris-tapi-gagal lantaran Charlotte will always a step ahead. Sebagai babak pertama dari feud mereka, pertandingan dua cewek bagian dari Four Horsewomen ini cukup sukses nyedot perhatian. Penonton ngecheer setiap kali Bayley hit spot, terutama saat Bayley makek jurus Elbow Drop mirip Shawn Michaels, superstar legend yang berkampung halaman di tempat acara ini diadakan. Charlotte terlihat meyakinkan dengan gestur-gestur heel, she’s the best working heel di roster cewek today. Rekor Kemenangannya masih intact dengan anggun. But buatku pertandingan ini enggak terasa work-work amat, seems flat dan rada berakhir abrupt. Tapi mungkin saja aku lagi bitter lantaran match Alexa Bliss kena gusur ke pre-show.

eh, kena geser deng, bukan gusur xD
eh, kena geser deng, bukan gusur xD

 

The Rumble match sebenarnya bagus, Braun Strowman jadi bintang di paruh pertama, Ambrose dengan Ellsworth kocak banget, taktik Jericho selalu ngundang tawa, interaksi Lesnar dan Goldberg masih limited but great nonetheless, begitu juga dengan Undertaker dengan Goldberg. Aku suka saat Luke Harper dateng dan Wyatt dan Orton just look at him dengan tampang “ih, siapa deh”, menarik melihat gimana storyline Harper yang sepertinya jadi face ini berkembang setelah melihat result dari pertandingan Rumble.

Royal Rumble selalu adalah soal statistik. Soal angka. Dan di pagelarannya yang ketigapuluh ini, WWE memastikan kita akan mengingat gimana angka-angka tersebut memainkan peran yang cukup signifikan.

Banyak fun, trivial things yang dilakukan oleh WWE. Seperti saat mereka ngeintroduce Si Perfect Ten Tye Dilinger di entrance nomor, ehm, sepuluh. Ataupun saat Baron Corbin muncul di nomor 13, membawa the end of days ke atas ring. Randy Orton joins Triple H, Hulk Hogan, Shawn Michaels, Stone Cold, Batista and John Cena sebagai superstar yang pernah memenangkan Royal Rumble lebih dari sekali. Dan tak ketinggalan Jack Galagher datang dengan payungnya, Wiliam III, menyenangkan melihatnya berinteraksi di luar lingkaran cruiserweight yang bisa terasa begitu mengukung superstar. Match Royal Rumble memuncak oleh antisipasi karena setiap entrance, setiap detik yang muncul mundur di sudut layar, membuat kita menggelinjang. Slowly ring penuh oleh talent dan ternyata para top superstar muncul di nomor-nomor belakangan. Lesnar muncul di 26, disusul oleh Goldberg dua nomor sesudahnya. Undertaker nongol dengan goib di nomor 29. So, kita semua berpikir peserta nomor 30 pastilah superstar yang really truly surprising.

Ha!

WWE ngetroll kita dengan memberikan surprise yang tak-tertebak. I mean, no one would ever guess that karena enggak seorang pun yang ingin that surprise jadi kenyataan. There are NUMBERS OF STRANGE DECISION yang diambil oleh WWE dalam pertandingan Royal Rumble kali ini. For one, ramp menuju ke ring yang luar biasa panjang mengingat superstar butuh segera mungkin masuk ke dalam ring karena jeda antara peserta Rumble sangat singkat. Walaupun mereka menambahnya menjadi dua menit, it is still a long tiring walk, terutama buat superstar yang berbadan gede kayak Big Show, Big E, dan Big yang lain.

“Fight, Owens, Fight”? please, this is “Om, telolet, Om”
“Fight, Owens, Fight”? please, this is “Om, telolet, Om”

 

 

Superstars yang turun bertanding juga mengherankan. Mereka wasting so much spot, New Day bahkan Cesaro dan Sheamus terihat awkward gajelas di sana. Kane strangely enggak nampil, rekor tampil berturutturutnya padam gitu aja, dan “Wah kasihan Mark Henry tereliminasi, harusnya dia yang menang.” says no one ever.

Putting Roman Reigns sebagai penutup, however, adalah booking yang begitu-jelek-jadinya-bagus. Antisipasi sudah terbendung gede untuk kemudian dihempaskan gitu aja. Kita bisa dengar “bulshit!” diteriakin oleh penonton di arena ketika Reigns actually ngeluarin nama-nama gede. Di Warung Darurat, kertas-kertas beterbangan, tinju-tinju berayun di udara, ngiringin teriakan protes kami yang membahana. WWE really took the risk, mengecewakan harapan dan prediksi fans, demi ngepush pemenang match ini. I mean, jika bukan Roman yang muncul, jika yang muncul adalah Kurt Angle atau Samoa Joe atau Finn Balor and they didn’t win it, kemenangan Randy Orton akan dianggap mengecewakan. Because hey, it’s 2017, apakah kita perlu ngeliat Cena winning title dan Orton menang Rumble kayak di 2009 lagi? Reaksi kita sepertinya udah diset, we are hating Roman so much, mindset kita sudah jadi “apapun #AsalBukanRoman”.

The fact and the matter is, setelah penampilannya di Royal Rumble sepertinya tidak mungkin lagi bagi WWE untuk ngepush Roman Reigns sebagai face. Dan pertanyaan yang harus kita ajukan kepada diri masing-masing adalah:

Apakah kita akan menerima Roman Reigns sebagai orang yang menghentikan karir Undertaker, jika itu akan lead us kepada Roman Reigns’ heel turn?

 

 

 

 

PPV ini harusnya digunakan buat ngesetup Wrestlemania, the best thing come outta this adalah kita masih meraba apa yang bakalan terjadi. The lack of surprise-yang-diinginkan memang terasa menjatuhkan acara ini secara keseluruhan karena the hype just wasn’t there. Tapi kita nutup mata kalo enggak recognize dua match kejuaraan keren yang berlangsung di sini. Antara Universal Championship dengan WWE Championship, The Palace of Wisdom memilih AJ Styles melawan John Cena sebagai Match of the Night karena it feels more urgent, dan yea, lebih bersejarah.

 

 

Full Results:
1. RAW WOMENS CHAMPIONSHIP Charlotte mengalahkan Bayley.
2. WWE UNIVERSAL CHAMPIONSHIP NO-DQ MATCH Chris Jericho di atas kandang nyaksiin Kevin Owens retains over Roman Reigns berkat bantuan Braun Strowman.
3. WWE CRUISERWEIGHT CHAMPIONSHIP Neville merebut sabuk dari Rich Swann.
4. WWE CHAMPIONSHIP John Cena beat AJ Styles.
5. 30-MAN ROYAL RUMBLE MATCH Randy Orton menang dengan mengeliminasi Roman Reigns

 

 

 

 

That’s all we have for now.

Buat yang di Bandung, kami akan mengadakan nonton bareng pay-per-view WWE, so yea you are very welcome buat ikutan. Senantiasa cek facebook Clobberin’ Time buat info nobar selanjutnya.

Remember, in life there are winners.
And there are losers.

 

 
We? We be the judge.